Sistem Kendali Jarak Jauh Lingkungan Mikro Tanaman dalam Rumah Kaca (Green House) Berbasis Teknologi Telepon Seluler

(1)

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI

TELEPON SELULER

Oleh :

TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(2)

Tri Wahyuni Apriyani. F14102016. Sistem Kendali Jarak Jauh Lingkungan Mikro Tanaman Dalam Rumah Kaca (Greenhouse) Berbasis Teknologi Telepon Seluler. Di bawah bimbingan Mohamad Solahudin dan Yudi Chadirin. 2006

RINGKASAN

Sistem DTMF (Dual tone multi Frequency) adalah sistem nada pada telepon yang menggunakan prinsip gabungan antara 2 nada dengan frekuensi berbeda dalam suatu sinyal. Gabungan 2 nada yang berbeda ini merepresetasikan satu buah digit dari nomor telepon yang terdapat pada keypad pesawat telepon.

Teknologi DTMF dapat menjadi suatu alternatif kontrol lingkungan mikro greenhouse jika sistem kontrol otomatik di dalam greenhouse tidak berfungsi atau mengalami kerusakan. Teknologi DTMF dapat memberikan fasilitas kendali jarak jauh tanpa harus berada dalam greenhouse untuk mengontrol parameter lingkungan mikro tanaman agar tanaman tetap tumbuh dengan baik.

Sistem kendali jarak jauh menggunakan teknologi DTMF. Sistem DTMF merupakan suatu tindak lanjut dari sistem peringatan dini berbasis SMS untuk mengontrol lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse tetap optimal. Alat yang digunakan untuk pengkondisi lingkungan adalah sprinkler untuk menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara. Alat dihubungkan dengan channel DTMF agar dapat melakukan kendali jarak jauh memanfaatkan teknologi DTMF dengan menggunakan telepon seluler.

Sistem simulasi digunakan untuk menentukan waktu yang tepat peringatan dini sebelum kondisi kritis greenhouse tercapai. Parameter lingkungan mikro greenhouse yang diukur adalah kecepatan angin, arah angin, suhu udara, kelembaban, tekanan udara. Simulasi dilakukan pada parameter suhu untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis atas suhu tercapai dan simulasi kelembaban udara dilakukan untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis bawah kelembaban udara tercapai. Pengukuran parameter-parameter ini menggunakan weather station yang dihubungkan oleh translator ke komputer.

Lagtime sistem kendali jarak jauh parameter lingkungan mikro greenhouse dengan memanfaatkan tekonologi DTMF dan menggunakan berbagai operator seluler menunjukkan bahwa sesama indosat memiliki kecepatan paling tinggi yaitu sebesar 3.81 detik dan sistem peringatan dini mempunyai lagtime sebesar 2 menit, sehingga total lagtime 2 menit 3.81 detik atau 2.06 menit. Kecepatan penurunan suhu dengan media pengkondisi lingkungan menggunakan sprinkler dengan memanfaatkan teknologi DTMF menghasilkan kecepatan penurunan suhu sebesar 0.06356 oC/ menit dan kecepatan kenaikan kelembaban udara sebesar 1.08503 %/ menit. Batas suhu yang tepat untuk melakukan peringatan dini dalam penelitian ini berkisar antara 29.89 – 29.94 oC diperoleh dengan memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06 menit dan kecepatan kenaikan suhu yang berkisar antara 0.0310 – 0.0531 oC/ menit yang diperoleh dari analisis kecepatan suhu selama penelitian dengan batas kritis suhu tinggi 30oC pada siang hari. Batas kelembaban udara yang tepat untuk melakukan peringatan dini dalam penelitian ini berkisar antara 70.15 – 70.38 % diperoleh dengan cara yang sama yaitu dengan


(3)

memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06 menit dan kecepatan penurunan kelembaban udara yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/ menit yang diperoleh dari analisis kecepatan kelembaban udara selama penelitian dengan batas kritis kelembaban udara rendah 70 % pada siang hari.

Teknologi DTMF efektif digunakan untuk melakukan kontrol parameter lingkungan mikro greenhouse karena kemudahan operasinya dan memungkinkan pengguna/ pengusaha greenhouse dalam melakukan kontrol jarak jauh kondisi lingkungan mikro greenhouse setiap saat. Teknologi ini dapat digunakan sebagai alternatif pengontrol lingkungan mikro greenhouse bila sistem kontrol otomatik mengalami gangguan/ kerusakan tanpa dibatasi oleh jarak yang mengharuskan turun langsung ke lapangan.


(4)

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI

TELEPON SELULER

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian

Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(5)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI

TELEPON SELULER

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat meendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian

Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016

Dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 11 April 1984

Tanggal lulus : Agustus 2006

Menyetujui, Bogor, Agustus 2006

Ir. Mohamad Solahudin, M. Si Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada tanggal 11 April 1984. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara putri pasangan Bapak Samiarto dan Ibu Sukinem. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1988-1990 di TK Bustanul Athfal di Banjarnegara. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1990-1996 di MI Muhamadiyah Mertasari di Banjarnegara. Pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri 1 Banjarnegara. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama kuliah penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu pernah menjadi staf Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) di HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknik pertanian) IPB. Penulis memiliki pengalaman kerja menjadi Asisten Mata Kuliah Statika dan Dinamika, dan pengajar privat di lembaga bimbingan belajar Nurul Ilmi Bogor.

Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana penulis melakukan kegiatan penelitian. Hasil kegiatan tersebut telah disusun dalam bentuk skripsi dengan judul ” Sistem Kendali Jarak Jauh Lingkungan Mikro Tanaman Dalam Rumah Kaca (Greenhouse) Berbasis Teknologi Telepon Seluler” di bawah bimbingan Ir. Mohamad solahudin, M.Si dan Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr.


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian penulis dalam rangka menyelesaikan studi dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :

1. Ibu dan Bapak, yang telah merawat dan mendidik ananda dengan penuh cinta dan kasih sayang;

2. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si dan Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi;

3. Liyantono, S.TP sebagai dosen penguji yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis, 4. Mas Rahmat Yani, suami tercinta yang telah mendampingi, menemani

dengan kasih sayang, dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

5. Keluarga di Yogyakarta, Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, dukungan, dan bimbingan selama ini kepada penulis;

6. Kakak-kakak penulis (Mba Nur, dan Mba Mus) yang selalu memberikan doa dan dukungannya;

7. Teman-teman satu bimbingan (Egis, dan Gumilang) Veni, Anjar, Windi, Basuki, terimakasih atas bantuan yang diberikan selama penelitian;

8. Temen-temen di TEP 39, tetap kompak selalu ya…

9. Seluruh dosen, staf dan laboran Departemen Teknik Pertanian atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan;


(8)

ii 10. Keluarga kecil penulis di Wisma Afifah (Vera, Hevy, Muji, Mba Dessy,

Mba Elly, Nova, Arya dan Choir) atas segala cinta, canda, perhatian, toleransi dan pengertian, semoga ukhuwah kita slalu terjalin selamanya; 11. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

dan memberikan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2006


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN...vii

I. PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG...1

B. TUJUAN...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

A. GREENHOUSE...3

B. PARAMETER LINGKUNGAN DALAM GREENHOUSE...4

C. TEKNOLOGI PENGENDALIAN DENGAN TELEPON SELULER....7

D. DUAL TONE MULTI FREQUENCY (DTMF)...8

E. REGRESI LINEAR...12

F. SIMULASI...14

III. METODE PENELITIAN...16

A. WAKTU DAN TEMPAT...16

B. ALAT DAN BAHAN...16

C. METODE PENELITIAN...16

1. Pembangunan Sistem...16

a. Sistem DTMF...17

b. Sistem Simulasi...19

2. Pengukuran Parameter Lingkungan Mikro Dalam Greenhouse...21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...23

A. HASIL UJICOBA SISTEM...24


(10)

iv

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...36

A. KESIMPULAN...36

B. SARAN...37


(11)

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI

TELEPON SELULER

Oleh :

TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(12)

Tri Wahyuni Apriyani. F14102016. Sistem Kendali Jarak Jauh Lingkungan Mikro Tanaman Dalam Rumah Kaca (Greenhouse) Berbasis Teknologi Telepon Seluler. Di bawah bimbingan Mohamad Solahudin dan Yudi Chadirin. 2006

RINGKASAN

Sistem DTMF (Dual tone multi Frequency) adalah sistem nada pada telepon yang menggunakan prinsip gabungan antara 2 nada dengan frekuensi berbeda dalam suatu sinyal. Gabungan 2 nada yang berbeda ini merepresetasikan satu buah digit dari nomor telepon yang terdapat pada keypad pesawat telepon.

Teknologi DTMF dapat menjadi suatu alternatif kontrol lingkungan mikro greenhouse jika sistem kontrol otomatik di dalam greenhouse tidak berfungsi atau mengalami kerusakan. Teknologi DTMF dapat memberikan fasilitas kendali jarak jauh tanpa harus berada dalam greenhouse untuk mengontrol parameter lingkungan mikro tanaman agar tanaman tetap tumbuh dengan baik.

Sistem kendali jarak jauh menggunakan teknologi DTMF. Sistem DTMF merupakan suatu tindak lanjut dari sistem peringatan dini berbasis SMS untuk mengontrol lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse tetap optimal. Alat yang digunakan untuk pengkondisi lingkungan adalah sprinkler untuk menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara. Alat dihubungkan dengan channel DTMF agar dapat melakukan kendali jarak jauh memanfaatkan teknologi DTMF dengan menggunakan telepon seluler.

Sistem simulasi digunakan untuk menentukan waktu yang tepat peringatan dini sebelum kondisi kritis greenhouse tercapai. Parameter lingkungan mikro greenhouse yang diukur adalah kecepatan angin, arah angin, suhu udara, kelembaban, tekanan udara. Simulasi dilakukan pada parameter suhu untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis atas suhu tercapai dan simulasi kelembaban udara dilakukan untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis bawah kelembaban udara tercapai. Pengukuran parameter-parameter ini menggunakan weather station yang dihubungkan oleh translator ke komputer.

Lagtime sistem kendali jarak jauh parameter lingkungan mikro greenhouse dengan memanfaatkan tekonologi DTMF dan menggunakan berbagai operator seluler menunjukkan bahwa sesama indosat memiliki kecepatan paling tinggi yaitu sebesar 3.81 detik dan sistem peringatan dini mempunyai lagtime sebesar 2 menit, sehingga total lagtime 2 menit 3.81 detik atau 2.06 menit. Kecepatan penurunan suhu dengan media pengkondisi lingkungan menggunakan sprinkler dengan memanfaatkan teknologi DTMF menghasilkan kecepatan penurunan suhu sebesar 0.06356 oC/ menit dan kecepatan kenaikan kelembaban udara sebesar 1.08503 %/ menit. Batas suhu yang tepat untuk melakukan peringatan dini dalam penelitian ini berkisar antara 29.89 – 29.94 oC diperoleh dengan memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06 menit dan kecepatan kenaikan suhu yang berkisar antara 0.0310 – 0.0531 oC/ menit yang diperoleh dari analisis kecepatan suhu selama penelitian dengan batas kritis suhu tinggi 30oC pada siang hari. Batas kelembaban udara yang tepat untuk melakukan peringatan dini dalam penelitian ini berkisar antara 70.15 – 70.38 % diperoleh dengan cara yang sama yaitu dengan


(13)

memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06 menit dan kecepatan penurunan kelembaban udara yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/ menit yang diperoleh dari analisis kecepatan kelembaban udara selama penelitian dengan batas kritis kelembaban udara rendah 70 % pada siang hari.

