Denah SMP N 7 Surakarta
Gb. 5: Denah SMP N 7 Surakarta
Keterangan:
1. Gerbang I 22. Ruang Kelas VII E 2. Gerbang II
23. Ruang Kelas VII F 3. Ruang Multimedia
24. Ruang Kelas VIII A 4. Ruang Kurikulum
25. Ruang Kelas VIII B 5. Ruang Bimbingan Konseling
26. Kamar Mandi (WC) 6. Ruang Tata Usaha
27. Ruang Kelas VIII C 7. Ruang Penerimaan Tamu
28. Ruang Kelas VIII D 8. Ruang Wakil Kepala Sekolah
29. Ruang Kelas VIII E 9. Ruang Kepala Sekolah
30. Ruang Kelas VIII F 10. Ruang Guru
31. Ruang Perpustakaan 11. Ruang Aula
32. Mushola
12. Ruang Karawitan
33. Ruang OSIS
13. Ruang Keterampilan 34. Kamar Mandi (WC) 14. Ruang Koperasi Siswa
35. Ruang Kelas IX A 15. Ruang Laboratorium IPA
36. Ruang Kelas IX B 16. Ruang Komputer
37. Ruang Kelas IX C 17. Ruang Agama
38. Ruang Kelas IX D 18. Ruang Kelas VII A
39. Ruang Kelas IX E 19. Ruang Kelas VII B
40. Ruang Kelas IX F 20. Ruang Kelas VII C
41. Ruang Laboratorium Biologi 21. Ruang Kelas VII D
42. Lapangan Upacara
Setiap sekolah sudah pasti memiliki visi dan misi tertentu yang bertujuan sebagai patokan seluruh elemen pembelajaran dalam bertindak, sehingga dapat terus mingkatkan mutu sekolah dari waktu ke waktu. Adapun visi dari SMP N 7 Surakarta, adalah “ Unggul dalam prestasi berdasar Iman dan Taqwa”. Sedangkan misi dari SMP N 7 Surakarta, adalah “Mewujudkan system pendidikan yang merata dan adil. Mewujudkan system pendidikan yang bermutu serta menghasilkan lulusan cerdas,
terampil, budaya beriman dan bertaqwa. Dan mewujudkan system pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan efektif.” Visi dan missi ini, terimplementasi dalam keseharian seluruh elemen pembelajaran yang berada di SMP N 7 Surakarta, baik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun dalam kegiatan sekolah secara umum.
2. Komposisi Guru dan Siswa SMP N 7 Surakarta
Sebagai salah satu elemen pembelajaran yang krusial, keberadaan guru dalam sebuah instansi pendidikan merupakan hal yang mutlak. Tanpa keberadaan seorang guru, maka kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu setiap instansi pendidikan pasti membutuhkan sosok seorang guru. Karena sekolah merupakan salah satu instansi yang bergerak dibidang pendidikan, maka keberadaan guru dalam sekolah merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Di sebuah sekolah, guru memiliki kedudukan di bawah otoritas Kepala Sekolah. Oleh karena itu guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah. Selain hal tersebut, guru memiliki tugas melaksanakan Proses Belajar Mengajar secara efektif dan efisien. Secara lebih terperinci tugas tersebut antara lain:
a. Membuat program rencana pengajaran b. Membuat satuan pengajaran c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar d. Melaksanakan kegiatan penilaian e. Mengisi daftar nilai siswa
f. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar g. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan h. Melaksanakan kegiatan pembimbingan
i. Membuat alat pelajaran j. Menciptakan karya seni k. Mengikuti perkembangan kurikulum l. Melaksanakan kegiatan tertentu di sekolah m. Mengadakan pengembangan
n. Membuat LKS o. Membuat catatan perkembangan siswa p. Meneliti daftar hadir siswa q. Mengatur kebersihan kelas r. Menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat
Selain beberapa tugas tersebut, ada beberapa tugas tambahan lain yang harus dijalankan oleh guru yang terpilih sebagai wali kelas. Wali kelas adalah guru yang diberi tanggung jawab untuk mengampu sebuah kelas, sehingga membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan Kelas b. Penyelenggaraan Administrasi Kelas yang meliputi::
1) Denah tempat duduk siswa 2) Papan absensi siswa 3) Daftar pelajaran kelas 4) Daftar piket kelas 5) Buku absensi siswa 6) Buku kegiatan belajar mengajar 7) Tata tertib siswa
c. Pembuatan statistik siswa d. Daftar nilai siswa e. Catatan tentang siswa
f. Pengisian buku laporan pendidikan Adapun jumlah guru SMP N 7 Surakarta tahun pelajaran 2009 / 2010 adalah sebanyak 58 orang, yang terdiri dari 52 orang guru tetap dan 6 orang guru honorer. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel.2:
Tabel 2 : Daftar guru SMP N 7 Surakarta Th. 2009 / 2010
No Kode
Nama dan NIP
Mata Pelajaran dan Kelas
1 1 Drs. Karyana, M.M
BK
19641022 198803 1 006 2 2 Dra. Sri Rahayu
BK, Kelas VIII (A,B,C,D) 19610511 198703 2 005 3 3 Drs. Kaswan Darmasto
BK, Kelas IX (A,B,C,D,E,F) 19600529 198803 1 002 4 4 Drs. Sulistyo
IPA Fisika, VII (A,B,C,D,E,F) 19590813 197903 1 003 5 5 Dra. Ratna Istikawati
IPS Geografi, Kelas VII (A,B,C,D,E,F) 19620130 198903 2 002 6 6 Waluyo
Matematika, Kelas VIII (A,B) 19500408 197703 2 002 7 7 Endang Darmastuti, B.A
IPS Sejarah, Kelas VII (A,B,C,D,E,F) 19520520 197903 2 004 8 8 Sis Dumadi, B.A
Matematika, Kelas IX (A,B,C) 19531124 197711 1 001 9 9 Gomar Sumardjo
IPA Biologi, Kelas VII (A,B,C,D,E,F) 19540714 197803 1 007 10 10 L.B Woro Sujiatmi, A.Md
Bhs. Indonesia, Kelas VII (A,B) 19550991 197902 2 001 11 11 Deasy Puparita
IPA Biologi, Kelas IX (A,B,C,D,E,F) 19600203 198102 2 002 12 12 Sri Mulyaningsih, R.H
Matematika, Kelas IX (D,E,F) 19610101 198303 2 002 13 13 Surono, S.Pd
BK, Kelas VII (A,B,C,D,) 19580419 197903 1 005 14 14 J.M. Wiwiek Dianawati
