HUBUNGAN JENIS ASUPAN MAKANAN PENDAMPING ASI DOMINAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6 – 24 BULAN

(1)

commit to user

HUBUNGAN JENIS ASUPAN MAKANAN PENDAMPING ASI

DOMINAN DENGAN PERKEMBANGAN

ANAK USIA 6 – 24 BULAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Restu Maharany Arumningtyas G 0007139

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

ii

Skripsi dengan judul:

Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan

Oleh:

Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari , tanggal 2010

Pembimbing Utama Penguji Utama

Endang Dewi Lestari, dr., Sp.A (K), MPH

NIP : 19591201 198603 2 008

Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K)

NIP : 19441226 197310 1 001

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Selfi Handayani, dr., M.Kes

NIP : 19670214 199702 2 001

Pudjiastuti, dr., Sp.A (K)

NIP : 19600110 198712 2 001 Ketua Tim Skripsi

Sudarman, dr., SpTHT-KL (K)

NIP : 19450712 197610 1 001


(3)

commit to user

iii

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 4 Oktober 2010

Restu Maharany Arumningtyas NIM: G0007139


(4)

commit to user

iv

Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, 2010. Hubungan Jenis Asupan

Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara jenis makanan pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di beberapa posyandu di wilayah Puskesmas Sibela Surakarta pada bulan Mei – Juni 2010. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling dengan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah anak usia 6 – 24 bulan dengan riwayat pemberian ASI eksklusif, dalam keadaan sehat, dan bersedia dilakukan Tes Denver II. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah memiliki riwayat berat badan lahir, riwayat kelainan bawaan, riwayat kelahiran prematur, dan memiliki cacat fisik maupun mental. Subjek penelitian diukur berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan wawsancara terhadap orang tua berkaitan dengan pengisian kuisioner food frequency dan 24-hours recall. Setelah itu, subjek penelitian dilakukan tes Denver II untuk mengetahui ada atau tidaknya keterlambatan perkembangan. Diperoleh data yang dapat dianalisis sebanyak 76 sampel. Data variabel jenis makanan pendamping ASI dan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan dianalisis menggunakan uji chi-square melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) adanya hubungan bermakna

antara makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p=0.000) dan pada anak usia 13 – 24 bulan (p=0.001), (2) anak dengan MP-ASI

home made dominan memiliki risiko 6 kali lebih besar mengalami keterlambatan

perkembangan dibandingkan anak dengan MP-ASI fabric made pada usia 6 – 12 bulan (OR=6, CI 95%= 2.242 – 17.890) dan pada usia 13 – 24 bulan (OR=3, CI 95% = 1.507 – 4.890)

Simpulan Penelitian: Ada hubungan bermakna antara jenis makanan

pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.

Kata Kunci: makanan pendamping ASI dominan, perkembangan anak


(5)

commit to user

v

Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, 2010. The Relation between

Domination of Complementary Foods and 6 – 24 Months Children’s Development. Medical Faculty of Sebelas Maret University.

Objective: The aim of this research is to find relation between domination of

complementary foods and 6 – 24 months children’s development.

Methods: This research was an analytical observational study using

cross-sectional approach. It has been done at Puskesmas Sibela Surakarta from May – July 2010. Subjects were sampled using purposive random sampling method with inclusion and exclusion criterias. The inclusion criterias were 6 – 24 month children with history of exclusively breasts feed, in a healthy condition, and wanted to do Denver II Test. The exclusion criterias were did not have history of low birth weight , congenital failure, history of prematurity, and hereditary deformities. Subjects were measured their weight and height first. Then researcher interviewed their parents to fill food frequency and 3-days diet recall’s quisioners. After that, researcher did Denver II Test to subjects and analyzed whether they were included to normal development or suspect of delayed development. There were 76 samples which could be analyzed. Those variables such as compelementary foods and childrens’ development were analyzed using chi-square test, and it tests in SPSS 17.0 for Windows.

Results: This research showed (1) a significant relation between complementary

foods and children’s development at age 6 – 12 months (p=0.000) and at age 13 – 24 months (p=0.001) , (2) children who consumed home made’s complementary foods dominantly has 6 times bigger risk to be suspect of delayed development than children who consumed fabric made’s complementary foods dominantly at age 6 – 12 months (OR=6, CI 95%= 2.242-17.890) and at age 13 – 24 months (OR = 3, CI 95% = 1.507 – 4.890).

Conclusion: This study finds a significant relation between domination of

complementary foods and 6 – 24 months children’s development.

Keyword: domination of compelementary foods, children’s development


(6)

commit to user

vi

Alhamdulillaahirabbil ‘alamiin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. A.A. Subiyanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Endang Dewi Lestari, dr. Sp.A (K), MPH selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Selfi Handayani, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K) selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Pudjiastuti, dr., Sp. A(K) selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Ketua beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Kedua orang tua tercinta, Mama Siti Munafiati dan Papa Soeroyo Machfudz yang senantiasa memberikan doa, cinta dan kasih sayang, kesabaran, semangat, serta bimbingan dan pengarahan selama ini.

8. Kakak-kakak penulis dan seluruh keluarga B7/71 dan B7/79 tercinta yang telah memberi doa dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.

9. Sahabat seperjuangan penulis, Irma Chandra Pratiwi, yang telah senantiasa bersama-sama mencari sampel dan untuk semangatnya juga.

10.Sahabat-sahabat tercinta di Tigers Phamz (Pram, Mba Ciom, Meta) dan Mutiara Rahma yang selalu memotivasi penulis dengan tawa canda mereka.

11.Teman-teman Wisma Putri Anggia dan Angkatan 2007.

12.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 4 Oktober 2010

Restu Maharany Arumingtyas


(7)

commit to user

vii

halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A.Tinjauan Pustaka ... 5

1. ... M akanan Pendamping ASI ... 5

2. ... Pe rkembangan Anak... 16

3. ... H ubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan ... 24

B. Kerangka Pemikiran ... 26

C.Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28


(8)

commit to user

viii

B. Lokasi Penelitian ... 28

C. Subjek Penelitian ... 28

D. Ukuran Sampel ... 29

E. Teknik Sampling ... 30

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

H. Instrumental Penelitian ... 32

I. Teknik Penelitian ... 33 J. Skema Penelitian ... 34

K. Prosedur Penelitian ... 35

L. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41

A.Karakteristik Subjek Penelitian ... 41

B. Uji Chi-Kuadrat ... 45

BAB V PEMBAHASAN ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60

A.Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Kebutuhan Energi MP-ASI Berdasarkan Usia ... 7

Tabel 2. Kebutuhan Protein Berdasarkan Usia ... 8

Tabel 3. Kecukupan Vitamin dan Mineral ... 10

Tabel 4. Keuntungan dan Kerugian MP-ASI Lokal ... 11

Tabel 5. Keuntungan dan Kelemahan MP-ASI Pabrikan ... 14

Tabel 6. Ketentuan Pemberian Makanan pada Anak Usia 6 – 24 Bulan... 15

Tabel 7. Milestone Perkembangan Anak ... 20

Tabel 8. Distribusi Anak Usia 6 – 24 Bulan Menurut Distribusi Umur ... 41

Tabel 9. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dominan pada Usia 6 – 12 Bulan ... 42

Tabel 10. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dominan Pada Usia 13 – 24 Bulan ... `42

Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan ... 43

Tabel 12. Distribusi Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan ... 43

Tabel 13. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan ... 44

Tabel 14. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan ... 46


(10)

commit to user

x

Tabel 15. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan MP-ASI Dominan

dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan ... 47

Tabel 16. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan MP-ASI Dominan


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran A. Surat Izin Penelitian ... 66

Lampiran B. Surat Izin Pengambilan Data ... 67

Lampiran C. Kuisioner Penelitian ... 68

Lampiran D. Formulir Tes Denver II ... 72

Lampiran E. Data Sampe Penelitian ... 73

Lampiran F. Distribusi Data... 74

Lampiran G. Jenis Asupan MP-ASI Dominan – Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan Uji Chi-Square ... 76

Lampiran H. Jenis Asupan MP-ASI Dominan – Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan Uji Chi-Square ... 77


(12)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak 6 – 24 Bulan

Restu Maharany Arumningtyas, NIM : G0007139, Tahun : 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari , Tanggal 2010

Pembimbing Utama

Endang Dewi Lestari, dr., Sp.A (K), MPH

NIP : 19591201 198603 2 008 ...

Pembimbing Pendamping

Selfi Handayani, dr., M.Kes

NIP : 19670214 199702 2 001 ...

Penguji Utama

Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K) NIP : 19441226 197310 1 001

...

Anggota Penguji

Pudjiastuti, dr., Sp.A (K)

NIP : 19600110 198712 2 001 ...