Teknologi DTMF efektif digunakan untuk melakukan kontrol parameter lingkungan mikro greenhouse karena kemudahan operasinya dan memungkinkan pengguna/ pengusaha greenhouse dalam melakukan kontrol jarak jauh kondisi lingkungan mikro greenhouse setiap saat. Teknologi ini dapat digunakan sebagai alternatif pengontrol lingkungan mikro greenhouse bila sistem kontrol otomatik mengalami gangguan/ kerusakan tanpa dibatasi oleh jarak yang mengharuskan turun langsung ke lapangan.


(14)

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI

TELEPON SELULER

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian

Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(15)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI

TELEPON SELULER

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat meendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian

Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016

Dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 11 April 1984

Tanggal lulus : Agustus 2006

Menyetujui, Bogor, Agustus 2006

Ir. Mohamad Solahudin, M. Si Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian


(16)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada tanggal 11 April 1984. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara putri pasangan Bapak Samiarto dan Ibu Sukinem. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1988-1990 di TK Bustanul Athfal di Banjarnegara. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1990-1996 di MI Muhamadiyah Mertasari di Banjarnegara. Pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri 1 Banjarnegara. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama kuliah penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu pernah menjadi staf Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) di HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknik pertanian) IPB. Penulis memiliki pengalaman kerja menjadi Asisten Mata Kuliah Statika dan Dinamika, dan pengajar privat di lembaga bimbingan belajar Nurul Ilmi Bogor.

Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana penulis melakukan kegiatan penelitian. Hasil kegiatan tersebut telah disusun dalam bentuk skripsi dengan judul ” Sistem Kendali Jarak Jauh Lingkungan Mikro Tanaman Dalam Rumah Kaca (Greenhouse) Berbasis Teknologi Telepon Seluler” di bawah bimbingan Ir. Mohamad solahudin, M.Si dan Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr.


(17)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian penulis dalam rangka menyelesaikan studi dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :

1. Ibu dan Bapak, yang telah merawat dan mendidik ananda dengan penuh cinta dan kasih sayang;

2. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si dan Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi;

3. Liyantono, S.TP sebagai dosen penguji yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis, 4. Mas Rahmat Yani, suami tercinta yang telah mendampingi, menemani

dengan kasih sayang, dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

5. Keluarga di Yogyakarta, Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, dukungan, dan bimbingan selama ini kepada penulis;

6. Kakak-kakak penulis (Mba Nur, dan Mba Mus) yang selalu memberikan doa dan dukungannya;

7. Teman-teman satu bimbingan (Egis, dan Gumilang) Veni, Anjar, Windi, Basuki, terimakasih atas bantuan yang diberikan selama penelitian;

8. Temen-temen di TEP 39, tetap kompak selalu ya…

9. Seluruh dosen, staf dan laboran Departemen Teknik Pertanian atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan;


(18)

ii 10. Keluarga kecil penulis di Wisma Afifah (Vera, Hevy, Muji, Mba Dessy,

Mba Elly, Nova, Arya dan Choir) atas segala cinta, canda, perhatian, toleransi dan pengertian, semoga ukhuwah kita slalu terjalin selamanya; 11. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

dan memberikan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2006


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN...vii

I. PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG...1

B. TUJUAN...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

A. GREENHOUSE...3

B. PARAMETER LINGKUNGAN DALAM GREENHOUSE...4

C. TEKNOLOGI PENGENDALIAN DENGAN TELEPON SELULER....7

D. DUAL TONE MULTI FREQUENCY (DTMF)...8

E. REGRESI LINEAR...12

F. SIMULASI...14

III. METODE PENELITIAN...16

A. WAKTU DAN TEMPAT...16

B. ALAT DAN BAHAN...16

C. METODE PENELITIAN...16

1. Pembangunan Sistem...16

a. Sistem DTMF...17

b. Sistem Simulasi...19

2. Pengukuran Parameter Lingkungan Mikro Dalam Greenhouse...21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...23

A. HASIL UJICOBA SISTEM...24


(20)

iv

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...36

A. KESIMPULAN...36

B. SARAN...37


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik Kecepatan Perubahan Suhu...13

Gambar 2. Kurva Regresi 4 Data...13

Gambar 3. Sistem Monitoring, Peringatan Dini Berbasis SMS dan Kendali Jarak Jauh berbasis DTMF (Dual Tone Multi Frequency)...18

Gambar 4. Diagram Alir Model Simulasi...20

Gambar 5. Rangkaian Pengendali Beban Dengan Tone DTMF...22

Gambar 6. HP Siemens A50 dan DTMF...23

Gambar 7. Rangkaian DTMF...24

Gambar 8. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu...29

Gambar 9. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu Pada Simulasi Suhu...30

Gambar 10. Grafik Hubungan Kelembaban Udara Terhadap Waktu...32

Gambar 11. Grafik Hubungan Kelembaban Udara Terhadap Waktu Pada Simulasi Kelembaban Udara...32


(22)

vi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Frekuensi kejadian pada DTMF...9 Tabel 2. Frekuensi sinyal DTMF pada keypad telepon...10 Tabel 3. Interpretasi Dari Nilai r...15 Tabel 4. Ujicoba kecepatan koneksi telepon seluler – DTMF berdasarkan

operator seluler di Laboratorium Leuwikopo tanggal 19 April 2006, pukul 9:00...24 Tabel 5. Data hasil kontrol suhu dan kelembaban Udara menggunakan


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Hasil Simulasi Suhu...40 Lampiran 2. Data Hasil Simulasi Kelembaban Udara...41 Lampiran 3. Data Pengamatan Tanggal 19 April 2006...42 Lampiran 4. Data Pengamatan Tanggal 22 April 2006...44 Lampiran 5. Data Pengamatan Tanggal 26 April 2006...48 Lampiran 6. Data Pengamatan Tanggal 27 April 2006...49


(24)

1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Greenhouse merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk melindungi tanaman dari pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan, seperti : hujan, angin, dan radiasi matahari yang terlalu panas, dan melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Pada daerah beriklim tropis, terdapat perbedaan suhu udara di dalam dan di luar greenhouse yang melebihi interval yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu bangunan greenhouse yang dilengkapi oleh sistem pengendalian lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Greenhouse modern pada umumnya dilengkapi dengan suatu kontrol otomatik yang dapat mengontrol kondisi lingkungan mikro greenhouse agar selalu dalam keadaan normal untuk pertumbuhan tanaman. Namun jika kontrol otomatik tersebut dalam keadaan yang tidak berfungsi atau mengalami kerusakan maka dibutuhkan suatu alternatif kontrol lingkungan mikro greenhouse untuk menjaga agar kondisinya dalam keadaan normal.

Teknologi DTMF dapat menjadi suatu alternatif kendali lingkungan mikro greenhouse yang dapat memberikan solusi dan memberikan fasilitas kendali jarak jauh tanpa harus berada dalam greenhouse untuk mengontrolnya. Sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro greenhouse dengan memanfaatkan teknologi DTMF di dalam telepon seluler cukup efektif digunakan. Teknologi ini mudah dalam pengoperasiannya dan tidak dibatasi oleh jarak karena user tidak perlu menuju lokasi greenhouse untuk melakukan

pengendalian lingkungan mikro greenhouse agar tetap optimum untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman di dalam greenhouse.

Parameter-parameter lingkungan yang digunakan dalam sistem kendali ini adalah suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari, dan tekanan udara. Sistem kendali melalui DTMF diharapkan dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh petani karena menggunakan telepon seluler yang dinilai efisien dan teknologi DTMF telah tersedia dan dapat diaplikasikan karena biaya instalasi yang relatif murah bagi masyarakat atau


(25)

pengusaha greenhouse untuk melakukan pengendalian jarak jauh untuk menjaga parameter-parameter lingkungan greenhouse tetap optimum.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan :

1. Merancang sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse menggunakan Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) untuk mengontrol parameter-parameter lingkungan mikro di dalam greenhouse. 2. Merancang model simulasi peringatan dini dengan pendekatan linear


(26)

3 II. TINJAUANPUSTAKA

A. GREENHOUSE

Greenhouse merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan, seperti : hujan, angin, dan radiasi matahari yang terlalu panas, dan melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Unsur-unsur cuaca tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti intensitas hujan yang terlalu tinggi akan merusak tanaman secara fisik, misalnya rontoknya bunga sehingga tidak terjadi pembuahan, radiasi matahari yang terlampau kuat akan merusak permukaan daun, daun mengalami kekeringan, menyebabkan evapotranspirasi makin meningkat, sehingga harus diimbangi dengan penambahan air untuk mengairi tanaman.

Secara fungsional greenhouse berguna untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal. Adanya greenhouse terutama bagi aspek konstruksinya secara otomatis akan berpengaruh bagi beberapa faktor lingkungan, seperti : suhu udara, suhu media, suhu nutrisi, cahaya dan kelembaban udara.

Menurut Nelson (1981), istilah greenhouse digunakan untuk menyatakan sebuah bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus cahaya, sehingga tanaman tetap memperoleh cahaya matahari dan terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Kondisi lingkungan yang dimaksud oleh Nelson (1981) adalah curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang, atau keadaan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Dengan menggunakan greenhouse, suhu, kelembaban, cahaya dan keperluan yang lain dari tanaman dapat diatur, sehingga tanaman dapat tetap menghasilkan di luar musimnya.


(27)

B. PARAMETER LINGKUNGAN DALAM GREENHOUSE

Parameter-parameter lingkungan yang diukur dalam sistem kendali menggunakan DTMF ini antara lain : suhu udara, kecepatan angin, arah angin, kelembaban udara, radiasi matahari, dan tekanan udara.

1. Temperatur (suhu udara)

Suhu udara yang tinggi sangat berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi tanaman sehingga kebutuhan tanaman terhadap air menjadi meningkat. Usia tanaman yang tinggi juga menyebabkan semakin besar evapotranspirasi yang terjadi sehingga kebutuhan air juga bertambah. Akibatnya pada siang hari yang panas diperlukan pemberian air irigasi yang lebih rapat interval waktunya untuk mencegah zona perakaran tanaman mengalami kekeringan dan pemanasan. Hal ini karena kebanyakan tanaman hortikultura umumnya zona perakaran yang baik berkisar antara 20-30o dan pertumbuhan akan berkurang jika berada diatas kisaran ini. Pada suhu 45o C akan terjadi kematian akar secara permanen. Fluktuasi suhu media sedikit di atas 30o C disebabkan tingginya suhu udara dalam greenhouse.

Permasalahan suhu yang tinggi dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu dengan mengatur interval penjadwalan nutrisi yang dibuat lebih rapat pada siang hari yang panas, menyalakan kipas pada langit-langit greenhouse serta menyalakan exhaust fan pada greenhouse (Mastalerz, 1977).