Bhs. Jawa, Kelas VII (A,B,C,D,E,F); IX 19570527 198502 2 002
(D,E,F)
15 15 Prasmani, S.Pd PPKN, Kelas IX (A,B,C,D,E,F) 19600706 198112 1 004 16 16 Christiana Dyah S, S.Pd
IPA Fisika, Kelas IX (A,B,C,D,E,F) 19510110 198301 2 001 17 17 E. Harimurni M.A.P, S.Pd
Matematika, VIII (E,F) 19631221 198403 2 002 18 18 R.A, Retno Lesnaming, S.Pd
Kesenian Daerah, Kelas VIII (D,E,F); IX 19611029 198302 2 005
(A,B,C,D,E,F)
19 19 Dimyati, A.Md PPKN, Kelas VIII (C,D,E,F) 19550913 198303 1 009 20 20 Sutrisni, S.Pd
IPS Ekonomi, VIII (A,B,C,D,E,F)
19690523 198803 2 010 21 21 Drs. Joko Riyanto
BK, Kelas VII (E,F)
19631029 199512 1 001 22 22 Sri Wahyuni, S.Pd
Bhs. Indonesia, Kelas VII (E,F) 19611007 198302 2 003 23 23 Tarmi, S.Pd
Bhs. Indonesia, Kelas VII (C,D) 19621006 198303 2 008 24 24 Giyanto, S.Pd
Bhs. Jawa, Kelas VIII (A,B,C,D,E,F); IX 19610915 198601 1 003
(A,B,C)
25 25 Dwi Atmodjo Chris Gunawan IPA Biologi, Kelas VIII (A,B,C,D,E,F) 19610125 198112 1 002 26 26 Sri Lestari
Pendidikan Agama, Kelas VII (A,B,C,D,E,F); 19640718 198112 1 002
VIII (A,B,C,F); IX (A,B,C,F) 27 27 Heni Kusmardini, S.Pd
Bhs. Indonesia, Kelas IX (D,E,F) 1966064 199003 2 007 28 28 Sri Yuswati, S.Pd
Matematika, Kelas VII (D,E) 19680426 199203 2 005 29 29 Vera Lucia Soepadi
Bhs. Indonesia, Kelas IX (A,B,C) 19600520 198301 2 004 30 30 Sri Prihandajatih
PPKN, Kelas VII (C,D,E,F) 19550822 198503 2 003 31 31 Giyamtini
Seni Budaya, Kelas IX (A,B,C,D,E,F) 19560920 198601 2 001 32 32 Achir Arjani, S.Pd
IPS Geografi, Kelas VIII (A,B,C,D,E,F) 19680920 199802 2 001 33 33 Drs. Sri Widodo
Matematika, Kelas VIII (C,D) 19660329 199802 1 002 34 34 Lestari Mahanani, S.Pd
Bhs. Inggris, Kelas VII (A,B); VIII (D,E,F) 19690324 199802 2 003 35 35 Mulyadi
Pendidikan Jasmani, Kelas VIII 19590706 198601 1 003
(A,B,C,D,E,F)
36 36 Nur Rokhmawati, S.Ag Pendidikan Agama Islam, Kelas VII F, IX 19690413 199903 2 004
(A,B,C,D,E)
37 37 Sri Wulandari, S.Pd IPS Sejarah, Kelas IX (A,B,C,D,E,F) 19701015 199903 2 005 38 38 Drs. Gunawati
Pendidikan Jasmani, Kelas IX (A,B,C,D,E,F) 19680310 200312 1 003 39 39 Dian Ekawati, S.Pd
Bhs. Inggris, Kelas VIII A, IX (A,B,C) 19750125 200501 2 017 40 40 Reni Sunarso, S.Pd
Bhs. Indonesia, Kelas VIII (A,B,C) 19701231 200501 2 036 41 41 Agung Wijayanto, S.Psi
BK, Kelas VII (E,F), VIII (E,F)
19790808 200604 1 008 42 42 F. Dina Swantari, S.Pd
IPS Geografi, Kelas VII (A,B,C,D,E,F) 19690619 200711 2 017 43 43 L.S. Rina Harmastuti
Pendidikan Agama Katolik, Kelas VII 19681207 200701 2 017
(A,D,F), VIII (A,D,F), IX (A,D,F) 44 44 Kasih Hanggeni, S.Pd
Kesenian Daerah, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), 19711120 200701 1 007
VIII (A,B,C)
45 45 Maryadi, A.M.D Bhs. Inggris, Kelas VIII (E,F), IX (D,E,F) 19640808 200701 1 002 46 46 Mahmudiyah, S.Pd
Bhs. Inggris, Kelas VII (C,D,E,F) 19741115 200801 2 014 47 47 Eko Supriyadi, S.Pd
IPA Fisika, VIII (A,B,C,D,E,F) 19750422 200801 1 005 48 48 Aisyah, S.Pd
PPKN, Kelas VII (A,B), VIII (A,B) 19670425 200801 2 008 49 49 Septriana Handajani, S.Pd
Matematika, Kelas VII (A,B,C) 19690923 200801 1 007 50 50 Adi Putranto, S.Pd
Pendidikan Jasmani, Kelas VII (A,B,C,D,E,F) 19700504 200801 1 007 51 51 Mustajab, S.Pd
Bhs. Indonesia, Kelas VIII (D,E,F) 19760208 200801 1 005 52 52 Qoribah Rahmawati, S.Pdi
Pendidikan Agama Islam, Kelas VIII 19790120 200902 2 003
(A,B,C,D,E), IX F
53 53 Tri Wahyuni TIK, Kelas VIII (D,E,F), IX (A,B,C,D,E,F) 54 54 Moh. Muhtarom, S.E, S.Kom
TIK, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), VIII (A,B,C) 55 55 Gideon Yusep P.
Seni Budaya, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), VIII (A,B,C,D,E,F)
56 56 Lis Hastutik Matematika, Kelas VII D 57 57 Nivorita Dwi Dayanti, S.Sn
Seni Budaya, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), VIII (A,B,C,D,E,F)
58 58 Paderi Siammudin, S.Pdi Seni Budaya, Kelas VII (A,B,C,D,E) dan VIII F
Dari banyak guru tetap yang mengajar di SMP N 7 Surakarta tersebut, ada beberapa orang yang diberi tanggung jawab untuk menjadi seorang wali kelas. Adapun susunan Wali Kelas SMP Negeri 7 Surakarta adalah sebagai berikut, lihat tabel.3:
Tabel 3 : Susunan wali kelas SMP N 7 Surakarta Th. 2009/2010
NO WALI KELAS VII – IX NAMA
I Wali Kelas VII :
1. VII A
L.S. Rina Harmastuti, S.Ag
2. VII B
Septriana Handayani, S.Pd
3. VII C
Sri Lestari
4. VII D
Adi Putranto, S.Pd Mahmudiyah, S.Pd
5. VII E
Sri Yuswati, S.Pd
6. VII F
II Wali Kelas VIII :
1. VIII A
Reni Sunarso, S.Pd
2. VIII B
Aisyah, S.Pd
3. VIII C
Sutrisni, S.Pd
4. VIII D
D.A.C. Gunawan
5. VIII E
Qoribah, S.Ag
Endang Harimurni, M.A.P, S.Pd III Wali Kelas IX :
6. VIII F
1. IX A
Deasy Puparita
2. IX B
Sri Wulandari, S.Pd
3. IX C
Drs. Gunawan
4. IX D
J.M Wiwiek D, S.Pd
5. IX E
Sri Mulyaningsih, S.Pd
6. IX F
Ch. Dyah Soeprobo, S.Pd
Dari data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 (empat) guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP N 7 Surakarta, yakni: a. Bapak Prasmani, S.Pd b. Ibu Dimyati, S,Pd c. Ibu Sri Prihandajatih d. Ibu Aisyah, S.Pd
Dan dari keempat guru tersebut, ada salah satu guru yang ditunjuk menjadi seorang wali kelas. Beliau adalah ibu Aisyah, S.Pd yang mengampu kelas VIII B di SMP N 7 Surakarta.