Surakarta, ___________________

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., MKes. NIP: 19660702 199802 2 001

Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS NIP: 19481107 197310 1 003


(13)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makanan berperan penting terhadap tumbuh kembang, kesehatan, dan daya tahan tubuh anak, khususnya sebagai materi yang mengandung zat-zat khusus untuk melindungi anak dari berbagai jenis penyakit. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Global Strategy for

Infant and Young Child Feeding dari WHO/UNICEF merekomendasikan

empat hal penting yang harus dilakukan, yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. (Almatsier, 2001; LINKAGE, 2004). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu MP-ASI yang merupakan hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan (commercial complementary food) dan


(14)

commit to user

MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal

(home-made baby food) (Depkes RI. 2006). Pemberian MP-ASI

hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food). (Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Secara umum, pemilihan MP-ASI pabrikan dikarenakan cara pemberiannya yang lebih mudah dan praktis. Akan tetapi, tidak sedikit ibu yang memilih untuk menggunakan MP-ASI lokal dengan alasan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya mudah diperoleh. (Hayati, 2009).

Usia 6-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. (Almatsier, 2001; Scrimshaw, 2003). Pada periode ini, perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. (Soetjiningsih, 1995).

Berdasarkan data di RSCM tahun 2009, prevalensi keterlambatan perkembangan anak mencapai 10-15%. Oleh karena itu, saat ini berbagai metode untuk deteksi dini guna mengetahui keterlambatan perkembangan


(15)

commit to user

anak telah dibuat. Demikian pula dengan screening untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak. Deteksi dini keterlambatan perkembangan anak sangat berguna agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. (Soetjiningsih, 1995).

Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, penulis ingin membuktikan adakah hubungan pemberian jenis MP-ASI tertentu dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara jenis MP-ASI dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan.


(16)

commit to user

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia 13 – 24 bulan.

b. Mengetahui kandungan makronutrien dan mikronutrien pada MP-ASI

c. Mengetahui cara melakukan Tes Denver II untuk menilai perkembangan pada anak usia 6 – 24 bulan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini bermanfaat untuk mendorong masyarakat, klinisi, dan pihak yang terkait untuk lebih memperhatikan jenis asupan makanan pendamping ASI dalam hal perkembangan, sehingga tumbuh kembang anak dapat optimal.


(17)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Makanan Pendamping ASI a. Definisi

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan tambahan yang diberikan selain ASI (WHO, 2000). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikan MP-ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Pemberian MP-ASI kepada bayi diberikan setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (Soetjiningsih, 1995).

b. Manfaat Pemberian MP-ASI

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. (Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian MP-ASI dapat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. (Almatsier, 2001).


(18)

commit to user

c. Syarat Pemberian MP-ASI

1) MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Sistem persarafan dan otot pada mulut telah berkembang dengan cukup baik untuk mengunyah, menggigit dan menelan.(WHO, 2000)

Pemberian MP-ASI yang dilakukan terlalu dini dapat menyebabkan berkurangnya produksi ASI. Hal ini disebabkan ukuran perut bayi masih kecil, sehingga mudah penuh, sedangkan kebutuhan gizi bayi belum terpenuhi. Akibatnya, proses pertumbuhan dan perkembangan bayi akan terganggu. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Selain berkurangnya produksi ASI, pemberian MP-ASI yang dilakukan terlalu dini dapat pula mengakibatkan diare, berkurangnya fungsi ASI sebagai kontrasepsi, dan bayi mudah terserang penyakit. Sedangkan penundaan waktu pemberian MP-ASI sesudah 6 bulan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya, seperti berat badan bayi tidak bertambah, kseulitan dalam memberikan makanan padat pada bayi, sehingga menyebabkan bayi kekurangan gizi. (WHO,2000; Krisnatuti dan Yenrina, 2008)


(19)

commit to user

2) MP-ASI sebaiknya dibuat dari bahan lokal (jika memungkinkan) Pemberian MP-ASI lokal pada anak bermanfaat untuk mengenalkan bahan makanan yang berasal dari lingkungan sekitarnya. (WHO, 2000)

3) MP-ASI yang diberikan harus yang mudah dicerna serta sesuai dengan umur dan kebutuhan gizi bayi. (WHO, 2000)

d. Kebutuhan Nutrien Pada Bayi dan Anak 1) Kalori

Jumlah energi yang dianjurkan untuk bayi dihitung berdasarkan jumlah konsumsi energi yang diperlukan agar dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Bayi yang baru lahir memerlukan konsumsi energi yang selalu meningkat per unit berat badan, khususnya antara satu sampai enam bulan. Selanjutnya sampai usia satu tahun pertama keperluan energi per unit berat badan menurun dan hal itu berlangsung selama masa anak-anak. (Hayati, 2009; Pudjiaji, 2000)

Tabel 1. Kebutuhan Energi MP-ASI Berdasarkan Usia

Usia

(Bulan)

Kebutuhan energi total

(kkal/hari)

Asupan Energi

(kkal/hari)

ASI MP-ASI

6 – 12 650 400 250

12 – 24 850 350 500


(20)

commit to user

2) Protein

Protein untuk bayi sebaiknya yang bermutu tinggi, sedapat mungkin mirip dengan kasein dan protein whey yang terdapat dalam ASI. (Wuryo, 2002). Protein mempunyai beberapa fungsi, di antaranya adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memeliharan netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi (ekuivalen dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/gr protein). (Almatsier, 2001).

RDA (Recommended Daily Allowance) untuk protein bayi selama 12 bulan pertama adalah 1,0 gram/100 kkal. Kebutuhan akan protein bayi pada umur 6-12 bulan adalah 2,0 gram (Wiryo, 2002)

Tabel 2. Kebutuhan Protein Berdasarkan Usia

(Almatsier, 2001)

Usia (bulan) AKP (nilai PST) gram/kgBB

6 – 12 1,86 (85 % dari ASI)


(21)

commit to user

3) Lemak

Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Dalam 1 gram lemak dapat menghasilkan energi sebanyak 9 kkal. Selain itu, lemak mempunyai fungsi lain yaitu sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. (Hayati, 2009)

Untuk menentukan pertimbangan menu yang beragam dan apabila energi dan protein sudah terpenuhi maka kecukupan gizi lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan. Hal ini disebabkan secara otomatis kecukupan lemak sudah terpenuhi. Dengan demikian terlihat bahwa kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak. Namun, dianjurkan bahwa sekitar 15-20% energi total berasal dari lemak. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008) 4) Vitamin dan Mineral

Vitamin yang dibutuhkan manusia terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E, K, sedangkan vitamin yang larut dalam air terdiri atas vitamin C, vitamin B, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin

lain yang tergolong vitamin B kompleks. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008).


(22)

commit to user

Beberapa jenis mineral sering menimbulkan masalah gizi yang cukup serius. Oleh karena itu, kebutuhan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi balita harus diperhatikan. Unsur Fe dan I merupakan dua jenis mineral yang kebutuhannya sering kali tidak terpenuhi. Jenis mineral lain yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kalsium , fosfor, dan seng. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008; Lutter danRivera, 2007).

Tabel 3. Kecukupan Vitamin dan Mineral

Kriteria Golongan Umur

0-6 bulan 6-12 bulan 1-3 tahun

Vitamin A (RE, µ g) 350 350 350

Tiamin (mg) 0,3 0,4 0,5

Riboflavin (mg) 0,3 0,4 0,6

Niasin (mg) 2,5 3,8 5,4

Vitamin B12 (mg) 0,1 0,1 0,5

Asam folat (mg) 22 32 40

Vitamin C (mg) 30 35 40

Kalsium (mg) 300 400 500

Fosfor (mg) 200 250 250

Besi (mg) 3 5 8

Seng (mg) 3 5 10

Iodium (mg) 50 70 70


(23)

commit to user

e. Jenis MP-ASI 1) MP-ASI Lokal

Pada tahun 2005, UNICEF menganjurkan untuk memberikan MP-ASI yang berasal dari bahan lokal jika kondisi memungkinkan. (Depkes RI, 2006).

Tabel 4. Keuntungan dan Kerugian MP-ASI Lokal

Keuntungan Kerugian

1. Meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan ibu dalam membuat MP-ASI

1. Lebih sulit dalam menentukan kebutuhan

nutrisi yang sesuai dalam penyajian.

2. Memiliki kendali penuh atas apa yang

akan dimakan oleh anak.

2. Waktu penyajian yang lebih lama

3. Membantu dalam hal pengenalan bahan

makanan

3. Harus lebih cermat dalam hal kebersihan

dan cara memasak bahan makanan.

4. Menanamkan kebiasaan makan yang sehat

sejak dini.

5. Makanan buatan sendiri lebih variatif.

6. Makanan buatan sendiri lebih bergizi dan

bebas zat-zat aditif.

