Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
BRYAN PRIYASDIKA
0813010037 / FE / AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
BRYAN PRIYASDIKA
0813010037 / FE / AK
KepadaFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
Bursa Efek Indonesia
Disusun Oleh: Bryan Priyasdika 0813010037/FE/AKtelah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 22 Februari 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec.SITI SUNDARI, M.Si Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Sekretaris
Dra. Ec. SITI SUNDARI, M.Si Anggota
Drs. Ec. SJAFII, MM.AK Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. Ec. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 196309241989031001
(4)
Indonesia
Disusun Oleh: Bryan Priyasdika 0813010037/FE/EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 22 Februari 2013
Mengetahui Pembimbing Utama
(5)
ii
berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku rector Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, AK, selaku Ketua Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(6)
ii
5. Bapak Drs. Ec. Syafi’I, MM, AK, selaku Dosen wali penulis di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak, Ibu Dosen dan Staf pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Mama, Papa, Adik, dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian dan pengorbanan yang begitu besar. Terima kasih untuk semuanya.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsiku ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan, tetapi penulis berharap semoga hasilnya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Surabaya, Juli 2013
(7)
DAFTAR ISI ………... iii
DAFTAR TABEL ……….. vii
DAFTAR GAMBAR ……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix
ABSTAKSI ………. x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permasalahan……… 1
1.2 Perumusan Masalah……… 7
1.3 Tujuan Penelitian ……… 8
1.4 Manfaat Penelitian……….. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………... 10
2.2. Landasan Teori ……….... 13
2.2.1. Definisi Bank ..……… 13
2.2.2. Kesehatan Bank……… 15
2.2.3. Capital Adequacy Ratio (CAR)……… 18
2.2.4. Non Performing Loan (NPL)……… 22
2.2.4.1 Definisi (NPL)………... 22
2.2.4.2 Pengaruh NPL terhadap CAR ….. 25
2.2.5. Indeks Resiko (ZRISK) ………. 26
2.2.5.1 Definisi (ZRISK)……….. 26
2.2.5.2 Pengaruh ZRISK terhadap CAR ………. 29
(8)
2.2.6. Net Interst Margins (NIM)……… 30
2.2.6.1 Definisi (NIM)………... 30
2.2.6.2 Pengaruh NIM terhadap CAR ….. 30
2.2.7. A Liquid Asset to Total Deposit Ratios (LACSF)…... 32
2.2.7.1 Definisi (LACSF)………... 32
2.2.7.2 Pengaruh LACSF terhadap CAR ……….. 33
2.2.8. Total Equity to Total Liabilities (EQTL)….. 33
2.2.8.1 Definisi (EQTL)……….. 33
2.2.8.2 Pengaruh EQTL terhadap CAR…. 34 2.3 Kerangka Pikir………. 35
2.4 Hipotesis……….. 36
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel… 37 3.2. Teknik Penentuan Sampel ..………... 41
3.2.1. Populasi……… 41
3.2.2. Sampel………. 41
3.3. Teknik Pengumpulan Data………. 43
3.3.1. Jenis Data………. 43
3.3.2. Sumber Data……… 43
3.3.3. Pengumpulan Data……….. 43
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………... 44
3.4.1. Teknik Analisis Data……… 44
(9)
3.4.3. Uji Asumsi Klasik………. 45
3.4.4. Uji Hipotesis………. 47
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ………. 49
4.1.1. Deskripsi Bank Umum yang Terdaftar di BEI ……….. 49
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 56
4.2.1. Deskripsi Variabel Non Performing Loans (X1) ………. 57
4.2.2. Deskripsi Variabel Indeks Resiko (X2) ……….. 58
4.2.3. Deskripsi Variabel Net Interest Margin (X3) ……….. 59
4.2.4. Deskripsi Variabel A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (X4) ……….. 60
4.2.5. Deskripsi Variabel Tolal Equity to Total Liabilities (X5) ……… 61
4.2.6. Deskripsi Variabel Capital Adequacy Ratio (Y) ……….. 63
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ………... 64
4.3.1. Uji Normalitas ………..…... 64
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ………... 65
4.3.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……... 68
4.3.3.1. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ……….. 68
(10)
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model atau
Uji F ... 71
4.3.4.2. Uji Parsial atau Uji t ………….. 72
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 74
4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ……….. 79
4.6. Keterbatasan Penelitian ……… 79
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 79
5.1. Kesimpulan ……… 81
5.2. Saran ………... 82 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Resiko Finansial ………. 26 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ……….. 35
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank………. 16
Tabel 2.3 Standar Predikat Tingkat Kesehatan Bank …………... 17
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank…………... 18
Tabel 3.1 Daftar Bank go public yang terdaftar di BEI …………... 42
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data NPL (X1) ……… 57
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Indeks Resiko (X2) ……… 58
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data NIM (X3) ……… 59
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data LACSF (X4) ……… 61
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data EQTL (X5) ……….. 62
Tabel 4.6 Rekapitulasi Data CAR (X6) ……… 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ………. 65
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ……… 66
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………... 67
Tabel 4.10 Hasil Pendugaan Para Meter Regresi linier Berganda … 68 Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model …………. 71
Tabel 4.12 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial ……... 72
Tabel 4.5.1 Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penellitian Terdahulu ………. 78
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rekapitulasi NPL (X1)
Lampiran 2. Tabel Rekapitulasi Indeks Resiko (X2) Lampiran 3. Tabel Rekapitulasi NIM (X3)
Lampiran 4. Tabel Rekapitulasi LACSF (X4) Lampiran 5. Tabel Rekapitulasi EQTL (X5) Lampiran 6. Tabel Rekapitulasi CAR (Y)
Lampiran 7. Tabel Uji Normalitas dan Uji Multi kolinieritas Lampiran 8. Tabel Uji Heterokedastisitas dan Uji Autokorelasi Lampiran 9. Tabel Uji Regresi Linear Berganda dan Uji F
(14)
Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Oleh : Bryan Priyasdika
Abstraksi
Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Adanya merger besar-besaran dari bank besar yang ada waktu itu menyebabkan memakan biaya fiskal yang amat besar mencapai 51% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Terjadinya krisis menumbuhkan kesadaran akan pentingnya stabilitas pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan. Kondisi perekonomian yang terjadi sebelumnya berimbas pada sektor perbankan harus menjadi bahan pembelajaran. Perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan, selain itu bank juga sebagai lembaga yang memperlancar lalu lintas pembayaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh NPL, ZRISK, NIM, LACSF, dan EQTL terhadap CAR Bank-Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Jumlah sampel yang digunakan adalah 15 bank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji hipotesis yaitu uji t dan uji F.
Berdasarkan hasil yang dilakukan dikemukakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan net performing loan, net interest margin, a liquid to total deposit ratio terhadap capital adequacy ratio. Sedangkan yang tidak signifikan indeks resiko (ZRISK), dan Equity to Total Liabilities (EQTL).
Keywords : non performing loan, indeks resiko, net interest margin, a liquid to total deposit ratio, total equity to total liabilities, capital adequacy ratio
(15)
1
Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam undang undang, yang dimaksud dengan bank adalah bank usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, disebut dengan fungsi intermediasi dapat berjalan dengan baik apabila kedua belah pihak tersebut, yaitu penyimpan dana dan peminjam dana memiliki kepercayaan terhadap bank (Warjiyo, 2004).
