Perancangan kebun produksi berbasis leisa untuk pemenuhan kebutuhan gizi sehat kasus mahasiswa asrama TPB-IPB

(1)

PERANCANGAN KEBUN PRODUKSI BERBASIS LEISA

UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEHAT:

KASUS MAHASISWA ASRAMA TPB-IPB

Oleh

ARIEF PRIANDONO A34101054

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

ARIEF PRIANDONO. Perancangan Kebun Produksi Berbasis LEISA untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB. (Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH).

Penelitian ini bertujuan (1) membuat suatu perancangan pola kebun produksi IPB untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi mahasiswa asrama TPB-IPB dengan mengoptimalkan sumber daya alam sekitar dan meminimalkan penggunaan masukan dari luar (LEISA), (2) menerapkan pengetahuan umum mahasiswa dalam pembuatan studi kelayakan kebun produksi yang akan digunakan sebagai masukan bagi IPB dalam pemanfaatan aset-aset IPB, (3) membuat program spread sheet berbasis Microsoft Excel dalam bentuk CD untuk perancangan kebun berbasis LEISA.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mensurvei mahasiswa asrama TPB-IPB tentang kebutuhan kalori mahasiswa dan petani di sekitar kampus IPB Darmaga Bogor, mengenai teknik budi daya komoditas yang terkait dengan menu makan. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2005.

Hasil survei terhadap mahasiswa asrama TPB-IPB menunjukkan bahwa kebutuhan energi mahasiswa lebih tinggi dibandingkan dengan angka kecukupan energi (AKE) rata-rata tingkat nasional untuk golongan 16-19 tahun yang sebesar 2 100 kkal, dengan rata-rata kalori mahasiswa asrama putra maupun putri adalah 2 572 kilokalori.

Hasil perancangan hanya dapat menggunakan lahan kebun IPB dengan luas optimal yang dapat dikelola sekitar 9 hektar. Kebun yang akan diusahakan berada di daerah Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Kampus IPB Darmaga. Hasil perancangan kebun produksi IPB menunjukkan bahwa luas lahan dan kesesuaian lahan terhadap komoditas terkait tidak sesuai dengan target kebutuhan pangan mahasiswa asrama, sehingga produksi tidak optimal dan tidak mencukupi keperluan gizi sehat seluruh mahasiswa. Hal tersebut dapat diatasi, salah satunya dengan cara melakukan kemitraan dengan petani setempat.

Namun, bila dilihat dari segi analisis finansial pada tingkat diskonto 20% kebun produksi berbasis LEISA ini layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat


(3)

dari perolehan NPV= Rp 220 235 623 (NPV>0), IRR=52% (IRR>20%), dan net B/C=1.62 (net B/C>1).


(4)

PERANCANGAN KEBUN PRODUKSI BERBASIS LEISA

UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEHAT:

KASUS MAHASISWA ASRAMA TPB-IPB

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Arief Priandono

A34101054

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PERANCANGAN KEBUN PRODUKSI BERBASIS LEISA UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEHAT: KASUS MAHASISWA ASRAMA TPB-IPB

Nama : Arief Priandono NRP : A34101054 Program Studi : Agronomi

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. NIP. 130422691

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130422698


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 April 1983. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak H. Soejatno H.S. dan Ibu Hj. Suprihatin.

Tahun 1995 penulis lulus dari SD Negeri I Ciputat, Tangerang, kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 85 Pondok Labu, Jakarta Selatan. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi ke SMU Negeri 34 Pondok Labu, Jakarta Selatan, dan lulus pada tahun 2001.

Tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui jalur UMPTN, pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budi Daya Pertanian (kini Departemen Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian.

Selama kuliah di IPB, penulis turut aktif pada Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron). Tahun 2002-2003 penulis menjadi Staf Divisi Kesekretariatan dan Administrasi Himagron. Pada tahun yang sama penulis juga menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Buletin Ranting, dan pada tahun 2004 penulis menjadi Koordinator Publikasi Umum Festival Tanaman XXV. Pada periode kepengurusan 2003-2004, penulis menjabat sebagai Kepala Divisi Kesekretariatan dan Administrasi, Himagron.

Penulis juga turut aktif sebagai asisten dosen. Pada semester ganjil tahun ajaran 2004-2005, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Ekologi Tanaman, dan pada semester genap tahun ajaran 2004-2005, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Tanaman Perkebunan Utama.

Tahun 2005 penulis turut aktif sebagai tim pendamping perwakilan dari IPB dalam rangka sosialisasi Gerakan Hijau Royo-Royo (GIR) di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi hasil penelitian ini berjudul Perancangan Kebun Produksi Berbasis LEISA untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB, yang dibuat sebagai syarat menyelesaikan tugas akhir program sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ide penelitian ini berawal dari keinginan untuk memanfaatkan lahan pertanian yang dimiliki IPB sebagai kebun produksi yang mampu mencukupi kebutuhan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB sehingga terpenuhi pula kebutuhan gizi sehat bagi setiap mahasiswa.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr, selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan pengarahannya selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini;

2. Dr. Ir. Suwarto, MS, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi kelengkapan skripsi;

3. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi kelengkapan skripsi;

4. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.Agr, selaku koordinator Program Studi Agronomi dan pembimbing akademik;

5. Dr. Ir. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, MS, selaku Kepala Badan Pengelola Program Akademik dan Multi Budaya dan Asrama Mahasiswa TPB-IPB atas kerja samanya;

6. Bapak dan Ibu, atas do’a dan nasihatnya selama ini;

7. Kakak-kakak, Asih Damayanti, S.Kom dan Retno Susilowati, S.Pd, dan adik, Hendro Purnomo, atas semangat yang diberikan;

8. Eka Wahyudin, selaku rekan verja dalam pembuatan skripsi ini; 9. Rekan-rekan ’SR’ di Asrama Putra dan Putri;

10.Rekan-rekan mahasiswa di asrama putra dan putri TPB-IPB Angkatan 41 yang menjadi responden;


(8)

11.Bapak-bapak petani desa Cikarawang, Situ Gede, Babakan Sawah Baru, Cibanteng, dan Ciherang atas kesediaannya untuk diwawancara;

12.“F6+ crew”: Yiyi, Adie, Luqman, Hafiz, Fandi, dan Ochied atas kebersamaan dan persahabatannya yang tidak ternilai selama ini, “Keep on our fight guys!!”;

13.Arlette, Siska, Ani, Intan, Retty, Lala, Ossy, Evi, Fifi, Mia, Inke, Achi, Eev, Endank, Cici, Emi, Atin, Fifin, Iis, Nana, Opik, Heri, dan Prima atas bantuannya dalam penelitian ini;

14.Rekan-rekan Agronomi 38, Horti 38, PMT 38, Lanskap 38, Agronomi 39, Horti 39, PMT 39, dan Lanskap 39 yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu;

15.Rekan-rekan di Himagron IPB;

16.Teman-teman sedesa KKP 2004: Dadang, Budi, Yud ha, Indah, Uswatun, dan Lestari;

17.Tim sosialisasi Gerakan Penghijauan 2005 di Kepulauan Seribu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Bogor, Juni 2006


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN……… 1

Latar Belakang……….. 1

Tujuan………... 3

TINJAUAN PUSTAKA………... 4

Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi………... 4

Perencanaan dan Perancangan Produksi………... 5

Pertanian Berkonsep LEISA………. 6

BAHAN DAN METODE………. 8

Waktu dan Tempat……… 8

Asumsi dan Pendekatan……… 8

Bahan dan Alat………. 8

Metode Penelitian………. 9

Pengolahan dan Analisis Data Mahasiswa Asrama………. 11

Analisis Kelayakan Finansial Perancangan Kebun Produksi... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN... 14

Kondisi Umum Responden Mahasiswa Asrama TPB-IPB... 14

Kebutuhan dan Konsumsi Energi Mahasiswa Asrama... 14

Status Gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Mahasiswa Asrama... 17

Menu Makan Mahasiswa Asrama Sehari- hari... 18

Perancangan Menu Makan Mahasiswa Asrama TPB-IPB... 21

Penetapan Komoditi Pangan dan Luas Lahan dalam Rancangan... 22

Penentuan Lokasi dan Tapak Unit Kebun Produksi... 25

Perancangan Kebun Produksi Berbasis LEISA... 27

Penetapan Pola Tanam Tanaman dan Ternak di Kebun Produksi……… 30

Perancangan Tata Letak dan Aliran Proses Produksi Tanaman...33


(10)

Strategi Produksi dan Seleksi Kapasitas Produksi Tanaman... 37

Organisasi Pengadaan Pangan Asrama... 39

Biaya yang Dibebankan kepada Mahasiswa... 41

Analisis Finansial Kebun Produksi... 42

KESIMPULAN DAN SARAN... 45

DAFTAR PUSTAKA………... 47


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Persamaan untuk Menghitung Energi Aktivitas Manusia dari Bobot

Badan... 11

2. Data Umum Responden……… 14

3. Faktor Aktivitas Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan... 15

4. Jumlah dan Rata-Rata Angka Metabolisme Basal (AMB) dan Kebutuhan Kalori Mahasiswa... 16

5. Sebaran Status Gizi Mahasiswa Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)... . 18 6. Daftar Menu Makan Sehari Mahasiswa Asrama... 21

7. Penentuan Jenis Komoditas dan Luas Lahan dalam Rancangan... 23

8. Biaya yang Dibebankan kepada Mahasiswa Asrama... 41

Lampiran 1. Hasil Survei Mahasiswa Asrama TPB-IPB Tahun 2004-2005... 92

2. Hasil Survei Petani di Sekitar Kampus IPB, Darmaga... 99

3. Pedoman Menu Makan Sehari-Hari Menurut Kelompok Umur Remaja... 100

4. Daftar Menu Makan Alternatif Ke-1... 101

5. Daftar Menu Makan Alternatif Ke-2... 101

6. Data Klimatologi Darmaga, Bogor, Tahun 2004... 102

7. Asumsi Teknis dalam Usaha Tani di Kebun Cikarawang dan Babakan Sawah Baru (Ha/Th)... 103

8. Analisis Usaha Tani Tanaman dan Ternak di Kebun Cikarawang dan Babakan Sawah Baru ( 9 ha)... 104

9. Analisis Penyusutan Biaya Investasi di Kebun Cikarawang dan Babakan Sawah Baru (9 ha)... 111


(12)

10.Analisis Pendapatan Sistem LEISA di Kebun Cikarawang dan

Babakan Sawah Baru (9 ha)... 111 11.Pinjaman ke Bank dan Angsurannya per Tahun selama 5 Tahun

Proyek LEISA di Kebun Cikarawang dan Babakan Sawah Baru (9 ha) 112 12.Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Sistem

LEISA di Kebun Cikarawang dan Babakan Sawah Baru (9 ha)... 113 13.Rekapitulasi Kelayakan Finansial LEISA di Kebun Cikarawang dan

Babakan Sawah Baru (9 ha)... 114 14.Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial LEISA di Kebun

Cikarawang dan Babakan Sawah Baru (9 Ha), Biaya Naik 10%... 115 15.Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial LEISA di Kebun

Cikarawang dan Babakan Sawah Baru (9 Ha), Harga Produk Turun

10%... 116 16.Analisis Rugi- Laba Sistem LEISA di Kebun Cikarawang dan

Babakan Sawah Baru (9 ha)... 117 17.Analisis dan Konversi Kebutuhan Pangan Mahasiswa Asrama


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

9. Kegiatan Survei dan Pengambilan Data di Asrama Putra dan Putri... 15

10.Histogram Preferensi Menu Makan Pagi... 19

11.Histogram Preferensi Menu Makan Siang... 19

12.Histogram Preferensi Menu Makan Malam... 20

13.Data Curah Hujan Darmaga, Bogor, Tahun 2004... 26

14.Daur Produksi dan Arus Materi pada Kebun dengan Sistem LEISA... 28

15.Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak di Kebun Cikarawang dan Sawah Baru... 31