7. Lebih murah dan mudah

8. Makanan buatan sendiri jauh lebih lezat

dari makanan instan


(24)

commit to user

2) MP-ASI Pabrikan

MP-ASI pabrikan sering dikenal dengan sebutan MP-ASI komersial. MP ASI komersial dibuat di pabrik untuk anak berumur di bawah 3 tahun. (Hayati, 2009).

a) Hal-hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan makanan bayi (1) Formula

Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, kriteria zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Secara umum, ciri-ciri konsep formula produk sebagai berikut :

(a) Padat gizi dan seimbang, meliputi : bahan baku yang kaya akan energi dan protein (PER>2,1; susunan asam amino optimal dan nilai cerna mendekati telur), perbandingan karbohidrat dan lemak yang seimbang, membatasi konsumsi serat kasar, gula dan garam, cukup vitamin dan mineral, dan harus mampu menyuplai kebutuhan gizi perhari.

(b) Dapat

diterima dengan baik, meliputi : makanan yang disukai, dibutuhkan dengan harga terjangkau serta


(25)

commit to user

memiliki nilai sosial, sosial, budaya dan agama. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)

(2) Teknologi proses

(a) Mampu mengolah makanan dengan tingkat kehilangan gizi seminimal mungkin.

(b) Mampu menghilangkan faktor antigizi (komponen-komponen yang dapat mengganggu penyerapan zat gizi oleh usus : antitripsin, haemaglutinin, saponin). Selain itu mampu mengilangkan faktor flatulens

(rafinosa, stachyosa) yang menyebabkan perut

kembung.

(c) Mampu meningkatkan ketersediaan mineral (khususnya Fe)

(d) Mampu memperbaiki penerimaan produk karena pati tergelatinase

(e) Mampu mengawetkan makanan sehingga tahan lama dan mudah didistribusikan

(Krisnatuti dan Yenrina, 2008) (3) Higiene

(a) Bebas dari mikroorganisme patogen.

(b) Bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba penghasil racun dan alergi.


(26)

commit to user

(d) Harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindung. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)

(4) Pengemas

Pengemas harus dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk, dan mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)

(5) Label

Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex

standart 146-1985, dengan informasi jelas, tidak

menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan tercantum pada kemasan, nilai gizi produk, dan petunjuk penyajian. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)

b) Keuntungan dan kelemahan

Tabel 5. Keuntungan dan Kelemahan MP-ASI Pabrikan

Keuntungan Kelemahan

1. Cepat dan mudah disajikan 1. Harga relatif mahal

2. Bersih dan aman (jika belum kadaluarsa

dan masih utuh dalam kemasan).

2. Banyak makanan bayi komersial dibuat

untuk bayi berumur 4 bulan. Padahal usia

ini terlalu dini dan dapat mengganggu


(27)

commit to user

3. Umumnya disukai bayi 3. Relatif berbahaya jika disajikan dengan air

dingin. Bila air terkontaminasi

4. Beberapa makanan komersial mengandung

cukup energi dan zat gizi yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan anak.

4. Makanan bayi komersial terkadang tidak

ada di pasaran

(Albar, 2004)

f. Ketentuan Pemberian Makanan

Pemberian makanan pendamping ASI harus memperhatikan beberapa ketentuan yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Ketentuan Pemberian Makanan pada Anak Usia 6 – 24 Bulan

6- 8 bulan 8 – 9 bulan 9 – 12 bulan 12 – 24 bulan

Jenis 1 jenis bahan

dasar (6 bulan)

2 jenis bahan

dasar (7 bulan)

2 – 3 jenis bahan

dasar (disajikan

secara terpisah atau

dicampur)

3-4 jenis bahan

dasar (sajikan

secara terpisah

atau dicampur)

Makanan keluarga

(tanpa garam, gula,

penyedap, hindari

santan dan

gorengan)

Tekstur Semi-cair ,

secara bertahap

kurangi

campuran air

sehingga

Lunak (disaring)

dan potongan

makanan yang

dapat dingenggam

(finger food) dan

mudah larut

Kasar (cincang)

Makanan yang

dipotong dan

dapat digenggam


(28)

commit to user

menjadi

semi-padat

Frekuensi Makanan utama :

1-2 kali/hari

Camilan :

1kali/hari

Makanan utama :

2-3 kali/hari

Camilan : 1

kali/hari

Makanan utama :

3 kali/hari

Camilan : 2

kali/hari

Makanan utama : 3

-4 kali/hari

Camilan : 2

kali/hari

Porsi 1 – 2 sendok teh,

secara bertahap

ditambahkan

2-3 sendok makan

makanan semi

padat.

Potongan makanan

seukuran sekali

gigit

3-4 sendok

makan makanan

semi padat yang

kasar

Potogan

makanan ukuran

kecil/sekali gigit

5 sendok makan

atau lebih

ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi

Susu &

produk

susu

olahan

- Belum boleh susu

sapi

½ slice keju

cheddar

1/3 cangkir

yoghurt untuk bayi

Belum bolleh

susu sapi

½ slice keju

cheddar

2/3 cangkir

yoghurt untuk

bayi

1 – 2 porsi susu

sapi atau produk

susu olahan

(Anonim, 2006; Joy, et al., 2003)

2. Perkembangan a. Definisi

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih


(29)

commit to user

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkemabang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetjiningsih, 1995)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak 1) Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Termasuk ke dalam faktor genetik ini antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal maupun patologik, ras, dan jenis kelamin. Potensi yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Di samping itu, beberapa penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom Down dan sindrom Turner, akan berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses tumbuh kembang. (Soetjiningsih, 1995)

2) Faktor Hormonal

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain adalah : hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon seks, insulin, IGF (insulin-like growth factors), dan


(30)

commit to user

hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. (Soetjiningsih, 1995)

3) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapai tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya.

a) Faktor lingkungan pra-natal, di antaranya adalah nutrisi ibu selama kehamilan, mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, infeksi, radiasi, stres, dan imunitas.

b) Faktor lingkungan post-natal terdiri dari lingkungan biologis, faktor fisik, dan faktor psikososial.

(Soetjiningsih. 1995) c. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar :

1) Kebutuhan fisik biomedik (“ASUH”)

a) Pangan/gizi, baik saat prenatal dan postnatal

b) Perawatan kesehatan dasar : imunisasi, ASI, penimbangan secara teratur, dan pengobatan kalau sakit

c) Pemukiman yang layak

d) Sandang, rekreasi, dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995)


(31)

commit to user

2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (“ASIH”)

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra, dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak, merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak, baik fisik, mental, social, emosi, yang disebut “Sindroma Deprivasi

Maternal”. (Soetjiningsih, 1995)

3) Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental, psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, produktivitas, dan sebagainya. (Soetjiningsih, 1995)


(32)

commit to user

d. Milestone Perkembangan Anak

Tabel 7. Milestone Perkembangan Anak

Aspek perkembangan Umur rerata dan patokan perkembangan

- Motor

- Bahasa

- Kognitif

- Sosial

1-3 Bulan

- Mengangkat kepala dan dada dengan lengan pada waktu

tengkurap, menggapai mainan yang digerakkan, menggapai

ke arah objek bergerak.

- Meniru beberapa bunyi, mulai berceloteh, tersenyum bila

mendengar bunyi yang dikenali

- Senang bermain, memasukkan mainan ke dalam mulut

- Mulai tersenyum, melihat wajah dan mendengar suara,

menggerakkan kepala berirama, kontak sosial, senang

mendengarkan musik - Motor - Bahasa - Kognitif - Sosial 4-7 Bulan

- Duduk, menyangga beban tubuhnya dengan kaki,

memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya.

- Respon terhadap kata “tidak”, menggunakan suara untuk

mengekspresikan rasa senang dan tidak senang, mengikuti

satu perintah dengan gerakan isyarat, mengucapkan satu

atau beberapa suku kata.

- Berusaha meraih benda-benda yang jangkauannya agak

luas, mengeksplorasi benda dengan menggunakan tangan

dan mulut.

- Labih menyukai ibu, tertawa keras, menunjukkan

ketidaksukaan bila kontak sosial berhenti, menyukai cermin,

berceloteh


(33)

commit to user

- Motor

- Bahasa

- Kognitif

- Sosial

- Duduk sendiri tanpa disangga dari belakang, merangkak dan

merayap, berusaha berdiri sendiri, mencoba berjalan dengan

berpegangan pada perabotan, berjalan dengan satu tangan,

berjalan beberapa langkah tanpa bantuan, membuka

halaman buku.

- Lebih perhatian pada percakapan, respon terhadap perintah

yang sederhana, mengucapkan 4-6 kata, menggunakan

bahasa isyarat seperti menggelengkan kepala untuk “tidak”.

- Mengeksplorasi benda dengan bermacam-macam cara,

menemukan benda yang disembunyikan, menirukan

gerakan tubuh dengan mudah, menyukai minum dengan

cangkir, bermain dengan permainan bola yang simpel,

perhatian pada objek permanen.