Selain guru, tentunya elemen yang tidak kalah penting dalam sebuah instansi pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah, adalah keberadaan siswa atau murid. Karena tanpa adanya siswa maka guru tidak dapat melaksanakan tugas mereka yaitu mengajar dan mendidik siswa sebagai anak didiknya.
Jumlah peserta didik di SMP N 7 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 adalah sebanyak 658 orang siswa, yang mana 538 orang siswa diantaranya memeluk agama Islam (78%), 127 orang siswa diantaranya memeluk agama Kristen (19%), 20 orang siswa diantaranya memeluk agama Katolik (2,9%), dan terdapat 1 orang siswa yang memeluk agama Hindu (0,1%). Dan bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka terdapat 305 orang siswa yang berjenis kelamin laki-laki di SMP N 7 Surakarta (45%), dan 381 orang siswa yang berjenis kelamin perempuan di SMP N 7 Surakarta (56%). Selengkapnya tersaji seperti tabel dibawah ini: Tabel 4 : Rekapitulasi data siswa SMP N 7 Surakarta Th. 2009/2010
No Kelas
Agama
Islam Kristen Katolik Hindu Laki-laki Perempuan Jumlah 1 VII A
7 VIII A
8 VIII B
9 VIII C
10 VIII D
11 VIII E
12 VIII F
13 IX A
14 IX B
15 IX C
16 IX D
17 IX E
18 IX F
JUMLAH
Dari data tersebut, terlihat bahwa jumlah total siswa yang ada adalah sebanyak 686 murid. Jumlah tersebut cukup besar sehingga menuntut kinerja guru yang optimal agar dapat mengajar dan membimbing murid secara efektif dan efisien. Terlebih keberagaman yang ada ditinjau dari segi agama, menuntut guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas, agar mampu mencapai keberhasilan proses belajar mengajar.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Penerapan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di SMP N 7
Surakarta
Pada suatu sistem pendidikan dibutuhkan kinerja yang baik dari setiap komponen yang terlibat didalamnya. Termasuk salah satu komponen pendidikan yang penting adalah seorang guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar peserta didik. Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik serta sistem pengelolaannya harus dirumuskan dan dilaksanakan demi kepentingan peserta didik, bukan demi kepentingan guru, sekolah atau lembaga yang lain. Pendidikan yang hanya memusatkan pada kepentingan kebutuhan kerja secara sempit, harus dikembalikan pada kepentingan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Karena itulah dibutuhkan adanya jiwa dedikasi yang tinggi pada diri seorang guru sebagai pendidik.
Pada masa yang lampau kelas yang dipandang baik adalah kelas yang tenang, murid-murid selalu patuh pada guru, duduk tenang, diam, memperhatikan guru, mencatat dan menghafalkan meteri pelajaran dengan baik. Namun kini gambaran kelas yang baik telah berubah, dimana ketertiban kelas bukan merupakan tujuan, melainkan merupakan kondisi untuk mencapai tujuan. Kelas yang baik adalah kelas yang didalamnya murid-murid dapat melakukan kegiatan atau aktivitas belajar yang meliputi aktivitas mental, fisik dan emosional secara optimal dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Aktivitas tersebut seperti berfikir, mengingat, berfantasi, berdiskusi, kerja kelompok, mengadakan percobaan atau eksperimen, menahan atau
mengendalikan diri dalam pergaulan dengan teman, saling menghormati sesama murid dalam kelas dan lain sebagainya.
Perubahan tersebut membawa pula perubahan pada letak tanggung jawab belajar. Apabila dahulu adanya tanggungjawab belajar terpusat hanya pada guru, kini murid yang harus belajar sendiri. Tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator belajar murid. Maka keberhasilan belajar murid ditentukan bersama oleh murid itu sendiri dan guru.
Menyikapi hal tersebut, kini guru harus lebih kreatif dalam kegiatan belajar mengajar sebagai fasilitator dan motivator yang baik, yakni dengan pengelolaan kelas yang tepat sehingga dapat menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa didik, agar keberhasilan proses pembelajaran dapat tercapai.
Yang dimaksud dengan pengelolaan kelas atau managemen kelas adalah penyelenggaraan kelas, pengaturan kelas atau pengurusan kelas, yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam menyelenggarakan kelas. Dalam pengelolaan kelas dikenal beberapa pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru agar murid- murid dapat mencapai tujuan belajar dengan efektif dan efisien. Setiap guru harus benar-benar memahami pola-pola pendekatan yang digunakan-nya dalam Proses Pembelajaran sebagai alternatif terbaik yang mereka pilih. Beberapa pendekatan tersebut adalah pendekatan perubahan tingkah laku (behavioral modification), pendekatan sosio emosional climate, dan pendekatan group process. Ketiga pendekatan yang tersebut adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda-beda terhadap objek yang sama. Oleh karena itu seyogyanya seorang guru menggunakan pendekatan ecletic (Eclectic Approach). Untuk maksud itu seorang guru diharuskan menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku, penciptaan iklim sosio-emosional dan proses kelompok; serta dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.
Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik
dan/atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang kurang baik; pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan pengelolaan adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik serta antar peserta didik; sedangkan pendekatan proses kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
Dari beberapa pernyataan tersebut, maka dapat dijelaskan secara singkat bahwa terdapat tiga pendekatan yang relevan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini. Dan ketiga pendekatan tersebut, tercover dalam pendekatan eclectic . Sehingga dengan diterapkannya pendekatan eclectic dalam proses pembelajaran, dapat membantu guru dalam mencapai tujuan belajar yang efektif dan efisien.
Pendekatan eclectic adalah pendekatan yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena tujuan utama dari penyampaian materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan karakter siswa didik yang baik. Bukan hanya baik dalam teori namun juga dalam praktik tingkah laku sehari-hari.
Dari wawancara yang telah penulis lakukan terhadap guru PPKn di SMP N 7 Surakarta, penulis mendapati bahwa mereka mengakui telah menerapkan pendekatan pengelolaan kelas yang sesuai dengan karakteristik pendekatan eclectic. Semisal, mereka mengakui bahwa dalam menyampaikan materi pelajaran PPKn, pengenalan karakteristik peserta didik sangat diperlulan agar guru lebih mampu memilah dan memilih metode yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan dalam mengatasi pesermasalahan yang terjadi dalam kelas, guru senantiasa menerapkan hukuman atau punishment yang disesuaikan dengan kondisi psikologis anak didik agar tidak membawa dampak negatif, seperti ada anak yang merasa dipermalukan didepan teman-temannya sehingga menimbulkan rasa dendam dikemudian hari. Guru juga mengakui sering memberikan award maupun pujian terhadap anak yang berprestasi maupun telah melakukan hal yang baik dan membanggakan, agar dapat dijadikan teladan oleh siswa yang lain. Dan mayoritas guru yang mengajar di SMP N
7 Surakarta memang mengakui bahwa mereka memiliki kedekatan yang positif dengan siswa didiknya, sehingga sering membuka forum baik didalam maupun di luar kelas sebagai kegiatan sharing dan problem solving terhadap masalah yang dihadapi siswa. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam hasil wawancara pada guru (lampiran:9, halaman:159)
Dari kegiatan observasi yang telah penulis lakukan di SMP N 7 Surakarta, penulis melihat bahwa dalam PBM PPKn di SMP N 7 Surakarta, pengajar menggunakan Pendekatan Eclectic dalam proses belajar mengajar. Dan dengan diterapkannya pendekatan tersebut, telah memudahkan mereka dalam mengelola kelas dan mengarahkan peserta didik agar lebih disiplin dan teratur. Dan secara spesifik, keberhasilan belajar penulis kaji dari sudut pandang “Disiplin Kelas”. Karena masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting dalam pengelolaan kelas oleh seorang guru. Bahkan hal ini merupakan suatu kriteria penting dalam menilai kualitas keberhasilan mengajar seorang guru.
Di SMP N 7 Surakarta, guru yang mengajar mata pelajaran PPKn telah menerapkan pendekatan eclectic dengan cukup baik dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini diterapkan oleh mereka dengan jalan senantiasa memberikan motivasi dalam setiap penyampaian materi pelajaran sebagai bentuk implementasi pendekatan pengubahan tingkah laku, karena memberikan motivasi pada peserta didik sama halnya dengan memberikan penguatan yang positif agar tingkah laku siswa yang baik akan terus terbina dan semakin ditingkatkan dari waktu ke waktu. Selain hal tersebut, sebagai bentuk penerapan pendekatan pengubahan tingkah laku, guru di SMP N 7 Surakarta yang mengajar mata pelajaran PPKn juga senantiasa memberikan tindakan- tindakan pencegahan terhadap disiplin kelas dengan memberikan sanksi kepada peserta didik yang melanggar peraturan agar menjadi contoh bagi peserta didik yang lain, namun pelaksanaan pemberian sanksi tersebut memperhatikan kondisi psikis peserta didik agar tidak memberi kesan mencemarkan nama baik mereka dihadapan teman sekelasnya.
Pendekatan iklim sosio emosional sebagai bagian dari pendekatan eclectic, juga telah dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru PPKn di SMP N 7 Surakarta dengan jalan membuka sharing terhadap permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, dan tidak dibatasi ketika proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga diluar jam mata pelajaran PPKn, peserta didik yang mengalami segala macam permasalahan dapat menceritakan kesulitan yang mereka hadapi kepada guru mereka baik di ruang guru maupun dirumah masing-masing melalui telephone cellular. Guru senantiasa bersikap ramah dan membiasakan budaya tutur yang santun, sehingga membuat siswa merasa nyaman dan mudah menyayangi guru bahkan benar-benar menganggap guru di sekolah sebagai pengganti orang tua mereka dirumah. Dengan keadaan yang demikian, guru lebih mudah memberikan teladan untuk dicontoh siswa didiknya dan lebih mudah dalam memberikan nasehat maupun arahan yang mampu mendorong siswa untuk bertingkah laku dengan baik, sehingga disiplin diri yang mempribadi dalam diri peserta didik dapat terwujud.
Sedangkan pelaksanaan pendekatan proses kelompok sebagai bagian terakhir dari pendekatan eclectic, telah dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru PPKn di SMP N 7 Surakarta, dengan jalan membimbing peserta didik ketika menjalankan forum diskusi dalam proses belajar mengajar. Saat diskusi kelas sedang berlangsung, guru mendekati setiap kelompok kerja siswa dan mengamati dengan cermat kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan, guru segera menghampiri dan memberikan arahan. Dan setiap terdapat kegiatan yang dirasa kurang efektif ketikan forum diskusi sedang berlangsung, guru seketika mengendalikan keadaan agar situasi kelas kembali kondusif sehingga kegiatan kelompok dapat berjalan dengan produktif, seperti apabila ada salah satu peserta didik yang mengacaukan keadaan dengan mengganggu teman yang lain, maka segera memberi peringatan dan menegur dengan halus agar anak tersebut kembali mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, bila ternyata anak tersebut sudah selesai mengerjakan, maka langsung diberi kesempatan untuk menjelaskan hasil kerjanya sebagai perwakilan kelompok. Dengan demikian, maka situasi yang tidak
terkendali akan kembali dapat ditangani. Penerapan pendekatan eclectic di SMP N 7 Surakarta, selain bisa ditemukan dengan jalan observasi mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kelas, juga ditemukan secara implicit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun oleh guru yang mengajar pada mata pelajaran PPKn, dalam hal ini penulis menganalisis RPP yang disusun oleh Ibu Aisah, S.Pd yang selain merupakan guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan juga merupakan seorang wali kelas.
Pada RPP yang disusun oleh Ibu Aisah, S.Pd selaku guru pendidikan kewarganegaraan, terkandung secara implicit penerapan pendekatan eclectic dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari penerapan metode diskusi kelompok serta pemberian motivasi yang senantiasa dilakukan dalam setiap pertemuan untuk membahas sebuah kompetensi dasar. Penerapan dari pemberian motivasi dan diskusi kelompok memperlihatkan praktik pendekatan eclectic yang merupakan pendekatan behavior modification (pengubahan tingkah laku) dengan jalan pemberian penguatan atau reinforcement lewat motivasi, serta praktik pendekatan group process (proses kelompok) dengan menggunakan diskusi kelas sebagai sarana untuk membina anak didik dalam berlatih menjadi sebuah kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dan dalam membina hubungan secara lebih mendalam antara guru dengan anak didik maupun membantu memperbaiki hubungan antar peserta didik, guru menggunakan pendekatan sosio emosional climate dengan membuka forum sharing baik secara formal maupun non-formal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam perangkat mengajar (lampiran:2, halaman:104).
2. Kendala-kendala pelaksanaan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn
di SMP N 7 Surakarta
Kendala-kendala maupun gangguan yang terdapat dalam pelaksanaan pendekatan eclectic ketika pengelolaan kelas yang merupakan salah satu aspek pengelolaan pembelajaran, sedang berlangsung, dapat ditinjau dari penciptaan disiplin kelas. Sebagaimana disebutkan pada pembahasan yang sebelumnya, secara spesifik, efektifitas serta efisiensi keberhasilan belajar dapat dikaji dari sudut pandang
disiplin kelas. Karena masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting dalam pengelolaan kelas oleh seorang guru. Bahkan hal ini merupakan suatu kriteria penting dalam menilai kualitas keberhasilan mengajar seorang guru.
Untuk dapat melihat secara jelas tentang gangguan disiplin kelas yang dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan pendekatan eclectic pada proses pembelajaran, dapat dilihat dari pengakuan beberapa siswa didik sebagai key informan yang diambil dengan proses wawancara dan memadukan pengakuan tersebut dengan hasil questioner yang dibagikan kepada beberapa siswa lain di SMP N 7 Surakarta.
Dari sudut pandang siswa yang merasakan secara langsung penerapan pendekatan pengelolaan kelas yang dijalankan oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta dapat dikatakan bahwa dari pernyataan mereka merupakan pencerminan dari penerapan pendekatan eclectic yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar pada materi pendidikan kewarganegaraan. Dan berikut merupakan hasil wawancara dan observasi terhadap peserta didik di SMP N 7 Surakarta, berkaitan dengan penerapan pendekatan pengelolaan kelas yang mampu mewujudkan disiplin kelas pada proses pembelajaran materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Dari wawancara dengan key informan, yaitu beberapa siswa di SMP N 7 Surakarta yang memiliki kedekatan emosional dengan penulis, didapatkan beberapa pernyataan yang secara singkat memperlihatkan bahwa, “Beberapa siswa didik masih ada yang melanggar peraturan kelas secara sembunyi-sembunyi, dan perbuatan tersebut tidak pernah diketahui oleh guru pendidikan kewarganegaraan. Beberapa pelanggaran tersebut menurut pengakuan mereka antara lain; membaca komik di kelas ketika guru sedang menerangkan dan apabila guru berpindah posisi mereka akan segera menutupi buku bacaan tersebut dengan buku pelajaran, tidur dikelas secara diam-diam dengan posisi seperti orang menundukkan kepala dan meminta bantuan pada teman disamping tempat duduknya untuk membangunkan jika guru mendekat atau memberikan pertanyaan, mengerjakan tugas rumah di sekolah dengan mencuri pekerjaan teman yang telah lebih dahulu selesai mengerjakan, ijin kebelakang ketika ulangan sedang berlangsung untuk bisa melihat catatan di kamar
mandi, dan yang paling sering adalah melakukan pembicaraan selain hal yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ketika diskusi kelas sedang berlangsung secara diam-diam selama tidak diketahui oleh guru”. Untuk lebih jelasnya lihat hasil wawancara pada siswa (Lampiran:10, halaman:170)
Dari hal tersebut, memperlihatkan secara jelas bahwa guru kurang teliti dalam mengelola kelas, namun karena selama ini tindakan tersebut tidak pernah diketahui oleh guru, tentunya mereka tidak merasakan kekurangan atau kelalaian tersebut. Kediaman siswa, tidak selamanya berarti “focus” atau sedang berpikir namun bisa juga berarti “tidur”. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah gelisah ketika didekati, dapat berarti “menyembunyikan buku bacaan selain buku pelajaran”. Siswa yang ijin di kamar mandi ketika ujian sedang berlangsung, perlu diperhatikan secara teliti karena ada kemungkinan bertindak curang dengan melihat catatan di kamar mandi. Dan yang paling rawan, diskusi kelas merupakan ajang siswa didik untuk menyampaikan pendapat mereka, namun bila tidak diberi batasan waktu yang tepat dengan bobot materi yang didiskusikan, akan menjadi kesempatan bagi siswa untuk memperbincangkan hal lain selain materi yang mereka diskusikan.
Disini, penulis juga memberikan hasil penyebaran questioner pada beberapa siswa, yang walaupun sudah penulis jelaskan bahwa nama mereka tidak akan penulis terakan dalam hasil penelitian, namun penulis merasa apa yang mereka jabarkan tidak seluruhnya sesuai dengan fakta yang ada. Mungkin ada ketakutan dari mereka apabila mereka menyatakan pendapat yang tidak baik, akan membawa dampak yang tidak baik pula bagi diri mereka di masa yang akan datang. Namun tidak ada salahnya apabila penulis jabarkan hasil penyebaran questioner tersebut, agar dapat menjadi masukan lain bagi seluruh kalangan pendidikan. Dan beberapa pendapat tersebut antara lain:
“Guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang sering menegur atau mengingatkan, apabila siswa sedang berbicara dengan teman ketika pelajaran sedang berlangsung. Dan guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang sering membantu atau mengarahkan, apabila siswa sedang mengalami kesulitan ketika mengadakan diskusi
kelas. Mereka juga sering berpindah posisi dan berkeliling ketika mengajar di kelas. Guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang menyampaikan materi pelajaran dengan cepat dan tepat serta mudah dimengerti. Dan mereka memang senantiasa memberikan catatan penting disetiap akhir pelajaran, yang berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan. ” Hal ini merupakan bentuk penerapan tindakan pengelolaan kelas yang memerlukan penguasaan mengenai pendekatan pengelolaan kelas yaitu “Group Processes Approach”. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok. Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah (1) pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial, dan (2) tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
“Bapak/ibu guru PKn, tidak langsung menghukum ketika siswanya lupa mengumpulkan tugas, melainkan memberikan nasihat dan kesempatan untuk mengumpulkan tugas tersebut dipertemuan berikutnya. Apabila ada seorang siswa yang bertindak tidak baik di dalam kelas dan membuat keadaan kelas menjadi tidak menyenangkan, bapak/ibu guru PKn di SMP N 7 Surakarta langsung menegur anak yang membuat onar dan kembali mengajar. Yang dilakukan oleh guru PKn di SMP N
7 Surakarta kepada siswa, apabila siswa mendapatkan nilai rendah ketika ulangan adalah memberikan tugas sebagai nilai tambah. Yang dilakukan guru PKn di SMP N 7 Surakarta apabila ada siswa yang kurang bisa memahami materi pelajaran yang disampaikan adalah memberi kesempatan untuk bertanya.” Ini merupakan bentuk penerapan pendekatan pengelolaan kelas oleh guru yang didasarkan pada Behavior- Modification Approach atau pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa (1) semua tingkah laku, yang “baik” maupun yang kurang “baik” merupakan hasil proses belajar, dan (2) ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud. Adapun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif, hukuman, penghapusan, dan penguatan negatif.
“Peserta didik di SMP N 7 Surakarta memang cenderung lebih merasa akrab dengan bapak/ibu guru PKn yang mengajar mereka di bandingkan dengan perasaan takut. Dan peserta didik tidak pernah meninggalkan jam pelajaran tanpa ijin terlebih dahulu kepada bapak/ibu guru PKn yang sedang mengajar. Serta mereka berpakain rapih di dalam kelas dikarenakan “rasa senang” terhadap peraturan yang ada. Yang siswa ucapkan saat bapak/ibu guru PKn selesai mengajar mayoritas adalah, “terimakasih ibu/bapak guru”. Dan mayoritas dari mereka tidak merasa bosan ketika diajar oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta. Bahkan ada diantara mereka yang menganggap guru PKn di SMP N 7 Surakarta sebagai sahabat, maupun pengganti orang tua kandung mereka di rumah.” Perasaan akrab, rasa senang maupun kedekatan antara siswa dengan guru bahkan adanya perasaan ingin membalas budi dengan mengucapkan kata “terima kasih” kepada bapak/ibu guru PKn disetiap akhir pelajaran berlangsung, merupakan bentuk keberhasilan dari penerapan pendekatan pengelolaan kelas oleh guru yang berakar dari Socio-Emosional-Climate Approach atau pendekatan iklim sosial kelas. Dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling, pendekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa (1) proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru - peserta didik dan antara peserta didik, dan (2) guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.