2. Energi Radiasi Matahari

Sinar matahari adalah sumber energi utama untuk pertumbuhan. Energi radiasi elektromagnetik dipancarkan matahari termasuk didalamnya sinar gamma, energi radiasi sinar ultraviolet, cahaya tampak, energi radiasi infrared, dan gelombang radio. Bagian-bagian spektrum cahaya tersebut mencapai permukaan bumi dan penting untuk tanaman adalah sinar UV, cahaya tampak, dan energi radiasi infrared. Tanaman juga dapat tumbuh


(28)

5 dengan energi radiasi dari lampu elektronik. Lampu elektronik dapat digunakan untuk mendukung atau mengganti energi radiasi matahari.

Mastalerz (1977) menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam radiasi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu : panjang gelombang (spectral quality), irradiance (kerapatan flux radiasi/ level energi), dan durasi (lama terkena radiasi energi). Proses fotosintesis hanya terjadi pada saat cahaya tampak (panjang gelombang 0.39-0.7 mikron), tanaman lebih efektif dalam menggunakan cahaya tampak warna merah dan biru tetapi warna cahaya tampak yang lain juga diserap dan dimanfaatkan. Penyerapan dari energi radiasi matahari menghasilkan suhu tanaman yang lebih tinggi.

Energi matahari yang masuk ke dalam greenhouse secara radiasi dipantulkan dari berbagai permukaan. Energi ini diserap oleh tanaman, lantai dan lain-lain. Energi tersebut kemudian dirubah menjadi panas. Kelebihan energi dihamburkan sebagai panas laten dalam transpirasi,

memanaskan udara dalam greenhouse, secara konduksi dan konveksi/

dipancarkan sebagai gelombang panjang. Energi yang dipancarkan sebagai gelombang panjang terperangkap dalam greenhouse dan memanaskan udara di dalamnya sehingga temperatur akan naik.

3. Karbon Dioksida (CO2)

Goldsberry and Holley dalam Maztalerz (1977) menyatakan bahwa bahan baku yang esensial untuk proses fotosintesis adalah CO2. Di dalam udara normal konsentrasi CO2 kurang lebih 300 ppm. Jika dibandingkan dengan gas-gas lain, jumlah gas CO2 dalam udara luar adalah relatif lebih rendah. Perubahan iklim menimbulkan konsentrasi CO2 yang bervariasi antara 4-8% dari normal harian dan musiman. Turbulensi udara dan kelanjutan dari terjadinya badai mempengaruhi jumlah konsentrasi CO2. Peningkatan dari energi radiasi matahari dan tekanan udara menghasilkan konsentrasi CO2 yang lebih tinggi. Tetapi jika terjadi peningkatan kelembaban dan suhu, maka konsentrasi CO2 cenderung untuk turun.


(29)

4. Pergerakan Udara

Pergerakan udara yang dinamis serta pertukaran udara dalam greenhouse yang relatif cepat dalam lingkungan luar juga mempunyai peranan yang penting guna menurunkan suhu di dalam greenhouse. Selain itu, pergerakan udara yang dinamis juga berdampak positif bagi keseragaman penyebaran konsentrasi CO2 pada udara dalam greenhouse yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Pertukaran udara dengan lingkungan luar akan berlangsung secara cepat bila kecepatan angin cukup tinggi (biasanya >1 m/s). Hal yang sebaliknya pada kecepatan angin yang rendah (biasanya <1m/s). Kecilnya laju pergerakan udara yang masuk menyebabkan pergerakan dan pertukaran udara terjadi sangat lambat karena perbedaan suhu saja (Mastalerz, 1977).

5. Kelembaban Udara

Menurut Walker and Cotter dalam Mastalerz (1977) terdapat hubungan yang penting antara kelembaban udara dan transpirasi dari jaringan tanaman. Pada kelembaban udara 100%, udara jenuh dan tidak dapat memegang air lagi. Jika volume udara spesifik di dalam greenhouse dipanaskan tanpa perupahan jumlah air, maka kapasitas udara untuk memegang air meningkat dan kelembaban udara menjadi berkurang. Untuk setiap kenaikan 1 derajat Fahrenheit diperkirakan kelembaban udara berkurang sebanyak 2%. Jika suhu udara tetap, maka cara untuk menaikkan atau menurunkan kelembaban udara hanya dengan menambahkan atau menghilangkan air (moisture). Ventilasi udara rendah uap air dapat digunakan untuk mengurangi kelembaban udara, dan sistem pengabutan tekanan tinggi adalah sangat efektif untuk menaikkan kelembaban udara.

6. Media Tumbuh

Media tumbuh mempunyai beberapa fungsi penting dalam


(30)

7 dukungan untuk tanaman sebagai sumber dari persediaan air dan nutrisi esensial tanaman, dan memungkinkan difusi oksigen bagi akar.

7. Air

Tanaman menggunakan air dalam jumlah yang lebih banyak dari pada zat-zat lain yang dibutuhlkan untuk pertumbuhan. Jumlah air yang dibutuhkan bervariasi tergantung dari spesies, umur tanaman, tipe jaringan atau organ tanaman, dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi penyerapan dan kehilangan air.

C. TEKNOLOGI PENGENDALIAN DENGAN TELEPON SELULER

Teknologi pengendalian dengan telepon seluler memberikan solusi yang lebih murah dan canggih pada sistem pengendalian jarak jauh. Sistem akses informasi jarak jauh dengan telepon seluler lebih banyak memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan oleh sebuah pesawat komunikasi yang dikenal dengan handphone. Fitur-fitur tersebut antara lain adalah fasilitas sms (short message service), mms (multimedia message service), gprs (general packet radio system), akses internet dan lain-lain.

Fitur dasar dari sebuah telepon seluler adalah adanya teknologi DTMF yaitu suatu touchtone dialing yang dapat dimanfaatkan sebagai sistem pengendalian jarak jauh. Nada DTMF dapat dikirimkan kepada pesawat telepon penerima setelah tersambungnya komunikasi antara pengirim dan penerima. Nada DTMF yang telah terkirim tersebut kemudian dapat diubah menjadi perintah-perintah pengendalian terhadap suatu peralatan listrik, dengan cara mengubah nada yang terkirim menjadi suatu kombinasi bilangan biner melalui suatu komponen DTMF dekoder (Mashoedah, 2005).

Ponsel atau telepon biasa yang ada pada rumah tangga ditambahkan suatu rangkaian perangkat keras elektronik yang berfungsi sebagai dekoder DTMF. Rangkaian dekoder tersebut akan mendeteksi nada yang dikirimkan oleh


(31)

ponsel pengendali dan mengubahnya sebagai tegangan pengendali pada 4 buah terminal keluaran pada rangkaian.

D. DUAL TONE MULTI FREQUENCY (DTMF)

1. Definisi

Sistem DTMF (Dual tone multi Frequency ) adalah sistem nada pada telepon yang menggunakan prinsip gabungan antara 2 nada dengan frekuensi berbeda dalam suatu sinyal. Gabungan 2 nada yang berbeda ini merepresentasikan satu buah digit dari nomor telepon yang terdapat pada keypad pesawat telepon. Nada-nada ini dikategorikan dalam kelompok baris dan kolom pada keypad tersebut, sesuai kelompok frekuensi yang rendah dan tinggi. Satu digit angka merupakan kombinasi frekuensi tinggi dan rendah. Dalam kenyatannya, kelompok frekuensi 1633 Hz tidak pernah didapati pada pesawat telepon biasa, karena hanya digunakan untuk keperluan tertentu dan khusus.

Penggunaan sinyal DTMF dalam saluran telepon harus memenuhi syarat validasi yang ditetapkan. Sinyal DTMF dinyatakan valid dalam saluran telepon apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

• Hanya ada satu nada perkelompok frekuensi.

• Perbedaan waktu mulai tiap nada tidak boleh lebih dari 5 ms. • Kedua nada minimal berbunyi selama 40 ms.

• Setiap nada harus berada 2 % dari frekuensi tengah. • Level antara nada tidak boleh lebih dari 6 dB.

Sinyal DTMF selain digunakan untuk mengadakan hubungan telepon, dapat juga digunakan untuk transmisi data antara terminal telepon. Ini dapat dilakukan karena sinyal DTMF dapat dikonversi menjadi data digital maupun sebaliknya. Banyak IC yang telah diproduksi khusus menangani masalah konversi ini. Konversi sinyal DTMF menjadi data digital dilakukan melalui IC DTMF decoder atau DTMF receiver. Konversi data digital menjadi sinyal DTMF dilakukan melalui IC DTMF encoder atau DTMF transmitter (Davianto, 2005).


(32)

9 Frekuensi nada didefinisikan sebagai Precise Tone, adalah frekuensi terpilih yang harmonis dan hasil intermodulasinya tidak akan menyebabkan suatu sinyal yang salah. Tidak ada frekuensi yang merupakan suatu kelipatan dari frekuensi yang lain, perbedaan/ pengurangan antara dua frekuensi tidak sama frekuensi yang manapun, dan penjumlahan dua frekuensi tidak sama frekuensi yang manapun. Frekuensi suatu kejadian terjadi dan frekuensi yang dihasilkan oleh keypad telepon dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Frekuensi Kejadian pada DTMF DTMF Event Frequencies

Event Low frequency High frequency

busy signal 480 Hz 620 Hz

dial tone 350 Hz 440 Hz

ringback (US) 440 Hz 480 Hz


(33)

Tabel 2. Frekuensi sinyal DTMF pada keypad telepon

Digit Low frequency (Hz)

High frequency (Hz)

1 697 1209

2 697 1336

3 697 1477

4 770 1209

5 770 1336

6 770 1477

7 852 1209

8 852 1336

9 852 1477

0 941 1336

* 941 1209

# 941 1477

(Sumber : Ed Smith, 2001)

2. Pembangkitan Sinyal DTMF

Ada beberapa cara untuk membangkitkan sinyal DTMF :

• Membangkitkan DTMF dengan IC pembangkit DTMF (DTMF

generator) seperti pada modem dan telepon.

• Membangkitkan DTMF dengan bantuan komputer melalui chip


(34)

11

• Memainkan simpanan sampel gelombang sinusoid pada kanal

instrumen yang berbeda untuk frekuensi yang berbeda pada soundcard komputer.

• Memainkan simpanan data sampel semua kombinasi nada DTMF,

paling tidak pada kualitas sampling 8 KHz/8 bit. Simpanan ini dapat berasal dari file komputer atau pun data yang disimpan pada IC ROM.

• Membangkitkan sampel data melalui software. 3. Penerjemahan Sinyal DTMF

Mengenali dan menerjemahkan nada DTMF dengan presisi bukan perkara mudah, dan untuk memudahkannya digunakan IC DTMF detector. Mikroprosessor juga dapat digunakan tetapi tetap lebih rumit. IC DTMF detector dibentuk dari 8 buah filter yang tidak sederhana dan rangkaian tambahan lainnya. Beberapa IC yang sering digunakan adalah MT8870, CM88L70, dan MC145436.

IC DTMF memberikan output deteksi berupa kode-kode biner. IC MT8870 mnggabungkan filter pemisahan kanal (bandsplit filter) dan fungsi decoder digital. Teknik switched capacitor sebagai filter grup frekuensi tinggi dan frekuensi rendah. Bagian digital menggunakan penghitungan digital untuk mendeteksi dan mengkodekan nada DTMF menjadi kode biner 4 bit (Akhtarianto, 2006).

