Seni Tari sebagai Sistem Simbol
16
menganut budaya agraris biasanya juga masih mengembangkan tarian jenis ini untuk upacara bersih desa, yang maknanya mengucap syukur atas
limpahan hasil bumi dan selalu berharap kemakmuran dalam hidupnya. Contoh tarian ini, ialah: Seblang dari Banyuwangi dan Shangyang dari
Bali. b.
Sebagai sarana pergaulan atau hiburan Tarian
ini adalah
tarian yang
berfungsi sebagai
sarana untuk
mengungkapkan rasa gembira atau sekaligus sebagai sarana pergaulan anatara pria dan wanita. Di Indonesia tarian ini tidak dipelihara dengan
baik, malah banyak sekali yang justru mengembangkan tari-tarian pergaulan dari Barat. Contoh jenis tarian ini, misalnya: Tayub di sebagian
besar Jawa, Gandrung dari Banyuwangi dan Lombok, Lenso dari Maluku, Ketuk Tilu dari Jawa Barat, dan sebagainya.
c. Sebagai sarana pertunjukan atau tontonan
Tarian ini berfungsi sebagai pertunjukan atau tontonan, sehingga dalam tarian ini selalu dikonsumsi oleh pengamat atau penonton. Bila ditinjau
bentuknya, maka tarian ini memiliki kecenderungan spektakuler dan komunikatif dengan penontonnya. Arena pertunjukan, konsep, serta aspek
teknis lainnya selalu menjadi pertimbangan dalam penampilan, agar penonton selalu tertarik dengan apa yang disajikan dalam tarian tersebut.
Contoh-contoh jenis tarian ini dapat dilihat dalam forum-forum festival ataupun pertunjukan-pertunjukan rutin dari seni pertunjukan tradisi di
17
Indonesia, misalnya Wayang Wong, Janger, Arja, Gambuh, dan sebagainya.
Selain tiga fungsi di atas, kenyataannya banyak masyarakat yang memiliki kepentingan lain untuk memaknai tari dalam hidupnya. Artinya kemudian ada
fungsi yang sekunder dari kehidupan tari dalam masyarakat, yakni: sebagai media pendidikan, propaganda, prestise, komersial, politis, komunikasi, luapan
emosi, dan pelestari nilai budaya.