Latar Belakang Masalah Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Rentablitas pada Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis global yang terjadi sekarang ini telah menyebabkan kinerja perekonomian Indonesia menurun. Pengelolaan perekonomian dan sektor usaha yang kurang efisien serta sistem perbankan yang rapuh menyebabkan nilai tukar berubah. Dunia perbankan dewasa ini mengalami persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam pengumpulan dana masyarakat, sehingga dipastikan bahwa bank-bank dengan tingkat permodalan yang kecil, jaringan pelayanan, teknologi dan diversifikasi usaha yang terbatas akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan tersebut. Oleh karenanya perbankan nasional harus terus meningkatkan profesionalismenya guna menghadapi persaingan tersebut. Perbankan nasional harus sungguh-sungguh menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara yang mempunyai tugas pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam sektor-sektor yang produktif. Sebagai pengelola dana masyarakat, tentunya bank juga mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat untuk menjaga kepercayaan masyarakat dengan cara terus memelihara kelangsungan usahanya tergantung pada kesiapan untuk menghadapi risiko dari berbagai jenis penanaman dana yang dilakukan. Keberlangsungan usaha bank sangat dipengaruhi oleh kualitas penanaman dana aktiva produktif yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara Kegiatan bank yang utama adalah memupuk dana yang pada umumnya berbunga dan menanamkannya pada aktiva produktif. Penanaman dana yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan pendapatan bank melalui penciptaan aktiva produktif yang menghasilkan. Menurut Dendawijaya 2005:61 “aktiva produktif perbankan adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya”. Aktiva produktif ini meliputi kredit yang diberikan, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan transaksi rekening administratif. Kualitas semua bentuk penanaman dana aktiva produktif menjadi standar pengukuran kinerja bank. Pengelola bank berkewajiban menjaga agar kualitas penanaman dana pada aktiva produktif senantiasa dalam keadaan baik. Jumlah aktiva produktif juga sangat menentukan rentabilitas, karena rentabilitas diperoleh dari laba bersih yang dihasilkan oleh aktiva produktif earning asset. Jumlah aktiva produktif harus disalurkan secara proporsional sehingga tidak terjadi idle atau dalam posisi kelebihan dana, menumpuknya dana menganggur karena ketidakseimbangan penyerapan dan penyaluran dana sehingga menjadi beban karena dapat menekan rentabilitas yang mengakibatkan imbal hasil yang diperoleh deposan bank cenderung mengecil. Dilatarbelakangi oleh sering munculnya pembiayaan bermasalah Non - Performing Loan dalam penyaluran aktiva produktif terkait kolektibilitas, maka dalam menjalankan operasionalnya bank-bank harus menerapkan prinsip kehati- hatian. Sebagai upaya meningkatkan monitoring atau pengawasan terhadap Universitas Sumatera Utara kinerja kegiatan bank terutama disisi aktivanya.Tingkat kesehatan bank merupakan hal yang terpenting yang harus diusahakan oleh manajemen bank, selanjutnya pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatannya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat kolektibilitasnya. Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran pertamanya adalah ketepatan membayar kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan. Salah satu penilaian tingkat kesehatan bank adalah rentabilitas atau kemampuan bank untuk memperoleh laba. Rasio-rasio yang digunakan dalam rentabilitas antaralain ROA Return On Asset, ROE Return On Equity, NIM Net Interest Margin dan BOPO Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional. Namun dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian berdasarkan besarnya ROA Return On Asset dan tidak memasukkan unsur ROE Return On Equity. Hal ini dikarenakanan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Suatu bank dapat terjamin kelangsungan usahanya apabila terus menjaga kualitas penanaman dana aktiva produktif yang dilakukannya. Akan tetapi, pada kenyataannya kualitas aktiva produktif belum dapat memaksimalkan laba yang Universitas Sumatera Utara mampu diperoleh bank. Dalam menciptakan penanaman dana melalui pembuatan aktiva produktif di bank, maka setiap bank harus mempertimbangkan dengan seksama agar pendapatan yang mereka hasilkan melalui penanaman modal dapat membiayai beban-beban yang dipergunakan selama operasional dan laba yang dikehendaki. Penerimaan bunga dari kegiatan pemberian kredit juga masih rendah akibat ketidaklancaran pemberian kredit baru kepada masyarakat. Pihak bank dalam menyalurkan kreditnya sangat bersifat konsevatif dimana bank lebih menekankan kemungkinan return yang dapat diperolehnya melalui jaminan dari pihak ketiga tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kredit macet yang dikarenakan ketidakmampuan pihak ketiga membayar kreditnya. Konservatisme bank sendiri dikarenakan bank harus menjaga agar rasio kecukupan modal bank Capital Adequecy RatioCAR tidak kurang dari ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8. Kadang bank melakukan tindakan yang kurang sesuai dengan usaha pokok bank yaitu menyalurkan dana kredit kepada pihak ketiga nasabah. Bank dalam menghindai risiko kredit macet dari