- Respon terhadap panggilan namanya, bermain ciuk-baa,

melambaikan “da-dah”, malu dan cemas dengan adanya

orang tak dikenal, menangis bila ayah-ibunya pergi.

- Motor

- Bahasa

- Kognitif

12-24 Bulan

- Berjalan sendiri, merangkak di tangga, menarik mainan di

belajang mereka, berlari, berjinjit, menendang bola,

naik-turun dari tangga, mencorat-coret, membuka pintu,

menuangkan isis wadah dengan membalikkan wadah,

menyusun bangunan dengan 4 kubus, lebih sering

menggunakan satu tangan.

- Mengucapkan lebih dari 5 kata, mengerti lebih dari 50 kata,

menyatukan 2 kata, menunjukkan gambar-gambar di dalam

buku, menggunakan kata tertentu untuk meminta sesuatu


(34)

commit to user

- Sosial

membedakan bentuk dan warna, dapat mulai bermain

pura-pura.

- Menunjukkan apa yang diinginkan dengan cara menunjuk,

memeluk orang tua, makan sendiri, mencari pertolongan

bila mengalami masalah, dapat mengeluh bila terasa basah,

memegang sendok dengan baik, menceritakan cerita dengan

gambar

- Motor

- Bahasa

- Kognitif

- Sosial

24-36 Bulan

- Memanjat dengan baik, melompat, naik turun tangga

dengan kaki yang berselingan, mengendarai sepeda roda

tiga, berdiri sesaat dengan satu kaki, membuat bangunan

susun 6 balok, memegang pensil dengan posisi seperti mau

menulis

- Hampir selalu berbicara dengan menggunakan kalimat yang

dapat dimengerti sebagian, dapat menyebutkan nama, umur,

jenis kelamin, dan bulan ulang tahunnya, dapat

menyebutkan minimal 3 bagian tubuhnya, dapat bercerita

menggunakan paragraf sederhana.

- Membuat mainan bermesin gerak, bermain pura-pura

dengan boneka, dapat menyelesaikan 3-4 keping puzel

- Dapat bermain permainan sederhana, dapat mulai

membantu berpakaian, cuci tangan.


(35)

commit to user

e. Penilaian Perkembangan Anak

Frankerburg, dkk. (2009) melalui DDST (Denver Development

Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang

dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, yaitu :

1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. Pada awal kehidupannya, anak sangat tergantung kepada orang lain. Dalam hal memenuhi kebutuhannya sesuai dengan bertambahnya umur, ketergantungan anak makin berkurang, akan tetapi tidak dapat sama sekali terlepas dari masyarakat. (Soetjiningsih, 1995)

2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. (Soetjiningsih, 1995)

3) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara mengikuti perintah, dan berbicara spontan. (Soetjiningsih, 1995). Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk tertentu, sehingga mempunyai arti tertentu pula. Pada awal kehidupan ekstrauterina, kebutuhan bayi untuk berhubungan dengan


(36)

commit to user

lingkungannya dinyatakan dengan gerak dan suara, belum dengan kata-kata. Periode ini disebut periode permulaan bicara yang berlangsung sampai usia 12 bulan. Setelah usia 12 bulan sampai 15 bulan, anak dapat mengucapkan satu atau dua kata yang pertama. (Hurlock, 2002; Pulungan, 2006).

Ada empat hal penting yang harus dikuasai anak dan mempengaruhi kelancaran bicara, yaitu : mengerti apa yang dibicarakan orang lain, perbendaharaan kata, menyusun kalimat dengan kata-kata yang dikenal dan menyebutkan nama orang atau benda. (Satoto, 2003)

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya dengan tenaga yang lebih karena dilakukan oleh otot-otot yang besar. (Soetjiningsih, 1995)

3. Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor genetik, faktor hormonal, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling terkait dan menujang tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal.

Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan berbagai tes, contohnya tes Denver II. Tes Denver II bertujuan untuk mendeteksi penyimpangan perkembangan pada anak berusia kurang dari 6 tahun


(37)

commit to user

dan berisi 125 tugas perkembangan yang terbagi dalam 4 sektor perkembangan, yaitu personal sosial, adaptif motor halus, bahasa, dan motorik kasar. (IDAI. 2006)

Pemilihan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah usia 6-24 bulan termasuk periode emas tumbuh kembang anak. Dapat dikatakan periode emas karena pada masa itu sel-sel tubuh bertumbuh paling pesat, terutama sel-sel otak yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan anak. Maka usia 6-24 bulan bukan hanya periode emas tumbuh kembang anak, melainkan dapat menjadi periode kritis apabila asupan gizi tidak adekuat.

Kandungan nutrien (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan lain sebagainya) dalam MP-ASI, baik itu MP-ASI lokal maupun MP-ASI pabrikan bermacam-macam bentuk dan fungsinya. Secara umum, nutrien tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Makronutrien dan mikronutrien berpengaruh terhadap maturitas otak dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh saat masih ada di dalam kandungan sampai bayi terlahir dan bertumbuh kembang. Apabila asupan MP-ASI tidak adekuat maka akan berpengaruh pada perkembangan otak anak, sehingga nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak.


(38)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Penilaian Perkembangan anak MP-ASI Pabrikan MP-ASI Lokal

Kandungan dan komposisi gizi jelas terukur Depkes

Kandungan dan komposisi gizi tidak jelas terukur Depkes

Analisis frekuensi

MP-ASI Pabrikan dominan MP-ASI Lokal dominan

Penilaian Perkembangan anak

Faktor genetik

Faktor hormonal

Faktor lingkungan

Suspek Keterlambatan

Normal Suspek Keterlambatan Makanan Pendamping ASI

untuk anak usia 6-24 bulan


(39)

commit to user C. Hipotesis

Terdapat hubungan positif antara jenis makanan pendamping ASI dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia 13 – 24 bulan.


(40)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa posyandu di Wilayah Puskesmas Sibela, Surakarta

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Sibela, Surakarta dengan kriteria :

1. Kriteria inklusi

a. Bayi usia 6 – 24 bulan dengan riwayat pemberian ASI eksklusif. b. Bayi usia 6 – 24 bulan dengan keadaan sehat.

c. Bersedia dilakukan Tes Denver II 2. Kriteria eklusi

a. Memiliki riwayat berat badan lahir rendah.


(41)

commit to user

b. Memiliki riwayat kelainan bawaan (alergi, asma, kelainan kongenital).

c. Memiliki riwayat kelahiran prematur d. Memiliki cacat fisik maupun mental.

D. Ukuran Sampel

Pengambilan sampel diambil secara purposive random sampling. Jumlah sampel=

Keterangan :

1. p = Perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada populasi (0.15).

2. q = 1 – p (0.85)

3. Zα = Nilai statistik Zα pada kurva normal standart pada tingkat kemaknaan (1.96)

4. d = Presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi (0.1)

5. n1 = Sampel yang mendapat asupan MP-ASI lokal 6. n2 = Sampel yang mendapat asupan MP-ASI pabrikan

n1 = n2 = Zα2 . p . q d2


(42)

commit to user

n1 = n2 = (1.96)2 x 0.10 x 0.90 (0.1)2

= 34,5744 ≈ 3 (Murti, 2003)

E. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive random sampling. Dari populasi sumber sebanyak 90 anak,

diambil secara acak menggunakan tabel random sebanyak 76 anak, dan dilanjutkan dengan memperhatikan ada atau tidaknya anak yang tergolong kriteria eksklusi pada penelitian ini.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Jenis asupan MP-ASI dominan 2. Variabel Terikat : Perkembangan anak usia 6-24 bulan 3. Variabel Luar

a. Variabel luar terkendali : Usia b. Variabel luar tidak terkendali :

1) Kondisi sosial ekonomi 2) Tingkat pendidikan orang tua 3) Pekerjaan orang tua


(43)

commit to user G. Definisi Operasional Variabel

1. Jenis Asupan MP-ASI Dominan

Yang dimaksud jenis asupan MP-ASI dominan adalah pemberian makanan atau minuman yang mengandung zat gizi pada bayi atau anak usia 6-24 bulan yang dapat diolah di rumah tangga (MP-ASI lokal) maupun buatan pabrik (MP-ASI pabrikan) dengan cut off point

dalam penelitian ini adalah 75%. ASI pabrikan terbatas pada MP-ASI yang diproduksi oleh pabrik-pabrik yang telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan RI. Penilaian frekuensi MP-ASI yang dominan menggunakan kuesioner food frequency dan 3 day diet recall, sedangkan penghitungan kalori dengan kuesioner 24 hour recall.