Pada tahun 1997 terjadinya krisis moneter dan perbankan, sistem perekonomian diguncang hebat oleh adanya krisis ekonomi yang secara global melanda dan berpengaruh sistem perbankan negara Indonesia. Efek yang terjadi secara ekonomi sangatlah dirasakan dan yang terjadi pada sektor perbankan. Adanya merger besar-besaran dari bank besar yang ada waktu itu menyebabkan memakan biaya fiskal yang amat besar mencapai
(16)
51% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Terjadinya krisis menumbuhkan kesadaran akan pentingnya stabilitas pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan.
Pasal 29 UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan; Bank wajib memelihara tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini menjadikan sektor perbankan yang sangat strategis dalam perekonomian, sehingga pentingnya tingkat kesehatan bank perlu diperhatikan.
Kondisi perekonomian yang terjadi sebelumnya berimbas pada sektor perbankan harus menjadi bahan pembelajaran. Perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan, selain itu bank juga sebagai lembaga yang memperlancar lalu lintas pembayaran. Landasan kegiatan usaha bank adalah kepercayaan, bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana dari masyarakat dibanding dengan modal sendiri dari pemilik atau pemegang saham, oleh karena itu pengelola bank dalam melakukan usahanya dituntut untuk dapat menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai, dengan
(17)
kondisi yang demikian maka kinerja keuangan bank dapat dikatakan baik. (Sumatra, 2000:50).
Perusahaan perbankan diperlukan pengawasan, regulasi, serta kontrol dari kinerja perbankan. Hal tersebut bermanfaat bagi pemakainya sebagai umpan balik yang dapat membantu para manajer dan pemerintahan untuk mengindentifikasikan masalah dan membantu pemecahannya, secara internal manajemen dan eksternal regulasi serta kebijakan terkait perbankan dan moneter, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja operasi perbankan secara nasional, dan menekan efek moneter global yang merugikan.
Perusahaan perbankan sedang melakukan sistem melalui implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dimana secara bertahap dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan API akan diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kinerja perbankan, hubungan antara modal bank pendapatan peraturan saat ini menjadi sorotan yang penting di perhatikan pada negara berkembang terutama seperti di Indonesia. Anggapan modal besar maka akan menjauhakan diri dari resiko kebangkrutan, ataupun kinerja manajemen yang efektif dan efisien yang maupun meminimalkan resiko. Kemungkinan yang terjadi
(18)
tersebut harusnya di sesuaikan dengan kondisi ekonomi, dan bisnis di negara yang bersangkutan.
Aktivitas dan upaya peningkatan kinerja perbankan tentu di pengaruhi oleh campurtangan pemerintah dengan penetapan suku bunga (SBI), maupun penentuan standar modal yang dimiliki bank dalam bentuk Giro Wajib Minimum (GWM), sehingga penentuan rasio modal yang di tentukan mempengaruhi kinerja perbankan.
Sumber utama indikator yang dijadikan dasar penelitian perusahaan adalah laporan keuangan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan. Analisis rasio merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat efektifitas operasi perusahaan perbankan. Salah satu yang diterapkan dalam usaha perbankan adalah menggunakan rasio CAMELS. Analisa ini mencakup komponen berupa Capital, rasio kecukupan modal. Asset, rasio kualitas aktiva untuk mengukur kualitas aktiva produktif.
Managemen, rasio untuk menilai kualiatas manajemen. Earning, rasio menilai
rentabilitas bank dan mengukur rentabilitas bank dan mengukur profitabilitas.
Liquidity sebagai ukuran likuiditas bank dan Sensitivity to Market Risk sebagai
untuk menilai resiko pasar industri.
Aspek kualitas aktiva dengan NPL( Non Performing Loan) sebagai rasio antara kredit bermasalah atas total kredit, mengindentifikasi bank dapat mengalami masalah profitabilitas, karena yang seharusnya bank memperoleh
(19)
profit dari kegiatan pemberian kredit karena banyak kredit bermasalah menimbulkan potensi loss bagi bank, rendahnya NPL membantu memperbaiki ketersediaan modal.
Aspek resiko industri dengan ZRISK merupakan pendekatan melalui penilaian terhadap komponen–komponen modal atau cadangan yang di bentuk untuk meng–cover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga, kecukupan penerapan sistem menejemen resiko pasar dan penerapan rumusan antara aspek Earnings dari ROA dijumlahkan EQTA (modal berbanding aset) dibagi dengan standart deviasi ROA. Sebagai rasio resiko menimbulkan potensi menaikan ketersediaan modal apabila resiko industri meningkat.
Aspek rentabilitas dan profitabilitas dengan NIM (Net Interest
Margin) sebagai rasio antara pendapatan bunga bersih atas rata-rata aktiva
produktif, mengindentifikasikan kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. NIM yang memberikan petunjuk adanya inefesiensi perbankan. Ketersediaan NIM tinggi menjadikan membantu ketersediaan modal.
Aspek likuiditas dengan LACSF (A Liquid Asset to Total Deposit
Ratio) sebagai rasio antara aset likuid atas total deposit, mengindentifikasikan
ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Dengan ketersediaan likuiditas yang baik bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban kewajiban yang harus dibayar sehingga LACSF yang tinggi membantu ketersediaan modal.
(20)
Aspek leverage dengan EQTL (Total Equity to Total Liabilities) sebagai rasio antara total ekuitas atas total liabilitas, mengindentifikasikan ketersediaan dana dan sumber dana bank berupa ekuitas pada saat ini dan yang akan datang untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar sehingga EQTL yang tinggi membantu ketersediaan modal.
Rubi Ahmad (2008), meneliti tentang “The Determinants of Bank
Capital Ratios in a Developing Economy“. Berdasarkan hasil penelitianya
diperoleh variabel yang signifikan berpengaruh positif terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah NPL, POST99, EQTL dan LASCF. Sedangkan
REGRWC dan SIZE adalah yang berpengaruh negatif terhadap Capital
Adequacy Ratio of Bank.
A. Sinan Cebenoyan (1990), meneliti tentang “Ownership Structure,
Charter Value, And Risk-Taking Behaviour for Thrifts”. Berdasarkan hasil
penelitianya diperoleh variabel yang signifikan berpengaruh positif terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah Untuk Koefisien LOGSIZE dan
MKBKIN adalah yang signifikan dan positif terhadap RISK. Sedangkan koefisien MKBK adalah yang signifikan dan negatif terhadap RISK. Serta koefisien UNEMP, dan LIBSTATE adalah yang tidak signifikan terhadap RISK.
Desie Anggita yudanto (2010), meneliti tentang “Determinan Capital
Adequacy Ratio Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek
(21)
Variabel yang positif signifikan berpengaruh terhadap CAR adalah LACSF, dan EQTL. Sedangkan variabel yang negatif signifikan berpengaruh terhadap
CAR adalah NPL dan SIZE.
Farah Margaretha (2008), meneliti tentang “Pengaruh Resiko,
Kualitas Manjemen, Ukuran dan Likuiditas Bank terhadap Capital Adequacy
Ratio bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Berdasarkan hasil
penelitianya diperoleh variabel ZRISK, NIM, LACSF, serta EQTL berpengaruh signifikan terhadap CAR. Untuk variabel NPL dan SIZE tidak mempunyai pengaruh terhadap CAR.