16.Gliricidia sepium... 32

17.Lamtoro (Leucaena leucocephala)... 32

18.Sesbania sesban dan Crotalaria sp. ... 32

19.Tephrosia sp. ... 33

20.Lapangan Jemur dan Kantor Jaga... 33

21.Saluran Air Irigasi... 34

22.Lahan Kebun Produksi Sawah Baru dan Cikarawang... 34

23.Kandang Ayam... 35

24.Daur Materi LEISA di Kebun Produksi... 36

25.Organisasi Pengadaan Pangan Asrama TPB-IPB... 40

Lampiran 18.Sketsa Kebun Produksi IPB, Cikarawang... 119

19.Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi IPB, Cikarawang... 120

20.Sketsa Kebun Produksi IPB, Babakan Sawah Baru... 121

21.Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi IPB, Babakan Sawah Baru ... 122

22.Organisasi Pengadaan Pangan Asrama dengan Melibatkan Lahan Pertanian Milik Petani ... 123


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Usaha Tani Tanaman Semusim ... 51 2. Kuisioner untuk Mengetahui Jenis Kegiatan Mahasiswa TPB-IPB .. 65 3. Koefisien Teknis Beberapa Komoditi Terkait dalam Rancangan ... 68 4. Resep Menu Makan Asrama TPB-IPB ... 86


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 25 Ta hun 2004, salah satu unsur masyarakat yang berpotensi besar sebagai penggerak pembangunan bangsa adalah mahasiswa (http://www.menegpp.go.id/admin/upload/legal/undang/1109215076/ UU%20No.25%20Tahun%202004.pdf, 16 Maret 2005). Agar dapat mewujudkan potensinya tersebut, mahasiswa seharusnya memiliki kualitas yang tinggi. Mahasiswa yang berkualitas memiliki ciri-ciri beriman, bertakwa, cerdas, kreatif, terampil, maju, mandiri, disiplin, produktif, dan beretos kerja tinggi, sedangkan dari sisi kesehatan mahasiswa harus sehat jasmani dan rohani sehingga mampu mendukung upaya-upaya peningkatan produktivitas.

Dalam mendukung upaya-upaya peningkatan produktivitas mahasiswanya, Institut Pertanian Bogor (IPB) membentuk suatu wadah pembinaan mahasiswa yang bersifat akademis dan multi budaya, yang diwujudkan dalam bentuk asrama tingkat persiapan bersama (TPB-IPB). Asrama TPB-IPB juga memiliki tujuan meningkatkan jalinan hubungan yang baik antarmahasiswa IPB yang berbeda program studi, fakultas, dan atau daerah asalnya. Selain itu, asrama ini juga bertujuan mencegah mahasiswa baru dari adanya ketidakseimbangan dalam proses adaptasi mereka terhadap lingkungannya yang baru sehingga akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuninya (http://student.ipb.ac.id/asrama/asrama3.htm, 31 Januari 2005).

Asrama yang berkapasitas 3000 mahasiswa baru ini diharapkan na ntinya dapat menciptakan mahasiswa yang berkualitas. Untuk menciptakan mahasiswa yang berkualitas, banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain, faktor pangan dan unsur gizi, kesehatan, pendidikan, informasi, dan teknologi. Dari sekian banyak faktor tersebut, faktor pangan dan unsur gizi sebagai faktor fisik memegang peranan yang paling penting. Oleh karena itu, usaha penyediaan pangan berkualitas dan sehat mutlak diperlukan agar kebutuhan gizi sehat bagi mahasiswa asrama dapat terpenuhi.

Dalam upaya penyediaan pangan untuk mahasiswa asrama, perlu diperhatikan nilai- nilai kecukupan gizi yang baik. Menurut Almatsier (2002),


(16)

makanan yang disediakan bagi manusia terdiri dari menu makan empat sehat lima sempurna dan terpenuhinya unsur-unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Apabila kebutuhan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB telah terpenuhi, diharapkan setiap mahasiswa dapat melakukan berbagai aktivitas dengan kondisi tubuh dan kesehatan yang prima. Pemenuhan kebutuhan pangan mendasar tersebut dapat dilakukan secara mandiri oleh IPB atau dengan cara membeli dari luar IPB.

Kebiasaan makan setiap mahasiswa secara umum sama, yakni makan tiga kali dalam sehari. Jika diasumsikan setiap mahasiswa mengeluarkan biaya makan sebesar Rp 10 000 untuk memenuhi kebutuhan makan pagi, siang, dan malam, selama setahun mereka akan mengeluarkan uang sebesar Rp 3 650 000 per mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa asrama TPB-IPB yang berjumlah 3 000 orang tersebut akan mengeluarkan uang sebesar Rp 10 950 000 000. Hal ini merupakan suatu potensi yang sangat menguntungkan jika pengadaan pangan mahasiswa asrama TPB dapat dikelola dengan baik oleh IPB.

IPB, sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang berbasis pertanian terbesar di Indonesia, semestinya dapat menjadi contoh dalam usaha penyediaan kebutuhan pangan bagi institusinya sendiri, termasuk mahasiswa yang berada di asrama. Apabila usaha tersebut dijalankan, diharapkan aset-aset IPB yang berupa kebun-kebun produksi, alat-alat, serta mesin- mesin pertanian dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha perancangan kebun produksi IPB yang, antara lain, mampu menghasilkan kebutuhan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB.

Perancangan suatu unit kebun produksi perlu memperhatikan keberlanjutan pertanian dan lingkungannya dalam memanfaatkan sumber daya alam yang berada di sekitar kebun produksi. Menurut Ito (2000), pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang memanfaatkan fungsi perputaran energi atau materi dan diselaraskan dengan kebutuhan produksi. Konsep pertanian ini mengupayakan pemanfaatan sumber daya yang terdapat di dalam sistem secara optimum, yang dikenal dengan istilah LEISA (low-external-input and sustainable agriculture). Sistem LEISA ini bertujuan mengurangi dan me ningkatkan efisiensi penggunaan input eksternal yang meliputi sumber energi dari fosil, menekan


(17)

biaya produksi, meningkatkan kemampuan berswasembada, meningkatkan kesadaran akan bahaya polusi pada kesehatan manusia, dan melestarikan lingkungan (Adnyana, 2001).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah (1) membuat suatu rancangan pola kebun produksi IPB untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi mahasiswa asrama TPB-IPB dengan mengoptimalkan sumber daya alam sekitar dan meminimalkan penggunaan masukan dari luar (LEISA), (2) menerapkan pengetahuan umum mahasiswa dalam pembuatan studi kelayakan kebun produksi yang akan digunakan sebagai masukan bagi IPB dalam pemanfaatan aset-aset IPB, dan (3) membuat program spread sheet berbasis Microsoft Excel dalam bent uk CD untuk perancangan kebun berbasis LEISA.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi (Nurzaini, 1997). Menurut Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (http://www.deptan.go.id/HomePageBBKP/Riau/uu_pangan_no_7_th__1996.htm, 16 Maret 2005). Zat gizi merupakan unsur atau senyawa kimia yang terkandung dalam pangan dan diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Menurut Suhardjo (1989), konsumsi pangan dan penggunaan zat-zat gizi tersebut akan menentukan status gizi seseorang, apakah termasuk ke dalam status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, atau gizi berlebih. Jika konsumsi pangan rendah, keadaan gizi seseorang juga rendah. Hal ini terjadi karena dalam mengkonsumsi pangan juga berarti mengkonsumsi zat gizi.

Mengingat pentingnya kebutuhan zat gizi yang diperoleh dari pangan, kelebihan atau kekurangan zat tersebut dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan seseorang (Almatsier, 2002). Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), kecukupan zat gizi antarindividu sebetulnya sangat bervariasi, dipengaruhi, antara lain, oleh jenis kelamin, bobot badan, umur, tinggi badan, keadaan fisiologis, aktivitas, dan metabolisme. Harper, Deaton, dan Driskel (1985) menyatakan bahwa konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan mulai dari tingkat wilayah sampai tingkat rumah tangga.

Bahan pangan yang baik untuk dikonsumsi harus memiliki nilai kecukupan gizi yang seimbang, yaitu terdiri dari tiga unsur pokok, yakni zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Almatsier, 2002). Ketiga unsur tersebut, yang terkandung dalam beberapa jenis kebutuhan pokok seperti beras, sayur-mayur, daging, ikan, dan buah-buahan, sangat diperlukan oleh tubuh.


(19)

Pemenuhan kebutuhan pangan dan kecukupan gizi dapat didasarkan pada Daftar Kecukupan Gizi (DKG) yang disusun oleh Widya Karya Pangan dan Gizi pada tahun 1978 (LIPI, 1984). DKG adalah daftar yang memuat angka-angka kecukupan gizi rata-rata per orang per hari bagi orang sehat (Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian Gizi RS Dr Cipto Mangunkusumo, 1999). Berdasarkan DKG tersebut, kebutuhan energi pria dan wanita yang berumur 16-19 tahun masing- masing adalah 2500 dan 2000 kkal energi.

DKG yang dianjurkan dapat dimanfaatkan untuk tujuan sebagai berikut (Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian Gizi RS Dr Cipto Mangunkusumo, 1999):

1. merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk;

2. menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok; 3. merencanakan pemberian makana n di suatu institusi, seperti rumah sakit,

sekolah, industri, perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo, dan lembaga pemasyarakatan.

Perencanaan dan Perancangan Produksi

Pemenuhan kebutuhan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB secara mandiri dapat diupayakan melalui perencanaan dan perancangan pola tanam kebun produksi. Menurut Assauri (1976), tujuan perencanaan produksi adalah untuk dapat memproduksi barang-barang (output) dalam waktu tertentu di masa yang akan datang dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki serta dengan keuntungan (profit) yang maksimum. Perencanaan kegiatan produksi merupakan kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi tanaman untuk mencapai tujuan. Menurut Lubis (1994), semua jenis usaha baik yang berskala besar maupun kecil harus mempunyai perencanaan (planning). Tanpa perencanaan, tujuan yang akan dicapai mungkin tidak diperoleh atau dapat menjadi lebih lama, lebih panjang prosedurnya, tidak efisien dan efektif, serta dapat menyebabkan biaya produksi menjadi lebih mahal.

Perancangan kebun produksi tanaman diperlukan untuk dapat menghasilkan produk tertentu dalam jumlah, mutu, waktu, tempat, dan harga yang


(20)

tepat (Mugnisjah, 1999). Perancangan tersebut meliputi penyiapan sistem produksi tanaman agar dapat diseleksi dan dip utuskan produk apa yang akan dihasilkan dan bagaimana disainnya sehingga spesifikasinya dapat ditetapkan pula.

Mugnisjah (1999) mengemukakan bahwa penyusunan rencana produksi mencakup kegiatan penetapan target produksi, penjadwalan kerja/proses (scheduling), penetapan urutan pekerjaan (routing), penyampaian perintah (dispatching), dan pengecekan kelancaran produksi (follow-up). Prosedur-prosedur yang harus dijalankan untuk mengoptimalkan perancangan agroekosistem adalah analisis faktor lingkungan, pemilihan dan penataan spesies yang tepat di lapang, perhatian atas kondisi masyarakat, dan pengendalian atas sistem yang dibangun secara keseluruhan dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (Mugnisjah, 2000).