Dan sikap disiplin yang telah mempribadi dalam setiap diri peserta didik serta merupakan bukti keberhasilan guru dalam menanamkan kedisiplinan pada mereka, terlihat dari, “Cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat ketika diskusi kelas sedang berlangsung”, yaitu dengan jalan mengacungkan jari terlebih dahulu dan berpendapat setelah ditunjuk oleh guru. Dan yang mereka lakukan ketika melihat ada sampah yang tergeletak di sudut-sudut ruangan kelas adalah membuang sampah tersebut ketempat sampah. Serta didukung oleh beberapa pernyataan peserta didik di SMP N 7 Surakarta mengenai alasan mereka mengikuti upacara bendera yaitu, “Karena dengan mengikuti upacara bendera dapat membuat kita lebih disiplin
dan teratur”. Serta terlihat pula dari tindakan yang mereka lakukan apabila ada teman yang sedang sakit dan butuh untuk diantarkan ke UKS, adalah segera mengantar dan kembali ke dalam kelas untuk kembali melanjutkan pelajaran. Dan disetiap jam pelajaran kosong yang mereka lakukan adalah segera mengeluarkan buku materi dan mempelajari materi yang belum dibahas tanpa disuruh. Untuk lebih jelasnya, lihat jawaban angket penelitian dari siswa (Lampiran:11, halaman:181).
Pernyataan-pernyataan tersebut, memperlihatkan secara nyata bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan pendekatan eclectic dalam proses pengelolaan kelas yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi, masih terdapat kendala-kendala atau gangguan disiplin kelas yang tidak diketahui oleh guru dikarenakan mereka kurang teliti dalam memperhatikan detil kecil dari tingkah laku peserta didik. Namun secara umum, dapat dikatakan guru SMP N 7 Surakarta telah melaksanakan pendekatan eclectic dalam pengelolaan pembelajaran dengan sangat baik. Mereka memberikan penguatan dan hukuman disesuaikan dengan kebutuhan siswa, mereka mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan diskusi kelas secara kelompok, juga mereka mengendalikan emosi kelas agar stabil dan tidak terjadi kericuhan. Kekurangan ini, diharapkan akan lebih dibenahi di waktu yang akan datang.
3. Alasan penerapan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di
SMP N 7 Surakarta
Pendekatan eclectic yang diterapkan dalam pengelolaan pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta, bukanlah tanpa suatu alasan. Disiplin kelas yang terbentuk pada peserta didik, tidak akan terwujud dengan adanya pemaksaan kehendak dari guru maupun pelaksanaan peraturan yang ketat dari sekolah. Dengan adanya penerapan pendekatan eclectic, mampu meningkatkan keberhasilan proses belajar utamanya dalam pendidikan kewarganegaraan yang terlihat dengan dapat terwujudnya disiplin pada siswa didik serta dapat dilihat dari sudut pandang guru PKn di SMP N 7 Surakarta yang mendidik dan mengajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan eclectic agar mampu menciptakan disiplin kelas yang
merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan proses belajar. Berikut adalah hasil wawancara dan observasi peneliti dengan guru PKn di SMP N 7 Surakarta:
“Peserta didik senantiasa memasuki ruangan kelas sebelum guru masuk kelas. Kemudian mereka memasuki ruangan kelas dengan baik dan tertib. Setelah itu memberi salam kepada guru secara baik. Dan mereka juga selalu mengikuti acara doa bersama dengan baik. Serta memberikan penghormatan dengan baik. Jika terjadi keterlambatan, mereka senantiasa patuh terhadap peraturan yang ada. Dalam keseharian di ruang kelas, mereka menempatkan peralatan sekolah sesuai dengan ketentuan. Juga yang paling membuat saya bangga, mereka tidak pernah saling mengganggu selama pelajaran berlangsung”. Demikian dipaparkan oleh guru SMP N
7 Surakarta. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jawaban angket penelitian dari guru (lampiran:12, halaman:184). Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan saya sendiri ketika melihat beliau mengajar dikelas. Saya melihat bahwa memang peserta didik berperilaku baik selama mengikuti pelajaran, mereka memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru dan mempergunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya. Mereka juga mengikuti pelajaran dengan tertib. Meminjam barang milik teman dengan ijin adalah hal yang sering saya dapati dan apabila mereka saling meminjam maka akan segera mengembalikan. Peserta didik juga terlihat ceria dalam menyambut setiap tugas yang diberikan guru dan segera mengerjakan dengan semangat.
Guru PKn di SMP N 7 Surakarta menambahkan, “Siswa yang saya ajar senantiasa bekerja atau belajar dengan jujur. Saya tidak pernah mendapati mereka mencontek maupun berbuat curang baik ketika ujian maupun mengerjakan tugas kelas dan pekerjaan rumah. Mereka juga selalu menghargai atau menghormati pendapat orang lain. Saya membiasakan mereka untuk selalu tertib dalam kegiatan diskusi, yaitu dengan mengajukan pertanyaan dengan tertib dan baik serta mengacungkan jari terlebih dahulu serta menjawab setelah dipersilahkan. Siswa di SMP N 7 Surakarta ini memang cukup baik dalam tindakan meninggalkan kelas dengan ijin guru, saya jarang melihat mereka bolos bahkan saya juga jarang
mendapati mereka bermain di jam kosong. Murid-murid selalu menjaga kebersihan meja atau tempat duduknya. Bukankan ini merupakan hal yang cukup baik dan memperlihatkan tindakan partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan kelas?”.
Secara singkat, hasil wawancara penulis dengan Ibu Aisah, S.Pd, beliau adalah salah seorang guru PKn di SMP N 7 Surakarta, berkaitan dengan masalah penerapan pendekatan pengelolaan kelas pada disiplin kelas ialah sebagai berikut, “Menurut saya pengelolaan kelas yaitu mengelola apa yang ada dalam kelas, baik siswanya yang utama juga alat-alat yang ada didalamnya. Kesemuanya itu tidak lain harus dikuasai untuk mendukung sistem pembelajaran. Dan yang paling utama harus dikuasai oleh seorang guru agar dapat mengelola kelas dengan baik adalah dengan memiliki penguasaan terhadap karakter siswa. Didalam hal tersebut, penting sekali penguasaan pada psikologi pendidikan. Karena dengan hal tersebut akan membantu sekali dalam pengelolaan kelas. Menurut saya dengan mengetahui karakter per siswa didik kita akan lebih menguasai pengelolaan kelas. Bila sebagai seorang guru kita terlalu dekat atau terlalu jauh sama anak sangat tidak bagus, sebagai pendidik yang mengarahkan perilaku siswa dan sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu kepada siswa, kita harus bisa menyeimbangkan kedudukan kita dengan siswa didik. Tidak terlalu jauh tapi juga tidak terlalu dekat. Jadi peserta didik bisa menghargai dan menyayangi guru. Masalah kedisiplinan, dapat dibina dengan menerapkan peraturan yang ada dengan tegas dan ditindak lanjuti dengan baik, sehingga ada pemantauan dan evaluasi. Sementara ini kebanyakan peraturan kelas dibuat oleh sekolah, namun ada juga yang merupakan kesepakatan dengan siswa didik bahkan orang tua atau wali murid. Ada banyak sekali faktor yang harus dikorelasikan dalam mewujudkan kedisiplinan peserta didik. Sementara ini, banyak anak yang berani mengutarakan pendapat kepada guru. Itu semua tidak terlepas dengan adanya pemberian motivasi dan juga keterbukaan antara guru dengan peserta didik.”
