70
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian dan pengembangan aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi ini menggunakan model penelitian
Research and Development
RD. Penulis menggunakan kerangka berpikir sesuai dengan penelitian
Research and Development
RD
.
Borg dan Gall 1996 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan peneltian
Research and Development
adalah “
a process used develop and validate educational product
”. Borg dan Gall menjelaskan bahwa penelitian R
esearch and Development
merupakan sebuah proses untuk mengembangkan dan melakukan uji validitas produk yang dikembangkan untuk suatu kepentingan tertentu.Hal ini berarti
bahwa penelitian
Research and Development
merupakan suatu proses dalam mengembangkan sebuah produk serta melakukan pengujian terhadap validitas
produk yang dikembangkan. Penelitian
Research and Development
lebih lanjut dijelaskan oleh Sugiyono 2011, hal. 407 dalam bukunya bahwa penelitian
research and development
merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian RD lebih
dikhususkan untuk menghasilkan sebuah produk yang nantinya akan diuji keefektifitasannya. Produk yang dihasilkan dapat berupa produk baru
original
maupun produk pengembangan atau penyempurnaan dari produk yang telah ada sebelumnya agar lebih efektif Sujadi, 2003.
71 Berdasarkan beberapa sumber mengenai penelitian dengan model
Research and Development,
dalam penelitian ini penulis ingin melakukan pengembangan dan pengujian perangkat lunak berupa aplikasi Sistem Pendukung Keputusan
Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi. Dalam melakukan pengembangan perangkat lunak tersebut, penulis
menggunakan panduan
software engineering
karangan Roger S. Pressman yang menjelaskan bahwa tahapan dalam pengembangan perangkat lunak yaitu 1
Analisis Kebutuhan,
2 Desain
Sistem, 3
Pengkodean dan
4 Pengujian.Mengacu pada buku
software engineering
tersebut penulis mengembangkan perangkat lunak menggunakan salah satu model proses klasik
yaitu waterfall‟s
model
. Waterfall‟s
model
merupakan suatu proses model dalam mengembangkan perangkat lunak yang memiliki sifat sistematis, berurutan dalam membangun
suatu software Pressman, 2001, hal. 29.
Gambar 10. Waterfall‟s Model
Analisis Kebutuhan
Desain Sistem
Pengkodean
Pengujian
72 Metode
waterfall
dipilih karena setiap tahapan prosesnya mudah dipahami dan memiliki struktur sistem yang jelas, selain itu metode
waterfall‟s model memiliki pendekatan secara sistematis dan urut sehingga penelitian yang
dilakukan lebih terkontrol serta terjadwal dengan baik. Sistematika
waterfall‟s model sendiri memiliki beberapa tahapandalam mengembangkan produk penelitian. Mengacu pada model tersebut, beberapa hal
yang akan dilakukan dalam mengembangkan produk penelitian dalam hal ini perangkat lunak antara lain :
1. Analisis Kebutuhan
Software Requirement Analysis Requirement analysis
atau analisis kebutuhan merupakan sebuah tahapan dimana pengembang menganalisa kebutuhan atau keinginan yang diharapkan oleh
pengguna untuk perangkat lunak yang akan dikembangkan. Tahap analisis kebutuhan mencakup analisis fungsional perangkat lunak, desain antar muka
user interface
perangkat lunak dan lain-lain. Pada tahapan ini diharapkan segala kebutuhan mengenai pengembangan perangkat lunak dapat dirumuskan sebagai
dasar pengembangan perangkat lunak nantinya. 2.
Desain
Design
Setelah melakukan analisa kebutuhan pada langkah sebelumnya maka pada tahap selanjutnya yaitu desain sistem akan dilakukan pemodelan terhadap sistem
yang akan dibuat. Sebuah bahasapemodelandapatberupa grafis atautekstual, dalam hal ini penulis menggunakan permodelan sistem dengan bahasa grafis yaitu
flowchart
.
Flowchart
adalah representasiskematis
darisuatu algoritmaatau
prosesbertahap.Bahasa pemodelangrafismenggunakan
teknikdiagram
73 dengansimbolbernamayang
mewakilikonsep-konsep, garis
yangmenghubungkansimbol danmewakili
hubunganmaupun notasigrafislainnyauntuk mewakiliberbagaikendala.Dengan dibuatnya desain
pengembangan sistem perangkat lunak nantinya akan mempermudah pengembang dalam proses pengkodean perangkat lunak tersebut.