4. Aplikasi DTMF

Suatu telecontrol sirkuit dapat diaplikasikan untuk menghidupkan atau mematikan peralatan melalui line telepon atau telepon seluler. Sistem ini dapat digunakan untuk mengendalikan peralatan dari manapun jaraknya. Sirkuit digunakan untuk mengatur kesembilan touchtone (sesuai dengan digit 1 sampai 9 dari telepon keypad). Sinyal DTMF pada instrumen telepon digunakan sebagai kendali sinyal. Telepon juga dapat digunakan untuk menyalakan atau mematikan peralatan juga sewaktu sedang digunakan untuk percakapan biasa.


(35)

E. REGRESI LINEAR

Analisis regresi adalah bidang studi yang menyangkut masalah hubungan fungsional antara variabel. Analisis regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih atau mendapatkan pengaruh antara variabel prediktor (yang mempengaruhi atau variabel x) terhadap variabel kriterium (yang dipengaruhi atau variabel y). Hubungan fungsional antara satu variabel prediktor dengan satu variabel kriterium disebut analisis regresi tunggal. Persamaan analisis regresi tunggal dinyatakan sebagai berikut :

y = a + bx ...(1)

a = ...(2)

b = ...(3)

keterangan :

y = variabel kriterium x = variabel prediktor a = bilangan konstan

b = koefisien arah regresi linear

Persamaan (1), (2), dan (3) digunakan untuk mengetahui kecenderungan seberapa cepat suhu dan kelembaban udara mengalami kenaikan/ penurunan kemudian dicari kecepatan penurunan/ kenaikan suhu dan kelembaban udara. Kecepatan penurunan suhu/ kenaikan kelembaban udara dapat dihitung dengan persamaan kecepatan biasa, untuk suhu dalam satuan oC/ menit dan kelembaban udara dalam satuan %/ menit. Kecepatan (v) diilustrasikan pada Gambar 1. 2 2 Xi) ( -Xi n Yi) Xi)( ( -XiYi n ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ 2 2 2 Xi) ( -Xi n XiYi) Xi)( ( -) Xi Yi)( ( ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑


(36)

13 Gambar 1. Grafik Kecepatan Perubahan Suhu

Purwadaria (2004) menyatakan kurva regresi harus minimal 4 data, jika kurang dari 4 data maka dibuat histogram. Data ke-4 merupakan data penentu jenis regresi.

Gambar 2. Kurva Regresi 4 Data (Sumber : Purwadaria, 2004)

Waktu (t) s

u h u (T)


(37)

Sebenarnya tidak ada aturan yang tegas mengenai berapa besarnya anggota sampel yang disyaratkan suatu penelitian. Demikian pula batasan bahwa sampel itu besar atau kecil (Usman, 2003).

F. SIMULASI

Suatu model diperlukan untuk memahami keadaaan atau sistem yang rumit. Model dalam arti luas merupakan penggambaran sebagian dari kenyataan. Secara garis besar model dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu model fisik dan model abstrak. Model fisik dapat diartikan sebagai suatu model yang digambarkan dengan suatu bentuk fisik tertentu seperti model bangunan, alat dan sebagainya. Sedangkan model abstrak gambaran modelnya berbentuk persamaan-persamaan matematik atau statistik. Oleh karena itu sering disebut sebagai model statistik atau model matematik.

Simulasi didefinisikan sebagai teknik penyusunan model dari suatu kenyataan. Simulasi merupakan suatu operasi yang terdiri dari dua fase, yaitu pembuatan model dan percobaan. Keuntungan dari penggunaan simulasi adalah fleksibilitasnya, yaitu sifatnya yang mudah disesuaikan dengan keadaan, penggunaannya lebih cepat, relatif murah, aman dan resikonya lebih kecil daripada menerapkan langsung ke dalam sistem nyata. Simulasi tidak mempunyai batasan-batasan tertentu, dan dari simulasi akan didapatkan informasi atau gambaran tentang kriteria penampilan sistem tersebut.

Perumusan permasalahan dan pembuatan model untuk suatu simulasi harus dilaksanakan berdasarkan keadaan masalah yang dihadapi, dan biasanya dilakukan penyederhanaan, sehinggan pemecahan dengan menggunakan model matematik dapat dilakukan. Penyederhanaan model dapat berupa meniadakan unsur-unsur yang kecil pengaruhnya terhadap keluaran model tersebut. Di samping itu, seringkali dalam pembuatan model simulasi, dimasukkan unsur ketidakpastian (peluang).

Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Analisis korelasi mencoba mengukur kekuatan hubungan antara antara dua variabel melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi yang dilambangkan dengan r. Dalam analisis data ini


(38)

15 menggunakan koefisien korelasi yaitu > 0.6 di mana 0.6 diartikan bahwa variabel X, dan Y cukup mempunyai korelasi yang dalam hal ini adalah waktu dan suhu. Interpretasi nilai r dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Interpretasi dari nilai r r Interpretasi

0 Tidak berkorelasi

0.01 – 0.20 Sangat rendah

0.21 – 0.40 Rendah

0.41 – 0.60 Agak rendah

0.61 – 0.80 Cukup

0.81 – 0.99 Tinggi

1 Sangat Tinggi


(39)

III. METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium SMMP dan laboratorium lapangan Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari – April 2006.

B. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi data dan informasi yang diperoleh dari studi pustaka, dan pengukuran parameter lingkungan mikro greenhouse serta data hasil ujicoba performansi alat.

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

• sebuah greenhouse

• pompa sprinkler

• PC Intel Pentium 4, 2.80 GHz, DDR 512 MB, Harddisk 40 GB • Alat Kendali DTMF (Dual tone Multiple Frequency)

• Telepon seluler Siemens A50 dan kabel data • Portable Weather Station tipe RM YOUNG • Translator

• Simcard berbagai operator seluler, pulsa isi ulang • Stopwatch

C. METODE PENELITIAN

1. Pembangunan Sistem

Pembangunan sistem kendali jarak jauh menggunakan teknologi DTMF. Sistem DTMF merupakan suatu tindak lanjut dari sistem peringatan dini berbasis SMS. Sistem simulasi bertujuan untuk menentukan


(40)

17 waktu yang tepat dalam memberikan peringatan dini untuk diaplikasikan pada sistem monitoring dan peringatan dini berbasis SMS.

a. Sistem DTMF

Sistem DTMF yang digunakan adalah sistem yang sebelumnya telah dirancang oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Pada penelitian ini teknologi DTMF diaplikasikan dalam bidang pertanian sebagai sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro greenhouse.

Sistem kendali jarak jauh berbasis telepon seluler ini memanfaatkan fitur yang tersedia pada telepon seluler dengan menggunakan teknologi DTMF. Dengan mengaplikasikan teknologi pengendalian jarak jauh yang telah ada dengan piranti pengatur

lingkungan greenhouse dan sistem peringatan dini berbasis SMS,

maka akan diperoleh suatu integrasi sistem kendali jarak jauh berbasis telepon seluler.

Aspek penelitian dalam rancang bangun sistem kendali jarak jauh berbasis DTMF meliputi :

- Identifikasi parameter lingkungan yang dapat dikendalikan secara jarak jauh dengan menggunakan modul DTMF

- Rancang bangun sistem kendali jarak jauh berbasis DTMF,

meliputi sensor, metode pengontrolan, aktuator (penggerak) yang akan digunakan dalam pengendalian parameter lingkungan dalam greenhouse.

- Uji coba sistem pada berbagai layanan operator telepon selular

Sistem kendali dengan teknologi DTMF (ditunjukkan dalam garis putus merah pada Gambar 3) akan berjalan jika telah ada SMS peringatan (alert) dari sistem monitoring yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan mikro di dalam greenhouse tidak optimal untuk tanaman dan membutuhkan penormalan agar kondisi optimum dapat dicapai kembali. Sistem Kendali dengan teknologi DTMF ini merupakan respon dari operator terhadap peringatan dini yang dikirimkan oleh sistem melalui SMS. Selanjutnya operator dapat


(41)

melakukan suatu aksi pengendalian jarak jauh parameter lingkungan agar berada pada kisaran nilai yang diinginkan (set point). Sistem monitoring, peringatan dini dan sistem kendali jarak jauh parameter lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse digambarkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Sistem Monitoring, Peringatan Dini Berbasis SMS Dan Kendali Jarak Jauh berbasis DTMF (Dual Tone Multiple Frequency).


(42)

19

b. Sistem Simulasi

Sistem simulasi diperlukan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya dari dunia nyata. Tujuan dari dilakukannya simulasi adalah untuk mendapatkan waktu yang tepat dalam melakukan peringatan dini sebelum kondisi kritis tercapai. Karena di dalam sistem peringatan dini terdapat lagtime yang menyebabkan keterlambatan dalam penyampaian informasi kepada user. Metode yang dilakukan dalam simulasi ini adalah dengan menggunakan metode statistik dalam menentukan regresi linear dan korelasi antara waktu dan parameter lingkungan mikro tanaman untuk melihat kecenderungan yang terjadi, yang dinyatakan dalam kecepatan kenaikan/ penurunan suhu dan kelembaban udara setiap selang waktu yang ditentukan. Dalam penentuan waktu yang tepat untuk melakukan peringatan dini diperlukan suatu simulasi berdasarkan hasil pengukuran yang telah diperoleh. Data hasil pengukuran dianalisis untuk mendapatkan perkiraan waktu yang tepat dalam melakukan peringatan dini. Dengan melakukan simulasi ini diharapkan akan dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan peringatan dini sebelum kondisi kritis tercapai. Simulasi ini mengikuti diagram alir pada Gambar 4.


(43)

(44)

21 Analisis data dilakukan setiap selang waktu antara 30 menit sampai satu jam berdasarkan fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang terjadi pada selang waktu tersebut. Kecenderungan data harian yang diperoleh yaitu untuk suhu mengalami kecenderungan naik sekitar pukul 8.00 – 14.00 dan kecenderungan suhu turun pukul 14.00 – 16.00. Sedangkan untuk kelembaban mengalami penurunan pada pukul 8.00 – 14.00 dan kelembaban mengalami kenaikan pukul 14.00 – 15.00 selama penelitian. Sehingga diambil analisis setiap selang 30 menit sampai satu jam. Pencatatan data yang dilakukan setiap 2 menit sekali menggunakan weather station sehingga dalam satu jam terdapat 30 data yang memenuhi syarat untuk membuat garis regresi.

2. Pengukuran Parameter Lingkungan Mikro Dalam Greenhouse

Parameter lingkungan dalam greenhouse yang akan diukur dan dimonitoring antara lain suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, radiasi matahari, dan tekanan udara. Analisis data difokuskan pada parameter lingkungan mikro yaitu suhu dan kelembaban udara karena keterbatasan media yang digunakan. Sehingga channel pada DTMF yang dimanfaatkan hanya 1 channel yang dihubungkan pada sprinkler. DTMF

yang digunakan mempunyai 4 channel yang dapat dimanfaatkan untuk

mengendalikan media kendali parameter lingkungan mikro sehingga kendali lingkungan mikro greenhouse tidak sebatas untuk menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban udara dengan menggunakan sprinkler tetapi dapat diaplikasikan pada peralatan pengendali lingkungan mikro tanaman yang lain untuk mengendalikan lingkungan mikro greenhouse jarak jauh.

