Hasil Analisis dan Pembahasan
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Location Quotients (LQ)
a. Sektor Perekonomian
Location Quotients adalah suatu perbandingan tentang besarnya peran suatu sektor atau industri di suatu daerah terhadap besarnya peran sektor atau industri tersebut secara nasional. Hasil perhitungan analisis LQ dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8
Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Boyolali
Tahun 2005-2009
Lapangan Usaha
Basis Pertambangan
0,74 0,77 0,82 0,82 0,86 0,80 Non Basis Industri Pengolahan
0,51 0,51 0,51 0,52 0,53 0,52 Non Basis Listrik, Gas, dan Air Bersih
Basis
Bangunan/Konstruksi 1,19 0,46 0,49 0,48 0,48 0,62 Non Basis Perdagangan
Basis Angkutan dan Komunikasi
0,54 0,56 0,53 0,53 0,52 0,54 Non Basis Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Basis Jasa-jasa
0,77 0,58 0,95 0,99 1,04 0,87 Non Basis Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel
Berdasarkan hasil analisis Location Quotient pada tabel 4.8 bahwa sektor pertanian termasuk sektor basis hal ini sesuai pada hipotesis yang menyatakan bahwa sektor pertanian diduga merupakan sektor basis pada sektor perekonomian Kabupaten Boyolali. Sembilan sektor perekonomian Kabupaten Boyolali atas dasar harga konstan tahun 2000, selama kurun waktu 2005-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Diketahui bahwa empat dari sembilan sektor perekonomian merupakan sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Boyolali, sektor tersebut yaitu sektor pertanian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor perdagangan; serta sektor keuangan dengan nilai rata-rata LQ ≥ 1. Sektor yang memiliki rata-rata tertinggi yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan rata-rata 1,76 dan sektor yang memiliki rata-rata terendah yaitu sektor perdagangan dengan rata-rata 1,44. Artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-sektor tersebut lebih besar dari sektor-sektor perekonomian tingkat Jawa Tengah, sehingga sektor-sektor perekonomian tersebut dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya dan mampu mengekspor kebutuhan luar wilayah, untuk lima sektor yaitu: sektor pertambangan; sektor industri pengolahan; sektor bangunan/konstruksi pada tahun 2005-2009 mengalami penurunan dari 1,19% turun menjadi 0,48; sektor angkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa selama 2005-2009 mengalami kenaikan dari 0,77 naik menjadi 1,04.
Ke lima sektor tersebut termasuk sektor non basis dengan nilai LQ < 1, artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali lebih kecil dari pada sektor-sektor perekonomian tingkat Jawa Tengah, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya dan belum mampu mengekspor kebutuhan luar wilayah. Selama periode 5 tahun sektor yang tetap basis adalah sektor pertanian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor perdagangan; serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sedangkan selama periode 5 tahun yang tetap menjadi non basis adalah sektor pertambangan; sektor industry pengolahan; serta sektor angkutan dan komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Sub Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang terdiri dari lima sub sektor yaitu sub sektor bahan makanan; sub sektor perkebunan rakyat; sub sektor peternakan; sub sektor kehutanan; serta sub sektor perikanan. Hasil dari analisis Location Quotient dapat dilihat dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9 Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009
Lapangan Usaha
Tanaman Pangan
Non Basis Perkebunan Rakyat 0,72 0,64 0,06 0,53 0,51 0,49
Non Basis Peternakan
Basis Kehutanan
Non Basis Perikanan
Non Basis Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel
Berdasarkan hasil analisis Location Quotient dapat diketahui bahwa hanya sub sektor peternakan yang merupakan sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Boyolali dengan rata-rata LQ ≥1 sebesar 2,25, artinya bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya sehingga para pengambil keputusan dan pengambil kebijakan diharapkan dapat menentukan langkah apa yang perlu dilakukan. Sub sektor peternakan di wilayah Kabupaten Boyolali masih di mungkinkan bisa tumbuh karena geografisnya banyak yang cocok untuk sub sektor peternakan. Sektor non basis dengan rata-rata LQ < 1 adalah sub sektor tanaman pangan sebesar 0,72 disebabkan karena adanya serangan hama dan cuaca atau curah hujan yang rendah yang mengakibatkan kekeringan sehingga produksinya sedikit. Sub sektor perkebunan rakyat dan sub sektor kehutanan masuk dalam sektor non basis yang sebesar 0,49 dan 0,54. Masing-masing sub sektor ini Berdasarkan hasil analisis Location Quotient dapat diketahui bahwa hanya sub sektor peternakan yang merupakan sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Boyolali dengan rata-rata LQ ≥1 sebesar 2,25, artinya bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya sehingga para pengambil keputusan dan pengambil kebijakan diharapkan dapat menentukan langkah apa yang perlu dilakukan. Sub sektor peternakan di wilayah Kabupaten Boyolali masih di mungkinkan bisa tumbuh karena geografisnya banyak yang cocok untuk sub sektor peternakan. Sektor non basis dengan rata-rata LQ < 1 adalah sub sektor tanaman pangan sebesar 0,72 disebabkan karena adanya serangan hama dan cuaca atau curah hujan yang rendah yang mengakibatkan kekeringan sehingga produksinya sedikit. Sub sektor perkebunan rakyat dan sub sektor kehutanan masuk dalam sektor non basis yang sebesar 0,49 dan 0,54. Masing-masing sub sektor ini
baik untuk perkembangan tanaman perkebunan dan pengembangan dalam kayu pertukangan. Wilayah Kabupaten Boyolali memiliki daerah perairan yang luas seperti waduk, dan kolam yang dapat dimanfaatkan sebagai perikanan tetapi sub sektor perikanan masuk dalam sektor non basis sebesar 0,28.
