MULA, PUNCAK, DAN LAMA KERJA OBAT TEORI RESEPTOR

diinginkan jika sedang mengendarai mobil, tetapi pada saat tidur, dapat menjadi diinginkan karena menimbulkan sedasi ringan.

2.5.3. MULA, PUNCAK, DAN LAMA KERJA OBAT

Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai konsentrasi efektif minimum MEC = minimum effective concertration . Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan waktu beberapa hari atau jam. Kurva respons-waktu menilai tiga parameter dari kerja obat; mula kerja obat, puncak kerja, dan lama kerja. Perlu untuk memahami hubungan antara respons-waktu dengan pemberian obat, jika kadar obat dalam plasma atau serum menurun dibawah ambang atau MEC, maka ini berarti dosis obat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan toksisitas.

2.5.4. TEORI RESEPTOR

Kebanyakan reseptor, berstruktur protein, ditemukan pada membran sel. Obat-obat yang bekerja melalui reseptor, dengan berikatan dengan reseptor maka akan menghasilkan memulai respon atau menghambat mencegah respon. Aktivitas dari kebanyakan obat ditentukan oleh kemampuan obat untuk berikatan dengan reseptor spesifik. Semakin baik suatu obat berikatan dengan tempat reseptor, maka obat tersebut semakin aktif secara biologis. Ini serupa dengan memasukkan kunci yang tepat ke dalam lubang kunci. Obat-obat yang menghasilkan respons disebut agonis,dan obat-obat yang menghambat respons disebut antagonis. Hampir semua obat, agonis dan antagonis, kurang mempunyai efek spesifik dan selektif. Sebuah reseptor yang terdapat ditempat-tempat berbeda dalam tubuh menghasilkan bermacam-macam respons fisiologis, tergantung dimana reseptor itu berada. Reseptor-reseptor kolinergik terdapat dikandung kemih, jantung, pembuluh darah, paru- paru, dan mata. Sebuah obat yang merangsang atau menghambat reseptor-reseptor koligernik akan bekerja pada semua letak anatomis, obat-obat yang bekerja pada berbagai tempat seperti itu dianggap sebagai nonspesifik atau memiliki nonspesifitas. Betanekol dapat diresepkan utuk retensi urin pascabedah untuk meningkatkan kontraksi kandung kemih. Karena betanekol mempengaruhi reseptor koligernik, maka tempat koligernik lain ikut terpengaruh denyut jantung menurun, tekanan darah menurun, sekresi asam lambung meingkat, bronkiolus menyempit, dan pupil mata mengecil. Efek – efek lain ini mungkin diinginkan mungkin juga tidak, dan mungkin berbahaya atau mungkin juga tidak berbahaya bagi pasien. Obat-obat yang menimbulkan berbagai respons di seluruh tubuh ini memiliki respons yang nonspesifik. Obat-obat juga dapat bekerja pada reseptor-reseptor yang berbeda. Obat-obat yang mempengaruhi berbagai reseptor yang berbeda. Obat-obat yang mempengaruhi berbagai reseptor disebut nonselektif atau memiliki nonselektifitas. Obat-obat yang menghasilkan respons tetapi tidak bekerja pada reseptor dapat berfungsi dengan merangsang aktivitas enzim atau produksi hormon. Empat kategori dari kerja obat meliputi perangsangan atau penekanan, penggantian, pencegahan atau membunuh organisme, dan iritasi. Kerja obat yang merangsang akan meningkatkan kecepatan aktivitas sel atau meningkatkan sekresi dari kelenjar. Obat-obat yang menekan akan menurunkan aktivitas sel dan mengurangi fungsi organ tertentu. Obat- obat pengganti, seperti insulin, menggantikan senyawa-senyawa tubuh yang esensial. Obat- obat yang mencegah atau membunuh organisme menghambat pertumbuhan sel bakteria. Penisilin mengadakan efek bakterisidanya dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat-obat juga dapat bekerja melalui mekanisme iritasi laksatif dapat mengiritasi dinding kolon bagian dalam, sehingga meningkatkan peristaltik dan defekasi.. Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau bulan. Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi waktu paruh merupakan pedoman yang penting untuk menentukan pedoman yang penting untuk menentukan interval dosis obat. Obat-obat dalam waktu paruh pendek, seperti penisilin G t 12 –nya 2 jam , diberikan beberapa kali sehari, obat-obat dengan waktu paruh panjang, seperti digoksin 36jam, diberikan sekali sehari, jika sebuah obat dengan waktu paruh panjang diberikan dua kali atau lebih dalam sehari, maka terjadi penimbunan obat didalam tubuh dan mungkin dapat menimbulkan toksitas obat, jika terjadi gangguan hati atau ginjal, maka waktu paruh obat akan meningkat. Dalam hal ini, dosis obat yang tinggi atau seringnya pemberian obat dapat menimbulkan toksisitas obat.

2.5.5. KADAR PUNCAK DAN KADAR TERENDAH OBAT