Pengukuran parameter lingkungan dilakukan menggunakan weather station, dimana data pengukuran yang dicatat adalah data setiap 2 menit sekali dari pukul 8.00 – 16.00. Hal ini dilakukan untuk memantau lingkungan mikro serta mengetahui kecenderungan perilaku parameter lingkungan mikronya.


(45)


(46)

23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menggunakan DTMF yang terdiri dari 4 channel, namun hanya digunakan 1 buah channel untuk mengendalikan parameter lingkungan mikro di dalam greenhouse. Hal ini dikarenakan karena keterbatasan peralatan pengendali parameter lingkungan mikro tanaman di dalam greenhouse. Sprinkler digunakan untuk menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara. Dalam operasinya alat pengendali jarak jauh ini mudah untuk digunakan. Pengguna hanya tinggal menghubungi/ menelpon nomor DTMF yang diberikan oleh sistem peringatan dini kemudian setelah terhubung dengan DTMF pengguna menekan tombol keypad telepon yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, teknologi DTMF relatif murah dan terjangkau harganya sehingga dapat diterapkan sebagai sistem kendali alternatif jarak jauh.


(47)

Gambar 7 . Rangkaian DTMF A. HASIL UJICOBA SISTEM

Sebelum dilakukan ujicoba di dalam greenhouse, DTMF diujicobakan pada berbagai macam operator seluler dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan koneksi masing-masing operator seluler sehingga dapat diketahui layanan mana yang memberikan koneksi yang paling cepat untuk aplikasi sistem pengendalian jarak jauh dengan DTMF. Hasill pengujian kecepatan koneksi telepon seluler – DTMF dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ujicoba kecepatan koneksi telepon seluler – DTMF berdasarkan operator seluler di Laboratorium Leuwikopo tanggal 19 April 2006, pukul 9: 00.

Operator Seluler Waktu Pelayanan (detik) Rata-rata (detik) XL - Indosat 4.53 4.65 4.21 4.34 4.10 4.36 XL - Telkomsel 4.09 3.98 4.57 4.67 4.31 4.32 Telkomsel - Indosat 4.53 4.23 4.87 3.22 3.89 4.14 Telkomsel -XL 4.21 4.85 3.92 4.09 3.28 4.07 Sesama XL 3.60 3.79 3.80 4.76 4.12 4.01 Sesama Telkomsel 4.73 3.96 4.01 3.28 3.70 3.93 Indosat - XL 4.05 4.76 3.35 3.62 3.77 3.91 Indosat - Telkomsel 3.90 3.57 3.95 3.81 4.25 3.89 Sesama Indosat 4.02 3.79 3.60 3.71 3.96 3.81


(48)

25 Data tersebut menunjukkan bahwa kecepatan koneksi telepon seluler – DTMF

yang paling cepat adalah sesama indosat, oleh karena itu dalam penelitian ini mengggunakan layanan indosat sebagai server untuk telepon seluler pada DTMF.

DTMF diujicobakan pada greenhouse untuk mengendalikan

parameter-parameter lingkungan mikro greenhouse agar kondisinya selalu pada kondisi normal pertumbuhan tanaman. DTMF dihubungan pada pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air dari nozel ke dalam greenhouse. Kemudian dilakukan simulasi peringatan dini dan pencatatan perubahan suhu dan kelembaban udara.

Simulasi kontrol suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan DTMF dilakukan dengan membuat nilai parameter lingkungan mikro greenhouse sesuai kondisi lingkungannya agar kondisi kritis tercapai dan secara otomatis sistem melakukan peringatan dini kemudian menerapkan sistem kendali jarak jauh dengan DTMF. Simulasi ini menyesuaikan pada komoditas melon dengan kondisi suhu kritis rendah 26 oC dan suhu kritis tinggi 30 oC. Kondisi kritis kelembaban adalah 70 % untuk kelembaban udara rendah dan 80 % untuk kelembaban udara tinggi.

Untuk dapat menganalisis efektifitas penggunaan sprinkler dilakukan pencatatan data beberapa kali ulangan. Pengujian sistem ini dilakukan setelah datang sistem peringatan dini yang menandakan bahwa kondisi lingkungan mikro greeenhouse tidak normal sehingga dilakukan pengendalian jarak jauh menggunakan DTMF. Data hasil ujicoba kontrol parameter lingkungan mikro greenhouse dapat dilihat pada Tabel 5.


(49)

Tabel 5. Data hasil kontrol suhu dan kelembaban udara menggunakan DTMF No Parameter Awal Akhir

DTMF on (jam :menit:detik) DTMF off (jam :menit:detik) lama (jam:menit:detik) 1 Suhu (oC) 30.10 29.72 9:17:43 9:25:20 0:07:37 RH (%) 68.00 75.21

2 Suhu (oC) 30.10 29.72 10:17:43 10:21:49 0:04:06 RH (%) 69.98 75.85

3 Suhu (oC) 30.23 28.95 10:32:49 10:38:44 0:05:55 RH (%) 70.62 75.46

4 Suhu (oC) 30.10 29.72 11:05:05 11:12:55 0:07:50 RH (%) 73.55 75.59

5 Suhu (oC) 30.23 29.97 11:30:44 11:40:54 0:10:10 RH (%) 72.15 78.39

6 Suhu (oC) 30.86 30.61 12:00:24 12:06:40 0:06:16 RH (%) 68.07 72.91

7 Suhu (oC) 30.61 30.23 12:25:20 12:30:47 0:05:27 RH (%) 69.80 74.95

8 Suhu (oC) 30.35 30.35 12:32:12 12:38:40 0:06:28 RH (%) 68.83 76.87

9 Suhu (oC) 30.74 30.61 12:44:57 12:50:00 0:05:03 RH (%) 68.45 77.25

10 Suhu (oC) 30.61 30.35 13:02:55 13:06:47 0:03:52 RH (%) 66.03 74.06

Dari data pada Tabel 5 dapat dihitung penurunan suhu dan kenaikan kelembaban udara (RH) yang terjadi yang dinyatakan dengan kecepatan penurunan atau kenaikan per menitnya. Setelah data tersebut diolah didapatkan hasil berupa kecepatan penurunan suhu dan kecepatan kenaikan kelembaban udara per menitnya yang diperoleh dari rata rata selisih masing-masing parameter dalam 10 kali ulangan dibagi dengan lama waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan akhir setiap parameter. Kecepatan penurunan suhu didapatkan menggunakan kontrol DTMF dengan sprinkler sebesar 0.06356 oC/menit yang artinya setiap 1 menit dapat menurunkan suhu

sebesar 0.06356 oC. Kecepatan kenaikan kelembaban udara didapatkan

dengan cara yang sama yaitu sebesar 1.085043 % /menit.

B. SIMULASI SISTEM

Penentuan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini menggunakan model simulasi sesuai dengan diagram alir model simulasi. Data suhu dan


(50)

27 kelembaban udara dianalisis untuk dicari persamaan regresi linear untuk mengetahui kecenderungan suhu dan kelembaban udara selama selang waktu tertentu yang telah ditentukan. Dengan analisis korelasi dicari seberapa besar hubungan antara suhu/ kelembaban dengan waktu. Data suhu yang memenuhi syarat adalah data yang mempunyai koefisien korelasi 0.6 < r. Kemudian menentukan batas kritis peringatan dini untuk suhu dan kelembaban udara. Nilai selang pengecekan, batas kritis parameter lingkungan mikro ditentukan menyesuaikan dengan kondisi (bebas). Selanjutnya data diolah untuk menentukan kecepatan perubahan suhu dan kelembaban udara agar dapat ditentukan waktu yang tepat untuk dilakukan peringatan dini untuk menjaga agar kondisi greenhouse selalu dalam kondisi normal.

Analisis data harian greenhouse diperlukan untuk memprediksi waktu yang tepat dilakukan peringatan dini dan kontrol parameter lingkungan mikro greenhouse agar kondisi greenhouse selalu memenuhi syarat pertumbuhan tanaman. Sebelum melakukan analisis data harian greenhouse diperlukan monitoring terhadap parameter lingkungan mikro greenhouse selama periode waktu tertentu untuk mengetahui bagaimana kecenderungan suhu umumnya di dalam greenhouse. Dari hasil monitoring/pemantauan parameter lingkungan

mikro greenhouse harian, didapatkan data-data monitoring parameter

lingkungan pada tanggal 19, 22, 26 dan 27 April 2006 pada Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6.

Analisis terhadap suhu dan kelembaban udara dilakukan pada setiap selang 30 menit sampai satu jam pengamatan berdasarkan fluktuasi suhu dan kelembaban udara data harian yang didapatkan. Di dalam penelitian terdapat data yang tidak logis dikarenakan terdapat kesalahan pada waktu setting alat sehingga data yang didapatkan tidak sesuai dengan suhu sebenarnya di dalam greenhouse. Penyimpangan data tersebut dapat diketahui karena pada waktu pengambilan data harian parameter lingkungan mikro greenhouse selain

menggunakan weather station juga digunakan termometer dan barometer

untuk mencocokkan hasil yang terbaca pada weather station sama atau tidak dengan yang ditunjukkan oleh termometer dan barometer tersebut.


(51)

Analisis setiap selang waktu dilakukan untuk memperoleh kecepatan kenaikan/penurunan suhu dan kelembaban udara sehingga dapat

diprediksikan berapa lama kondisi lingkungan mikro greenhouse akan

mencapai kondisi kritis. Sebelum kondisi kritis tercapai dilakukan sistem peringatan dini untuk menghindari adanya lagtime/ketinggalan waktu terlalu lama. Lagtime yang terlalu lama akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dengan sistem ini selalu diupayakan kondisi lingkungan mikro greenhouse selalu dalam kondisi normal yang disyaratkan tanaman.

Penghitungan kecepatan perubahan kelembaban udara dan suhu

didapatkan dari analisis data harian yang telah diperoleh selama penelitian sistem monitoring parameter lingkungan mikro greenhouse menggunakan weather station selama 4 hari. Setiap selang waktu antara 30 menit sampai satu jam diamati kecenderungan suhu, kemudian berdasarkan regresi diperoleh nilai gradien kemiringan penurunan/ kenaikan suhu dan kelembaban udara. Kecepatan dihitung berdasarkan metode regresi linier dimana korelasi antara waktu dan suhu lebih dari 60 % atau r nilainya > 0.6 dan nilai r <= 0.6 diabaikan dalam penghitungan kecepatan. Regresi yang digunakan adalah regresi linear untuk menunjukkan kecepatan kenaikan/ penurunan suhu dan kelembaban udara. Setelah nilai kecepatan/ penurunan suhu dan kelembaban udara diperoleh dalam setiap selang waktu tersebut dianalisis, kemudian dihitung kecepatan rata-rata berdasarkan diagram alir metode simulasi untuk dapat diprediksikan waktu yang tepat dilakukan sistem peringatan dini sebelum kondisi kritis di dalam greenhouse tercapai.