Beberapa fakta tersebut merupakan bukti dari diakuinya sikap disiplin peserta didik oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta. Sehingga memang antara pernyataan yang dikemukakan oleh guru dan siswa, memiliki kesesuaian dan
memang benar adanya dalam pengamatan saya selaku peneliti. Menurut peserta didik, guru PKn di SMP N 7 Surakarta dalam cara mereka mengajar di kelas, mencerminkan penerapan pendekatan eclectic yang baik dan relevan, sehingga membuat peserta didik menjadi betah dan tidak merasa bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Dan menurut pandangan guru PKn di SMP N 7 Surakarta, peserta didik menjadi jauh lebih disiplin dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi pelajaran yang diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dengan dunia pendidikan sekarang ini karena mendorong guru agar lebih mampu mengenal karakteristik tiap anak didik, sehingga turut meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar PKn di SMP N 7 Surakarta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada trianggulasi data (lampiran:8, halaman:155).
C. Temuan Studi
Berdasarkan data penelitian yang dipaparkan di atas, peneliti menemukan beberapa temuan studi yaitu : 1. Memang benar adanya bahwa dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan pada saat ini, mampu menciptakan disiplin kelas sehingga dapat memberi kemudahan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran pada PBM PKn di SMP N 7 Surakarta. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Ade Tatang M. Dalam hasil penelitian tersebut, disebutkan beberapa pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Kelas yaitu: Pendekatan Pengubahan tingkah laku, yang mana pendekatan pegubahan tingkah laku ini didasarkan pada suatu teori yang mengatakan bahwa semua tingkah laku baik yang sesuai maupun tidak sesuai adalah hasil belajar. Kemudian ada pula Pendekatan Iklim Sosio Emosional yang didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dengan guru sebagai penentu utama hubungan interpersonal
dan iklim kelas. Dan yang terakhir adalah Pendekatan Proses Kelompok, yang mana pendekatan ini mendasarkan pada prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Empat asumsi dasar yang diadopsi dari pendekatan proses kelompok, yaitu; kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, tugas pokok guru adalah mempertahankan dan mengembangkan suasana kelompok yang efektif dan produktif, kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh sistem sosial masing-masing siswa, dan tugas pengelola kelas adalah mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang dimaksud. Dan dengan diterapkannya ketiga pendekatan ini dalam pengelolaan kelas oleh guru, mampu mempermudah dalam penciptaan kedisiplinan dan pencapaian tujuan belajar yang efektif dan efisien. Dan ketiga pendekatan ini, tercover dalam pendekatan eclectic.
2. Peneliti menemukan bahwa guru PPKn di SMP N 7 Surakarta merasa telah berhasil dalam menerapkan pendekatan eclectic dalam proses pengelolaan kelas yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi, masih terdapat kendala- kendala atau gangguan disiplin kelas yang tidak diketahui oleh guru dikarenakan mereka kurang teliti dalam memperhatikan detil kecil dari tingkah laku peserta didik. Beberapa kelalaian guru antara lain, “Kediaman siswa, tidak selamanya berarti “focus” atau sedang berpikir namun bisa juga berarti “tidur”. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah gelisah ketika didekati, dapat berarti “menyembunyikan buku bacaan selain buku pelajaran”. Siswa yang ijin di kamar mandi ketika ujian sedang berlangsung, perlu diperhatikan secara teliti karena ada kemungkinan bertindak curang dengan melihat catatan di kamar mandi. Dan yang paling rawan, diskusi kelas merupakan ajang siswa didik untuk menyampaikan pendapat mereka, namun bila tidak diberi batasan waktu yang tepat dengan bobot materi yang didiskusikan,
bagi siswa untuk
memperbincangkan hal lain selain materi yang mereka diskusikan.” Tapi secara umum, dapat dikatakan guru PPKn di SMP N 7 Surakarta telah melaksanakan pendekatan eclectic dalam pengelolaan pembelajaran dengan baik. Mereka memberikan penguatan dan hukuman disesuaikan dengan kebutuhan siswa, mereka mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan diskusi kelas secara kelompok, juga mereka mengendalikan emosi kelas agar stabil dan tidak terjadi kericuhan. Kekurangan ini, diharapkan akan lebih dibenahi di waktu yang akan datang.
3. Peneliti juga menemukan bahwa disiplin kelas yang terbentuk dengan adanya penerapan pendekatan pengelolaan kelas sehingga meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, adalah disiplin kelas yang tidak dipaksakan oleh aturan yang terlalu ketat dan tidak dapat dibentuk dengan sikap otoriter guru sebagai pendidik dan pengajar. Namun disiplin kelas dapat dibentuk dengan penerapan peraturan yang ada dengan baik, dan segera di tindaklanjuti secara hati-hati dengan toleransi yang ada namun tetap tegas sanksinya, dengan peran serta guru yang mengarahkan dan membimbing untuk peningkatan kedisiplinan dari dalam diri sendiri sehingga terbentuk “self discipline” atau disiplin diri, dari peserta didik yang lahir secara naluriah dari diri mereka sendiri dan mempribadi dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Dan menurut pandangan guru PPKn di SMP N 7 Surakarta, alasan mereka menerapkan pendekatan eclectic dalam proses pembelajaran adalah, karena peserta didik menjadi jauh lebih disiplin dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi pelajaran yang diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dengan dunia pendidikan sekarang ini, karena pendekatan tersebut mendorong guru agar lebih mampu mengenal karakteristik tiap anak didik, sehingga turut membantu dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar PKn di SMP N 7 Surakarta.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai penerapan pendekatan eclectic dan pengaruhnya secara implicit pada disiplin kelas dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP N 7 Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan penerapan pendekatan eclectic yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, maka mampu menciptakan disiplin kelas, yang berakar dari terbentuknya disiplin diri pada diri peserta didik sehingga dapat membantu guru dalam mewujudkan keberhasilan proses pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP N 7 Surakarta. Dikarenakan dengan penerapan pendekatan eclectic yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, membuat guru menjadi lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan peserta didik menjadi lebih mudah dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2. Praktik penerapan pendekatan eclectic oleh guru PPKn di SMP N 7 Surakarta, menjumpai beberapa kendala atau gangguan antara lain: dalam proses pembelajaran masih terdapat pelanggaran disiplin kelas karena guru kurang memperhatikan tingkah laku peserta didik secara cermat. Beberapa kelalaian guru antara lain, “Sikap ‘diam’ yang ditunjukkan oleh siswa, tidak selamanya berarti ‘focus’ atau sedang berpikir namun bisa juga berarti ‘tidur’. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah
gelisah ketika didekati, dapat berarti ‘menyembunyikan buku bacaan selain buku pelajaran’. Siswa yang ijin ke kamar mandi sewaktu ujian sedang berlangsung, perlu diperhatikan secara teliti karena ada kemungkinan bertindak curang dengan melihat catatan di kamar mandi. Dan yang paling rawan, diskusi kelas merupakan ajang peserta didik untuk menyampaikan pendapat, namun bila tidak diberi batasan waktu yang tepat dengan bobot materi yang didiskusikan, akan menjadi kesempatan bagi siswa untuk memperbincangkan hal lain selain materi yang mereka diskusikan.” Kekurangan ini, diharapkan akan lebih dibenahi di waktu yang akan datang.