Skala data : Nominal

2. Perkembangan Anak Usia 6-24 Bulan

Yang dimaksud dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan pada anak usia 6-24 bulan. Perkembangan diukur dengan cara pemeriksaan 4 aspek yang meliputi : tingkah laku sosial, gerakan motorik halus, bahasa, dan gerakan motorik kasar. Penilaian perkembangan anak usia 6-24 bulan dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan normal dan suspek keterlambatan. Alat ukur yang digunakan adalah formulir tes Denver II.


(44)

commit to user H. Instrumen Penelitian

1. Kuisioner food frequency dan 3 day diet recall

Kedua kuesioner tersebut digunakan untuk menentukan frekuensi jenis makanan pendamping ASI yang dominan.

2. Kuesioner 24 hour recall

Kuesioner 24 hour recall bermanfaat untuk mengetahui jumlah kalori yang diberikan pada anak setiap hari.

3. Formulir Tes Denver II

Formulir Tes Denver II digunakan untuk menilai perkembangan anak. 4. Alat peraga

a. Gulungan benang wol warna merah (diameter 10 cm) b. Kerincingan dengan gagang kecil

c. Boneka kecil dengan botol susu

d. Cangkir plastik kecil dengan pegangan

e. 10 buah kubus ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, warna merah, hijau, biru, putih, dan kuning, masing-masing 2 buah

f. Botol bening kecil dengan tutup berdiameter ± 1,5 cm g. Manik-manik atau kismis

h. Lonceng kecil bergagang i. Bola tenis

j. Pensil merah k. Kertas kosong (Frankenburg, 2009)


(45)

commit to user

6. Kartu Menuju Sehat (KMS)

KMS untuk mengetahui usia, status imunisasi, dan riwayat kelahiran.

I. Teknik Pengambilan Data

Data yang diambil merupakan data primer dari hasil jawaban orang tua dari subjek penelitian atas kuesioner food frequency, 24 day hour


(46)

commit to user J. Skema Penelitian

Populasi Balita usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Sibela

SAMPEL

MP-ASI pabrikan

Normal

Penilaian Perkembangan

MP-ASI lokal

Analisis frekuensi pemberian serta kandungan dan komposisi gizi

Tes Denver II

Suspek Keterlambatan


(47)

commit to user K. Prosedur Penelitian

1. Peneliti datang ke puskesmas dan melakukan pendataan jumlah balita usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Sibela Surakarta

2. Peneliti menentukan sampel yang akan dijadikan subjek penelitian

3. Peneliti meminta kesediaan subjek penelitian dengan mengutarakan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini.

4. Peneliti melakukan analisis KMS untuk mengetahui usia, riwayat imunisasi, dan riwayat kelahiran.

5. Peneliti mengukur berat badan dan tinggi badan subjek penelitian.

6. Peneliti melakukan Tes Denver II untuk menilai perkembangan anak. a. Cara pengukuran

Sebelumnya umur anak perlu ditentukan lebih dahulu dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan, 12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari maka dibulatkan ke bawah, dan bila lebih dari 15 hari maka dibulatkan ke atas.

Tes Denver II ini dapat dilakukan secara mudah dan cepat (15 sampai 20 menit), dapat diandalkan, dan menunjukkan validitas yang tinggi. Tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas dari keseluruhan tugas yang ada berjumlah 125 tugas. Tiap kali diberi tugas ditentukan apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tugas (No opportunity


(48)

commit to user

= N.O.), ataukah anak menolak melakukan tes perkembangan.

(Refusal = R). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur

kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir. Setelah itu dihitung berapa yang P, berapa yang F, selanjutnya dinilai bagaimana perkembangan anak tersebut. (Frankenburg, 2009)

b. Penilaian Perkembangan Individual 1) Penilaian item ”Lebih”/Advanced

Bila anak lulus pada item tes yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tersebut, karena anak lulus pada tes dimana kebanyakan anak tidak lulus sampai umurnya lebih tua. Bagian ini tidak perlu diperhatikan untuk tujuan interpretasi keseluruhan tes. (Frankenburg, 2009)

2) Penilaian item ”Normal”

Item individual yang gagal atau ditolak, tidak perlu menunjukkan satu keterlambatan dalam perkembangan. Sebagai contoh, bila anak gagal/menolak melakukan suatu

item tes di sebelah kanan garis umur, maka perkembangan anak normal. Hal ini dikarenakan anak yang berumur lebih muda dari umur dimana hanya 25% anak-anak pada sampel dapat melakukan item ini, sehingga anak tidak diharapkan lulus sampai umurnya lebih tua. Bagian ini tidak perlu


(49)

commit to user

diperhatikan untuk tujuan interpretasi keseluruhan tes. (Frankenburg, 2009)

3) Penilaian item ”Peringatan”/Caution = C

Satu Caution (C) pada item individual perlu diperhatikan saat menginterpretasi hasil tes. Bila anak “Fail/Gagal” (F) atau “Refusal/Menolak” (R) melakukan item tes dimana garis umur terletak pada atau antara 75% sampai 90% maka diskor dengan C. Ini menunjukkan lebih dari 75% anak-anak pada sampel standar dapat lulus pada umur lebih muda dibandingkan usia anak yang sedang dites. (Frankenburg, 2009)

4) Penilaian item ”Keterlambatan”/Delayed = D

Item individual yang terlambat perlu diperhatikan saat menginterpretasikan tes. Item dinilai terlambat bila anak gagal atau menolak melakukan item tes yang terletak jelas berada di sebelah kiri garis umur. Hal ini disebabkan anak telah gagal atau menolak pada item tes dimana 90% anak-anak pada sampel standar dapat lewat pada umur lebih muda. Keterlambatan item diberi warna pada tepi akhir kotak. (Frankenburg, 2009)


(50)

commit to user

5) Penilaian item ”Tidak ada kesempatan”/No opportunity = NO

Item tes yang berdasarkan laporan orangtua dimana anak tidak ada kesempatan untuk melakukannya. Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan. (Frankenburg, 2009)

c. Interpretasi Tes Denver II 1) Normal

Bila tidak ada ”Delays” dan atau paling banyak satu ”Caution”

2) Suspek keterlambatan

Bila ada ≥ 2 ”Caution” dan atau ≥ 1 ”Delays” 3) Tidak dapat diuji

Bila ada skor menolak pada ≥ 1 item di sebelah kiri garis umur atau menolak ≥ 1 item yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%

(Frankenburg, 2009)

7. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui jenis MP-ASI yang dominan diberikan. Wawancara dilakukan dengan metode frekuensi makanan (food frequency) untuk mengetahui frekuensi jenis asupan MP-ASI yang dominan dan 24 hours recall yang bertujuan mengetahui jumlah asupan dalam makanan pendamping ASI.


(51)

commit to user

a. Metode frekuensi makanan

1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.

2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula. (Supriasa et al., 2002)

b. 24 hours recall

1) Masing-masing kelompok menyiapkan bahan makanan, misal: bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah-buahan.

2) Lakukan penimbangan terhadap masing-masing bahan makanan untuk setiap ukuran rumah tangga yang dipakai. 3) Catat hasil penimbangan dalam suatu daftar ukuran rumah

tangga. (Supriasa et al., 2002)

8. Peneliti mencatat semua data yang didapatkan.

L. Teknik Analisis Data

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji Chi Kuadrat untuk mengetahui hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia 13 – 24 bulan.


(52)

commit to user

2. Penghitungan Odds Ratio (OR) untuk mengetahui seberapa kuat hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI dan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia 13 – 24 bulan. (Murti, 2010).


(53)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini diperoleh subjek penelitian sebanyak 76 anak usia 6 – 24 bulan. Subjek penelitian tersebut diperoleh dari hasil penelitian terhadap 90 anak usia 6 – 24 bulan di beberapa Posyandu yang berada di wilayah Puskesmas Sibela, Surakarta pada bulan Mei – Juli 2010 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang penulis tetapkan. Dari 76 anak tersebut 39 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 37 lainnya berjenis kelamin perempuan.

Secara lengkap karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada tabel – tabel di bawah ini.

Tabel 8. Distribusi Anak Usia 6-24 Bulan Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Usia Cakupan Presentase

1 6-12 bulan 46 61%

2 13-24 bulan 30 39%

Jumlah 76 100%

Data Primer, Juli 2010

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa kelompok usia 6 – 12 bulan lebih banyak (61%) dibandingkan kelompok usia 13 – 24 bulan (39%).


(54)

commit to user

Tabel 9. Distribusi Jenis Asupam Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Dominan pada Usia 6 – 12 Bulan

No Jenis MP-ASI Cakupan Presentase

1 MP-ASI Pabrikan 27 59%

2 MP-ASI Lokal 19 41%

Jumlah 46 100%

Data Primer, Juli 2010

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa pada anak usia 6 – 12 bulan, distribusi jenis asupan MP-ASI pabrikan lebih banyak (59%) dibandingkan jenis asupn MP-ASI lokal (41%).