Data yang memenuhi syarat untuk menghitung kecepatan penurunan/ kenaikan suhu dan kelembaban udara adalah data yang korelasinya r > 0.6. Contoh data suhu pada selang pengamatan dengan nilai r yang memenuhi syarat digambarkan pada grafik hubungan suhu terhadap waktu seperti terlihat pada Gambar 8. Data pengukuran terbatas pada jam-jam tersebut karena kesulitan dalam instalasi peralatan selama penelitian yang tidak memungkinkan waktu yang lain, sehingga tidak bisa melakukan monitoring parameter lingkungan mikro greenhouse selama 24 jam. Pengambilan data tersebut menggunakan weather station yang dihubungkan dengan komputer


(52)

29 melalui translator. Pada pengukuran yang dilakukan selama penelitian kadang-kadang terjadi error data yang disebabkan oleh kekurang telitian dalam setting alat, kabel penghubung terinjak dan lain-lain.

Gambar 8. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu

Dari contoh data Gambar 8 memiliki korelasi antara suhu dan waktu yang ditunjukkan oleh koefisien korelasinya r lebih besar dari 0.6. Dari gambar grafik hubungan suhu terhadap waktu (Gambar 8), dengan menggunakan model simulasi dapat ditentukan waktu yang tepat untuk dilakukan peringatan dini dengan cara menentukan kecepatan kenaikan suhu yang ditunjukkan oleh gradien persamaan regresi tersebut. Dari perhitungan model simulasi dapat diketahui berapa menit lagi akan mencapai batas suhu kritis atas (Ba). Hasil simulasi perhitungan kecepatan kenaikan suhu dalam selang waktu 30 menit pada siang hari diperoleh kecepatan kenaikan suhu yang berkisar antara 0.0310 – 0.0531 oC/menit.


(53)

Gambar 9. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu Pada Simulasi Suhu

Keterangan :

Ba = batas atas kritis suhu (30 oC) T1 = waktu awal, 8 : 25

T2 = waktu akhir, 9 : 05 St = suhu akhir , 29.68 oC So = suhu awal, 27.52 oC

t = selang waktu pengamatan, 40 menit r = 0.8869 > 0.6

v = 0.0472 oC/menit

∆w = selang waktu akan terjadi kondisi kritis =

= 6.77 menit

PD = waktu peringatan dini sebelum kondisi kritis Jika ∆w > 2.06 maka PD = ∆w – 2.06

Jika ∆w <= 2.06 maka aktivasi PD

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa 6.77 menit lagi akan mencapai suhu kritis, karena lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan

v St 30−


(54)

31 DTMF sebesar 2.06 maka waktu sistem akan terjadi peringatan dini 4.72 menit dari waktu perhitungan terakhir atau sistem melakukan peringatan dini pada pukul 9:05:00 + 00:4:43 = 9:09:43. Tabel hasil simulasi suhu dapat dilihat pada Lampiran 1. Kecenderungan kenaikan suhu tersebut diperoleh dari pengamatan suhu dari pukul 8.00 - 14.00. Sedangkan kecenderungan penurunan suhu terjadi pada pengamatan jam 14.00 -16.00. Dengan menghitung kecepatan penurunan suhu kita dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan peringatan dini dan melakukan kendali parameter lingkungan mikro greenhouse sebelum kondisi kritis tercapai. Dari hasil pengukuran selama penelitian didapatkan lagtime untuk sistem peringatan dini yang paling rendah adalah menggunakan operator sesama indosat yaitu

dengan lagtime sebesar 2 menit dan lagtime untuk sistem kendali

menggunakan DTMF sebesar 3.81 detik, sehingga total lagtime adalah 2 menit 3.81 detik atau 2.06 menit.

Penghitungan kecepatan penurunan kelembaban udara sama seperti penghitungan kecepatan kenaikan suhu. Contoh data kelembaban pada selang pengamatan dan nilai r yang memenuhi syarat untuk dilakukan simulasi penentuan waktu yang tepat untuk melakukan peringatan dini terlihat pada Gambar 10 dan contoh perhitungan simulasi kelembaban udara dapat dilihat

pada Gambar 11. Dari hasil penelitian didapatkan kecenderungan

kelembaban udara mengalami penurunan yaitu pada selang waktu antara pukul 8.00-14.00. Sedangkan kecenderungan kelembaban udara mengalami kenaikan yaitu pada selang waktu antara pukul 14.00-16.00. Hasil simulasi penghitungan kecepatan penurunan kelembaban udara pada siang hari didapatkan penurunan kecepatan kelembaban udara yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/menit. Tabel hasil simulasi kelembaban udara dapat dilihat pada Lampiran 2.


(55)

Gambar 10. Grafik Hubungan Kelembaban Udara Terhadap Waktu

Gambar 11. Grafik Hubungan Kelembaban Udara Terhadap Waktu Pada Simulasi Kelembaban Udara

Keterangan :

Bb = batas kritis bawah kelembaban udara (70%) T1 = waktu awal, 9 : 25


(56)

33 T2 = waktu akhir, 9 : 55

R0 = Kelembaban udara akhir , 75.21 %

Rt = Kelembaban udara awal, 72.1 %

t = selang waktu pengamatan, 30 menit

r = 0.7924

v = 0.072 %/menit

∆w = selang waktu akan terjadi kondisi kritis =

= 29.17 menit

PD = waktu peringatan dini sebelum kondisi kritis Jika ∆w > 2.06 maka PD = ∆w – 2.06

Jika ∆w <= 2.06 maka aktivasi PD

Dari hasil perhitungan simulasi kelembaban udara tersebut dapat ditentukan kapan sebaiknya sistem melakukan peringatan dini untuk menghindari terjadinya lagtime, 29.17 – 2.06 = 27.10 menit dari waktu perhitungan terakhir akan terjadi peringatan dini atau pukul 9 :55: 00 + 00: 27: 06 = 10 :22 :06.

Pada penelitian ini kondisi kritis tercapai jika suhu telah mencapai batas kritis yaitu 30 oC, dan batas kritis kelembaban udara 70 % namun peringatan dini kepada user memerlukan waktu rata-rata 2.06 menit untuk dapat sampai ke user. Sehingga kondisi greenhouse telah mencapai kondisi kritis dan baru dilakukan kendali 2 menit setelah kondisi kritis karena adanya lagtime dalam penyampaian informasi. Agar sistem ini tidak mengalami lagtime maka sebaiknya sistem peringatan dini disampaikan kepada user sebelum 2.06 menit sehingga sewaktu informasi peringatan dini yang diterima kondisi greenhouse belum terjadi kondisi kritis dan user sedini mungkin disarankan untuk melakukan pengendalian. Kecepatan kenaikan suhu di dalam greenhouse pada siang hari telah diketahui, sehingga dapat ditentukan batas mulai disampaikan peringatan dini yang berkisar antara 29.89 - 29.94oC. Contoh perhitungannnya sebagai berikut :

v 70 -Rt


(57)

suhu (oC)

peringatan dini = 30 – (2.06 menit x 0.0310 oC/menit) = 29.94oC

Jadi pada saat suhu greenhouse mencapai kisaran suhu tersebut maka

dilakukan peringatan dini karena diperkirakan suhu greenhouse akan

mencapai kondisi kritis dalam waktu 2.06 menit lagi.

Alat pengkondisi lingkungan mikro di dalam greenhouse terbatas pada sprinkler. Oleh kareana itu, tidak bisa dilakukan pengendalikan jarak jauh menggunakan DTMF untuk menaikkan suhu jika terjadi kondisi kritis yang mencapai batas kritis bawah suhu. Simulasi penentuan batas bawah suhu peringatan dini juga tidak dapat dilakukan karena tidak terdapat data monitoring suhu yang mencapai batas kritis suhu dalam simulasi yaitu 26 oC.

Pada penelitian ini dapat pula diperkirakan kepada sistem peringatan dini untuk melakukan aktivasi kendali lingkungan mikro greenhouse selama beberapa satuan waktu karena telah diketahui kecepatan penormalan suhu menggunakan sprinkler. Kecepatan penurunan suhu menggunakan sprinkler didapatkan yaitu sebesar 0.06356 oC/menit, dari kecepatan penurunan suhu ini kita dapat menyarankan berapa menit sebaiknya dilakukan aktivasi kendali parameter lingkungan mikro greenhouse kepada pengguna greenhouse.

Aktivasi yang berulang-ulang dalam selang waktu yang pendek

menggunakan kendali DTMF dapat dihindari dengan menentukan lamanya waktu aktivasi peralatan pengendali lingkungan mikro tanaman. Lama waktu aktivasi ditentukan dengan mengambil nilai tengah antara batas atas kritis (Ba) dan batas bawah kritis (Bb) yaitu pada saat suhu mencapai 28oC. Dipakai nilai tengah Ba dan Bb karena ada dua peluang suhu mengalami kenaikan/ penurunan. Dengan kecepatan penurunan suhu sebesar 0.06356oC/ menit maka lama waktu aktivasi ditentukan sebagai berikut :

Waktu aktivasi menggunakan sprinkler = = 2 / 0.06356 = 31.47 menit.

Seperti halnya suhu, sistem peringatan dini mempunyai batasan kritis yang lain yaitu kelembaban udara. Untuk menentukan waktu yang tepat

v

Bb)/2) ((Ba


(58)

35 dilakukan pengendalian lingkungan mikro greenhouse yang dalam hal ini adalah kelembaban udara dilakukan perhitungan yang sama seperti menentukan suhu peringatan dini. Kecepatan penurunan kelembaban udara dari pengamatan di lapangan pada siang hari berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/menit sehingga selang kelembaban udara yang tepat dilakukan peringatan dini berkisar antara 70.15 – 70.38 %. Contoh perhitungannya sebagai berikut :

Kelembaban udara (%)

peringatan dini = 70 + (2.06 menit x 0.0720% /menit) = 70.15%

Jadi batas yang tepat dilakukan peringatan dini untuk menghindari kondisi kritis terlalu lama karena adanya lagtime sistem maka sebaiknya dilakukan peringatan dini pada saat kelembaban udara berkisar antara 70.15 – 70.38 % karena diperkirakan kelembaban udara akan mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/menit pada siang hari.


(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. a. Sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse berbasis telepon seluler menggunakan teknologi DTMF. Sistem DTMF merupakan aplikasi teknologi DTMF dalam bidang pertanian untuk mengendalikan lingkungan mikro greenhouse jarak jauh yang merupakan tindak lanjut dari sistem monitoring dan peringatan dini berbasis SMS. Sistem simulasi merupakan suatu metode untuk menentukan kondisi yang tepat untuk melakukan peringatan dini kepada user sebelum kondisi kritis di dalam greenhouse tercapai.

b. Hasil ujicoba DTMF dengan berbagai operator kartu simcard menunjukkan bahwa DTMF dapat diujicobakan dengan baik. Kecepatan koneksi paling cepat adalah dengan sesama operator indosat yaitu 3.81 detik, sehinnga penelitian ini menggunakan operator indosat sebagai server telepon seluler pada DTMF.

c. Penurunan suhu menggunakan sprinkler yang dikendalikan jarak jauh

melalui DTMF menghasilkan rata-rata penurunan suhu 0.06356oC/

menit pada siang hari.

d. Kenaikan kelembaban udara menggunakan sprinkler yang dikendalikan jarak jauh melalui DTMF menghasilkan rata-rata kenaikan kelembaban udara 1.085043%/ menit pada siang hari.