Pertanian Berkonsep LEISA

Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan lahan yang digunakan untuk areal pertanian menjadi terbatas dan kegiatan pertanian dilakukan dengan cara intensifikasi yang mengakibatkan penggunaan input luar berupa bahan kimia yang tinggi. Input luar buatan seperti pupuk kimia, irigasi, benih hibrida, dan pestisida dapat memainkan peranan penting untuk menyeimbangkan sistem pertanian itu, meningkatkan produktivitas lahan dan tenaga kerja, serta meningkatkan keseluruhan hasil pertanian (Reijntjes, Haverkort, dan Waters-Bayer, 1999). Reijntjes et al. (1999) menambahkan bahwa sistem pertanian yang tidak menggunakan input luar tidak akan mungkin memiliki konsep terbuka dan berorientasi pasar untuk menyediakan kebutuhan penduduk nonpetani. Namun, tanpa disadari hal- hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap keberlanjutan kegiatan pertanian.

Gaskell et al. (2002) berpendapat bahwa dalam upaya mencapai pertanian yang berkelanjutan diupayakan agar input berupa bahan kimia produksi pabrik (pupuk dan pestisida) dikurangi bahkan jika mungkin ditiadakan. Menurut Ito (2000), pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang memanfaatkan fungsi perputaran energi dan diselaraskan dengan kebutuhan produksi. Penerapan


(21)

teknologi budi daya yang berkelanjutan terjadi jika lahan yang dikelola dapat memberikan produksi tanaman dan atau hewan yang memuaskan tanpa menimbulkan kerusakan atas lahan tersebut sehingga produktivitasnya dapat dipertahankan oleh sistem pertanian itu sendiri (Mugnisjah, 2001). Konsep pertanian ini mengupayakan pemanfaatan sumber daya yang terdapat di dalam sistem secara optimum, yang dikenal dengan istilah LEISA (low-external-input and sustainable agriculture) (Reijntjes et al., 1999).

Pengembangan konsep LEISA untuk kebun produksi harus memperhatikan keseimbangan ekologis. Prinsip-prinsip ekologi yang perlu diperhatikan, antara lain, adalah (Reijntjes et al., 1999) (1) menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman; (2) mengoptimalkan ketersediaan unsur hara, menyeimbangkan arus unsur hara, dan memanfaatkan pupuk luar sebagai pelengkap; (3) meminimalkan serangan hama dan penyakit tanaman melalui pencegahan dan perlakuan yang aman; (4) menggabungkan sumber daya genetik dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi. Sebagai contoh, pengelolaan kebun berkonsep LEISA dapat memadukan berbagai komponen dalam sistem pertanian sehingga diharapkan dapat meminimalkan input luar. Optimalisasi penggunaan sumber daya yang tersedia secara lokal dicapai dengan mengkombinasikan komponen yang berbeda dalam sistem lapang produksi sehingga pada akhirnya komponen-komponen tersebut saling melengkapi dan memiliki pengaruh sinergi yang maksimal. Dalam sistem LEISA, resiko ekologik dari masukan energi yang tinggi dapat dihindari karena digunakan secara terbatas. Re ijntjes et al. (1999) mengemukakan salah satu contohnya, yaitu pola pertanian kebun yang memadukan tanaman, ternak, dan ikan. Berdasarkan penelitian Tiyar (2001) yang dilakukan di Cianjur, dapat diketahui bahwa di antara ketiga komoditi tersebut, jenis komoditi yang dibudidayakan terlebih dahulu adalah ternak. Dari budi daya ternak ini dapat diperoleh pupuk kandang yang selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan budi daya tanaman.


(22)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini mengambil informasi dari mahasiswa TPB-IPB yang tinggal di asrama putra dan putri TPB-IPB dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada tanggal 20-27 April 2005 dan tahap kedua pada tanggal 26-31 Mei 2005. Survei berikutnya dilakukan pada beberapa kebun percobaan IPB dan petani atau praktisi pertanian di Bogor. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan Mei 2005 sampai dengan Agustus 2005.

Asumsi dan Pendekatan

Kehidupan sehat mahasiswa asrama TPB-IPB dapat berawal dari terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi secara baik. Batasan mengenai kehidupan sehat tersebut dapat berupa terpenuhinya menu makan empat sehat lima sempurna setiap hari dan kontinuitas pangannya terjamin.

Berbagai asumsi diperlukan untuk menetapkan perancangan pola tanam kebun produksi IPB yang dapat memenuhi kebutuhan pangan asrama TPB-IPB. Asumsi-asumsi tersebut didekati dari faktor- faktor sebagai berikut: (1) jumlah mahasiswa asrama TPB-IPB, (2) kebutuhan pangan dan gizi setiap mahasiswa, (3) kontinuitas produksi tanaman, dan (4) efisiensi penggunaan masukan luar pada proses usaha tani.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil survei dari UPT Kebun Percobaan IPB Darmaga mengenai teknik budi daya dan produksi pertanian. Data primer lainnya didapat dari wawancara dan diskusi dengan petani yang tinggal di sekitar kampus IPB Darmaga. Data sekunder didapatkan dari telaah pustaka dan pengumpulan data dari UPT Kebun Percobaan IPB yang mencakup arsip, riwayat kebun produksi, tata letak kebun, dan pergerakan arus barang. Data sekunder lainnya didapatkan dari instansi di luar IPB, yaitu mengenai data iklim dan data harga beberapa komoditi pertanian di pasar. Selain itu, juga diperlukan data sekunder yang berkaitan dengan budi daya


(23)

beberapa tanaman pangan seperti padi, kedelai, jagung, dan beberapa jenis sayuran, serta beberapa tanaman tahunan yang akan terpilih dalam perancangan kebun. Data primer dan sekunder tersebut akan digunakan sebagai koefisien masukan untuk analisis usaha tani pada spread sheet Excel.

Alat yang digunakan untuk merancang kebun produksi berbasis LEISA ini berupa komputer dengan program aplikasi Microsoft Excel.

Metode Penelitian

Pembuatan suatu rancangan kebun produksi untuk memenuhi status gizi makanan mahasiswa asrama TPB-IPB dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. 1. Penetapan kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB

Tahapan ini dilakukan dengan melakukan survei secara langsung kepada 200 orang mahasiswa TPB-IPB Angkatan 41 yang terdiri dari 100 orang mahasiswa dan 100 orang mahasiswi. Saat survei dilakukan, mereka sedang menjalani semester genap tahun ajaran 2004-2005. Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memberikan kuisioner dan mendata mahasiswa yang melewati koridor kantin asrama putra dan putri.

Proses pengambilan sampel dilakukan melalui dua tahap. Tahap I dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, bobot badan, serta mengisi kuisioner yang berupa identitas setiap responden. Bobot badan mahasiswa diukur dengan menggunakan timbangan injak, sedangkan tinggi badan mahasiswa diukur dengan menggunakan alat ukur tinggi badan. Hasil dari pengamatan Tahap I ini akan digunakan untuk menentukan jenis aktivitas, angka metabolisme basal (AMB), dan kebutuhan energi dari setiap mahasiswa (kkal). Pada Tahap II, pengamatan di asrama dilakukan dengan cara mengisi kuisioner tentang menu makan sehari yang biasa dimakan oleh setiap individu mahasiswa. Hasil dari pengamatan Tahap II ini akan digunakan untuk menentukan jenis komoditas yang akan dibuat dalam perancangan (lihat kuisioner pada Lampiran 1).

2. Penetapan standar gizi sehat

Setelah diketahui, data kebutuhan energi mahasiswa kemudian dibandingkan dengan standar gizi sehat yang terdapat dalam pustaka (FAO/WHO/UNU,1985; LIPI, 1993).


(24)

3. Penetapan komoditi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehat (pembuatan menu makan)

Tahapan ini dilakukan dengan memperhitungkan nilai tukar energi bahan makanan dalam suatu menu makan yang sebanding dengan jumlah energi yang dikeluarkan oleh mahasiswa TPB-IPB.

4. Penetapan luasan komoditi dalam rancangan

Tahapan ini dilakukan dengan perancangan luas lahan dan pola tanam bahan baku untuk menu makan yang akan dibuat.

5. Pengumpulan data primer usaha tani komoditi terkait

Tahapan ini dilakukan dengan melakukan survei terhadap UPT Kebun Percobaan IPB dan petani/praktisi pertanian di sekitar UPT Kebun Percobaan IPB untuk mengetahui lokasi, luas lahan, dan teknik budi daya komoditi terkait. Data yang digunakan mengacu pada hasil survei dan wawancara dengan praktisi pertanian dan staf UPT Kebun Percobaan IPB (lihat kuisioner pada Lampiran 2). 6. Penyusunan rancangan kebun

Perancangan kebun dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: perancangan produk tanaman, perancangan proses produksi tanaman, perancangan lokasi dan tapak unit produksi tanaman, perancangan tata letak dan alir proses produksi tanaman, perancangan tugas pekerjaan, serta strategi produksi dan seleksi kapasitas produksi tanaman.

Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap hasil rancangan kebun produksi. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

1. Analisis biaya produksi

Tahapan ini dilakukan dengan menghitung jumlah keseluruhan biaya operasional kebun produksi dengan profit sebesar dua kali total biaya produksi, dan biaya pengolahan makanan yang kemudian dibagi dengan jumlah mahasiswa untuk mendapatkan biaya makan yang dibebankan kepada setiap mahasiswa selama berada di asrama.

2. Analisis kelayakan finansial

Analisis kelayakan finansial atas usaha tani yang dijalankan dibuat dengan asumsi jika keseluruhan hasil atau produksi dari kebun ini akan dijual dengan harga pasar.


(25)

Pengolahan dan Analisis Data Mahasiswa Asrama

Data awal didapatkan dari hasil survei mahasiswa asrama TPB-IPB Angkatan 41 tahun 2004-2005. Data yang diambil berupa identitas responden yang meliputi jenis kelamin, bobot badan, tinggi badan, umur, dan jenis aktivitas fisik yang ditabulasikan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan data aktivitas responden dihitung besar energi aktivitasnya per jenis kegiatan per hari (Hardinsyah dan Martianto, 1989). Persamaan untuk menghitung energi aktivitas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persamaan untuk Menghitung Energi Aktivitas Manusia dari Bobot Badan

Kelompok Umur (Tahun)

AMB (kkal/hari)*

Laki- laki Perempuan

0-3 60.9 B - 54 61.0 B + 51

3-10 22.7 B + 495 22.5 B + 499

10-18 17.5 B + 651 12.2 B + 746

18-30 15.3 B + 679 14.7 B + 496

30-60 11.6 B + 879 8.70 B + 829

>60 13.5 B + 487 10.5 B + 596

* Sumber : FAO/WHO/UNU (1985), hlm. 71. Keterangan : AMB = Angka Metabolisme Basal

B = Bobot badan dalam satuan kilogram (kg)

Analisis Kelayakan Finansial Perancangan Kebun Produksi

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung dan menganalisis kelayakan finansial yang meliputi analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).

NPV me rupakan nilai sekarang dari selisih benefit (pendapatan) dengan cost (biaya) pada tingkat suku bunga tertentu. Dengan analisis NPV ini, suatu proyek dapat dinilai layak atau tidak dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Suatu rencana investasi dikatakan layak jika menghasilkan NPV lebih besar daripada nol. Jika suatu rencana investasi menghasilkan nilai NPV lebih kecil daripada nol, rencana tersebut tidak layak dilaksanakan. Rumus perhitungan NPV (Gittinger, 1986) adalah

( ) ( )

=      + − + = n i t t t t i C i B NPV


(26)

dengan Bt = benefit pada tahun t Ct = biaya pada tahun t t = 1, 2, 3, …, n n = umur proyek i = tingkat diskonto

IRR merupakan tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari investasi (NPV) sama dengan nol. Pencarian nilai IRR dilakukan dengan pendugaan secara acak dari setiap suku bunga yang ditentukan. Jika perhitungan dengan tingkat suku bunga yang terlalu rendah, NPV yang diperoleh bernilai positif dan hal ini kurang baik sehingga suku bunga perkiraan hitungan harus dinaikkan agar NPV mendekati negatif. Pada akhirnya IRR akan menyebabkan bunga potongan (diskonto) membuat jumlah nilai sekarang arus pengeluaran sama dengan jumlah sekarang arus penerimaan. Apabila diperoleh nilai IRR lebih besar daripada tingkat diskonto yang berlaku, proyek tersebut layak atau dapat dilaksanakan. Namun, apabila nilai IRR lebih kecil daripada tingkat diskonto, proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tingkat suku bunga bank untuk pertanian digunakan sebesar 20%, yang merupakan tingkat tertinggi yang diambil. Rumus perhitungan IRR adalah

) i' (i NPV NPV'

NPV' i'+

=

IRR

− '' ''

dengan NPV’ = NPV negatif i’ = diskonto untuk NPV’ NPV’’ = NPV positif i’’= diskonto untuk NPV’’

Ukuran lain yang dapat digunakan untuk melihat kelayakan suatu proyek adalah Net B/C, yaitu diperoleh dengan membagi jumlah present value (PV) yang positif dengan PV yang negatif. Apabila Net B/C lebih besar daripada satu, kegiatan investasi dikatakan layak, dan apabila Net B/C lebih kecil daripada satu, kegiatan investasi dikatakan tidak layak. Rumus perhitungan Net B/C adalah (Gittinger, 1986)


(27)

= = = = = − = − − = + − + − = n t n t n t t t n t t t n t t t t n t t t t DF Minus Benefit Net DF Plus Benefit Net DF B C DF C B i B C i C B C B Net 1 1 1 1 1 1 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( /

dengan Bt = benefit pada tahun t Ct = biaya pada tahun t t = 1, 2, 3, …, n n = umur proyek i = tingkat diskonto DF = Discount Factor


(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Responden Mahasiswa Asrama TPB-IPB

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan baik di asrama TPB-IPB putra maupun putri, rata-rata responden tertinggi berumur lebih dari 18 tahun, yaitu 18.6 tahun. Sebaran umur sampel adalah 19-20 tahun dengan persentase 57.5%, selanjutnya 39% berusia 18 tahun, dan hanya 3.5% responden yang berusia 17 tahun (lihat Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2 pula diketahui bahwa setiap mahasiswa memiliki jenis aktivitas yang beragam dengan rata-rata tertinggi sebanyak 59% responden mengaku memiliki aktivitas berat, diikuti dengan 21% mahasiswa memiliki aktivitas sedang, dan sebanyak 20% memiliki aktivitas ringan. Hal ini diduga karena pada saat pengambilan sampel semua mahasiswa TPB-IPB baru saja menyelesaikan ujian tengah semester genap sehingga kebanyakan dari mereka mengisi kuisioner dengan pilihan jenis aktivitas berat.

Tabel 2. Data Umum Responden

Peubah Jumlah Persentase % Umur :

a. 17 tahun 7 3.5

b. 18 tahun 78 39

c. 19-20 tahun 115 57.5

Jenis kelamin :

a. Laki- laki 100 50

b. Perempuan 100 50

Jenis aktivitas :

a. Ringan 40 20

b. Sedang 42 21

c. Berat 118 59

Keterangan : n=200 sampel

Kebutuhan dan Konsumsi Energi Mahasiswa Asrama

Jenis aktivitas responden akan menentukan berapa nilai faktor aktivitasnya. Menurut Almatsier (2002), faktor aktivitas (FA) dibedakan menurut jenis kelamin dan jenis kegiatannya. Laki- laki dengan jenis aktivitas ringan memiliki faktor aktivitas 1.56, yang beraktivitas sedang memiliki faktor aktivitas 1.76, dan yang beraktivitas berat memiliki faktor aktivitas 2.10. Namun,


(29)

perempuan memiliki faktor aktivitas yang berbeda dengan laki- laki. Perempuan dengan jenis aktivitas ringan memiliki faktor aktivitas 1.55, yang beraktivitas sedang memiliki faktor aktivitas 1.70, dan yang beraktivitas berat memiliki faktor aktivitas 2.00 (lihat Tabel 3).

Tabel 3. Faktor Aktivitas Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Jenis Kelamin Jenis Kegiatan Faktor Aktivitas

Laki- laki

Ringan 1.56

Sedang 1.76

Berat 2.10

Perempuan

Ringan 1.55

Sedang 1.70

Berat 2.00

Sumber : Almatsier (2002)

Jenis kegiatan ringan artinya 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri dan 25% waktu lainnya digunakan untuk berdiri atau bergerak. Jenis kegiatan sedang artinya 25% waktunya digunakan untuk duduk atau berdiri dan 75% waktu lainnya digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Jenis kegiatan berat memiliki arti 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri dan 60% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu.

Gambar 1. Kegiatan Survei dan Pengambilan Data di Asrama Putra dan Putri Berdasarkan survei asrama Tahap I, diketahui bahwa umur responden adalah antara 17-20 dengan rata-rata 18.6 tahun. Dengan demikian, untuk menghitung angka metabolisme basal (AMB) digunakan kelompok umur antara 18-30 tahun (lihat Tabel 1). Menurut FAO (1985), persamaan yang digunakan untuk kelompok ini adalah 15.3 B + 679 untuk laki- laki dan 14.7 B + 496 untuk perempuan, dengan B adalah bobot setiap individu dalam satuan kilogram.


(30)

Contoh perhitungan untuk menaksir kebutuhan energi sehari seorang mahasiswa laki- laki yang berumur 19 tahun dengan bobot badan 60 kg dan aktivitas ringan adalah sebagai berikut:

(1) kebutuhan energi untuk angka metabolisme basal adalah AMB = (15.3 x B) + 679

AMB = (15.3 x 60) + 679 = 1 597 kkal

(2) kebutuhan energi total (ET) dengan aktivitas fisik ringan adalah ET = AMB x FA

ET = 1 597 x 1.56 = 2 491 kkal

Jadi taksiran kebutuhan energi sehari adalah sebanyak 2 491 kkal.

Hasil survei Tahap I terhadap 200 orang mahasiswa asrama membuktikan bahwa rata-rata AMB mahasiswa adalah 1 366 kkal/hari dengan perincian laki-laki 1 512 kkal/hari dan perempuan 1 220 kkal/hari. Kebutuhan rata-rata kalori mahasiswa asrama putra dan putri adalah 2 572 kkal dengan perincian laki- laki sebesar 2 861 kkal dan perempuan 2 283 kkal (lihat Tabel 4). Kebutuhan energi mahasiswa ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kecukupan energi (AKE) rata-rata tingkat nasional untuk golongan umur 16-19 tahun, yang termasuk dalam kategori remaja dewasa. Angka kecukupan energi rata-rata tingkat nasional untuk golongan laki- laki berumur 16-19 tahun adalah 2 500 kkal/orang/hari, sedangkan untuk golongan perempuan dengan umur yang sama adalah 2 000 kkal/orang/hari, dengan rata-rata angka kecukupan energi tingkat nasional untuk seluruh golongan adalah 2 100 kkal/orang/hari (LIPI, 1993).

Tabel 4. Jumlah dan Rata-Rata Angka Metabolisme Basal (AMB) dan Kebutuhan Kalori Mahasiswa

Peubah Kalori Rata-Rata Kalori AMB :

(kkal/hari)

a. Laki- laki 1 512

1 366

b. Perempuan 1 220

Kebutuhan kalori : (kkal)

a. Laki- laki 2 861

2 572

b. Perempuan 2 283


(31)

Sambas (1991) menyatakan bahwa tingginya kebutuhan energi bagi setiap mahasiswa ini disebabkan ole h kegiatan mahasiswa dalam bidang akademik dan non-akademik yang lebih tinggi pada masa perkuliahan sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaannya.

Status Gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Mahasiswa Asrama

Pada masa pubertas, remaja mengalami pertumbuhan yang pesat dalam hal tinggi badan, bobot badan, lemak tubuh dan otot, serta penyempurnaan berbagai sistem organ (O’Dea, 1996). Pertumbuhan tinggi masa anak-anak mencapai 25% dari tinggi badan saat dewasa, sedangkan 40% bobot badan saat dewasa tercapai di masa remaja. Pada masa pertumbuhan ini, status gizi baik menjadi salah satu penentu utama. Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan (Harper et al., 1985).

Status gizi dapat mengacu pada indeks massa tubuh (IMT). Menurut Departemen Kesehatan R.I. (1996), penentuan status gizi yang didasari oleh indeks massa tubuh dibagi menjadi 5 (lima) kategori, yaitu kurus sekali (IMT<17.0), kurus (IMT 17.0–18.4), normal (IMT 18.5–25.0), gemuk (IMT 25.1– 27.0), dan gemuk sekali (IMT>27.0). Untuk mengetahui IMT dapat menggunakan perbandingan antara bobot badan (kg) dan tinggi badan (m) yang dikuadratkan. Rumus IMT adalah

2

TB BB = IMT

dengan BB = Bobot badan (kg) TB = Tinggi badan (m)

Berdasarkan pengamatan dan survei Tahap I yang disajikan dalam Tabel 5, 12.5% mahasiswa yang tinggal di asrama TPB-IPB berstatus gizi kurus sekali, 23% berstatus kurus, 62% berstatus normal, 1% berstatus gemuk, dan 1.5% berstatus gemuk sekali. Hasil ini terlihat baik karena rata-rata tertinggi mahasiswa (62%) berstatus gizi normal. Tingginya jumlah responden yang berstatus gizi normal diduga karena responden yang dijadikan sampel berasal dari kalangan remaja. Menurut Hurlock (1997), pada masa remaja atau dewasa dini setiap


(32)

laki-laki maupun perempuan, akan berusaha mempertahankan daya tariknya dengan menjaga penampilan (performance) tubuhnya.

Masih terdapatnya sampel yang berstatus gizi kurus sekali (12.5%) dan kurus (23%) diduga karena tidak seimbangnya antara aktivitas dan konsumsi pangan mahasiswa. Misalnya terdapat sampel yang mempunyai kegiatan akademis dan non-akademis yang tinggi, yang memerlukan energi banyak, tetapi tidak diimbangi dengan konsumsi yang cukup.

Tabel 5. Sebaran Status Gizi Mahasiswa Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Status Gizi IMT Laki- laki Perempuan Total %

Kurus Sekali <17.0 16 9 25 12.5

Kurus 17.0 - 18.4 23 23 46 23

Normal 18.5 - 25.0 57 67 124 62

Gemuk 25.1 - 27.0 2 0 2 1

Gemuk Sekali >27.0 2 1 3 1.5

Jumlah 100 100 200 100

Menu Makan Mahasiswa Asrama Sehari-hari

Seperti tertera pada Tabel 4, kebutuhan rata-rata kalori mahasiswa asrama TPB-IPB adalah sebesar 2 572 kkal, hal ini tidak terlepas dari kebutuhan makan sehari- hari mahasiswa penghuni asrama. Pada survei Tahap II, responden diminta untuk mengisi kuisioner tentang menu makan yang biasa mereka makan sehari-hari. Dalam kuisioner tersebut, menu makan dibagi menjadi tiga, yaitu menu makan pagi, makan siang, dan makan malam.

Berdasarkan menu makan sehari dari survei Tahap II ini diketahui bahwa menu makan sehari-hari mahasiswa TPB-IPB telah sesuai dengan rekomendasi pedoman menu sehari- hari (lihat Tabel Lampiran 3). Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), pola konsumsi setiap hari untuk remaja pria berumur 16-19 tahun adalah sebesar 4 porsi makan pokok (1 porsi sama dengan 200 gram nasi), 2 porsi protein hewani (1 porsi sama dengan 50 gram daging, ikan atau telur), 4 porsi protein nabati (1 porsi sama dengan 50 gram tempe, tahu atau hasil olahan kacang-kacangan), 2 porsi sayur mayur (1 porsi sama dengan 100 gram sayuran), 1 porsi buah (100 gram) dan 1 porsi kudapan atau jajanan (sebagai selingan mengandung sekitar 150-250 kkal). Pola konsumsi setiap hari untuk remaja


(33)

wanita berumur 16-19 tahun adalah sebesar 3 porsi makan pokok (1 porsi sama dengan 200 gram nasi), 2 porsi protein hewani (1 porsi sama dengan 50 gram daging, ikan atau telur), 3 porsi protein nabati (1 porsi sama dengan 50 gram tempe, tahu atau hasil olahan kacang-kacangan), 2 porsi sayur mayur (1 porsi sama dengan 100 gram sayuran), 1 porsi buah (100 gram) dan 1 porsi kudapan atau jajanan (sebagai selingan mengandung sekitar 150-250 kkal).

Makan Pagi (A)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Nasi putih Ayam goreng Telur ayam Tempe/tahu goreng

Lauk lainnya Sayur bayam

Kangkung Sayur tauge Sayur lainnya Teh manis Susu Minum lainnya Ketoprak Bubur ayam Lontong sayur Jajanan Sarapan lainnya Jenis Makanan Persentase Responden Kebutuhan

Gambar 2. Histogram Preferensi Menu Makan Pagi

Makan Siang (A)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Nasi putih Ayam

Telur ayam Tempe/tahu

Ikan

Daging

Lauk lainnya Sayur bayam

Tumis kangkung

Sayur soup Sayur asem

Sambal goreng ati

Sayur lainnya

Pepaya Pisang Tomat

Semangka Nanas Melon Buah lainnya Jenis Makanan Persentase Responden Kebutuhan

Gambar 3. Histogram Preferensi Menu Makan Siang

Gambar 2 menunjukkan bahwa menu makan pagi yang terbanyak dipilih oleh responden adalah nasi putih (69.52%). Lauk pauk yang biasa mereka makan di pagi hari adalah telur ayam (47.62%), tempe/tahu (31.43%), lauk pauk lainnya (9.52%), dan ayam goreng (33%). Menu sayur terbanyak yang dipilih responden untuk makan paginya adalah sayur bayam (22.86%) yang diikuti oleh sayur tauge (13.33%) dan sayur kangkung (8.10%). Setiap pagi responden lebih suka minum air putih (41.43%) jika dibandingkan dengan minum susu (25.71%) ataupun teh manis (23.33%). Selain menu sarapan tersebut, mereka biasanya juga membeli


(34)

jajanan selingan (41.90%) di pagi hari seperti gorengan, bubur ayam (34.76%), ketoprak (14.29%), dan lontong sayur (10.48%).

Menu makan siang (Gambar 3) pilihan responden adalah nasi putih (90.95%), dengan lauk tempe/tahu (42.86%), dan sayur yang berkuah seperti sayur sup (52.38%). Menu lauk pauk lainnya yang mereka biasa makan di siang hari, antara lain, telur ayam (39.05%), daging ayam (29.05%), ikan (22.38%), dan daging (2.38%). Selain sayur sup yang menjadi pilihan untuk menu makan siang, terdapat pula sayur tumis kangkung (20.59%), sayur bayam (16.19%), sayur asem (10.95%), dan sambal goreng hati (7.62%). Buah yang biasa mereka makan adalah pepaya (56.67%), diikuti oleh melon, semangka, nanas, dan pisang dengan persentase masing- masing 23.33%, 20.95%, 17.14%, dan 12.86%.

Sesuai dengan histogram Gambar 4, menu makan malam yang dominan responden pilih adalah nasi putih (88.10%) dengan lauk tempe/tahu (41.43%), telur ayam (29.05%), daging ayam (28.10%), ikan (17.14%), dan daging hanya 4.29%. Sayur yang mereka pilih untuk makan malam adalah sayur kangkung (20.48%), sayur tauge (18.10%), sayur bayam (16.19%), dan sayur asem (12.38%). Banyaknya sayur kangkung yang dipilih dalam kuisioner diduga karena responden telah mengetahui bahwa pada daun kangkung terdapat zat penenang yang mampu membuat tubuh beristirahat dengan baik di waktu malam (http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1068086389,31737, 15 November 2005). Sebagian responden (sebanyak 41.43%) juga memilih nasi goreng sebagai menu makan malam alternatif lainnya, diikuti oleh 21.90% responden memilih mie rebus, 20.93% responden memilih mie goreng, serta hanya masing- masing 10.48% dan 1.90% responden yang memilih menu malam alternatif nasi + soto ayam dan nasi + soto daging.

Makan Malam (A)

0 . 0 0 1 0 . 0 0 2 0 . 0 0 3 0 . 0 0 4 0 . 0 0 5 0 . 0 0 6 0 . 0 0 7 0 . 0 0 8 0 . 0 0 9 0 . 0 0 1 0 0 . 0 0

Nasi putih

Ayam

Telur ayam Tempe/tahu

Ikan

Daging

Lauk lainnya Sayur bayam

Sayur kangkung

Sayur tauge Sayur asem Sayur lainnya Mie goreng

Mie rebus

Nasi+soto ayam Nasi+soto daging Nasi goreng Menu lainnya

J e n i s M a k a n a n

Persentase Responden

Kebutuhan


(35)

Perancangan Menu Makan Mahasiswa Asrama TPB IPB

Menurut Wirakusumah (1989), perencanaan menu merupakan suatu proses bertahap yang berguna untuk mengetahui (1) makanan yang akan dihidangkan dan (2) makanan apa yang dapat dipilih berdasarkan kesukaan setiap individu.

Kaitan antara kebutuhan energi dan menu makan adalah bahwa makanan yang ideal harus cukup kalorinya untuk memenuhi energi tubuh yang diperlukan untuk beraktivitas. Karbohidrat yang harus terpenuhi sebaiknya sekitar 55-60%, protein sekitar 20-25%, dan lemak sekitar 20% dari energi yang diperlukan (Wirakusumah, 1997). Menu makan empat sehat lima sempurna ini terdapat pada menu makan selama satu hari.

Tabel 6. Daftar Menu Makan Sehari Mahasiswa Asrama

Makan Pagi *

Menu (Komoditi) Ukuran Bobot Kalori Protein Lemak Karbo-

hidrat

(g) (kkal) (g) (g) (g)

Beras Total 400 1 440 27.2 2.8 315.6

Nasi** 1 porsi 200

Telur ayam ceplok 1 butir 65 248.9 9.8 21.4 5.4

Perkedel jagung 1 potong 25 94.5 3.6 5 9.4

Susu sapi 1 gelas 100 ml 61 3.2 3.45 4.3

Makan Siang *

Nasi 1 porsi 300

Ayam panggang 1 potong sedang

100 214.4 26.4 11.5 1.62

Sayur sup 3/4 gelas 150 112 2.29 5.6 13.02

Tempe goreng 1 potong 25 82 4.6 5.8 0.3

P epaya 1 porsi 100 46 0.5 0 12.2

Makan Malam *

Nasi 1 porsi 300

Ikan mas goreng 1 potong 100 188 19.3 12.2 0

Tahu goreng 1 potong 25 32 1.4 2.8 9.4

Tumis kangkung 3/4 gelas 100 52 1.8 3.6 3

Sambal secukupnya

Total 2 571 100.09 74.15 374.24

Keterangan:

* Berdasarkan hasil survei mahasiswa asrama IPB (2005) dan Hardinsyah dan Briawan (1994)


(36)

Berdasarkan histogram Gambar 2, menu makan pagi atau sarapan terbanyak yang dipilih responden adalah nasi, telur ayam, dan sayur bayam. Oleh karena itu, pada Tabel 6 dibuat menu makan pagi yang terdiri dari nasi, telur ayam ceplok, dan perkedel jagung, dengan minuman susu. Berdasarkan menu makan siang yang dipilih oleh responden (Gambar 3), dibuat menu makan siang yang terdiri dari nasi, ayam panggang, sayur sup, dan tempe goreng, dengan buah pepaya sebagai penutupnya (lihat Tabel 6). Menu makan malam terpilih disajikan dalam histogram Gambar 4. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat menu makan malam pilihan yang terdiri dari nasi, ikan mas goreng, tumis kangkung, dan sambal sebagai pelengkap (lihat Tabel 6).

Keseluruhan menu makan pagi, siang, dan malam ini mampu mencukupi kebutuhan gizi empat sehat lima sempurna. Namun, untuk memberikan penganekaragaman penyediaan dan konsumsi pangan, perlu dibuat jenis menu makan yang beragam untuk hari-hari lainnya. Untuk itu, pada Tabel Lampiran 4 dan 5 dibuat jenis menu makan alternatif untuk hari- hari berikutnya. Menu- menu yang telah dibuat tersebut juga dapat saling ditukar dengan menu yang ada pada hari lain.

Penetapan Komoditi Pangan dan Luas Lahan dalam Rancangan Daftar menu makan mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 kemudian dapat ditentukan jenis komoditi pangan yang akan dimasukkan ke dalam perancangan kebun produksi. Jenis komoditi yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan energi mahasiswa asrama disajikan pada Tabel 7.

Komoditi yang sesuai berasal dari golongan tanaman dan hewan. Jenis komoditi yang memungkinkan untuk dimasukkan ke dalam perancangan kebun produksi IPB Darmaga, antara lain adalah, padi, kedelai, buncis, tomat, jagung manis, pepaya, kangkung, bayam, dan cabai, sedangkan hewan yang ada dalam perancangan meliputi ayam pedaging dan ikan darat (ikan mas). Penetapan komoditi pangan ini juga disesuaikan dengan resep menu makan yang terdapat pada Lampiran 4. Namun, mengingat kurangnya kesesuaian lahan di daerah Darmaga, beberapa jenis komoditi dataran tinggi seperti wortel, kentang, kol, kapri, daun bawang, dan seledri tidak dapat dimasukkan ke dalam rancangan ini.


(37)

Tidak tertutup kemungkinan jika komoditi-komoditi tersebut diusahakan di kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas, yang terletak di daerah dataran tinggi.

Tabel 7. Penentuan Jenis Komoditi dan Luas Lahan dalam Rancangan

No. Jenis Pangan Kebutuhan per Porsi

Satuan Konversi ke-

Kebutuhan per Hari**

Luas Lahan yang Dibutuhkan (.../daur)****

1 Beras*** 400 gram Padi 1 846 kg 50 ha

2 Tempe* 25 gram Kedelai 150 kg 27.5 ha

3 Tahu* 25 gram Kedelai 300 kg

4 Jagung manis 150 gram Jagung manis 450 kg 8.25 ha

5 Pepaya 100 gram Buah pepaya 300 kg 5.5 ha

6 Daging ayam 60 gram Ayam pedaging 180 kg 480 m2

7 Kangkung 100 gram Kangkung 300 kg 1.2 ha

8 Cabai 1 gram Cabai merah 3 kg 360 m2

9 Bayam 100 gram Bayam 300 kg 1.8 ha

10 Buncis 75 gram Buncis 225 kg 4.1 ha

11 Tomat 100 gram Tomat 300 kg 3.4 ha

12 Telur ayam 1 buah Telur ayam 3 000 butir -

13 Ikan mas 100 gram Ikan mas 10 m2

14 Kentang 150 gram Kentang 450 kg -

15 Wortel 150 gram Wortel 450 kg -

16 Kol 100 gram Kol 300 kg -

17 Daun bawang 40 gram Daun bawang 120 kg -

18 Seledri 15 gram Seledri 45 kg -

19 Susu sapi 100 ml Susu sapi 300 Lt -

Perhitungan pada Tabel 7 menggunakan asumsi jika seluruh mahasiswa asrama TPB-IPB mengkonsumsi menu yang dirancang (Tabel 6). Perhitungan dengan pertimbangan adanya faktor koreksi preferensi menu (Gambar 2, 3, dan 4) yang berasal dari hasil survei terdapat pada Tabel Lampiran 17.