masyarakat sebagian besar modal yang dimilikinya untuk membeli surat-surat berharga Bank Indonesia yaitu dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI maupun obligasi pemerintah. Dengan membeli surat-surat berharga ini maka bank memiliki obyek investasi yang aman. Investasi ini juga memiliki risiko-risiko seperti kenaikan suku bunga SBI akan mendorong kenaikan suku bunga deposito yang kemudian kan meningkatkan beban bunga yang harus dtanggung bank. Hal ini akan mengurangi margin laba Universitas Sumatera Utara interest margin yang diterima bank, yang kemudian akan berakibat pada penurunan margin laba bersih net margin interest. Penempatan dana pada bank lain dilakukan bank untuk memperoleh bunga dari hasil penempatan pada bank lain tersebut. Bunga yang dihasilkan dari penempatan ini lebih kecil dibanding dengan penempatan aktiva produktif lainnya, maka penempatan dana ini dilakukan bank untuk menghindari kas yang menganggur idle cash yang dimilki bank dan untuk tujuan likuiditas. Penyertaan modal pada lembaga keuangan yang bukan bentuk bank atau perusahaan lain dilakukan bank untuk tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga keuangan lain, atau penyelamatan kredit dimana penyertaan bank pada perusahaan lain yang bergerak dibidang keuangan dimaksudkan untuk memperoleh sumber pernghasilan yang tetap, mengendalikan perusahaan yang bersangkutan atau untuk tujuan yang lain. Sedangkan penyertaan modal dalam rangka penyelamatan kredit harus ditarik kembali apabila telah melebihi jangka waktu lima tahun atau ketika perusahaan debitor yang disertai telah memperoleh lama kumulatif. Dalam melakukan penyertaan ini pihak bank perlu bersikap hati-hati agar penyertaan yang dilakukan tidak merugikan bank. Keempat jenis aktiva di atas seluruhnya menggunakan lonable funds atau excess reserve sehingga dengan memperhatikan bahwa penempatan dana terbesar aktiva itu adalah berasal dari dana pihak ketiga dan pinjaman, maka risiko yang timbul atas penempatan modalalokasi dana tersebut harus diikuti dan diamati melalui analisis berbagai risiko. Semua usaha penempatan tersebut memiliki Universitas Sumatera Utara risiko, dimana kredit yang telah diberikan dapat mengalami kemacetan. Sedangkan sumber penghasilan terbesar bank adalah melalui pengelolaan kreditnya, sehingga sepantasnyalah bank bersikap konservatif terhadap penyaluran kreditnya kepada pihak ketiga. Bank Century merupakan salah satu bank yang mengalami kesulitan rentabilitas kebangkrutan yang dikarenakan ketidakmampuan bank tersebut dalam mengelola aktiva produktifnya dengan baik, manajemen perusahaan yang hanya berorientasi pada profit menyebabkan kebangkrutan bank ini. Kredit yang dikucurkan Bank Century kepada beberapa nasabah yang setalah diselidiki ternyata hanya perusahaan fiktif yang dibuat oleh pemilik bank untuk menyelewengkan dana bank, ditambah lagi kegagalan Bank Century yang menjadi penjamin emisi dari reksadana Antaboga Sekuritas yang ternyata sebagian besar sahamnya juga fiktif. Terlepas dari kasus Bank Century ini adalah karena kegagalan manajemen bank, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh aktiva produktif terhadap rentabilitas bank. Adapun penelitian terdahulu dilakukan oleh Desi Kurniati 2009 yang menganalisis pengaruh aktiva produktif terhadap rentabilitas studi kasus pada PT Bank Jabar Banten dimana yang diteliti aktiva produktif serta indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat rentabilitasnya adalah ROA return on assets. Dalam penelitian tersebut didapati bahwa aktiva produktif memiliki pengaruh yang positif terhadapa rentabilitas. Nancy Debora 2011 yang menganalisis pengaruh kualitas aktiva produktif terhadap rentabilitas pada bank-bank yang terdaftar di BEI, dimana Universitas Sumatera Utara yang diteliti adalah kredit, surat-surta berharga, penanaman dana pada bank lain, dan penyertaan modal serta indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat rentabilitasnya adalah ROA return on assets. Dalam penelitian tersebut didapati bahwa aktiva produktif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Ria Agnes 2011 dengan judul pengaruh aktiva produktif terhadap rentabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009, dimana aktiva yang diteliti adalah kredit, surat-surat berharga dan penempatan pada bank lain, penyertaan serta indikotor yang digunakan adalah ROA return on assets. Dalam penelitian tersebut peneliti mendapati bahwa secara parsial aktiva produktif tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat rentabilitas bank. Tetapi secara simultan menunjukkan bahwa aktiva produktif memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat rentabilitas bank-bank yang terdaftar di BEI. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh aktiva produktif yang terdiri dari kredit, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan modal bank pada lembaga keuangan yang bukan bentuk bank atau perusahaan lain terhadap tingkat rentabilitas bank dengan objek yang diteliti adalah bank-bank yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2011. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya dalam sebuah skripsi dengan judul “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat rentabilitas pada bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2009-2011 ”. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah