Tinjauan Pustaka Aspek Usaha Bersama Berdasarkan Asas Kekeluargaan dalam Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012 Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28 PUU-XI 2013

Universitas Indonesia bahwa penulisan tentang Aspek Usaha Bersama Berdaasarkan Asas Kekeluargaan Dalam Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012 Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28PUU-XI2013, belum pernah dilakukan sebelumnya. Penulisan ini berdasarkan refrensi buku-buku, media cetak, dan elektronik. Oleh karena itu penulisan ini merupakan sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat di pertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Koperasi secara etimologis terdiri dari dua suku kata yaitu, co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. 8 Oleh karena itu, koperasi adalah suatu perkempulan yang beranggotakan orang orang atau badan usaha yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggota. Dasar hukum keberadaan koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Perkoperasian dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan menurut pasal 1 Undang- Undang Perkoperasian di Indonesia adalah : “Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. 8 Koermen, Manajemen Koperasi Terapan Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Raya, 2003, hlm. 37. Universitas Sumatera Utara Koperasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kumpulan orang- orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam suatu organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan anggota. Dari beberapa pengertian dan definisi yang ada dapat terlihat ciri-ciri koperasi yang menonjol yaitu : a. Berasas kekeluargaan. b. Keanggotaan sukarela dan terbuka bagi setiap warga Republik Indonesia. c. Rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Tujuan koperasi sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 3 Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2012 tentang Perkoperasian di Indonesia menyebutkan : “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”. 2. Pengertian asas kekeluargaan dalam perkoperasian Asas kekeluargaan mengandung makna adanya kesadaran dari hati nurani setiap anggota koperasi untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi yang berguna untuk semua anggota dan dari semua anggota koperasi itu sendiri. Jadi bukan untuk diri sendiri maupun beberapa anggota saja dan juga bukan dari satu anggota melainkan mencakup seluruh anggota. Dengan asas yang bersifat seperti ini maka semua anggota akan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. 9 Asas kekeluargaan yang mencerminkan adanya kesadaran dari hati nurani manusia untuk bekerja sama dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah 9 http:edwinpatimoeraya.blogspot.co.id diakses tanggal 07 Oktober 2015. Universitas Sumatera Utara pimpinan pengurus serta penilikan dari anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama. Sikap kekeluargaan memiliki makna sebagai perilaku yang menunjukkan sebuah manifestasi yang cenderung didasaarasi rasa familiar yang tinggi dengan wujud responsible yang mempertimbangkan hubungan keakraban sebagai kedekatan keluarga kepada orang lain, sehingga dengan manifestasi tingkah lakunya ini menimbulkan keakraban rasa dekat seperti layaknya keluarga yang memiliki hubungan darah. Asas kekeluargaan dalam tata kehidupan ekonomi adalah prinsip kehidupan ekonomi berdasarkan asas kerjasama atau usaha bersama. Hal ini berarti dalam kegiatan usaha ekonomi digunakan prinsip kerjasama, saling membantu dalam suasana demokrasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama secara adil adil dalam kemakmuran dalam bidang ekonomi, prinsip kegotongroyongan dan kekeluargaan terlihat dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Kostitusi adalah lembaga kenegaraan yang dibuat untuk mengawal to guard konstitusi, agar dilaksanakan dan dihormati baik dalam penyelenggaraan kekuasaan negara maupun warga negara. DI beberapa negara bahkan dikatakan bahwa Mahkamah Konstitusi juga menjadi pelindung protector konstitusi. 10 Fungsi Mahkamah Konstitusi tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menangani perkara tertentu di 10 http:www.pengertianpakar.com diakses tanggal 07 Oktober 2015. Universitas Sumatera Utara bidang ketatanegaraan, hal ini dilakukan dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan cita-cita demokrasi dan kehendak rakyat. Keberadaan mahkamah konstitusi sekaligus untuk menjaga terselenggaranya suatu pemerintahan negara yang stabil dan sebagai koreksi terhadap pengalaman kehidupan ketatanegaraan di masa lalu yang menimbulkan tafsir ganda terhadap konstitusi. Lembaga negara lain dan bahkan orang per orang boleh saja menafsirkan arti dan makna dari ketentuan yang ada dalam konstitusi, karena memang tidak selalu jelas dan rumusannya luas dan kadang-kadang kabur atau tidak jelas. Akan tetapi, yang menjadi otoritas akhir untuk memberi tafsir yang mengikat adalah Mahkamah Konstitusi. Tafsiran yang mengikat tersebut hanya diberikan dalam putusan Mahkamah Konstitusi atas pengujian yang diajukan kepadanya. Hal ini berbeda dengan beberapa mahkamah konstitusi di bekas negara komunis yang telah melangkah menjadi negara demokrasi konstitusional, mereka boleh memberi fatwa advisory atau bahkan menafsirkan konstitusi jika anggota parlemen, presiden atau pemerintah meminta. Tafsiran yang dilakukan secara abstrak tanpa terkait dengan permohonan pengujian atau sengketa konstitusi lain yang dihadapi oleh Mahkamah Konstitusi, tentu hanya didasarkan pada ketentuan teks konstitusi, tanpa terkait dengan latar belakang secara sosial maupun ekonomi yang menjadi dasar penafsiran. Kehadiran pemohon, termohon maupun pihak-pihak terkait di Mahkamah Konstitusi sesungguhnya akan sangat membantu untuk merumuskan dan mempelajari masalah konstitusi yang dihadapi. Universitas Sumatera Utara Tafsir konstitusi memberikan dampak negatif atas permintaan pihak tertentu di luar pengujian atau permohonan sebagai perkara. Mahkamah Konstitusi dianggap inkonsisten kalau putusannya berbeda dengan pendapat penasehat yang diberikan meskipun dikatan bahwa pendapat penasehat tersebut tidak mengikat. Wewenang Mahkamah Konstitusi menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 24C, yaitu : a. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang dalam putusannya bersifat final. b. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang tehadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. c. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. d. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memutus pembubaran partai politik. e. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memutus perselisihan yang terjadi atas hasil dari proses pemilu yang berlangsung. f. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memberi putusan atas pendapat DPR Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran Presiden atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun. Secara khusus wewenang Mahkmah Konstitusi diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi pasal 10, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. b. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. c. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memutus pembubaran partai politik. d. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memutus perselisihan yang terjadi akibat hasil dari pemilihan umum. e. Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk memberi putusan atas pendapat dari DPR Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Presiden atau Wakil Presiden yang diduga melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, penyuapan, korupsi, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden danatau Wakil Presiden diduga: a. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa; 1 penghianatan terhadap negara; 2 korupsi; 3 penyuapan; 4 tindak pidana lainnya; Universitas Sumatera Utara b. Perbuatan tercela, tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak Mahkamah Konstitusi: a. Perorangan warga negara Indonesia untuk pengujian UU b. Kesatuan masyarakat hukum adat untuk pengujian UU c. Badan hukum publik atau privat untuk pengujian UU d. Lembaga negara untuk pengujian UU dan sengketa antar lembaga e. Pemerintah untuk pembubaran partai politik f. Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, maupun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden untuk perselisihan hasil pemilu Fungsi Mahkamah Konstitusi: a. Menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum. b. Pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam ketatanegaraan Indonesia sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem bukan lagi supremasi parlemen melainkan supremasi konstitusi. c. Untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari koridor konstitusi sehingga hak-hak konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu sendiri terkawal konstitusionalitasnyaUntuk menguji apakah suatu undang-undang bertentangan atau tidak dengan konstitusi. Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

Implikasi Penghapusan Pilihan Forum Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Analisis Putusan No. 93/Puu-X/2012 Mahkamah Konstitusi)

0 6 168

Putusan Mahkamah Konstitusi RI No: 34/PUU-XI/2013 Dalam Persepektif Mashlahat

0 9 76

Aspek Usaha Bersama Berdasarkan Asas Kekeluargaan dalam Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012 Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28/PUU-XI/2013

2 44 139

MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI POSITIVE LEGISLATURE(Studi Putusan Nomor 28/PUU-XI/2013 dan Putusan Nomor 85/PUU-XI/2013) Mahkamah Konstitusi sebagai Positive legislature (Studi Putusan Nomor: 28/PUU-XI/2013 dan Putusan Nomor: 85/PUU-XI/2013).

0 5 19

Aspek Usaha Bersama Berdasarkan Asas Kekeluargaan dalam Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012 Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28 PUU-XI 2013

0 0 10

Aspek Usaha Bersama Berdasarkan Asas Kekeluargaan dalam Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012 Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28 PUU-XI 2013

0 0 1

Aspek Usaha Bersama Berdasarkan Asas Kekeluargaan dalam Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012 Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28 PUU-XI 2013

0 0 37

Aspek Usaha Bersama Berdasarkan Asas Kekeluargaan dalam Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012 Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28 PUU-XI 2013

0 0 3