Alasan dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Objek penelitian adalah 15 bank umum di Indonesia pada periode 2009-2011. Krisis perbankan merupakan salah satu penyebab dari krisis ekonomi di Indonesia, dan menjadi penyebab utama Indonesia belum keluar dari krisis.
Berdasarkan uraian di atas penulis akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(22)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
?
2. Bagaimanakah pengaruh Indeks Resiko (ZRISK) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
?
3. Bagaimanakah pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
?
4. Bagaimanakah pengaruh A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI ?
5. Bagaimanakah pengaruh Total Equity to Total Liabilities (EQTL) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan dan masalah yang telah di rumuskan maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik
(23)
pengaruh Non Performing Loan (NPL), Indeks Resiko (ZRISK), Net Interest
Margin (NPM), A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF), dan Total
Equity to Total Liability (EQTL) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
pada perusahaan yang go public di bursa efek Indonesia periode 2009-2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di peroleh dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti : menambah wawasan dan pengetahuan penulis, pelaku bisnis perbankan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan mengenai pengaruh Non
Performing Loan (NPL), Indeks Resiko (ZRISK), Net Interest Margin
(NPM), A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF), dan Total Equity to
Total Liability (EQTL) terhadap Capital Adequacy Ratio ( CAR).
2. Bagi praktisi : memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaku bisnis perbankan untuk menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan terhadap kebijakan Capital Adequacy Ratio (CAR) agar dapat meminimalkan resiko keuangan.
3. Bagi Akademis : memberikan informasi bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
(24)
10
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Non
Performing Loans (NPL), Resiko Nilai Indeks (ZRISK), Net Interst Margin
(NIM), Liquid Asset to Total Deposit (LACSF) dan Ratio of Total Equity to
Total Liabilities (EQTL) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil dari
beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan Perbandingan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Rubi Ahmad (2008), meneliti tentang The Determinants of Bank Capital Ratios in a Developing Economy. Dalam penelitiannya menunjukkan hubungan positif yang kuat antara modal dan aturan manajemen bank dalam mngambil resiko. Penetapan Resiko modal dan regulasi tidak memiliki pengaruh terhadap bagaimana peraturan modal disesuaikan oleh bank yang modalnya rendah. Akhirnya, keputusan modal bank tampaknya tidak didorong oleh profitabilitas bank, menemukan tidak konsisten dengan negara maju yang telah lama menekan pentingnya pendapatan sebagai penentu rasio kecukupan modal. Meskipun penelitian hanya berfokus pada satu pengembangan ekonomi, temuan ini dapat membantu untuk mengindentifikasi korelasi modal bank di negara maju dan negara berkembang. Dari hasil penelitian REGRWC dan SIZE berpengaruh negatif signifikan.
(25)
Charter Value, And Risk-Taking Behaviour for Thrifts. Dalam penelitiannya mempelajari tentang hubuangan antara ekuitas struktur kepemilikan, piagam nilai, dan mengambil resiko. Tingkat kepemilikan saham manajerial berkaitan dengan pengambilan resiko tidak menguntungkan dan dengan tingkat kepemilikan yang rendah. Dari hasil penelitian MKBK berpengaruh negatif signifikan, sedangkan LOGSIZE dan MKBKIN berpengaruh positif signifikan terhadap Risk.
3. Desie Anggita yudanto (2010), Meneliti Tentang Determinan Capital Adequacy Ratio Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008. Dalam penelitiannya Desie Anggita Yudanto menggunakan enam variabel, yaitu NPL, ZRISK, NIM, LACSF, SIZE dan EQTL. Metode Penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Dari hasil penelitian NPL dan SIZE berpengaruh negatif signifikan, sedangkan LACSF dan EQTL berpengaruh positif signifikan terhadap CAR.
4. Farah Margaretha (2008), Meneliti tentang Pengaruh Resiko, Kualitas Manjemen, Ukuran dan Likuiditas Bank terhadap Capital Adequacy Ratio bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitiannya Farah Margaretha menggunakan enam variabel, yaitu NPL, ZRISK, NIM, SIZE, LACSF, dan EQTL. Metode penelitiannya yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Adanya Kebijakan pemerintah yang berusaha mencegah resiko kredit macet ini, seperti memberikan batas
(26)
pembentukan cadangan penyisihan kredit, dimana penghapusan kredit ini hanya sebagai penghapusbukuan sehingga upaya penagihan tetap dilakukan (Taswan 2006) Dari hasil penelitian variabel resiko yang diukur dari tingkat resiko kredit bermasalah Non-Performing Loans (NPL) dan Size tidak berpengaruh terhadap CAR, Sedangkan ZRISK, NIM, LACSF dan EQTL berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Berdasarkan atas penelitan-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya diantarnya sebagai berikut :
1) Rasio-rasio yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 5 rasio keuangan (Non Performing Loans, Resiko Indeks, Net Interest
Margin Liquid, Asset to Total Deposit,dan Equity to Total
Liabilities).
2) Peneliatian ini menggunakan periode tahun 2009 sampai dengan 2011, dimana selama periode tersebut kondisi perbankan relatif stabil.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Definisi Bank
(27)
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Khasmir, 2005.23). Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2011: 31.1) adalah, bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990 Pengertian bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.
Pengertian bank menurut Hasibuan (2002:5) terdapat beberapa bagian, antara lain :
a. Bank sebagai lembaga keuangan berarti bank adalah usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial asset) serta
bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan. b. Bank sebagai penciptaan uang yang dimaksudkan bahwa bank
(28)
sentral (Bank Indonesia), sedangkan uang giral dapat diciptakan bank umum.
c. Bank merupakan pengumpulan dana dan penyalur kredit yaitu bank dalam operasinya mengumpulkan dana dari surplus spending unit (SUU) dan menyalurkan kredit kepada defisit spending (DSU).
d. Bank selalu pelaksana lalu lintas pembayaran berarti bank menjadi pelaksana pembayaran transaksi komersial atau finansial dari pembayaran ke penerima. Lalu lintas pembayaran diartikan sebagai proses penyelesaian transaksi komersial atau financial dari pembayaran kepada penerima melalui media bank.
e. Bank selalu stabilisator moneter diartikan bahwa bank mempunyai kewajiban ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs atau harga barang-barang relatif stabil atau tetap, baik secara langsung maupun melaui mekanisme Giro Wajib Minimum (GWM), operasi pasar terbuka ataupun kebijakan diskonto.
f. Bank sebagai dinamisator perekonomian, maksudnya bahwa bank merupakan pusat perekonomian, sumber dana, pelaksanaan lalu lintas pembayaran, memproduktifkan tabungan, dan pendorong kemajuan perdagangan nasdional.
(29)
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian bank umum, dimana untuk menciptakan kondisi yang lebih kondusif dan
prudent di dunia perbankan Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank
dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta menjaga dalam perkonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing bank. Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar pengawasan dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi.
Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas terhadap resiko pasar. Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia. Faktor penilaian bank merupakan analisis kinerja keuangan bank yang diatur sesuai ketentuan Bank Indonesia berdasarkan dari penentuan unsur
(30)
Tabel 2.2
Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Sumber Data: Fuad, Moh Ramy & DM, M. Rustam
No Faktor Yang Dinilai Komponen Bobot
1 PERMODALAN Rasio Kecukupan modal terhadap aktiva
tertimbang menurut resiko (CAR)
25%
2 KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
a. Rasio aktiva produktif yang
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva
produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan
30%
25%
5%
3 MANAJEMEN a. Manajemen Permodalan
b. Manajemen Aktiva c. Manajemen Umum d. Manajemen Rentabilitas e. Manajemen Likuiditas
25% 2,5% 5% 12,5% 2,5% 2,5%
4 RENTABILITAS a. Rasio laba terhadap total aset (ROA)
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
10%
5%
5%
5 LIKUIDITAS a. Rasio kewajiban bersih call money
terhadap aktiva lancar (LDR)
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima (Chash Ratio)
10%
5%
(31)
ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.3
Standar Predikat Tingkat Kesehatan Bank
Sumber Data : Fuad, Moh Ramy DM, M. Rustam
Disamping penilaian analisis CAMELS, kesehatan bank juga dipengaruhi hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :
1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan pelaksanaan kredit eksport.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut dengan Legal Lending Limit.
3. Pelangggaran Posisi Devisa Netto.
Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank tersebut juga dapat dijabarkan berdasarkan presentase dari masing-masing rasio sebagaimana terlihat pada tabel sebagai berikut
NILAI KREDIT PREDIKAT
81-100 Sehat
66-80 Cukup Sehat
51-65 Kurang Sehat
(32)
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Rasio Kategori
Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
Kecukupan Modal (CAR) 8,1% 6,6%-<8% 5,1%-<6,6% <5,1%
Kualitas Aset :
Cadangan Penghapusan AP/AD 3,35% <5,6%-3,36% <7,85%-5,7% ≥7,58% AP Diklasifikasikan / AP ≥54% 44%-<54% 34%-<44% ≥34%
Earnings :
ROA ≥1,215% 0,99%-<1,215% 0,765%-<0,99% 0,765% Efisiensi 93% 94,7%-<93,5% 95,92%-<94,7% >95,92%
Likuiditas :
LDR <110% ≥110%
Kewajiban Bersih call money /AL
≤19% >19%-34% >34%-49% >49%
Sumber Data : Bank Indonesia
2.2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari
(33)
Jadi dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih memiliki kekurangan (deficit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai capital yang optimal. Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
Menurut Sri, dkk (2000:27-28) CAR adalah “kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)”. Bank Indonesia sebagai Pembina dan Pengawas harus menyesuaikan diri terhadap perkembangan perbankan internasional untuk dapat menyiapkan perbankan nasional menjadi bank yang siap bersaing. CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan. Dalam prakteknya perhitungan CAR yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyedia Modal Minimum Bank (KPMM) tidaklah sesederhana. KPMM adalah perbandingan antara modal dengan aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Baik ATMR maupun Modal Bank memerlukan rincian dan kesamaan pengertian apa yang masuk sebagai komponen untuk menghitung ATMR dan bagaimana menghitungnya. Begitu juga modal, perlu dirinci apa
(34)
mengenai hal ini di atur dasar-dasarnya oleh Bank Indonesia melalui SE BI No.26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Mengenai pengertian dan perincian modal yang terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap, telah dilakukan penyempurnaan oleh BI melalui SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 desember 2001, dengan berpedoman kepada ketentuan sebelumnya sebagai berikut. a. Di dalam perhitungan laba tidak termasuk pengakuan laba karena
penerapan PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
b. Di dalam komponen modal yang dipesan yang berasal dari piutang kepada para Pemegang Saham sebagaimana ditetapkan dalam PSAK No.21 tentang akuntansi ekuitas.
c. Yang dimaksud dengan dana setoran modal adalah dana yang sudah disetor penuh untuk tujuan penambahan modal namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor seperti pelaksanaan rapat umum pemegang saham maupun pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang.
d. Cadangan Relevansi Aktiva Tetap tidak dapat dikapitalisir kedalam modal disetor dan dibagikan sebagai saham bonus dan atau deviden.
e. Kekurangan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif oleh Bank merupakan komponen biaya pada laba tahun berjalan.
(35)
adalah jumlah setelah diperhitungkan taksiran pajak kecuali apabila Bank diperkenankan mengkopensasi kerugian sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
g. Peningkatan atau penurunan harga saham pada portofolio yang tersedia untuk dijual merupakan selisih antara harga pasar dengan nilai perolehan atas penyertaan bank pada perusahaan yang seharusnya tercatat di Pasar Modal.
Faktor yang mempengaruhi kecukupan modal merupakan hal yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan mengalami kondisi kerugian. Maka Bank Indonesia menetapkan kewajian minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu bagian tertentu dari total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) sebesar 8%. Ketentuan CAR pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara international. Dengan ketentuan tersebut, bank wajib memelihara ketersediaan modal karena setiap pertambahan aktiva harus diimbangi dengan pertambahan modal. Menurut (Muljono,1995 : 79) bank dikatakan liquid apabila:
1. Bank tersebut mempunyai Cash Asset sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
2. Bank tersebut memiliki Cash Asset yang lebih kecil dari butir satu diatas, tetapi yang bersangkutan juga merupakan juga mempunyai aset lain yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
(36)
baru melalui berbagai bentuk hutang.
Menurut kasmir (2004:278), CAR merupakan perbandingan antara
equity capital dengan total loans dan securities.
Menurut SE BI No. 6/23/DNDP tanggal 31 Mei 2004, CAR merupakan perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) sebagai berikut :
Sedangkan menurut Muljono (1995:112), CAR merupakan perbandingan antara equity capital dikurangi fixed assets dengan total loans dan securities, sebagai berikut :
2.2.4 Non Performing Loans (NPL)
2.2.4.1 Definisi Non Performing Loans (NPL)
Salah satu usaha bank menurut Peraturan bank Indonesia adalah resiko kredit, yang didefinisikan : resiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty melalui kewajiban. Resiko kredit didefinisikan sebagai resiko
yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajiban atau resiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Imam Gozali, 2007).
(37)
a. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar,
b. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif.
c. Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivatif.
Bentuk resiko kredit yang lain adalah settlement Risk yang timbul ketika dua pembayaran dengan valuta asing dilakukan pada hari yang sama, resiko ini terjadi ketika CounterParty pihak lain sama mungkin mengalami default setelah institusi melakukan pembayaran. Pada hari penyelesaian (settlement), besarnya kerugian default CounterParty (pihak lain) sama dengan nilai penuh yang harus dibayar. Sedangkan besarnya exposure sebelum settlement hanya sebesar nilai netto dari kedua pembayaran tersebut. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang operasinya memberikan kredit, karena makin besar piutang akan semakin besar resikonya (Riyanto,1997).
Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu resiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Non Perfoming Loan (NPL) mencerminkan resiko kredit, semakin kecil Non Perfoming Loan (NPL) maka
(38)
memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya.
Kondisi yang dihadapi oleh bank dari resiko kredit yang tidak terbayarkan disebut default risk. Meskipun resiko kredit tidak mungkin untuk dihindari, maka di usahakan dalam tingkat wajar berkisar antara 3-5% dari total kredit yang disalurkan. Penggolongan NPL sebagai kredit kurang lancar (sub standart), kredit diragukan (doubtfull) dan kredit macet (loss). Kondisi yang di hadapi bank jika mengalami peningkatan NPL maka akibatnya bank harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup besar, mengakibatkan kemampuan memberikan kredit menjadi terbatas.