Penetapan luasan lahan dalam perancangan akan berbeda-beda untuk setiap komoditi. Hal ini disebabkan oleh berbeda-bedanya potensi produksi setiap komoditi. Penetapan luasan lahan untuk tiap-tiap komoditi adalah sebagai berikut. 1. Komoditi padi, jika diasumsikan potensi produksi padi 4.5 ton/ha/daur, rendemen beras giling 65% (Damardjati, 1988), diperlukan luasan 50

Keterangan :

* 1 kg tempe = 2 kg kedelai

1 kg tahu = 4 kg kedelai (Sudaryanto et al., 1994) ** Kebutuhan total untuk 3 000 orang mahasiswa per hari *** Rendemen beras giling = 65%


(38)

hektar untuk kebutuhan selama satu siklus tanam atau 4 bulan untuk memenuhi kebutuhan 3 000 mahasiswa (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3).

2. Kedelai merupakan hasil konversi dari tahu dan tempe, jika diasumsikan konsumsi tahu dan tempe setiap hari, dengan rata-rata konsumsi kedelai di asrama sebanyak 450 kg/hari, produksi kedelai 1.5 ton/ha/daur, diperlukan luas lahan 27.5 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3).

3. Buncis, jika diasumsikan potensi produksi 5 ton/ha/daur, diperlukan luas 4.1 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3).

4. Tomat, jika diasumsikan potensi produksi 8 ton/ha/daur, diperlukan luas lahan 3.4 hektar per daurnya (teknik budi dayanya dan produksi pada Lampiran 3).

5. Jagung manis, jika diasumsikan potensi produksi 5 ton/ha/daur, diperlukan luas lahan 8.25 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampir an 3).

6. Kangkung, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 15 ton/ha/daur, diperlukan luas lahan 1.2 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampir an 3).

7. Bayam, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 10 ton/ha/daur, diperlukan luas lahan 1.8 hektar per daur (teknik bud i daya dan produksinya pada Lampir an 3).

8. Cabai, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 10 ton/ha/daur, diperlukan luas lahan 360 m2 per daur (teknik bud i daya dan produksinya pada Lampiran 3).

9. Pepaya, jika diasumsikan berpotensi 10 ton/ha/daur, diperlukan luas 5.5 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 10.Budi daya ayam ras pedaging diperlukan satu kandang dengan luasan

kandang 480 m2 (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). Kandang ini dapat memuat sekitar 3000 ekor ayam.


(39)

11.Budi daya ikan mas diperlukan luasan 10 m2. Budi daya ikan mas ini bertujuan menambah variasi menu makan di asrama. Budi daya ikan air tawar juga ditujukan sebagai penunjang ekosistem kebun.

Luas lahan yang dibutuhkan secara keseluruhan untuk menjalankan kebun produksi dengan komoditi-komoditi terkait adalah 50 hektar/daur atau 150 ha/tahun. Luasan lahan yang dibutuhkan untuk pembuatan kebun produksi tersebut tidak dapat terpenuhi secara keseluruhan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan lahan yang dimiliki oleh kebun percobaan IPB Cikarawang dan Sawah Baru. Oleh karena itu, perancangan kebun produksi hanya dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan konsumsi mahasiswa asrama. Areal kebun yang dapat dimanfaatkan untuk perancangan kebun produksi saat ini hanya sejumlah 9 hektar, dengan perincian 6 hektar terdapat di kebun Cikarawang dan 3 hektar di kebun Sawah Baru. Hasil produksi dari kebun produksi seluas 9 ha yang dirancang ini hanya dapat memenuhi kebutuhan 180 mahasiswa asrama saja.

Penentuan Lokasi dan Tapak Unit Kebun Produksi

Kebun Percobaan Cikarawang dan Babakan Sawah Baru menjadi pilihan lokasi perancangan produksi. Secara umum penentuan lokasi kebun produksi ini didasarkan pada kemudahan produksi seperti adanya akses untuk sarana air, transportasi, dan jarak yang dekat dengan asrama mahasiswa TPB-IPB. Pertimbangan lain yang diambil adalah kebun produksi dikelilingi oleh permukiman penduduk yang mayoritas pekerjaannya adalah petani sehingga ketersediaan tenaga kerja harian lepas tersedia dengan baik. Berikut ini disertakan profil kedua kebun tersebut.

Lokasi dan Batas–Batas Kebun

Kebun Percobaan IPB terpilih, terletak di daerah Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Kedua lokasi tersebut berstatus milik dan di bawah pengelolaan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Kebun produksi Cikarawang memiliki luas lahan sekitar 14 hektar dengan batas-batas di utara Sungai Cisadane, di selatan Sungai Ciapus, di sebelah barat


(40)

pertemuan antara kedua sungai tersebut, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Situ Gede.

Kebun produksi Babakan Sawah Baru memiliki luas lahan keseluruhan ± 7 hektar, dengan batas-batas di sebelah utara, barat, dan timur adalah perkampungan Desa Babakan, sedangkan di sebelah selatan dibatasi dengan Jalan Raya Darmaga.

Aksesibilitas

Aksesibilitas untuk mencapai kedua lokasi kebun produksi dapat dilakukan dengan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Jalan ini ditunjang dengan sudah tersedianya fasilitas jalan raya dengan lebar 5 m dan kondisi jalan telah beraspal. Hal ini memungkinkan sirkulasi arus barang dan hasil produksi semakin mudah.

Iklim

Kebun produksi Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Darmaga, terletak pada ketinggian 250 m dpl. Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor, tahun 2004, daerah Darmaga memiliki curah hujan rata-rata 352 mm per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April (640 mm) dan terendah pada bulan Agustus (166 mm), tetapi secara keseluruhan curah hujan terjadi secara merata sepanjang tahun (Gambar 5).

Sumber: Stasiun Klimatologi kelas I, Darmaga, Bogor (2005)

Gambar 5. Data Curah Hujan Darmaga, Bogor, Tahun 2004

Menurut sistem Oldeman (1975), tempat ini termasuk ke dalam iklim tipe A karena memiliki bulan basah lebih besar dari 9 bulan dan tanpa bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan lebih besar dari 200 mm

Data Curah Hujan Tahun 2004

327 432 640 374 169 209 166 392 277 401 432

4 0 4

0 100 200 300 400 500 600 700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan Januari-Desember

Curah Hujan (mm)


(41)

setiap bulan, sedangkan bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan kurang dari 100 mm setiap bulannya.

Tanah dan Topografi

Jenis tanah yang terdapat pada daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, tergolong ke dalam jenis Latosol Darmaga. Secara taksonomi tanah, Yogaswara (1977) mengklasifikasikan Latosol Darmaga sebagai Oxic Dystropept. Ciri-ciri utama tanah ini adalah mempunyai sifat fisik baik, yaitu bobot isi sedang, permeabilitas lambat hingga sedang, struktur tanah remah hingga bergumpal, dan konsistensi gembur.

Latosol Darmaga tersebar pada fisiografi kipas aluvial Bogor bagian barat, berbahan induk batuan vulkanik kuarter yang berasal dari hasil erupsi Gunung Salak. Bahan induk ini bersusun andesit dengan fraksi berat berasosiasi augit. Mineral- mineral liat tanah ini terdiri dari kaolinit (sekitar 82-100%), metahaolisit (10-12%), serta kristobalit dan gibsit (kurang dari 5%).

Latosol Darmaga mempunyai kandungan bahan organik sangat rendah (4.30-6.97), kejenuhan basa (KB) kurang dari 50% dengan tingkat kemasaman dari masam hingga agak masam (pH 4.5-5.9), dan memiliki KTK kurang dari 25 me/100 g, serta kadar liatnya sekitar 40-70 persen.

Perancangan Kebun Produksi Berbasis LEISA

Sistem pertanianyang selama ini diusahakan masyarakat Indonesia secara konvensional dinilai telah mengalami kemunduran, bahkan cenderung menghancurkan lingkungannya (Sudaryanto dan Eishener, 2003). Sistem konvensional tersebut dinilai tidak ramah lingkungan karena penggunaan teknologi yang sarat masukan luar berupa agrokimia, terutama pupuk inorganik dan pestisida buatan yang lambat laun akan mencemari lingkungan. Menurut Reijntjes et al. (1992), pertanian konvensional telah cenderung berkembang menuju sistem yang menggunakan masukan eksternal berlebihan. Adanya kelemahan-kelemahan dari sistem pertanian konvensional telah mengundang terbentuknya sistem pertanian yang bersifat ramah lingkungan, yang merupakan salah satu usaha manusia agar ekosistem alamiah tetap terjaga. Ekosistem alamiah


(42)

dinilai sebagai ekosistem yang berkelanjutan dan di antara sistem buatan yang diinginkan itu adalah sistem LEISA, low-external-input and sustainable agriculture (pertanian berkelanjutan yang bermasukan eksternal rendah).

Perancangan kebun produksi berbasis LEISA berupaya mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia secara lokal dengan mengkombinasikan komponen yang berbeda dalam sistem lapang produksi, seperti tanah, tanaman, hewan, air, iklim, dan manusia, sehingga komponen-komponen tersebut saling melengkapi dan memiliki pengaruh sinergik yang maksimal. Keterkaitan antarkegiatan budi daya dan unsur-unsur alami di dalam kebun produksi yang dirancang di sini dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan Gambar 6, produk-produk ikutan seperti hijauan sisa tanaman dimanfaatkan menjadi masukan organik di dalam sistem produksi komoditi itu sendiri. Selain itu, pemanfaatan hijauan sisa tanaman dapat dilakukan melalui penambahan kotoran ternak atau limbah kolam ikan dalam pembuatan kompos yang kemudian dapat menjadi masukan produksi organik berupa pupuk organik.

Tiyar (2001) mengemukakan bahwa rata-rata jerami yang dihasilkan pada saat pemanenan adalah sekitar 65% dari total brangkasan, atau setara dengan 2 kali dari gabah yang diperoleh. Jika areal pertanaman padi diasumsikan dapat menghasilkan jerami dengan persentase yang sama dengan hasil gabah 4.5 ton/ha, banyaknya jerami yang dihasilkan adalah 2 x 4 500 kg = 9 000 kg jerami/ha.

Sumadi (1989) menyatakan bahwa kandungan air pada jerami basah adalah 65-70 %. Menurut Taslim et al. (1989) jerami memiliki kandungan N 0.6 %, P 0.09 %, dan K 3.07 %. Jika diasumsikan kandungan air jerami setelah panen adalah 70 %, banyaknya unsur-unsur yang disumbangkan ke areal pertanaman adalah 16.20 kg N, 5.57 kg P2O5, dan 99.88 kg K2O, atau masing- masing setara dengan 36 kg Urea/ha, 15.46 kg SP-36/ha, dan 166.47 kg KCl/ha.

Adanya penambahan brangkasan jerami pada pertanaman padi sawah, terjadi penghematan penggunaan pupuk anorganik sebanyak 18% Urea dan 15.46% SP-36. Penambahan jerami ke pertanaman padi juga menyebabkan pertanaman padi sawah tidak perlu ditambahkan pupuk KCl, karena terjadi surplus jumlah unsur K yang ditambahkan ke tanah.


(43)

Gambar 6. Daur Produksi dan Arus Materi pada Kebun dengan Sistem LEISA (Diadopsi dengan Modifikasi dari Departemen Pertanian RI dan Fakultas Pertanian IPB, 2004)

Keterangan:

: Aliran capital : Aliran biomassa : Input bahan : Proses produksi : Hasil proses : Pengguna/konsumen : Hasil yang diharapkan : Batas antara luar dan dalam lokasi produksi

Pupuk Kimia Produksi Padi

Input Organik

Input Lingkungan

Gabah/Padi

Sisa Tanaman Limbah

Limbah Limbah Limbah Limbah Limbah Limbah

Pakan Organik Produksi Ayam

Produksi Ikan Mas

Pengolahan Konsumsi Asrama

Pakan Anorganik Daging Ayam Kotoran Ikan Mas Produksi Jagung Produksi Kedelai Produksi Tomat Produksi Buncis Produksi Kangkung Produksi Pepaya Gabah/Padi Sisa Tanaman Biji Kedelai Sisa Tanaman Buah Tomat Sisa Tanaman Polo ng Buncis Sisa Tanaman Daun Kangkung Sisa Tanaman Buah Pepaya Sisa Tanaman Limbah Pengumpul/ Pasar Lokal Pasar Luar Daerah

Pendapatan Investasi

Modal Kerja Kesehatan

Mahasiswa Sistem Produksi Lokal

Luar

Lokasi


(44)

Pada pembuatan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam dapat dihasilkan N, P2O5, dan K masing- masing sebesar 1.2%, 3.68%, dan 1% (Abdoellah dan Nurkholis, 1994). Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak di lapang, setiap ekor ayam mampu menghasilkan 8.3 kg kotoran ayam per daur atau setiap 30-35 hari. Apabila diasumsikan dalam satu kandang ayam terdapat 3 000 ekor ayam, dengan kematian 5% per daurnya, kotoran ayam yang dihasilkan sebanyak 23 655 kg. Jika sebagian kotoran ayam tersebut (10 000 kg murni kotoran ayam) diolah menjadi pupuk kandang dengan asumsi memiliki kandungan unsur yang sama, banyaknya unsur- unsur N, P2O5, dan K yang terkandung dalam pupuk kandang ayam adalah masing- masing sebanyak 120 kg, 368 kg, dan 100 kg. Unsur-unsur hara tersebut setara dengan 266.67 kg urea, 1 022.22 kg SP-36, dan 200.83 kg KCl.

Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan limbah-limbah organik berupa brangkasan tanaman dan kotoran ternak dalam sistem LEISA dapat menghemat pengeluaran petani dari segi pembiayaan pupuk inorganik, mengurangi kebergantungan pada masukan eksternal, dapat mendatangkan nilai tambah, dan dapat meningkatkan pendapatan.

Penetapan Pola Tanam Tanaman dan Ternak di Kebun Produksi Pola tanam ditetapkan berdasarkan pola curah hujan daerah Darmaga, Bogor. Berdasarkan pola curah hujan yang ada, daerah Bogor mampu untuk dilakukan tiga kali pengusahaan tanaman semusim secara berturut-turut selama setahun. Pergiliran dan rotasi tanaman semusim dilakukan dengan mempertimbangkan perlunya masukan brangkasan atau hasil dekomposisi biomassa, terutama yang berasal dari legum semusim ke dalam tanah setiap tahunnya. Pola tanam tanaman diterapkan dengan siklus dua tahunan sehingga diharapkan dapat tercapai keberlanjutan produksi.

Tanaman yang akan diusahakan pada kedua kebun produksi tersebut terdiri dari beberapa jenis tanaman semusim, yaitu padi sawah, jagung manis, kedelai, tomat, buncis, kangkung, cabai, bayam, dan pepaya. Beberapa jenis ternak yang diusahakan adalah ayam pedaging dan ikan air tawar. Dengan terdapatnya bermacam- macam komoditi di dalam kebun produksi, diharapkan


(45)

aliran energi dari biomassa dan proses pendaurulangan unsur hara dapat terjadi secara efisien.

Gambar 7. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak di Kebun Cikarawang dan Sawah Baru

Rumput gajah (di bibir teras) Lamtoro (di bibir teras)

A Padi sawah Padi sawah Kedelai/Jagung/Bera

B1 Padi sawah Kedelai/Jagung/Bera Padi sawah

A1 Kedelai Jagung/Cabai Bera Kangkung

A2 Jagung/Cabai Bera Kangkung Buncis

A3 Kangkung Buncis Tomat Kedelai

A4 Bera Kedelai Jagung/Cabai Tomat

A1 Kedelai Tomat Buncis Jagung/Cabai

A2 Tomat Kedelai Jagung/Cabai Bera

A3 Jagung/Cabai Bera Kangkung Buncis

A4 Kangkung Buncis Tomat Kedelai

A5 Pepaya

Ayam siklus 1

Ayam siklus 2

Ayam siklus 3

Ayam siklus 4

Ayam siklus 5

Ayam siklus 6

Ikan mas (10 m2) Ikan mas (10 m2) Ikan mas (10 m2)

404 327 432 640 374 169 209 166 392 277 401 432 Curah Hujan Bulanan (mm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Nama Blok dan Jenis Komoditi

Sawah Baru, 3 ha

Cikarawang, 6 ha Blok A1-A4


(46)

Komoditi yang ditanam kali pertama di lahan kering adalah kedelai, dengan pertimbangan bahwa tanaman kedelai dapat bertindak sebagai pengambil N dan berpotensial membantu mengurangi jumlah N yang tercuci dalam tanah (Varvel dan Peterson, 1992). Pola tanam berdasarkan curah hujan di kebun produksi Cikarawang dan Babakan Sawah Baru disajikan pada Gambar 7.

Tanaman legum tahunan dapat ditanam pada bibir teras atau pinggiran bidang tanam. Menurut Sudaryanto dan Eishener (2003) penanaman Leguminosae seperti Gliricidia sepium (Gambar 8), Lamtoro atau Leucaena leucocephala (Gambar 9), Crotalaria sp. dan Sesbania sesban (Gambar 10), dan Tephrosia sp. (Gambar 11) dapat menjaga ketersediaan nitrogen dalam tanah karena tanaman-tanaman tersebut mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dalam memfiksasi nitrogen. Pada daerah bibir teras juga akan ditanami rumput gajah yang mampu memperkuat pinggiran bidang tanam. Sumber masukan internal lainnya dapat pula yang berasal dari biomassa tumbuhan liar atau gulma yang tumbuh di kebun.

Gambar 8. Gliricidia sepium


(47)

Gambar 10. Sesbania sesban (kiri) dan Crotalaria sp. (kanan)

Gambar 11. Tephrosia sp.

Perancangan Tata Letak dan Aliran Proses Produksi Tanaman

Rencana Ruang dan Tata Letak Komoditi

Rencana zonasi ruang dibagi berdasarkan riwayat penggunaan lahan. Kebun produksi yang digunakan dibedakan pada dua lokasi, yakni Kebun Cikarawang dan Kebun Sawah Baru. Perancangan tata letak komoditi padi akan dilakukan di Kebun Cikarawang dan Kebun Sawah Baru, sedangkan untuk komoditi lainnya akan dilaksanakan di Kebun Cikarawang (lihat di Gambar Lampiran 1, 2, 3, dan 4).

1. Bangunan Pertanian dan Kantor Jaga

Bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian dan hasil panen berada di Kebun Cikarawang. Di lokasi ini juga telah tersedia kantor dan lantai jemur yang berfungsi untuk menjemur dan mengeringkan hasil panen, terutama padi.


(48)

2. Saluran Air

Saluran air yang berupa saluran irigasi setengah teknis telah tersedia dengan baik dan mampu mengairi lahan sepanjang tahun. Saluran irigasi ini dikelola oleh seorang ulu-ulu. Menurut petani, irigasi ini tidak pernah mengalami kekeringan karena mendapatkan pasokan air dari beberapa sungai yang ada di Bogor.

Gambar 13. Saluran Air Irigasi

3. Lahan Produksi

Lahan produksi yang dapat digunakan seluas 9 ha, terdiri dari kebun Cikarawang 6 ha dan Sawah Baru seluas 3 ha. Peruntukan lahan tersebut adalah sebagai berikut: untuk komoditi padi seluas 6 ha, kedelai 2.5 ha, jagung manis 1.5 ha, buncis 0.5 ha, tomat 0.5 ha, kangkung 0.5 ha, dan pepaya seluas 0.5 ha. Kebun Sawah Baru akan diperuntukkan komoditi padi yang dirotasi dengan kedelai dan jagung.

Gambar 14. Lahan Kebun Produksi Sawah Baru dan Cikarawang

4. Kolam Ikan

Kolam ikan yang dibuat saat ini dikhususkan untuk budi daya ikan mas saja. Namun, tidak tertutup kemungkinan nantinya akan dimanfaatkan untuk budi daya jenis ikan lainnya. Kolam ikan yang akan dibuat seluas 10 m2 bertempat di Kebun Cikarawang.


(49)

Kandang ayam ras pedaging dibangun di Cikarawang dengan luas masing-masing 480 m2 dengan ukuran 12 x 40 m2. Saat ini telah ada dua buah kandang ayam di Kebun Cikarawang yang dikelola oleh Bapak Hartono dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Untuk kebutuhan kebun produksi ini, jumlah kandang yang diperlukan satu unit. Tidak tertutup kemungkinan membuat kandang baru untuk memasok telur dan daging khusus ke asrama.

Gambar 15. Kandang Ayam

6. Tempat Pengomposan

Tempat pengomposan merupakan wadah unt uk membuat pupuk organik berupa kompos yang dihasilkan dari bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, sisa tanaman, cacing, dan bakteri. Tempatnya berupa lubang berukuran 2 x 2 m2 dengan kedalaman 1 m. Lokasi pengomposan ini akan dibuat di Cikarawang.

Aliran Proses Produksi Tanaman

Aliran proses produksi tanaman menjelaskan tentang aktivitas pengangkutan barang dan sirkulasi proses produksi yang terjadi di dalam dan di luar kebun produksi. Ketepatan tata letak (lay-out) bangunan dan mesin atau peralatan serta fasilitas penunjang lainnya akan sangat menentukan tingkat efisiensi proses tersebut, di saat ini dan saat yang akan datang dalam pengembangan atau perluasan kegiatan usaha produksi tanaman.

Proses produksi tanaman dan ternak di kebun produksi tidak terlepas dari masukan- masukan (inputs) bahan-bahan yang bersifat organik dan inorganik. Untuk permulaan kegiatan budi daya, seluruh keperluan bahan-bahan dibeli dari toko yang menjual sarana pertanian, yang berupa benih, bibit, pupuk organik dan kimia, insektisida dan fungisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman,


(50)

serta alat-alat pendukung budi daya pertanian lainnya. Bahan-bahan pertanian tersebut digunakan untuk keperluan produksi beberapa komoditi terkait. Hasil utama dari tanaman yang dipanen dari tiap-tiap komoditi kemudian diolah oleh pengelola makanan asrama TPB-IPB ataupun dijual ke pasar.

Hasil tanaman dan ternak yang sudah diterima pengelola kantin asrama, kemudian diolah dan dijadikan makanan yang sesuai dengan menu makan sehari asrama. Hasil sampingannya yang berupa limbah hijauan dan kotoran ternak dapat dipergunakan kembali sebagai masukan organik (pupuk hijau dan pupuk kandang) ataupun dijual setelah dilakukan proses pengomposan. Aliran proses produksi tanaman selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 16.

Gambar 16. Daur Materi LEISA di Kebun Produksi (Diadopsi dengan Modifikasi dari Mugnisjah et al., 2000)

Keterangan :

: Aliran hasil produksi : Aliran input


(51)

Perancangan Tugas Pekerjaan

Berdasarkan wawancara dengan petani, petani responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga untuk budi daya padi dan jagung manis. Namun, terdapat kesulitan untuk mendapatkan data primer kebutuhan tenaga kerja tersebut dari petani responden. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap komoditi terdapat pada Tabel Lampiran 8.