3. Pengkodean
Coding
Proses pengkodean merupakan tindak lanjut dari proses desain sistem. Tahap pengkodean merupakan tahap implementasi dari perangkat lunak yang
akan dibuat. Proses implementasi dilakukan sesuai dengan desain yang telah dibuat sebelumnya. Pengembang menterjemahkan desain model ke dalam kode-
kode untuk membangun perangkat lunak. Pada tahapan ini pengembang juga melakukan testing pada tiap bagian implementasi yang dibuatnya secara langsung
white-box test
. 4.
Pengujian
Testing
Setelah implementasi produk perangkat lunak selesai maka tahapan selanjutnya adalah proses pengujian. Sebuah perangkat lunak yang dikembangkan
harus diuji kelayakannya sebelum dilepas dan digunakan oleh pengguna. Proses
testing
atau pengujian merupakan sebuah proses penting dimana nantinya akan menentukan kualitas atau kelayakan dari perangkat lunak yang dikembangkan.
Pada tahapan pengujian ini penulis mengacu pada Mc Call’s
software quality factors
dan ISO 9126
quality
sebagai standar yang digunakan dalam melakukan uji kualitas perangkat lunak
.
74 Analisis kualitas pada penelitian ini difokuskan pada empat faktor kualitas
perangkat lunak
yaitu faktor
correctness, functionality
,
usability
dan
maintainability
. Pemilihan beberapa faktor kualitas perangkat lunak tersebut didasari pada beberapa pertimbangan yaitu :
a.
Correctness
Faktor kualitas
correctness
dipilih dengan pertimbangan pengujian pada faktor ini dapat menunjukan bagaimana kualitas
source code
aplikasi yang dikembangkan. Hal ini dikarenakan dalam pengujianya dilakukan analisis jumlah
error
pada tiap
kilo line of codes KLOC
. b.
Functionality
Fakor kualitas
functionality
dipilih dengan pertimbangan sebuah perangkat lunak harus bisa memenuhi semua fungsi-fungsi yang diharapkan dan memastikan
bahwa fungsi-fungsi tersebut berjalan dengan baik dan benar. c.
Usability
Faktor kualitas
usability
dipilih dengan pertimbangan bahwa aplikasi harus dapat digunakan oleh pengguna dengan mudah. Pengujian fakor kualitas
usability
akan menunjukan bagaimana aplikasi dapat dimengerti, dipahami, dan digunakan oleh pengguna.
d.
Maintainability
Faktor kualitas
maintainability
dipilih karena dapat menunjukan kemudahan aplikasi untuk dipahami, dikembangkan, dan diperbaiki. Hal ini bermanfaat untuk
pemeliharaan sistem nantinya.
75 Adapun dalam pengujiannya, empat faktor kualitas tersebut dilaksanakan
dengan cara yang berbeda. Berikut analisis kualitas perangkat lunak pada penelitian ini:
a. Faktor kualitas
correctness
diuji dengan analisis
error per kilo line of codes KLOC
, yang akan dibandingkan dengan standar
errorKLOC
pada
industry average
dan
Microsoft Application
. Untuk menghitung jumlah
lines of code
LOC digunakan
tool Code Line Counter
. Sedangkan jumlah
error
dihitung menggunakan
tool Code Advisor for Visual Basic 6.
Perangkat lunak dinyatakan layak apabila
error per kilo line of codes KLOC
perangkat lunak yang dikembangkan lebih kecil sama dengan standar
errorKLOC
pada
industry average
dan
Microsoft Application
. b.
Faktor kualitas
functionality
diuji dengan melakukan pengujian pada setiap fungsi pada aplikasi yang dikembangkan. Pengujian ini bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap fungsi pada aplikasi berkerja sebagai mana mestinya.
Standar
Windows Logo
Certification
digunakan sebagai
standarkriteria lolos faktor kualitas
functionality
c. Faktor kualitas
usability
dikaji dari penilaian pengguna akhir
end user
yang didapat melalui kuesioner. Kuesioner yang digunakan mengacu pada
Computer System Usability Questionnaire
yang dipublikasi oleh J.R. Lewis. Kuesioner ini akan disebar kepada 60 responden yang terdiri dari mahasiswa
dan siswa SMA kelas XII. d.
Faktor kualitas
maintainability
diuji secara operasional oleh pengembang sendiri dengan menggunakan kriteria lolos untuk tiga aspek faktor
76
maintainability
yaitu aspek c
onsistency, instrumentation,
dan s
implicity.
Aplikasi dinyatakan lolos apabila memenuhi kriteria lolos ke-tiga aspek faktor
maintainability
tersebut.
B. Variable Penelitian