3. Alasan guru PPKn di SMP N 7 Surakarta dalam menerapkan pendekatan eclectic dalam proses pembelajaran adalah, karena peserta didik menjadi jauh lebih disiplin dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi pelajaran yang diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dengan dunia pendidikan sekarang ini, dikarenakan pendekatan tersebut mendorong guru agar lebih mampu mengenal karakteristik tiap anak didik, sehingga turut membantu dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar PKn di SMP N 7 Surakarta.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana tersebut diatas, maka implikasi dari penelitian ini adalah : 1. Dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik oleh guru, dapat memberi dampak yang positif bagi terciptanya disiplin kelas dalam proses pembelajaran dan memudahkan guru saat menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik karena dapat memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar pada PBM PKn di SMP N 7 Surakarta.
2. Penerapan pendekatan eclectic yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik menuntut keluwesan guru dalam mengenal karakteristik peserta didik. Karena apabila guru kurang teliti dalam mengenal karakteristik peserta didik, penerapan pendekatan eclectic ini justru dapat menjadi celah bagi peserta didik yang ingin melakukan tindakan yang tidak disiplin, seperti tidur di dalam kelas ketika diberi kesempatan untuk berdikusi maupun membaca buku selain buku materi pelajaran ketika guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Sehingga pelaksanaan pendekatan eclectic harus diimbangi dengan lebih meningkatkan ketelitian guru dalam pelaksanaan pendekatan tersebut hingga detil terkecil, agar mampu menghindari kelalaian guru yang menjadi kesempatan bagi siswa untuk melakukan hal-hal yang merupakan tindakan tidak disiplin.
3. Diterapkannya pendekatan eclectic dalam pembelajaran juga berdampak pada perwujudan self discipline. Dengan adanya penerapan pendekatan eclectic , dapat membantu mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar sehingga disiplin kelas tidak perlu dijalankan dengan terlalu ketat dan otoriter. Disiplin kelas yang terbentuk dengan penerapan peraturan yang ada dengan baik dan segera di tindaklanjuti secara hati- hati dengan toleransi yang ada namun tetap tegas sanksinya, dibantu dengan peran serta guru yang mengarahkan dan membimbing untuk peningkatan kedisiplinan dari dalam diri sendiri, dapat membentuk “self discipline ” atau disiplin diri, dari peserta didik yang lahir secara naluriah dari diri mereka sendiri dan mempribadi dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada pihak SMP N 7 Surakarta, semoga lebih meningkatkan pengarahan pada seluruh staf pengajar agar penerapan pendekatan pengelolaan kelas dapat terus dijalankan dan dikembangkan seperti dengan apa yang telah diterapkan sebelumnya oleh guru pendidikan kewarganegaraan sehingga dapat bermanfaat untuk mata pelajaran yang lain.
2. Kepada guru pendidikan kewarganegaraan yang telah menerapkan pendekatan pengelolaan kelas dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas dan terus mencari inovasi baru dalam rangka pengembangan penerapan pendekatan pengelolaan kelas sehingga semakin mempermudah dalam mengenal karakter peserta didik dan mendukung dalam penyampaian materi pelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran, serta memperbaiki kelalaian yang tidak disadari karena kurang teliti memperhatikan detil terkecil dari tingkah laku peserta didik.
3. Kepada seluruh kalangan akademisi yang membaca karya tulis ini, semoga dapat memetik manfaat. Sehingga diharapkan jangan hanya dijadikan sebagai sebuah wacana tanpa tindak lanjut. Terutama bagi mahasiswa FKIP sebagai seorang calon guru, semoga dengan membaca karya tulis ini,
terketuk untuk meneliti lebih jauh mengenai penerapan pengelolaan kelas yang semakin berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan perkembangan peserta didik yang berbeda dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA
A, Suhaenah Suparno. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti. Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Akhmad Sudrajat. 2009. Psikologi Pendidikan. Kuningan: PE-AP Press. Asep Jihad dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Baharuddin dan Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Basu Sharma and Judy Ann Roy. 1996. “Aspects of the internationalization of management education,” Journal of Management Development [Vol.15, No.1, pp:5-13]. MBC University Press.
Ch. Baroroh. 2009. Hukum Islam Suatu Pengantar. Surakarta: UNS Press.
Chumdari dan Sutini. 1996. Managemen Kelas. Surakarta: FKIP UNS. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta:
Publisher. David Crowther and Chris Carter. 2002. “Legitimating irrelevance: management
education in higher education institutions”, The International Journal of Educational Management [pp:268-278]. MBC UP Limited.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.
Kartini Kartono. 1996. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya .
Lexy J Moleong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Madya Karya.
Martinis Yamin dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi
Meningkatkan Mutu Pembelajaran . Jakarta: Gaung Persada Press.
Makmun, Abin Syamsudin. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Milles, Mathew B & A. Hubberman. 1999. Analisis Data Kualitatif terjemah Tjejep Rohendi Rohidin . Jakarta :UI Press.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.
Ornstein, C. Allan.1990. Strategies for Effective Teaching. USA, Harper & Co. Publisher Inc.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sahertian, Piet & Ida Aleda. 1992. Supervisi Pendidikan dalam Program Inservice Education . Jakarta: Rineka Cipta.
Sobri, Asep dan Charul. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Multi Pressindo.
Soedomo Hadi. 2005. Pengelolaan Kelas. Surakarta: UNS Press.
Suharsimi Arikunto. 1989. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan (Dasar-dasar teoritis untuk praktek professional) . Bandung: Angkasa.
Sutopo HB. 1996. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar Teoritis dan Praktis. Surakarta: UNS.
Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: UGM.
Swardi. 2008. Manajemen Pembelajaran. Surabaya: Tempina Media Grafika. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Uzer Usman. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/teknik-pengelolaan-kelas/
http://atmmuharam.blogspot.com/2009/01/pengelolaan-kelas.html
http://dedesudjadimath.blogspot.com/2009/01/berbagai-macam-pengelolaan-kelas- dan.html
http://laisalax.multiply.com/journal/item/23
http://sn2dg.blogspot.com/2008/06/motivasi-dalam-belajar-mandiri.html
103