Tenaga kerja di dalam kebun produksi dibedakan menjadi dua, yakni tenaga kerja tetap (pegawai tetap) dan buruh tani lepas (BTL). Pegawai tetap berjumlah 3 orang dengan perincian satu orang ditempatkan di kebun Sawah Baru dan dua orang ditempatkan di Cikarawang. Pegawai tetap ini disyaratkan berlatar pendidikan minimal lulusan SLTP dengan memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bertani. Pembayaran gaji dilakukan setiap bulan sejumlah Rp 500 000. Tugas pekerjaan mereka adalah memelihara, merawat, dan menjaga tanaman dan ternak mulai dari awal penanaman hingga masa panen. Pekerjaan budi daya lainnya selama musim tanam dilakukan oleh BTL di bawah pengawasan pegawai tetap. BTL dapat diambil dari penduduk sekitar kebun yang mayoritas adalah petani penggarap. Pembayaran upah BTL berdasarkan hari kerja yang mereka dapat. Upah tenaga kerja harian yang diberikan kepada mereka adalah Rp 20 000 untuk tenaga kerja laki- laki dan Rp 15 000 untuk tenaga kerja perempuan.

Strategi Produksi dan Seleksi Kapasitas Produksi Tanaman

Komoditi pertanian yang akan diusahakan di kebun produksi IPB menggunakan siklus produksi dua tahunan. Lahan produksi dibedakan menjadi dua, yakni lahan basah dan lahan kering. Diharapkan dengan siklus dan perbedaan lahan tersebut target produksi masing- masing komoditi dapat terpenuhi.

1. Lahan Basah

Pada lahan basah akan diusahakan komoditi padi sawah untuk pemenuhan kebutuhan beras mahasiswa asrama TPB-IPB. Luas lahan Kebun Sawah Baru dan Cikarawang yang dapat dimanfaatkan untuk komoditi ini hanya 6 hektar, dengan pembagian 3 hektar di Sawah Baru dan 3 hektar di Cikarawang.


(52)

Luas lahan yang sangat terbatas ini menyebabkan kapasitas produksi padi sawah tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan yang diharapkan. Untuk produksi padi sawah ini menggunakan asumsi teknis bahwa kebun produksi dapat menghasilkan 4.5 ton beras/ha/daur, dengan daur penanaman selama 4 bulan atau 120 hari. Pentingnya fungsi karbohidrat pada beras menyebabkan komoditi padi ditanam sebanyak dua kali berturut-turut selama satu tahun kemudian dirotasi dengan komoditi palawija seperti kedelai dan jagung sehingga didapatkan bahwa kapasitas produksi padi sawah seluas 6 hektar adalah 54 ton per tahunnya (lihat Tabel Lampiran 7).

Luas lahan tersebut tidak sesuai dengan yang ditargetkan. Seharusnya lahan yang diusahakan untuk penanaman padi sawah ini adalah 50 hektar per daurnya. Dengan demikian kebutuhan beras untuk asrama tidak dapat dipenuhi secara keseluruhan jika mengandalkan produksi dari kebun produksi ini.

2. Lahan Kering

Lahan kering yang digunakan adalah Kebun Cikarawang. Luas lahan kering keseluruhan yang dapat dijadikan kebun produksi hanya seluas 2-2.5 hektar. Komoditi yang akan diusahakan di lahan kering antara lain, kedelai 0.5 ha, jagung manis 0.5 ha, buncis 0.5 ha, tomat 0.5 ha, kangkung 0.5 ha, dan pepaya seluas 0.5 ha. Keempat komoditi tersebut di awal ditanam pada satu plot dan diterapkan sistem rotasi dan tanam gilir. Lahan yang digunakan sebanyak lima petak dan masing- masing seluas 0.5 ha. Pola tanam di lahan kering ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Komoditi kedelai menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 1.5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 2-3 kali per tahun. Penanaman kedelai memanfaatkan lahan kering seluas 0.5 ha dan lahan padi sawah seluas 4 ha sehingga bila dijumlahkan hasil kedelai keseluruhan adalah 7.5 ton/tahun (lihat Tabel Lampiran 7).

Komoditi jagung manis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 2-3 kali per tahun. Penanaman jagung manis


(53)

ini memanfaatkan lahan kering seluas 0.5 ha dan lahan padi sawah seluas 2 ha sehingga kapasitas produksi jagung manis secara keseluruhan adalah 22.5 ton per tahunnya (lihat Tabel Lampiran 7).

Komoditi buncis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5.5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak dua kali per tahun sehingga kapasitas produksi buncis seluas 0.5 hektar hanya 5.5 ton per tahunnya (lihat Tabel Lampiran 7).

Komoditi bayam dan kangkung ditanam secara tumpang sari dalam bedengan yang sama. Bayam menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 10 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 2 bulan atau 60 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak tiga kali per tahun sehingga kapasitas produksi bayam seluas 0.5 hektar adalah 15 ton per tahunnya (lihat Tabel Lampiran 7). Kangkung menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 15 ton/ha/daur, dengan daur penanaman sama dengan bayam. Kangkung ditanam sebanyak tiga kali per tahun sehingga kapasitas produksi kangkung seluas 0.5 ha adalah 22.5 ton per tahunnya (lihat Tabel Lampiran 7).

Komoditi tomat menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 15 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak dua kali per tahun sehingga kapasitas produksi tomat seluas 0.5 hektar adalah 15 ton per tahunnya (lihat Tabel Lampiran 7).

Untuk komoditi pepaya ditanam pada petak yang terpisah dengan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 10 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 6 bulan. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak dua kali per tahun sehingga kapasitas produksi pepaya seluas 0.5 hektar adalah 10 ton per tahunnya (lihat Tabel Lampiran 7).

Organisasi Pengadaan Pangan Asrama

Berkaitan dengan akan adanya pembentukan kebun produksi berbasis LEISA untuk memenuhi kebutuhan pangan mahasiswa asrama secara mandiri, perlu adanya kerja sama yang terstruktur. Kerja sama tersebut melibatkan


(54)

berbagai pihak, yaitu, IPB, pengelola kebun, dan pihak pengelola katering mahasiswa asrama.

Pengelolaan Kebun Produksi IPB harus melalui persetujuan Rektor IPB selaku pimpinan IPB yang kemudian memberikan mandat kepada Dekan Fakultas Pertanian, Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Kepala Bagian University Farm, dan Kepala Bagian Rumah Tangga IPB untuk menjalankan program Kebun Produksi IPB. Pada pelaksanaannya, kebun produksi dipimpin oleh seorang Pengelola Utama Program Kebun Produksi yang membawahi Pengelola Kebun LEISA. Pengelola Kebun LEISA yang akan bertugas langsung mengawasi jalannya berbagai kegiatan budi daya di kebun. Proses produksi kebun dijalankan dengan mempekerjakan tenaga kerja harian yang merupakan warga di sekitar kebun produksi. Tenaga kerja ini diperlukan agar kegiatan budi daya dan produksi berjalan optimal.

Gambar 17. Organisasi Pengadaan Pangan Asrama TPB-IPB (Diadopsi dengan Modifikasi dari Mugnisjah, 2002)


(1)

Tabel Lampiran 17. Analisis dan Konversi Kebutuhan Pangan Mahasiswa Asrama

dengan Faktor Koreksi

No. Jenis Pangan Kebutuhan Satuan Konversi ke-

Kebutuhan

per hari ** FK**** Luas Lahan

per Porsi (g) (kg) yang

Dibutuhkan (ha) 1 Beras*** 400 gram Padi 4) 1200000 1846 0.83 41.43 2 Tempe* 25 gram Kedelai 2) 150000 150 0.43 11.77 3 Tahu* 25 gram Kedelai 3) 300000 300

4 Telur ayam 1 buah Telur ayam 1) 3000 butir 0.48 5 Kentang 150 gram Kentang 450000 450

6 Wortel 150 gram Wortel 450000 450

7 Kol 100 gram Kol 300000 300

8 Buncis 75 gram Buncis 2) 225000 225 0.52 2.14 9 Tomat 100 gram Tomat 2) 300000 300 0.52 1.78 10 Daun bawang 40 gram Daun bawang 120000 120

11 Seledri 15 gram Seledri 45000 45

12 Jagung 150 gram Jagung 1) 450000 450 0.48 5.26 13 Pepaya 100 gram Buah papaya 2) 300000 300 0.57 2.08 14 Daging ayam 60 gram Ayam pedaging 2) 180000 180 0.3

15 Kangkung 100 gram Kangkung 3) 300000 300 0.21 0.51

16 Cabai 1 gram Cabai merah 3) 3000 3 0.03

17 Bayam 100 gram Bayam 2) 300000 300 0.16 0.58 18 Susu 100 ml Susu sapi 1) 300000 300 0.26

19 Ikan mas 100 gram Ikan mas 3) 300000 300 0.17

Keterangan :

* 1 kg tempe = 2 kg kedelai

1 kg tahu = 4 kg kedelai (Sudaryanto et al., 1994) ** Kebutuhan total untuk 3000 orang mahasiswa per hari *** Rendemen beras giling = 65%

**** Faktor koreksi (FK) berdasakan preeferensi menu makan hasil survei asrama (Gambar 2, 3, dan 4)

1) FK berdasarkan preferensi menu makan pagi 2)

FK berdasarkan preferensi menu makan siang 3) FK berdasarkan preferensi menu makan malam 4)

FK berdasarkan rata-rata preferensi menu makan pagi, siang, dan malam


(2)

Gambar Lampiran 1. Sketsa Kebun Produksi IPB, Cikarawang

(Sumber : UPT Kebun Percobaan IPB)

U

Skala 1 : 24 000

Jagung

Keterangan :

: Kantor dan Lapangan Jemur

: Lokasi Kebun Produksi (4 Ha)

Luas keseluruhan : 7 ha

Jagun

g/ Kedelai

Situ Burung


(3)

Gambar Lampiran 2. Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi

Keterangan :

Tanpa Skala

Luas kebun dalam rancangan : 4 ha

: Kolam ikan

: Kandang ayam

B

: Lahan basah (padi)

A1-A4

: Lahan kering (palawija)

B

B

A1

A2

A3


(4)

Gambar Lampiran 3. Sketsa Kebun Produksi IPB, Babakan Sawah Baru

(Sumber : UPT Kebun Percobaan IPB)

Keterangan :

: Blok B (0.91 ha)

: Blok C (0.79 ha)

: Blok A (3.02 ha)

: Blok D (0.60 ha)

: Blok E (1.1 ha, Agro Teko)

: Saluran Irigasi


(5)

Gambar Lampiran 4. Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi

IPB, Babakan Sawah Baru

Keterangan :

Tanpa Skala

: Tanaman padi sawah

: Tanaman tahunan (lamtoro)


(6)

Gambar Lampiran 5. Organisasi Pengadaan Pangan Asrama dengan Melibatkan

Lahan Pertanian Milik Petani

Keterangan :

Pengelola kebun produksi IPB bertindak sebagai regulator yang akan menentukan

output

dari kebun produksi IPB maupun dari lahan pertanian milik petani. Pengelola

kebun produksi IPB juga bertindak sebagai pemasok sarana-sarana produksi pertanian

dan teknologi produksinya ke kebun produksi IPB dan petani-petani yang menjadi mitra.

Selanjutnya, hasil pertanian dari kedua kebun tersebut ditentukan oleh pengelola kebun

produksi, apakah dijual ke pasar atau di olah lebih lanjut oleh pengelola katering asrama

untuk dijadikan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB.

LAHAN

PERTANIAN

MILIK PETANI

KEBUN

PRODUKSI IPB

PENGELOLA

KEBUN

PRODUKSI

IPB

PENGELOLA

KATERING

ASRAMA

PASAR

PANGAN

MAHASISWA