Sesuai instruksi Bank Indonesia SE BI No. 3/33/DNDP Tanggal 14 Desember 2001 besarnya tingkat Non Perfoming Loan (NPL) suatu bank dapat dihitung sebagai berikut :
Intruksi Bank Indonesia SE BI No 6/23/DNDP Tanggal 31 Mei
besarnya tingkat Non Perfoming Loan (NPL) suatu bank dapat di hitung sebagai berikut :
(39)
bank melainkan meluas cakupan nasional apabila tidak ditangani dengan tepat. Dendawijaya (2003:86) mengemukakan dampak keberadaan NPL yang tidak wajar sebagai berikut :
1. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan pengaruh buruk bagi profitabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4. Menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan kesehatan bank dengan analisis CAMELS.
2.2.4.2 Pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap CAR (Capital
Adequacy Ratio) adalah bersifat negatif, artinya semakin tinggi rasio NPL
maka semakin rendah CAR bank bersangkutan. Hal ini dapat dimengerti karena secara teoritis tingkat NPL sebagai resiko kredit menggambarkan modal yang disalurkan berupa kredit mengalami masalah dan memungkinkan tidak kembali sebagai modal karena pihak debitur tidak mampu mengembalikan pinjamannya sehingga tingginya NPL memiliki kesamaan dengan resiko bank dan buruknya manajemen bank tersebut. Tingginya NPL
(40)
aktivitas keuangan lainnya.
2.2.5 Indeks Resiko (ZRISK)
2.2.5.1 Definisi Indeks Resiko (ZRISK)
Perbankan adalah lembaga keuangan yang aktivitasnya menyalurkan kredit dan mempunyai resiko usaha tinggi, karena jenis kegiatan dan sumber dana yang dimiliki sebagian besar merupakan dana dari pihak ketiga, oleh sebab itu bank merupakan lembaga kepercayaan.
Sumber: DR. Wimboh Santoso “ The Determinant Of Problem Bank in Indonesia”.
Gambar 2.1 Komponen Resiko Finansial Financial Risk Credit risk System Risk Market Risk Issuer Risk Liquidity Risk Transactio Risk Equity Risk Counterparty Risk Operatioanal Risk Port Concentrat Interest Risk Trading Risk Regulation Risk Currency Risk Human Factor Risk Complience Risk Gap Risk
Value Err Risk Mon Trans Risk
Clearence Risk
(41)
sebuah Bank, disertai definisinya. Menurut Robert Tampubolon (2004.24). 1. Resiko kredit adalah eksposur yang timbul dari sebagai akibat kegagalan
pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Di satu sisi resiko ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan trisuri dari investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam buku bank. Di sisi lain resiko ini timbul karena kinerja salah satu atau lebih debitur yang buruk. 2. Resiko Pasar adalah yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar
(suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang berbalik arah dari yang diharapkan (adverse movement), dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Resiko ini biasa juga disebut sebagai
systemic risk atau correlation risk, karena perubahan nilai pasar dari aset
bank bertalian dengan faktor-faktor yang bersifat sistemik (korelasi antara instrument, produk, mata uang atau pasar).
3. Resiko Likuiditas adalah eksposur yang timbul antara lain karena Bank tidak mampu memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Krisis pembiayaan ini dapat timbul karena pertumbuhan bank atau ekspansi kredit diluar rencana, adanya peristiwa tak terduga seperti penghapusan (charge off) yang signifikan, hilangnya kepercayaan masyarakat sehingga menarik dana mereka dari bank, atau bencana nasional seperti devaluasi mata uang rupiah yang sangat besar.
(42)
adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal (process
factor). Juga adanya kesalahan atau kecurangan manusia (human factor),
kegagalan sistem (system factor) dalam mencatat membukukan dan melaporkan transaksi secara lengkap, benar dan tepat waktu.
5. Resiko Hukum adalah eksposur yang timbul karena adanya kelemahan aspek yuridis, antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-udangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. Resiko hukum ada hubungannya dengan Resiko kredit, counter party risk dan Resiko Operasional, yang dibatasi pada hal-hal yang ada hubungnnya dengan kontrak keuangan saja.
6. Resiko Reputasi adalah eksposur yang disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
7. Resiko Strategik adalah eksposur yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
(43)
atau tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan resiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian intern secara konsisten. Perhitungan ZRISK indeks resiko dihitung sebagai berikut :
ZRISKI,t = [ROAI,t+EQTAI,t] /
S
ROAROA rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan aset bank dalam memperoleh keuntungan. Semakin Tinggi produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan.
EQTA rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mencukupi rasio kecukupan modal (CAR). Semakin tinggi EQTA makin tinggi keamanan atas ketersediaan kecukupan modal.
S
ROA adalah standar deviasi ROA.2.2.5.2 Pengaruh ZRISK (indeks Resiko) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh ZRISK (indeks Resiko) terhadap CAR (Capital Adequacy
(44)
menunjukkan kinerja perbankan secara keseluruhan ditambah EQTA (Equity Total Asset) yang menunjukkan kekuatan yang menunjang CAR. EQTA sebagai menyerap kerugian, tingginya EQTA menunjukkan keaman dari kekuatan keuangan. Resiko tersebut merupakan antisipasi atas aliran kas masa mendatang dan aturan resiko tersebut juga tergolong Leverage Risk yang berhubungan erat dengan Risk-adjusted capital adequacy. Tingginya variabel Resiko tersebut mempengaruhi likuiditas serta Leverage bank berupa CAR.
2.2.6 Net Interest Margin (NIM)
2.2.6.1 Definisi Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang dimaksud dengan aktiva produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, (reverse
purchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening
(45)
(Muljono,1999).
Dalam hal ini tingkat suku bunga sangat menetukan besarnya NIM.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus (SE No.6/23/DNDP) tanggal 31 Mei 2004) :
2.2.6.2 Pengaruh NIM (Net Interest Margin) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh NIM (Net Interest Margin) terhadap CAR (Capital
Adequacy Ratio) adalah bersifat positif, artinya semakin tinggi rasio NIM
maka semakin tinggi CAR bank bersangkutan. Hal ini dapat dimengerti karena secara teoritis tingkat NIM menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam bentuk kredit untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. NIM dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi kesehatan bank salah satunya CAR (Sugiyanto.dkk, 2002) dan (Indira,2002). Sehingga semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik. Keuntungan yang tinggi menjadikan peningkatan ekuitas untuk melindungi dari likuidasi
(46)
meningkatnya pendapatan bagi bank dengan NIM optimal.