Tabel 10. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Dominan pada usia 13 – 24 bulan

No Jenis MP-ASI Cakupan Presentase

1 MP-ASI Pabrikan 11 37%

2 MP-ASI Lokal 19 63%

Jumlah 30 100%

Data Primer, Juli 2010

Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa pada usia 13 – 24 bulan, distribusi jenis asupan MP-ASI local lebih banyak (63%) dibandingkan jenis asupan MP-ASI pabrikan(37%).


(55)

commit to user

Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan

No Perkembangan Anak Cakupan Presentase

1 Normal 30 65%

2 Suspek Keterlambatan 16 35%

Jumlah 46 100%

Data Primer, Juli 2010

Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa 30 anak (65%) mempunyai perkembangan yang normal, sedangkan 16 anak lainnya (35%) mengalami keterlambatan dalam proses perkembangannya.

Tabel 12. Distribusi Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan

No Perkembangan Anak Cakupan Presentase

1 Normal 18 60%

2 Suspek Keterlambatan 12 40%

Jumlah 30 100%

Data Primer, Juli 2010

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa 18 anak (60%) mempunyai perkembangan yang normal, sedangkan 12 anak lainnya (30%) mengalami keterlambatan dalam proses perkembangannya.


(56)

commit to user

Tabel 13. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak

Usia 6 – 12 Bulan

No Jenis Asupan MP-ASI

Perkembangan Anak

Jumlah Total

Normal Suspek

Keterlambatan

Cakupan % Cakupan %

1 MP-ASI

Pabrikan

27 90% 0 0% 27

2 MP-ASI

Lokal

3 10% 16 100% 19

Jumlah 30 100% 16 100% 46


(57)

commit to user

Tabel 14. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak

Usia 13 – 24 Bulan

No Jenis Asupan MP-ASI

Perkembangan Anak

Jumlah Total

Normal Suspek

Keterlambatan

Cakupan % Cakupan %

1 MP-ASI

Pabrikan

11 61% 0 0% 11

2 MP-ASI

Lokal

7 39% 12 100% 19

Jumlah 18 100% 12 100% 30

Data Primer, Juli 2010

2. Uji Chi Kudarat

Uji Chi Kuadrat merupakan uji hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis MP-ASI dan variabel terikatnya adalah perkembangan anak.

Pada penelitian ini, uji Chi Kuadrat juga digunakan untuk menguji normalitas data dengan cara melihat hasil akhir dari uji Chi Kuadrat.


(58)

commit to user

Apabila p<0.005 yang bermakna signifikan, artinya distribusi data normal, sedangkan apabila p>0.005 yang bermakna tidak signifikan, artinya distribusi data tidak normal.

Setelah peneliti melakukan analisis data dengan SPSS 17, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 15. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI

Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 bulan

Jenis Asupan MP-ASI

Perkembangan Anak OR 95% CI

p

Normal Suspek Jum lah

6,333

2,242 –

17,890 0,000

Pabrik an

27 0 27

Lokal 3 16 19

Jumlah 30 16 46

Dari tabel 15 di atas terlihat bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis asupan makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p<0.005). Penulis juga melakukan analisis bivariat untuk dapat mengetahui apakah hubungan tersebut bermakna secara statistik sekaligus untuk mengetahui besarnya odds ratio dan


(59)

commit to user

confidence interval. Dari tabel 15 juga terlihat bahwa anak usia 6 – 12 bulan

yang mengkonsumi jenis asupan MP-ASI home made memiliki risiko 6 kali lebih besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan dibanding dengan anak usia 6 – 12 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI jenis fabric made (OR = 6.333% CI = 2.242 – 17.890).

Tabel 16. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI

Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 13 – 24 bulan

Jenis Asupan MP-ASI

Perkembangan Anak OR 95% CI

p

Normal Suspek Jum lah

2,714

1,507 –

4,890 0,001

Pabrik an

11 0 11

Lokal 7 12 19

Jumlah 18 12 30

Dari tabel 16 di atas terlihat bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis asupan makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 12 – 24 bulan (p<0.005). Penulis juga melakukan analisis bivariat untuk dapat mengetahui apakah hubungan tersebut bermakna secara statistik sekaligus untuk mengetahui besarnya odds ratio dan


(60)

commit to user

confidence interval. Dari tabel 16 juga terlihat bahwa anak usia 12 – 24 bulan

yang mengkonsumi MP-ASI jenis home made memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan dibanding dengan anak usia 12 – 24 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI jenis fabric made (OR = 2.714% CI = 1.507 – 4.890).


(61)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di beberapa posyandu di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta dengan menggunakan random purposive sampling. Akan tetapi, dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian di semua posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta, peneliti hanya melakukan penelitian di 11 posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta yang pada kenyataannya memiliki 47 posyandu, baik itu posyandu balita maupun posyandu lansia.

Pada penelitian ini, peneliti membagi subjek penelitian, yaitu anak usia 6 – 24 bulan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama untuk anak usia 6 – 12 bulan, dan kelompok kedua untuk anak usia 13 – 24 bulan. Pembagian ini dikarenakan adanya kecenderungan di lapangan bahwa umumnya anak usia 6 – 12 bulan lebih sering mengkonsumsi MP-ASI dalam bentuk pabrikan, sedangkan untuk anak usia 13 – 24 bulan lebih sering mengkonsumi MP-ASI yang dibuat di rumah. Pembagian tersebut juga untuk meningkatkan validitas dari penelitian ini.

Pada tabel 15 terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis asupan MP-ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p<0.005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia 6 – 12 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal memiliki risiko 6 kali lebih besar mengalami suspek keterlembatan perkembangan. (OR 6.333; 95% CI 2.242 – 17.890). Odds Ratio (OR) menunjukkan kekuatan dari hubungan antara variabel


(62)

commit to user

bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, OR 6.333 menunjukkan hubungan positif yang kuat di antara kedua variabel penelitian. (Hubungan kuat : 3.00<=OR=<10.00). (Murti, 2005)

Pada tabel 16 juga terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis asupan MP-ASI dengan perkembangan anak usia 13 – 24 bulan (p<0.005). Hasil penelitian ini menunjuk.kan bahwa anak usia 13 – 24 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal memiliki risiko 3 kali lebih besar mengalami suspek keterlembatan perkembangan. (OR 2.714; 95% CI 1.507 – 4.890). Odds Ratio (OR) menunjukkan kekuatan dari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, OR 2.714 menunjukkan hubungan positif yang sedang di antara kedua variabel penelitian. (Hubungan sedang : 1.50<=OR<3.00). (Murti, 2005)

Seperti yang telah peneliti paparkan di atas, bahwa hasil uji Chi Kuadrat pada dua kelompok penelitian kali ini adalah signifikan (p < 0,005). Hal itu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis asupan MP-ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang peneliti paparkan pada Bab tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa salah satu kelebihan MP-ASI pabrikan adalah kadar gizinya yang telah diukur oleh Departemen Kesehatan RI untuk disesuaikan terhadap kebutuhan gizi anak-anak yang mengkonsumsinya. Kadar kandungan gizi yang telah terukur tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan anak dikarenakan zat gizi makronutrien dan mikroutrien yang terkandung di dalamnya merupakan faktor yang berpengaruh pada maturitas


(63)

commit to user

otak dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh di masa keemasan tumbuh kembang anak, yaitu pada usia 1 – 3 tahun yang lebih dikenal dengan gold

period.

Sedangkan untuk MP-ASI lokal, seperti yang telah juga peneliti paparkan pada Bab tinjauan pustaka bahwa salah satu kekurangannya adalah kadar gizinya yang tidak terukur secara jelas walaupun dalam KMS telah tercantum cara pembuatan MP-ASI yang bergizi baik. Akan tetapi, terkadang ibu rumah tangga tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Sehingga nantinya konsumsi MP-ASI yang tidak terukur secara jelas kadar gizinya dapat mempengaruhi perkembangan anak karena ketidaksesuaian antara asupan gizi dan kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh anak.

Akan tetapi, penelitian ini juga mempunyai kelemahan. Penelitian ini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor perancu, salah satunya dari faktor lingkungan di sekitar anak tersebut. Seperti yang diketahui bahwa tingkat sosial ekonomi, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua termasuk dalam variabel luar yang tidak terkendali pada penelitian ini. Untuk itu, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengkonsumi MP-ASI dominan lokal mempunyai kecenderungan untuk mengalami keterlambatan dalam perkembangan dapat juga dipengaruhi oleh beberapa variabel luar yang tidak terkendali di atas.