2. a. Simulasi metode regresi linear digunakan untuk mengetahui kecepatan perubahan suhu dan kelembaban. Kecepatan yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan peringatan dini sebelum kondisi kritis tercapai karena keterlambatan waktu/ lagtime sistem.

b. Simulasi pada penelitian ini menghasilkan batas suhu yang optimal untuk melakukan peringatan dini adalah berkisar antara 29.89 – 29.94 o

C. Nilai tersebut diperoleh dengan memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06


(60)

37 menit dan selang kecepatan kenaikan suhu yang berkisar antara 0.0310

– 0.0531 oC/ menit dari analisis kecepatan suhu selama penelitian dengan batas kritis suhu tinggi 30 oC yang dilakukan pada siang hari. c. Simulasi pada penelitian ini menghasilkan selang kelembaban udara

yang optimal untuk melakukan peringatan dini berkisar antara 70.15 – 70.38 %. Nilai tersebut diperoleh dengan memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06 menit dan selang kecepatan kenaikan kelembaban udara yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867%/ menit dari analisis kecepatan kelembaban udara selama penelitian dengan batas kritis kelembaban udara rendah 70 % yang dilakukan pada siang hari.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan modifikasi modul DTMF agar dapat digunakan pada

semua telepon seluler tidak terbatas pada Siemens A50.

2. Perlu ditambahkan peralatan pengkondisi lingkungan yang lain sehingga sistem kendali jarak jauh menggunakan DTMF tidak hanya terbatas untuk menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara.

3. Model simulasi dengan menggunakan metode regresi linear pada

penelitian ini perlu diterapkan pada sistem monitoring dan peringatan dini berbasis SMS untuk menghindari adanya lagtime dalam penyampaian informasi kepada user sehingga kondisi greenhouse selalu pada kondisi yang normal untuk tanaman.

4. Penelitian lanjutan model simulasi menggunakan sistem fuzzy dapat

digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan peringatan dini kepada user selain menggunakan metode regresi linear.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Akhtarianto, Uce. 2005. Pengontrol Perangkat Rumah Tangga Menggunakan Sinyal DTMF Dengan Media Jala-jala Listrik Rumah. Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Antariska, Aben. 2005. Pengalamatan Panggilan Masuk Dengan Menggunakan Dekoder DTMF Pada Pesawat Telepon PSTN. Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Davianto, Bambang P. Pengendali Jarak Jauh Berbasis DTMF-FM. http:// pustaka.fisika.ui.ac.id/pustake/go.php?id=pustakafisikaui-gdl-s1-2005-bambangdav-13. 17 Februari 2005

Ed Smith. 2001. DTMF. www.whatis.com/ DTMF- a Whatis-com definition.htm. 25 July 2001

GNU Free Documentation Licence. 2006. Dual-tone multi-frequency. www.en.wikipedia.org/wiki/Dual-tone multi-frequency.htm. 6 January 2006

Mashoedah, MT. 2005. Sistem Kendali Beban Rumah Memanfaatkan Tone DTMF pada Ponsel. Teknologi Tepat Guna dalam TVRI : Yogyakarta Mastalerz, John W. 1977. The Greenhouse Environment. John Willey and Sons,

Inc. United States of America

Nelson, Paul V. 1981. Greenhouse Operation and Management. Reston Publishing Company, Inc. Virginia

Patappa, Adi Marjani. 2001. Sistem Hidroponik dan Pengendalian Lingkungan

Dalam Greenhouse di Parung Hydroponic Farm. Skripsi (PL). IPB,

Bogor

Purwadaria, Hadi K. 2004. Penyajian Ilmiah. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Romdhonah, Yayu. 2002. Analisis Sudut Datang Radiasi Matahari dan Pengembangan Model Pindah Panas Pada Greenhouse. Skripsi. IPB, Bogor

Usman, Husaini. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara

Wahyono, Teguh. 2003. Sistem Informasi, Konsep Dasar, Analisis Desain, dan Implementasi. Graha Ilmu : Yogyakarta


(62)

39 Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama

Wiyudha, Ricky. 2001. Rancang Bangun Sistem Monitoring Cuaca Berbasis Web Pada Budidaya Tanaman Dalam Rumah Kaca. Skripsi. IPB, Bogor


(63)

Lampiran 1. Tabel Hasil Simulasi Suhu

Tabel 6. Hasil Simulasi Suhu Dengan Batas Kritis Suhu 30 oC

No t1 t2 ∆t (menit) T1 T2

v

(oC/menit) r Pk (oC)

∆W

(menit) Lagtime (menit) PD

Saran PD

Keterangan

1 8:25 8:55 30 27.42 28.95 0.0531 0.8904 30 19.77 2.06 9:13:43

2 8:55 9:25 30 28.95 29.78 0.0380 0.7584 30 5.79 2.06 9:28:44

3 9:45 10:15 30 29.02 29.94 0.0310 0.7747 30 1.96 2.06 √

4 10:46 11:16 30 29.59 29.72 0.0040 0.3244 30 - 2.06 X X r < 0.6

Tabel 7. Hasil Simulasi Suhu Dengan Batas Kritis Suhu 33 oC

No t1 t2

∆t

(menit) T1 T2

v

(oC/menit) r Pk (oC)

∆W

(menit) Lagtime (menit) PD

Saran PD

Keterangan

1 11:46 12:16 30 29.84 30.35 0.0170 0.1974 33 - 2.06 X X r < 0.6

2 12:16 12:46 30 30.35 30.99 0.0210 0.2611 33 - 2.06 X X r < 0.6

3 13:16 13:46 30 29.61 31.50 0.0630 0.8389 33 23.81 2.06 14:07:45

4 13:46 14:16 30 31.50 32.78 0.0430 0.9405 33 5.16 2.06 14:19:06

Keterangan :

t1, t2 = waktu awal, waktu akhir ( jam : menit)

∆t = selang waktu simulasi ( menit)

T1, T2 = suhu udara awal, suhu udara akhir (oC)

v = kecepatan (oC / menit)

r = koefisien korelasi

Pk = batas kritis parameter (oC

∆W = (t1 – t2) / v (menit)

PD = peringatan dini terjadi (X = tidak, √ = Ya) Saran PD = waktu saran peringatan dini (jam : menit : detik)


(64)

41 Lampiran 2. Tabel Hasil Simulasi Kelembaban Udara

Tabel 8. Hasil Simulasi Kelembaban Dengan Batas Kritis Kelembaban Udara 70 %

No t1 t2

∆t

(menit) R1 R2 V r Pk (%)

∆W

(menit) Lagtime(menit) PD

Saran PD

Keterangan

1 8:25 8:55 30 77.63 72.45 0.1867 0.9094 70 13.12 2.06 9:06:04

2 9:25 9:55 30 75.21 72.10 0.0720 0.7924 70 29.17 2.06 10:22:07

3 9:55 10:25 30 72.10 70.62 0.0493 0.3016 70 - 2.06 X X r < 0.6

4 10:58 11:28 30 72.28 72.15 0.0043 0.2817 70 - 2.06 X X r < 0.6

5 11:30 12:00 30 76.50 73.03 0.1447 0.8576 70 20.94 2.06 12:18:53

Tabel 9. Hasil Simulasi Kelembaban Dengan Batas Kritis Kelembaban Udara 60 %

No t1 t2

∆t

(menit) R1 R2 V r Pk (%)

∆W

(menit) Lagtime(menit) PD

Saran PD

Keterangan

1 13:30 14:00 30 70.11 62.46 0.255 0.7967 60 9.65 2.06 14:07:35

2 14:00 14:30 30 65.46 60.15 0.177 0.8611 60 0.85 2.06 √

Keterangan :

t1, t2 = waktu awal, waktu akhir ( jam : menit)

∆t = selang waktu simulasi ( menit)

R1, R2 = kelembaban udara awal, kelembaban udara akhir (%)

v = kecepatan ( %/ menit)

r = koefisien korelasi

Pk = batas kritis parameter ( %)

∆W = (t1 – t2) / v (menit)

PD = peringatan dini terjadi (X = tidak, √ = Ya) Saran PD = waktu saran peringatan dini (jam : menit : detik)


(1)

Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Tanggal 26 April 2006

Jam

Kec. Angin (m/s)

Arah angin (o)

Suhu (oC)

RH (%)

Tek. Udara (mbar)

Radiasi (W/m2)

8:43 4.9 356.65 28.44 74.44 899 113.74

8:45 4.9 356.61 28.57 74.70 901 119.80

8:47 4.9 356.79 28.68 75.09 904 121.54

8:49 4.9 356.93 28.80 74.10 906 127.76

8:51 4.9 356.79 28.95 73.55 908 138.58

8:53 4.9 357.24 29.08 72.53 911 145.59

8:55 4.9 357.50 29.21 72.51 913 154.05

8:57 4.9 357.50 29.06 72.15 915 154.19

8:59 4.9 357.50 29.06 72.38 916 158.98

9:01 4.9 348.97 29.21 72.15 918 157.51

9:03 4.9 357.50 29.21 72.91 919 165.05

9:05 4.9 357.50 29.21 73.55 920 171.23

9:07 4.9 357.50 29.33 71.64 921 176.99

9:09 4.9 357.50 29.59 71.64 922 174.91

9:11 4.9 357.50 29.72 71.26 923 183.83

9:13 4.9 357.50 29.97 71.55 924 188.12

9:15 4.9 357.50 29.84 70.49 925 192.12

9:17 4.9 354.41 29.97 71.11 926 198.17

9:19 4.9 357.50 29.97 71.26 927 198.48


(2)

Lampiran 6. Data Hasil Pengamatan Tanggal 27 April 2006

Jam

Kec. Angin (m/s)

Arah angin (o)

Suhu

(oC) RH (%)

Tek. Udara (mbar)

Radiasi (W/m2)

8:25 4.9 355.38 27.42 77.63 888 73.60

8:27 4.9 354.51 27.55 77.76 889 76.30

8:29 4.9 354.93 27.68 77.08 891 82.83

8:31 4.9 355.87 27.68 75.34 894 85.07

8:33 4.9 356.05 27.52 75.08 986 84.27

8:35 4.9 354.51 27.91 75.72 898 85.86

8:37 4.9 355.45 28.17 76.50 900 89.37

8:39 4.9 355.95 28.31 74.81 903 92.87

8:41 4.9 354.61 28.44 74.04 904 94.30

8:43 4.9 354.96 28.52 74.19 906 94.45

8:45 4.9 354.58 27.7 71.75 908 99.25

8:47 4.9 354.93 28.82 73.17 910 102.11

8:49 4.9 355.03 28.95 72.38 911 104.66

8:51 4.9 355.53 28.95 73.62 913 105.93

8:53 4.9 354.13 28.68 72.33 914 109.76

8:55 4.9 353.99 28.95 72.45 915 113.56

8:57 4.9 355.14 28.08 70.98 917 113.57

8:59 4.9 353.18 29.06 71.88 918 115.50

9:01 4.9 354.09 29.21 71.00 919 118.06

9:03 4.9 354.51 29.44 72.15 920 117.09

9:05 4.9 353.67 29.59 70.11 921 117.87

9:07 4.9 355.56 29.72 72.47 922 126.02

9:09 4.9 354.16 29.59 72.58 923 131.59

9:11 4.9 353.60 29.72 71.20 924 229.67

9:13 4.9 353.70 29.84 71.30 925 129.51

9:15 4.9 354.20 29.8 70.60 926 137.46

9:17 4.7 28.61 29.89 71.30 927 141.29

9:19 4.4 262.24 29.85 71.60 927 137.94

9:21 0.0 171.72 29.56 71.13 928 97.17

9:23 0.0 166.45 29.87 76.62 929 102.90

9:25 0.0 223.52 29.78 75.21 929 109.44

9:27 0.9 183.22 29.72 75.30 930 113.43

9:29 0.0 222.51 29.59 75.50 931 124.57

9:31 0.0 185.12 29.21 74.70 931 125.68

9:33 0.0 183.60 29.68 74.55 932 129.82

9:35 0.0 171.52 29.08 74.38 933 136.19

9:37 0.0 170.69 29.33 74.93 933 136.05

9:39 0.0 234.31 29.46 75.08 934 138.12

9:41 1.4 107.78 29.46 74.19 934 149.43

9:43 1.6 119.79 29.72 74.57 935 158.35

9:45 1.4 181.26 29.02 74.55 935 160.07

9:47 1.0 357.50 29.59 74.02 936 167.90

9:49 0.0 156.73 29.46 74.75 936 162.96

9:51 1.7 154.42 29.08 73.17 936 153.07

9:53 0.0 161.79 29.08 73.66 936 162.79

9:55 0.8 159.05 29.21 72.10 937 166.32


(3)