2.2.7 A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF)
2.2.7.1 Definisi A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF)
Likuiditas yang diukur dari variabel Liquid Asset to Total Deposit (LACSF) menggambarkan Likuiditas yang dapat dilihat dari jumlah aset likuid yang dimiliki terhadap jumlah kewajiban yang harus segera dipenuhi. Semakin tinggi likuiditas asset yang dimiliki bank dalam arti bahwa bank menaruh dana lebih besar pada kas, giro pada BI, atau giro pada bank lain yang merupakan aktiva yang tidak produktif (tidak menghasilkan keuntungan), sehingga loanable funds (dana yang dapat digunakan sebagai pinjaman) yang dapat menghasilkan keuntungan akan berkurang porsinya. Dana yang mengendap pada aset likuid tersebut merupakan dana yang berasal dari penghipunan dana masyarakat yang didalamnya terdapat unsur biaya bunga. Sehingga semakin besar dana yang mengendap pada aset likuid berarti biaya biaya yang dana ditanggung bank semakin besar tanpa diimbangi dengan pendapatan, yang akhirnya akan mengakibatkan kerugian dan berkurannya modal (Hasibuan,2008). Perubahan nilai rasio ini berhubungan dengan modal dan nilai perusahaan ikut menjadi pertimbangan. Dapat dijelaskan hubungan erat dengan ekuitas dan likuiditas sebagai berikut :
(47)
2.2.7.2 Pengaruh LACSF (A Liquid Asset to Total Deposit) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh LACSF (A Liquid Asset to Total Deposit) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah bersifat positif, artinya semakin tinggi rasio LACSF yang tergolong dalam (Liquidity Risk) sebagai pengelolaan aliran kas yang potensial untuk memenuhi kebutuhan kas yang sewaktu-waktu dibutuhkan dan menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset likuiditasnya untuk menghasilkan pendapatan bunga maupun dari sisi aktivitas lainnya sebagai faktor pendapatan dan aset likuid yang dimilikinya dan sebagai pinjaman jika sewaktu-waktu ada kewajiban. Sehingga semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi kemampuan bank dalam menghindari resiko likuiditasnya terhadap kewajiban dan menciptakan situasi penghindaran resiko-resiko rasio CAR yang dimiliki oleh bank akan optimal seiring dengan tersedianya LACSF yang optimal.
2.2.8 Total Equity to Total Liabilities (EQTL)
2.2.8.1 Definisi Total Equity to Total Liabilities (EQTL)
Equity to Total Liabilities (EQTL) yang menunjukkan likuiditas bank
yang dilihat dari sisi pasiva yaitu total ekuitas yang dimiliki terhadap jumlah kewajiban yang harus dipenuhi. Likuiditas pasiva yang tinggi menandakan
(48)
pihak ketiga yang kemudian digunakan sebagai modal tambahan. Penambahan modal mengakibatkan rasio kecukupan modal/Capital Adequacy Ratio meningkat (Taswan,2006). Rasio EQTL dapat dijelaskan dengan hubungan yang erat dengan leverage dan kemampuan bank mengatasi ekuitas yang dikelola :
2.2.8.2 Pengaruh EQTL (Total equity to Total Liabilities) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh EQTL (Total equity to Total Liabilities) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah bersifat positif, artinya semakin tinggi rasio EQTL maka semakin tinggi CAR bank bersangkutan. Hal ini dapat dimengerti karena secara teoritis tingkat EQTL yang tergolong dalam (Leverage Risk ) menggambarkan kemampuan bank terhadap kepemilikan ekuitasnya serta mengukur kewajiban yang dapat di kelola terhadap total ekuitas yang dimiliki. Semakin tinggi nilai rasio ini maka ketersediaan ekuitas yang dikelola oleh bank terhadap kewajiban semakin baik dan menandakan rendahnya kewajiban yang dimiliki. Rasio CAR bagi bank akan optimal dan dapat menghindari kebangkrutan dengan EQTL yang optimal.
(49)
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel dependen
Variabel Independen
Regresi Linear Berganda Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
NPL (Non Performing Loan) X
1ZRISK (Indeks Resiko) X
2NIM (Net Interest Margin) X
3LACSF (A Liquid Asset to total
deposit Ratio) X
4EQTL (Total Equity to Total
Liabilities) X
5CAR (Capital Adequacy
(50)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori tersebut, maka untuk menguji rasio apa saja yang dapat mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (CAR), dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 = Variabel Non Performing loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H2 = Variabel Indeks Resiko (ZRISK) berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H3 = Variabel Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H4 = Variabel A Liquid to Total Deposit Ratio (LACSF) berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H5 = Variabel Total Equity to Total Liabilities (EQTL) berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
(51)
37
1.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini akan menggunakan rasio keuangan. Variabel yang akan digunakan meliputi :
1. Capital Adequacy Ratio (Y)
Capital Adequacy Ratio (CAR) didefinisikan sebagai indikator
kecukupan modal perbankan, yang dihitung sebagai rumus :
Modal diartikan sejumlah dana yang ditanamkan kedalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan menghendaki agar uang yang ditanamkannya, memberikan hasil. terdiri dari :
1. Modal Inti adalah modal yang terdiri dari modal yang disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak.
2. Modal Pelengkap adalah modal yang terdiri atas cadangan yang dibentuk tidak bersumber dari laba setelah pajak, modal pinjaman serta modal subordinasi yang dibentuk tidak berasal dari laba.
(52)
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) merupakan aktiva dalam neraca perbankan yang diperhitungkan dengan bobot prosentase tertentu sebagai faktor risiko (BRI 2003).
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
2. Non Performing Loans (X1)
Non Performing Loans (NPL) didefinisikan untuk mengukur
tingkat kualitas aktiva yang dimiliki perbankan, dihitung dengan rumus:
Kredit Bermasalah merupakan bagian dari piutang yang tidak dapat lagi ditagih, biasanya berupa piutang dagang atau pinjaman.
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
3. Indeks Resiko (X2)
Indeks Resiko (ZRISK) didefinisikan untuk mengukur kemampuan bank menelola aliran kas terhadap ketidakpastian dari debitur dan kreditur yang berpengaruh pada kesediaanya aset bank, yang dihitung sebagamana rumus :
(53)
Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
EQTA merupakan perbandingan antara ekuitas dengan total aset.
SROA merupakan standar deviasi ROA
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
4. Net Interest Margin (X3)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih, yang dihitung sebagaimana rumus :
Pendapatan Bersih merupakan selisih positif dari total pendapatan (operasional dan non-operasional) dengan total biaya (operasional dan non- operasional) dalam satu periode setelah dikurangi dengan taksiran pajak pendapatan.
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
5. A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (X4)
A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF) didefinisikan untuk
mengukur kemampuan bank menanggung resiko likuiditas, yang dihitung sebagaimana rumus :
(54)
Asset Likuid adalah aset yang dapat dijual dengan mudah tanpa mengalami kerugian yang berarti.
Total Deposit adalah semua dana yang dihimpun oleh bank yang berupa Giro, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan
Tabungan.
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
6. Total Equity to Total Liabilities (X5)
Total Equity to Total Liabilities (EQTL) didefinisikan untuk
mengukur kemempuan bank dalam mengelola equitas sebagai penjamin adanya kewajiban yang sewaktu-waktu jatuh tempo, sebagai ukuran kemampuan bank menanggung resiko leverage, yang dihitng sebagaimana rumus :
Total Equity adalah jumlah dari besarnya kepentingan pemilik atas harta perusahaan.
Total Liabilities adalah jumlah dari kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
(55)
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang tercatat di BEI dalam kurun waktu penelitian (tahun 2009-2011). Jumlah bank yang terdaftar di BEI sampai dengan 2009 sebanyak 29 bank.