Sejalan dengan penelitian ini, pada penelitian sebelumnya yang cukup berkaitan dengan penelitian ini, menyebutkan bahwa frekuensi dalam pemberian MP-ASI mempengaruhi status gizi anak. (Ritasari, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI dalam jumlah cukup merupakan salah satu faktor


(64)

commit to user

tercapainya status gizi anak yang baik. Akan tetapi, pada penelitian lain, didapatkan hasil penelitian yang tidak signifikan pada hubungan jenis asupan MP-ASI dominan dengan status gizi anak usia 6 – 24 bulan (Pratiwi, 2010). Hal itu disebabkan oleh tidak hanya jenis asupan MP-ASI saja yang mempengaruhi status gizi anak, akan tetapi juga banyak terdapat faktor perancu lain, di antaranya adalah faktor lingkungan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia 6 – 12 bulan anak lebih banyak mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan pabrikan. Hasil itu sesuai dengan teori yang telah peneliti paparkan di bab tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa umumnya anak usia 6 – 12 bulan cenderung lebih banyak mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan pabrikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor waktu dan tenaga. Pada umumnya, orang tua cenderung lebih menginginkan segala sesuatu yang praktis dalam hal menyiapkan makan untuk anaknya pada tahun pertama. Kemungkinan juga anak yang lebih suka mengkonsumi MP-ASI dominan pabrikankarena dirasa lebih lezat dan dapat meningkatkan selera makan. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia 13 – 24 bulan anak lebih banyak mengkonsumis jenis MP-ASI dominan lokal. Hal itu sesuai dengan teori yang telah peneliti paparkan di bab tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa umumnya anak usia 13 – 24 bulan cenderung lebih banyak mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan anak itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa tahap dalam pemberian makanan pada anak. Pada anak usia di atas 12 bulan, anak harusnya sudah diperkenalkan pada makanan keluarga berupa makanan yang


(65)

commit to user

biasa dikonsumsi oleh orang dewasa akan tetapi tanpa garam, gula, penyedap, dan santan. Contohnya, makanan seperti tim yang dibuat sendiri di rumah tangga.

Pemilihan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah usia 6-24 bulan termasuk periode emas tumbuh kembang anak. Dapat dikatakan periode emas karena pada masa itu sel-sel tubuh bertumbuh paling pesat, terutama sel-sel-sel-sel otak yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan anak. Maka usia 6-24 bulan bukan hanya periode emas tumbuh kembang anak, melainkan dapat menjadi periode kritis apabila asupan gizi tidak adekuat.

Kandungan nutrien (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan lain sebagainya) dalam MP-ASI, baik itu MP-ASI lokal maupun MP-ASI pabrikan bermacam-macam bentuk dan fungsinya. Secara umum, nutrien tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Makronutrien dan mikronutrien berpengaruh terhadap maturitas otak dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh saat masih ada di dalam kandungan sampai bayi terlahir dan bertumbuh kembang. Apabila asupan MP-ASI tidak adekuat maka akan berpengaruh pada perkembangan otak anak, sehingga nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak.

Seiring dengan pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan, maka ibu harus menyesuaikan tekstur, frekuensi dan porsi makanan yang sesuai dengan usia anak. Perlu diperhatikan juga pemberian ASI lanjutan sampai usia 2 tahun atau lebih dengan frekuensi sesuka bayi. Kebutuhan energi dari makanan bayi adalah sekitar 200 kcal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kcal/hari untuk bayi usia 9-11


(66)

commit to user

bulan, dan 550 kcal/hari untuk anak usia 12-23 bulan Makanan pertama bayi sebaiknya adalah golongan beras dan sereal karena berdaya alergi rendah. Beras dan sereal dihaluskan menjadi tepung, tim dengan air secukupnya sampai matang, kemudian campurkan dengan ASI atau air matang untuk membentuk tekstur semi cair. (Almatsier, 2001)

Secara berangsur-angsur, anak mulai diperkenalkan dengan sayuran yang dikukus dan dihaluskan dan kemudian buah yang dihaluskan, kecuali pisang dan alpukat matang, serta perlu diingat untuk jangan berikan buah/sayuran mentah. Setelah bayi dapat mentolerir beras/sereal, sayur dan buah dengan baik, berikan sumber protein (tahu, tempe, ati ayam, daging ayam atau sapi) yang dikukus dan dihaluskan. Setelah bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya dengan lebih baik, secara bertahap bubur dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian menjadi lebih kasar (disaring kemudian cincang halus), lalu menjadi kasar (cincang kasar) dan akhirnya bayi siap menerima makanan padat yang dikonsumsi keluarga. (Pudjiaji, 2001)

Sejumlah jenis makanan harus ditunda pemberiannya karena merupakan pencetus alergi, sedangkan sejumlah jenis lainnya harus ditunda pemberiannya karena mempunyai kandungan dan bentuk yang berbahaya bagi anak di usia tertentu. Pemberian makanan pendamping ASI memang perlu menjadi perhatian karena nantinya akan berpengaruh pada perkembangan anak pada periode emasnya. (Albar, 2004)


(67)

commit to user

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor genetik, faktor hormonal, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling terkait dan menujang tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal. (Soetjiningsih, 1995)

Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung sejak konsepsi sampai remaja, dan saling berkaitan satu sama lain. Pada umumnya bila pertumbuhan mengalami gangguan maka akan memberikan dampak pula pada aspek perkembangan. Untuk itu dalam pemantauan perlu dilakukan secara berkesinambungan antara pemantauan pertumbuhan dan skrining perkembangan. (Soetjiningsih, 2006). Tiga tahun pertama merupakan periode keemasan (golden

period) atau jendela kesempatan (window of opportunity) atau masa kritis (critical

period) untuk optimalisasi proses tumbuh kembang, merupakan masa yang tepat

untuk mempersiapkan seorang anak menjadi dewasa yang unggul di kemudian hari. (Soetjiningsih, 1995; Departemen Kesehatan RI, 2006; Brainwonder, 2006)

Di Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, diperkirakan jumlah balita 10% dari jumlah seluruh penduduk. Di Amerika deteksi gangguan perkembangan yang terdeteksi sebelum usia sekolah sebesar 20-30%, dan di Indonesia sekitar 12,8 – 28,5 %. (American Academy of Pediatrics, 2001; Susanah S, 2002). Masalah penyimpangan tumbuh kembang akan lebih banyak ditemukan pada bayi-bayi yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan tumbuh kembang seperti neonatus kurang bulan, neonatus dengan kecil masa kehamilan, sindrom gawat nafas, sepsis neonatorum, perdarahan intraventrikuler, dan lain-lain (Strauss RS, 2008). Waktu yang tepat untuk melakukan skrining perkembangan yaitu pada usia 0-3 tahun, saat terjadi perkembangan saraf otak


(68)

commit to user

yang pesat. Selain itu waktu ini juga merupakan waktu yang ideal untuk dilakukan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, sehingga diharapkan akan tercapai perkembangan anak yang optimal. Oleh karena itu harus secara rutin pertumbuhan anak diukur dan dicantumkan pada grafik pertumbuhan, perkembangan harus dilakukan skrining. (Glascoe FP, 2005)

Perkembangan merupakan interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Ditandai oleh bertambahnya kemampuan dan ketrampilan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. (Needlemen RD, 2004; Soetjiningsih, 1995). Perkembangan dimulai pada masa prenatal, dan memiliki berbagai dimensi yang saling berhubungan, memiliki variasi yang besar dalam kecepatan dan sifatnya berkelanjutan. (Needlemen RD, 2004; Tanuwidja S., 2002; Soetjiningsih, 2002)

Secara umum perkembangan dibagi dalam beberapa aspek, yaitu perkembangan motor kasar (gross miotor), motor halus (fine motor adaptive), bahasa dan komunikasi serta pemecahan masalah – personal sosial. (Needlemen RD, 2004; William K, 2001; Chris P, 2000). Terdapat variasi pada pola batas pencapaian dan kecepatan keempat aspek perkembangan, atau yang sering disebut dengan milestone perkembangan. Skala waktu tersebut lebar dalam rentang yang normal.

Proses tumbuh kembang seorang anak dalam perjalanannya mengalami gangguan. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan perkembangan


(1)

commit to user

BAB VI

PENUTUP

A.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulan

bahwa terdapat hubungan bermakna antara jenis asupan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) dominan dengan perkembangan anak usia 6 –

24 bulan. Anak-anak yang mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal akan

mengalami kecenderungan suspek keterlambatan lebih besar.

1.

Pada kelompok usia 6 – 12 bulan didapatkan hasil OR = 6.333

%

yang

berarti terdapat hubungan yang kuat antar variabel (hubungan kuat :

3.00<=OR=<10.00) dan

CI

atau interval kepercayaan

= 2.242 – 17.890.

2.

Pada kelompok usia 13 – 24 bulan didapatkan hasil OR = 2.714

%

yang

berarti terdapat hubungan yang sedang antar variabel (hubungan sedang

: 1.50<=OR<3.00) dan

CI

atau interval kepercayaan

= 1.507 – 4.890.