Artinya sub sektor tanaman pangan, sektor perkebunan rakyat, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya dan belum mampu mengekspor kebutuhan luar wilayah.
2. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
a. Sektor Perekonomian
Metode DLQ adalah metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan posisi sektor perekonomian di masa yang akan datang, dalam artian bahwa suatu sektor yang ada pada saat ini menjadi sektor unggulan belum tentu akan menjadi sektor unggulan pada masa yang akan datang, sebaliknya yang pada saat ini menjadi sektor unggulan belum tentu pada masa yang akan datang akan tetap menjadi sektor unggulan. Hasil analisis DLQ dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009
Lapangan Usaha
DLQ
Keterangan Pertanian
Tetap Basis Pertambangan
Tetap Basis Industri Pengolahan
Tidak Basis Listrik, Gas, dan Air Bersih
Tetap Basis Bangunan
Tidak Basis Perdagangan
Tidak Basis Angkutan dan Komunikasi
Tidak Basis Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Tetap Basis Jasa-Jasa
Tetap Basis Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel Tetap Basis Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel
Berdasarkan analisis DLQ dapat diketahui bahwa sektor-sektor perekonomian yang dapat diharapkan menjadi sektor basis pada masa yang akan datang yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dengan nilai DLQ ≥ 1. Sektor yang sangat diharapkan basis pada masa yang akan datang yaitu jasa-jasa dengan nilai DLQ 8,42, karena masyarakat yang cenderung banyak menggunakan jasa-jasa seperti jasa hiburan dan rekeasi. Sektor pertanian juga diharapkan basis pada masa yang akan datang dengan dengan nilai DLQ terendah sebesar 1,04. Tempat strategis dan lahan yang luas membuat masyarakat untuk bercocok tanam.
b. Sub Sektor Pertanian
Berdasarkan analisis DLQ dapat dilihat posisi sub sektor pada masa yang akan datang melalui tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil DLQ Sub Sektor Pertanian Perekonomian Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009
Lapangan Usaha
DLQ
Keterangan Tanaman Pangan
Tetap Basis Perkebunan Rakyat
Tidak Basis Peternakan
Tidak Basis Kehutanan
Tidak Basis Perikanan
Tidak Basis
Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa sub sektor pertanian yang merupakan sub sektor basis pada masa yang akan datang yaitu sub sektor tanaman pangan dengan nilai DLQ ≥ 1, hal ini sesuai hipotesis yang menyatakan sub sektor tanaman pangan diduga merupakan sub sektor basis pada sektor pertanian Kabupaten Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa sub sektor pertanian yang merupakan sub sektor basis pada masa yang akan datang yaitu sub sektor tanaman pangan dengan nilai DLQ ≥ 1, hal ini sesuai hipotesis yang menyatakan sub sektor tanaman pangan diduga merupakan sub sektor basis pada sektor pertanian Kabupaten
yaitu sub tanaman pangan dengan nilai DLQ 1,22. Sub sektor non basis pada masa yang akan datang yaitu sub sektor perkebunan rakyat; sub sektor peternakan; sub sektor kehutanan; dan sub sektor perikanan. Peran pertanian di Kabupaten Boyolali cenderung mengalami kenaikan dan memiliki daya saing yang tinggi karena sektor pertanian dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya dan dapat melakukan ekspor keluar wilayah sehingga pembangunan wilayah Kabupaten Boyolali dan Jawa Tengah berjalan dengan baik.
3. Analisis Identifikasi Gabungan LQ dan DLQ
a. Sektor Perekonomian
Analisis identifikasi gabungan LQ dan DLQ digunakan untuk mengetahui perubahan posisi dari tiap-tiap sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali dan hasilnya dapat diketahui melalui tabel 4.12.
Tabel 4.12 Nilai Rata-Rata Gabungan LQ dan DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009
Lapangan Usaha
Rata-Rata LQ
Rata-Rata DLQ Pertanian
1.73 1.73 Pertambangan
0.8 0.8 Industri Pengolahan
0.52 0.51 Listrik, Gas, dan Air Bersih
1.44 1.45 Bangunan
0.62 0.47 Perdagangan
1.19 1.19 Angkutan dan Komunikasi
0.54 0.54 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
1.76 1.75 Jasa-Jasa
0.87 0.93 Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel 0.87 0.93 Sumber: Data Hasil Olahan Microsoft Exel
Tabel 4.13 Identifikasi Gabungan LQ dan DLQ Sektor Perekonomian di Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009
· Listrik, Gas, dan Air Bersih · Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
LQ < 1
Andalan : Kurang Prospektif :
· Pertambangan
· Industri Pengolahan
· Jasa-Jasa
· Bangunan · Angkutan dan Komunikasi
Berdasarkan Tabel 4.12 nilai rata-rata gabungan LQ dan DLQ Kabupaten Boyolali dijadikan kriteria dalam menentukan sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif, dapat diketahui pada tabel 4.13 identifikasi gabungan LQ dan DLQ bahwa tiga sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali yaitu sektor pertanian; sektor listrik, gas, dan air bersih; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Boyolali. Untuk satu sektor yaitu sektor perdagangan merupakan sektor prospektif di Kabupaten Boyolali. Untuk dua sektor yaitu sektor pertambangan dan sektor jasa-jasa merupakan sektor andalan di Kabupaten Boyolali. Sedangkan tiga sektor yaitu sektor industri pengolahan; sektor bangunan; dan sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor kurang prospektif di Kabupaten Boyolali.
b. Sub Sektor Pertanian
Berdasarkan analisis Identifikasi LQ dan DLQ dapat dilihat posisi tiap-tiap sektor pertanian yang mengalami perubahan pada masa yang akan datang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id