3.2.2 Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purpose sampling, yaitu yang tertarik dengan menggunakan pertimbangan.
Kriteria dalam pengambilan sampel tersebut adalah :
1. Bank Umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada kurun waktu penelitian (tahun 2009-2011).
2. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian (tahun 2009-2011).
3. Bank yang diteliti masih beroperasi pada periode waktu penelitian (tahun 2009-2011).
4. Memiliki laporan keuangan lengkap dan diaudit oleh auditor independen selama periode 2009-2011.
(56)
Berdasarkan kriteria di atas hanya diperoleh 15 perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Daftar Bank go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No Kode Nama Bank
1 INPC Bank Artha Graha International Tbk 2 BBCA Bank Central Asia Tbk
3 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 5 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk 6 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk 7 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 8 BKWS Bank Kesawan Tbk
9 BMRI Bank Mandiri Tbk
10 MAYA Bank Mayapada International Tbk 11 MEGA Bank Mega Tbk
12 BBNI Bank Negara Indonesia Persero Tbk 13 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 14 NISP Bank OCBC NISP Tbk
15 BNLI Bank Permata Tbk Sumber; Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
(57)
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah Data Sekunder berupa data sejarah perusahaan dan laporan keuangan perusahaan perbankan.
3.3.2. Sumber Data
Data yang digunakan seluruhnya diperoleh dari Indonesia Capital
Market Directory (ICMD) Tahun 2009-2011, serta Bank Indonesia, dan
Bursa Efek Indonesia. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunggah ICMD di Internet yaitu mengadakan penelitian awal dengan melakukan pengamatan objektif tentang laporan keuangannya.
3.3.3. Pengumpulan Data
Metode dokumentasi adalah data yang diperoleh sudah terjadi dan sudah dalam bentuk dokumen. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh gambaran data laporan keuangan tentang perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa laporan keuangan yang terdapat dalam Indonesian Capital Market
(58)
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis
Teknik analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah dengan memakai teknik analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Dalam hal ini untuk variabel dependennya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) dan variabel independennya Non
Performing Loan (NPL), Indeks Resiko (ZRISK), Net Interest Margin
(NIM), A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LASCF), dan Total Equity
to Total Liabilities (EQTL). Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan model regresi linier berganda (multiple linier regression
method), yang dirumuskan sebagai berikut :
CARi,t = β0 + β1 NPLi,t + β2 ZRISKi,t + β3 NIMi,t + β4 LACSFi,t + β5
EQTLi,t +εi,t …
Dimana:
CAR = Capital Adequacy Ratio (Y) NPL = Net Performing Loan (X1)
ZRISK = Indeks Resiko (X2)
NIM = Net Interest Margin (X3)
LACSF = A Liquid Assets to Total Deposit Ratio (X4)
EQTL = Total Equity to Total Liabilities (X5)
(59)
β 1, β2, β3, β4,β5 koefisien dari masing-masing variabel Independent. 3.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji salah satu asumsi dasar analitis regresi berganda, yaitu variabel-variabel independen dan dependen harus terdistribusi normal atau mendekati normal Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. (Ghozali,2005: 110). Dalam penelitian ini untuk pengujian normalitas digunakan alat uji
Kolmogrov-Smirnov (KS).
Dalam pengambilan keputusan apakah ditribusi data (yang akan diuji normalitasnya) mengikuti distribusi normal baku adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal. 2) Jika nilai signifikan >0,05 maka distribusi adalah normal.
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya untuk pengambilan keputusan tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang tidak bersifat bias atau BLUE, maka harus dipenuhi :
a. Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi klasik adalah tidak adanya multikolinieritas terjadi bila ada kolerasi di antara variabel-variabel bebas.Konsekuensi yang ditimbulkan dari gejala ini adalah nilai koefisien regresi
(60)
variabel-variabel yang mengalami gejala ini menjadi tidak signifikan secara statistik. Jika suatu model regresi mengandung multikolinieritas maka kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel dependent. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan :
1. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel dependent dengan menggunakan Variance Inflating
Factor (VIF) dan Tolerece Value. Batas VIF adalah 10 dan
Tolerence Value adalah 0,1 jika nilai VIF lebih besar dari 10
dan nilai Tolerence Value lebih kecil dari 0,1 maka terjadi multikolinieritas dan harus dikelompokkan dari model.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya. Uji untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokerelasi dapat digunakan uji Durbin Watson (DW test) dalam Ghozali (2006:99).
Pedoman model regresi untuk mendeteksi autokorelasi menurut besar DW (Durbin-Waston) :
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif b. Angka D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Angka D-W dibawah +2 berarti ada autokorelasi negative
(61)
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2005: 105), uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Hoteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Hoteroskedastisitas. Dalam penelitian ini pendeteksian Hoteroskedastisitas dengan adalah dengan pengujian Korelasi Rank dari spearman, ketentuan sebagai berikut (Gujarati,1995: 188):
1. Jika nilai probabilitas <0,05 maka terkena Hoteroskedastisitas. 2. Jika nilai probabilitas >0,05 maka bebas Hoteroskedastisitas. 3.3.4 Uji Hipotesis
Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan, perlu digunakan analisis regresi melalui uji F maupun uji t. Tujuan digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara parsial maupun secara simultan. Langkah-langkah untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan, dengan prosedur sebagai berikut:
(62)
1. H0 : b1 = b2 = b3 = 0
(Model regresi yang dihasilkan tidak cocok) H1 : b1 = b2 = b3 ≠ 0
(Model regresi yang dihasilkan cocok)
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Apabila tingkat signifikan (p – value) > 0.05 H0 diterima dan H1 ditolak.
b. Apabila tingkat signifikan (p – value) < 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial resiko, kualitas manajeman dan likuiditas bank terhadap CAR, dengan prosedur menurut Ghozali (2001: 47), sebagai berikut:
1. H0 : b1 = 0
(tidak terdapat pengaruh yang signifikan X1 atau X2 terhadap Y) H1 : b1 ≠ 0
(terdapat pengaruh yang signifikan X1 atau X2 terhadap Y)
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Apabila tingkat signifikansi ≥ 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak
(63)
49 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Bank Umum yang Terdaftar di BEI
1. Bank Artha Graha Internasional, Tbk, Sejarah PT Bank Artha Graha Internatioal Tbk. Berawal dari sebuah Lembaga keuangan Bukan Bank bernama PT Inter-Pasific Financial Corporation, didirikan pada tanggal 7 September 1973. Pada tanggal 24 Februari 1993, berubah status dan fungsinya menjadi Bank campuran yang melakukan aktivitas Bank Umum dengan nama PT Inter-Pasific Bank. Lima tahun kemudian , pada tanggal 1 juli 1998, terjadi perubahan nama menjadi PT Inter-Pasific Tbk. Pada tanggal 15 juni 2005, Bank Indonesia memberi izin penggabungan usaha (merger) PT Bank Artha Graha ke PT Bank Inter-pasific Tbk. Tanggal 11 juli 2005 Bnak Artha Graha telah efektif bergabung dengn PT Bank Inter-Pasific Tbk, dan pada tanggal 14 Juli 2005.
2. Bank Central Asia Tbk, secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini
(64)
81 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang sudah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rasio NPL memberi kontribusi terhadap CAR.