B.

Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran

penulis adalah sebagai berikut:

1.

Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi yang lebih luas, misalnya

seluruh posyandu di Puskesmas Sibela Surakarta untuk memperluas

generalisasi hasil penelitian.

2.

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan rancangan penelitian

yang lebih baik (studi longitudinal) sehingga dapat membuktikan


(2)

commit to user

pendamping ASI (MP-ASI) dengan perkembangan anak usia 6 – 24

bulan.

3.

Sebaiknya dilakukan penelitian lain dengan memperhitungkan faktor

perancu lain yang belum dapat dikendalikan pada penelitian ini.

4.

Sebaiknya orang tua terutama ibu lebih memperhatikan asupan gizi

untuk anak mereka, dengan senantiasa memilih makanan pendamping

ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan usia anak dan memenuhi kebutuhan

gizi anak.

5.

Sebaiknya orang tua terutama ibu rumah tangga belajar bagaimana

membuat MP-ASI lokal yang lebih baik dalam hal kadar gizinya dan

juga lebih bervariasi.


(3)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Albar H. 2004. Makanan Pendamping ASI.

Cermin Dunia Kedokteran.

pp : 51 – 3

Almatsier S. 2001.

Prinsip Dasar Ilmu Gizi

. Jakarta : Gramedia, pp: 26-85

Alyward GP. 2007.

Conceptual Issues in Developmental Screening and Assessment.

USA : Pediatrics, pp : 340 - 9

American Academy of Pediatrics. 2001.

Developmental Surveillance of Infants and

Young Children

. USA : Pediatrics, pp : 108 : 192-5

Brainwoder. 2006. Diunduh dari http://www.zerotothree.org/brainwonders/care.

diakses pada tanggal 10 Juni 2010.

Chris P, Johnson M. 2000.

Using Developmental and Behavioral Screening Tests.

USA : Pediatrics, pp : 314 – 7

Committee on children and disabilities, American Academy of Pediatrics. 2001.

Developmental surveillance and screening for infants and young children.

USA

: Pediatrics, pp : 192 – 6

Departemen Kesehatan RI. 2006.

P edoman Umum Pemberian Makanan Pendamping

Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006

. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

.

pp : 1-4

.

. 2006.

Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang di Tingkat Pelayanan Dasar

. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI, pp : 48 - 64

Frankenburg, W.K. 1990.

Denver II Screening Manual.

Colorado : Denver

Developmental Centre


(4)

commit to user

Glascoe FP. 2005.

Developmental screening.

Dalam : Parker S, Zuckerman B,

Augustyn, penyunting. Developmental and Behavioral Pediatrics Edisi Ke-2.

Philadelphia : Lippincott, pp : 41 – 50

Hurlock, E. 2002.

Perkembangan Anak Jilid 1.

Jakarta : Erlangga

Ismail, D. 2000.

Kebutuhan Anak untuk Mencapai Tumbuh Kembang Optimal.

Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Krisnatuti D., Yenrina R., 2001.

Menyiapkan Makanan Penda mping ASI

. Jakarta :

Puspa Swara, pp :

Lestari E.D., 2010. Peran zat gizi mikro pada tumbuh kembang anak.

Simposium

Sehari Manajemen Terkini Tumbuh Kembang Anak yang Optimal.

Surakarta :

Salim design, pp: 28-39

Murti, B. 2005.

Penerapan Metode Statistik Non Parametrik dalam Ilmu-ilmu

Kesehatan.

Jakarta : Gramedia

Needleman R. Growth and Development. Dalam : Behrman RE. Kliegman RM,

Jenson HB, penyunting. 2004.

Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition.

Philadelphia : Saunders

Pediatri D. 2008.

Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini dengan Insiden

Diare Pada Bayi Usia 1 – 4 Bulan. Surakarta : FK UMS. Skripsi

Perrin E, Stancin T. 2002.

A Contiuning Dilemma

:

Whether How To Screen For

Concerns About Children’s Behaviour.

USA : Pediatrics, pp : 57 - 9

Pratiwi, Irma C. 2010.

Hubungan Jenis MP-ASI Dominan dengan Status Gizi Anak


(5)

commit to user

Pudjiadi S. 2000.

Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi keempat

. Jakarta : FKUI, p :13

Pulungan, Aman B., Aryono, Hendarto., Hegar, Badriul., Oswari, Hanifah. 2006.

Nutrition Growth-Development.

Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia

Oberklaid F, Wake M. Haris C, Hesketh K, Wright M. 2002.

Child Health Screening

and Surveillance : A Critical Review on Evidance.

Melbourne : Royal

Children’s Hospital

Ritasari, N. 2009.

Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP -AS)

dengan Status Gizi pada Balita Umur 6 – 12 Bulan di Desa Ngimboh, Kecamatan Ujung Pangkah, Gresik.

Surabaya : Airlangga University Library

Runtuwene L.

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Gangguan Perkembangan

Psikis Anak.

Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1999.

Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi Jilid II.

Jakarta : Dian Rakyat

Soetjiningsih. 1995.

Tumbuh Kembang Anak.

Jakarta : EGC, pp : 1-32

.1995.

Tumbuh Kembang Anak

. Jakarta : EGC, p:6

.1995. Penilaian pertumbuhan fisik anak.

Tumbuh Kembang Ana k

.

Jakarta : EGC, pp: 37 – 53

Soetjiningsih. 2006.

Skrining Tumbuh Kembang Di Berbagai Tingkat Pelayanan

Kesehatan.

Disampaikan pada Simposium dan Pelatihan Deteksi Dini dan

Intervensi Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. Malang, 13-14 Mei 2006/

Squires J.

Early Detection of Developmental Problems : Strategies for Monitoring


(6)

commit to user

Strauss RS, Dietz WH. 2008.

Growth and Development of Term Children Born with

Low Birth Weight.

Effect of Genetic and Enviromental Factors. USA : J Pediatr,

pp : 67 - 72

Supriasa I.D.N., Bakri B., Fajar I.,. 2001. Antropometri Gizi.

Penilaian Status Gizi

.

Jakarta : EGC, pp: 26-85

Susanah S, Tanuwidjaja S, Rusmil K. 2002.

Ga mbaran Perkembangan Anak Balita

di Daerah Kumuh Perkotaan Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong

Kotamadya Bandung.

Abstrak KONIKA. Bali : Departemen Kesehatan RI

Tanuwidjaja S. 2002. Konsep umum tumbuh kembang.

Buku Ajar Tumbuh Kembang

Anak dan Remaja.

Yogyakarta : Sagung Seto, pp : 1-12

William K, Frankenburg MD. 2001.

Develpomental Surveillance and Screening of

Infants and Young Chilfren.

USA : Pediatr, pp : 192 - 195

Wiryo, Hananto. 2002a. Beberapa pengertian dasar mengenai gizi anak.

P eningkatan

Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal

.

Jakarta : Sagung Seto, pp : 3 – 11

.

. Kemampuan saluran pencernaan pada bayi baru lahir.

Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal.

Jakarta : Sagung Seto, pp : 31 – 5

World Health Organization (WHO). 2000.

Complementary Feeding : Fa mily Foods

for Breastfed Children.

France : FSG MediMedia Ltd, pp: 1 - 23

World Health Organization (WHO).2005.

Guiding Principles for Feeding

Non-Breastfeed Children 6-24 Months of Age.

Switzerland : Department of Child

and Adolescent Health and Development (CAH) World Health Organization.


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Siemeulue Timur Kabupaten Siemeulue

3 66 73

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 6 – 24 BULAN DI KECAMATAN SUMBERJAMBE KABUPATEN JEMBER

0 3 3

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN SUSU DOT DENGAN TAMBAHAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA PERKEMBANGAN BICARA BAYI Hubungan Pemberian ASI Dan Susu Dot Dengan Tambahan Makanan Pendamping ASI Pada Perkembangan Bicara Bayi Usia 9-12 Bulan.

0 1 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dengan Status Gizi Pada Balita Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Semanggi Kecamata

1 4 16

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-24 BULAN Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dengan Status Gizi Balita Usia 7-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pu

0 4 17

GAMBARAN TINGKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 1 SAMPAI 6 BULAN YANG DIBERI MAKANAN PENDAMPING ASI Gambaran Tingkat Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia 1 Sampai 6 Bulan Yang Diberi Makanan Pendamping Asi Di Desa Sambiroto Pracimantoro Wonog

0 2 18

PERBEDAAN PEMBERIAN JENIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 9 - 24 BULAN DI PUSKESMAS NGORESAN.

0 0 13

HUBUNGAN JENIS ASUPAN MP-ASI DOMINAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 – 24 BULAN

0 0 71

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Siemeulue Timur Kabupaten Siemeulue

0 0 23

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI DESA KEMBARAN

0 0 17