Lampiran 6. Data Hasil Pengamatan Tanggal 27 April 2006 (lanjutan)

Jam

Kec. Angin

(m/s) Arah angin (o)

Suhu

(oC) RH (%)

Tek. Udara (mbar)

Radiasi (W/m2)

9:59 0.9 357.50 29.59 72.66 937 74.23

10:01 0.0 217.97 29.33 73.68 937 112.94

10:03 0.0 357.50 29.33 73.04 938 175.23

10:05 1.9 357.50 29.59 71.54 938 163.43

10:07 0.0 169.60 29.72 71.20 938 160.27

10:09 1.5 167.93 29.72 72.15 938 152.78

10:11 0.0 172.06 29.84 73.81 939 149.91

10:13 1.5 137.68 29.84 71.51 939 154.83

10:15 0.0 357.50 29.94 68.07 939 151.33

10:17 1.5 180.67 30.10 69.98 939 138.87

10:19 1.2 128.15 30.10 68.20 940 143.85

10:21 1.1 357.50 29.97 75.85 940 132.06

10:27 1.4 161.54 29.97 70.62 940 127.60

10:28 0.0 155.58 29.27 66.80 940 134.93

10:30 1.6 320.91 29.27 69.47 940 133.97

10:32 0.0 327.81 30.1 70.62 940 153.24

10:34 1.5 104.37 30.23 73.55 940 154.69

10:36 1.0 155.85 30.1 74.19 941 144.48

10:38 1.4 158.18 29.33 74.83 941 146.71

10:40 0.7 117.00 29.15 75.46 941 145.44

10:42 0.6 172.72 29.08 73.93 942 152.13

10:44 1.2 357.50 29.33 76.87 942 164.40

10:46 0.0 154.43 29.59 75.59 942 158.78

10:48 0.0 154.00 29.72 71.64 942 154.83

10:50 0.9 114.50 29.97 71.26 942 30.43

10:52 0.9 144.37 29.84 76.74 942 38.23

10:54 1.0 152.05 29.72 73.81 943 165.03

10:56 0.8 158.41 29.72 72.40 943 174.75

10:58 0.0 181.51 29.72 72.28 943 155.95

11:00 1.5 137.11 29.72 74.44 943 0.00

11:02 0.0 112.49 29.84 73.68 943 0.00

11:04 0.0 139.39 30.1 73.55 943 223.17

11:06 0.0 161.45 30.23 73.21 943 221.74

11:08 1.1 151.69 30.23 72.53 944 228.27

11:10 0.0 146.46 30.23 74.70 944 232.89

11:12 1.1 144.10 29.72 75.59 944 169.97

11:14 1.0 357.50 29.72 78.65 944 162.48

11:16 1.7 357.50 29.72 71.64 944 190.20

11:18 0.7 187.52 29.59 73.81 944 244.69

11:20 0.0 136.06 29.84 71.89 944 49.86

11:22 1.4 121.84 29.72 73.30 945 39.35

11:24 1.9 357.50 29.59 72.15 944 47.15

11:26 1.1 114.27 29.59 71.00 944 227.80

11:28 2.0 100.91 29.72 72.15 944 207.41

11:30 0.1 112.11 30.1 76.50 944 222.86


(4)

Lampiran 6. Data Hasil Pengamatan Tanggal 27 April 2006 (lanjutan)

Jam

Kec. Angin

(m/s) Arah angin (o)

Suhu

(oC) RH (%)

Tek. Udara (mbar)

Radiasi (W/m2)

11:34 0.0 128.61 30.35 78.52 944 219.19

11:36 2.3 357.50 30.23 76.42 944 96.06

11:38 0.0 357.50 30.10 76.68 945 0.00

11:40 3.2 132.33 29.97 77.39 945 217.60

11:42 0.3 163.82 29.97 76.92 945 230.82

11:44 1.2 357.50 29.84 76.40 945 168.06

11:46 0.0 357.50 29.84 75.95 945 248.82

11:48 1.0 357.50 30.10 74.91 945 251.05

11:50 1.4 357.50 30.23 74.02 945 242.45

11:52 1.4 357.50 30.35 73.15 945 243.88

11:54 1.0 181.02 30.48 74.28 945 237.19

11:56 1.2 357.50 30.61 74.38 946 250.08

11:58 0.0 357.50 30.61 74.12 946 251.37

12:00 1.2 102.32 30.86 73.07 946 241.34

12:02 3.0 114.81 30.74 73.47 946 256.79

12:04 1.7 58.42 30.86 72.92 946 262.36

12:06 2.0 104.35 30.61 72.91 946 195.94

12:08 1.9 115.58 30.35 72.66 946 238.47

12:10 2.0 98.58 30.23 72.75 946 246.12

12:12 1.0 105.97 30.23 71.30 946 253.28

12:14 0.0 136.83 30.23 74.06 946 255.53

12:16 1.0 357.50 30.35 72.91 946 238.47

12:18 0.9 136.76 30.35 75.08 946 238.63

12:20 2.3 357.50 30.48 73.68 947 251.37

12:22 1.2 357.50 30.61 71.89 947 263.16

12:24 1.2 191.98 30.61 69.85 947 253.76

12:26 2.6 95.84 30.74 69.09 947 256.47

12:28 0.0 142.17 30.74 72.79 947 247.55

12:30 1.7 92.64 30.23 74.95 948 217.12

12:32 0.1 106.88 30.35 68.83 948 188.14

12:34 1.8 120.46 30.48 69.34 947 199.60

12:36 1.9 60.99 30.61 67.18 948 88.89

12:38 0.1 122.99 30.35 76.87 947 174.59

12:40 0.0 138.10 30.35 79.54 947 3.50

12:42 0.8 83.50 30.35 71.38 947 92.23

12:44 0.0 5.32 30.74 68.45 947 198.49

12:46 0.7 78.66 30.99 68.71 947 193.71

12:48 0.9 357.50 30.99 68.58 948 190.84

12:50 0.0 157.98 30.61 72.40 948 104.34

12:52 1.4 326.25 30.48 77.25 948 6.05

12:54 0.6 48.56 30.23 73.93 948 20.71

12:56 0.0 49.66 30.23 71.89 948 89.53

12:58 2.1 68.66 30.35 70.36 948 176.82

13:00 0.0 83.83 30.48 72.15 948 68.98

13:02 2.3 94.25 30.61 66.03 948 124.09


(5)

Jam

Kec. Angin (m/s)

Arah angin (o)

Suhu

(oC) RH (%)

Tek. Udara (mbar)

Radiasi (W/m2)

13:06 1.5 94.56 30.35 74.06 947 51.13

13:08 0.7 96.95 30.35 69.73 947 0.00

13:10 0.9 316.33 30.35 70.49 947 0.00

13:12 1.3 301.19 30.48 73.30 947 0.00

13:14 0.0 288.75 30.48 76.99 947 0.00

13:16 1.5 288.69 29.61 70.36 947 0.00

13:18 1.6 315.37 30.61 70.75 947 0.00

13:20 0.3 296.39 30.61 76.48 947 0.00

13:22 0.9 301.23 30.86 73.68 946 0.00

13:24 0.4 304.17 31.12 73.93 946 0.00

13:26 0.0 286.28 31.12 75.21 946 0.00

13:28 0.7 337.43 31.37 72.66 947 0.00

13:30 0.9 284.80 31.50 70.11 947 0.00

13:32 1.3 324.78 31.63 69.22 947 0.00

13:34 0.0 330.95 31.76 67.43 947 0.00

13:36 1.0 337.37 31.76 65.65 947 0.00

13:38 1.4 292.24 32.01 63.48 947 0.00

13:40 0.0 98.27 32.01 66.67 947 0.00

13:42 0.5 98.98 31.63 65.01 948 0.00

13:44 1.4 103.51 31.50 65.01 948 245.97

13:46 2.3 81.72 31.50 65.14 948 256.32

13:48 2.8 60.84 31.25 65.90 948 253.92

13:50 1.6 22.48 31.63 65.39 948 258.55

13:52 1.1 281.11 31.88 64.25 948 118.05

13:54 2.0 305.51 32.01 61.95 948 176.68

13:56 1.5 13.45 32.27 64.37 947 129.99

13:58 0.0 315.68 32.27 63.86 947 112.00

14:00 0.9 294.26 32.39 65.46 947 243.91

14:02 0.0 353.22 32.39 62.72 947 250.44

14:04 1.0 111.11 32.39 63.99 947 257.45

14:06 0.0 314.92 32.39 60.42 947 243.11

14:08 0.0 291.38 32.52 58.00 948 148.64

14:10 0.0 310.93 32.65 60.42 948 177.31

14:12 0.0 320.88 32.65 65.01 948 238.65

14:14 0.0 304.03 32.78 63.74 948 247.89

14:16 0.0 1.09 32.78 63.61 948 239.76

14:18 0.0 279.78 32.65 62.33 948 245.51

14:20 0.0 305.25 32.78 66.67 949 256.34

14:22 1.3 89.60 32.52 64.76 949 251.87

14:24 2.5 330.91 32.52 64.50 949 236.40

14:26 1.4 314.50 32.65 59.27 949 247.41

14:28 1.2 351.22 32.65 60.68 948 140.04

14:30 2.2 294.57 32.65 60.15 948 88.26

14:32 1.4 323.58 32.52 63.74 948 185.11

14:34 0.0 287.73 32.52 65.14 948 221.42

14:36 2.1 292.42 32.52 64.25 947 189.26

14:38 0.0 297.83 32.52 64.63 947 228.44

14:40 0.0 281.15 32.52 61.95 947 196.59

14:42 0.0 357.50 32.52 62.97 948 183.69

14:44 1.0 337.99 32.65 62.72 948 212.52

14:46 1.7 305.41 32.78 64.88 948 182.89

14:48 1.3 291.96 32.65 60.42 948 89.85


(6)