2. Rasio ZRISK tidak memberi kontribusi terhadap CAR. 3. Rasio NIM memberi kontribusi terhadap CAR.
4. Rasio LACSF memberi kontribusi terhadap CAR. 5. Rasio EQTL tidak memberi kontribusi terhadap CAR.
5.2 Saran
1. Pihak perusahaan perbankan sebaiknya memperhatikan adanya rasio-rasio NPL, ZRISK, NIM, LACSF dan EQTL, sebagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
2. Pihak perusahaan Perbankan harus selalu menjaga likuiditas dan ekuitasnya dengan demiian dapat meminimalkan leaverage dan menghindari membayar bunga pinjaman. Karena dengan cara ini CAR bank akan selalu terjaga dan dapat terhindar dari resiko kebangkrutan. 3. Pihak perusahaan perbankan harus selalu memonitor perkembangan
(65)
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan CAR selain variabel yang di teliti tersebut
(66)
(67)
Anonim,2011,”Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Program
Studi Akuntansi “, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Bank Indonesia, 2003. Peraturan Bank Indonesia No.6/10//PBI/2004 tanggal 12 April 2004. Perihal : Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Dendawijaya, Lukman,2003, ”Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Djumhana, Muhamad, 2000, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fuad dan Rustam, 2005, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Bumi Aksara, Jakarta.
Ghozali, I, 2002, “Aplikasi Analisis Multivariative dengan Program SPSS”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Hasibuan, Malayu S.P, 2002, “Dasar-dasar Perbankan”, Bumi Aksara, Jakarta.
Hermana, Budi,2012, “Perbankan Indonesia : Geliat dan Siasat Pasca krisis
Financial Global ”. Penerbit Leutikaprio.
(68)
Singgih, Santoso, 2001,”SPSS (Statistical Produst and Service Solution)”, Penerbit PT Elek Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Situs Bank Indonesia : www.bi.go.id
Situs Bursa Efek Indonesia : www.bei.go.id
Susilo, Sri, Y. Triandaru, Sigit, dan A. Totok, Budi, Santoso, 2000, “Bank dan
lembaga keuangan Lain”, Salemba Empat, Jakarta.
Taswan, 2006, “Manajemen Perbankan : Konsep Teknik dan Aplikasi ”, Penerbit UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta.
Winarno, W.W, 2007, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Penerbit UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta.
www.martintobing.blogspot.com
(69)
in a Developing Ecvonomy”, Asia-Pasific Financial Market, 15:255-272. Doi
: 10.1007/S10690-009-9081-9.
Cebenoyan, A.S,; Cooperman, E.S. & Register, C.A, 1999, “Ownership Structure,
Character Value, and Risk-Taking Behaviour for Thrifts, Financial Management”, 28(1):43-60.
Margaretha, Farah, 2008, “Pengaruh Resiko, Kualitas Manajeman, Likuiditas Bank
terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi
Andriyani, Lusiana Noor, 2008,”Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Perubahan Laba”, Studi Empiris : Pada Perusahan Perbankan
yang Terdaftar Di BEI, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ponco, Budi ST, 2008,”Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR
Terhadap ROA”. Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2004-2007). Universitas Diponegoro, Semarang.
Rizkiana, Zulfa, 2010 ,” Analisa Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan
Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya.
Yudianto, Desie Anggita, 2010, “Determinant Capital Adequacy Ratio Pada
Perusahaan Perbankan GO Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008”. Universitas Airlangga, Surabaya.
(1)
81 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang sudah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rasio NPL memberi kontribusi terhadap CAR.
2. Rasio ZRISK tidak memberi kontribusi terhadap CAR. 3. Rasio NIM memberi kontribusi terhadap CAR.
4. Rasio LACSF memberi kontribusi terhadap CAR. 5. Rasio EQTL tidak memberi kontribusi terhadap CAR.
5.2 Saran
1. Pihak perusahaan perbankan sebaiknya memperhatikan adanya rasio-rasio NPL, ZRISK, NIM, LACSF dan EQTL, sebagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
2. Pihak perusahaan Perbankan harus selalu menjaga likuiditas dan ekuitasnya dengan demiian dapat meminimalkan leaverage dan menghindari membayar bunga pinjaman. Karena dengan cara ini CAR bank akan selalu terjaga dan dapat terhindar dari resiko kebangkrutan. 3. Pihak perusahaan perbankan harus selalu memonitor perkembangan
(2)
82
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan CAR selain variabel yang di teliti tersebut
(3)
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2000, “Analisis Teori Regresi”, BPFE, Yogyakarta.
Anonim,2011,”Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Program Studi Akuntansi “, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Bank Indonesia, 2003. Peraturan Bank Indonesia No.6/10//PBI/2004 tanggal 12 April 2004. Perihal : Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Dendawijaya, Lukman,2003, ”Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Djumhana, Muhamad, 2000, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fuad dan Rustam, 2005, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Bumi Aksara, Jakarta.
Ghozali, I, 2002, “Aplikasi Analisis Multivariative dengan Program SPSS”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Hasibuan, Malayu S.P, 2002, “Dasar-dasar Perbankan”, Bumi Aksara, Jakarta.
Hermana, Budi,2012, “Perbankan Indonesia : Geliat dan Siasat Pasca krisis Financial Global ”. Penerbit Leutikaprio.
(5)
Kasmir, 2004, “Manajemen Perbankan”, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Mahmoedin, H.As, 2001, “Manajemen Perbankan”, Salemba Empat, Jakarta.
Singgih, Santoso, 2001,”SPSS (Statistical Produst and Service Solution)”, Penerbit PT Elek Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Situs Bank Indonesia : www.bi.go.id
Situs Bursa Efek Indonesia : www.bei.go.id
Susilo, Sri, Y. Triandaru, Sigit, dan A. Totok, Budi, Santoso, 2000, “Bank dan lembaga keuangan Lain”, Salemba Empat, Jakarta.
Taswan, 2006, “Manajemen Perbankan : Konsep Teknik dan Aplikasi ”, Penerbit UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta.
Winarno, W.W, 2007, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Penerbit UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta.
www.martintobing.blogspot.com
(6)
Jurnal dan Penelitian
Ahmad, R, Ariff, M. & Skully, M.J, 2008, “The Determinant of Bank Capital Ratios in a Developing Ecvonomy”, Asia-Pasific Financial Market, 15:255-272. Doi : 10.1007/S10690-009-9081-9.
Cebenoyan, A.S,; Cooperman, E.S. & Register, C.A, 1999, “Ownership Structure, Character Value, and Risk-Taking Behaviour for Thrifts, Financial Management”, 28(1):43-60.
Margaretha, Farah, 2008, “Pengaruh Resiko, Kualitas Manajeman, Likuiditas Bank terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi
Andriyani, Lusiana Noor, 2008,”Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba”, Studi Empiris : Pada Perusahan Perbankan yang Terdaftar Di BEI, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ponco, Budi ST, 2008,”Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR Terhadap ROA”. Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007). Universitas Diponegoro, Semarang.
Rizkiana, Zulfa, 2010 ,” Analisa Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya.
Yudianto, Desie Anggita, 2010, “Determinant Capital Adequacy Ratio Pada Perusahaan Perbankan GO Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008”. Universitas Airlangga, Surabaya.