virulen.
S. pyogenes
pada koloni yang mengkilap cenderung menghasilkan sedikit protein M dan seringkali tidak virulen Brooks et al., 2012.
2.2.2. Struktur Antigen
1. Protein M
Substansi ini merupakan faktor virulensi pada
S. pyogenes
grup A, kerjanya menghambat fagositosis. Terutama dihasilkan oleh kuman dengan koloni tipe
mukoid. Pembentukannya kurang jika kuman telah mengalami penanaman berulang-ulang dan akan pulih kembali jika kuman disuntikkan pada binatang
percobaan berulang kali. Protein ini dapat ditemukan dalam ekstrak
Streptococcus
grup A yang dibuat dengan asam hidrokhlorida panas Warsa, 1994. 2.
Substansi T Antigen ini tidak ada hubungannya dengan virulensi kuman. Rusak pada
ekstraksi dengan asam atau dengan pemanasan. Atigen ini diperoleh dari kuman melalui pencernaan proteolitik yang dengan cepat menghancurkan protein M
Brooks et al., 2012. 3.
Nukleoprotein Ekstraksi Streptokokus dengan basa lemah, menghasilkan suatu campuran
yang terdiri dari protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel kuman Warsa, 1994.
2.2.3. Toksin dan Enzim
1. Streptokinase
Enzim ini juga disebut fibrinolisis, kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin, yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin
dan protein lainnya. Proses pencernaan ini dapat dihambat oleh inhibitor nonspesifik dalam serum dan oleh antibodi spesifik, antistreptokinase.
Streptokinase dimiliki oleh Streptokokus grup A, G, dan C Brooks et al., 2012. 2.
Streptodornase Streptokokus grup A juga dapat memecah DNA. Bila enzim ini belum
masuk ke dalam membran plasma sel hidup, sifatnya masih inaktif. Berperan dalam depolimerisasi dari penumpukan DNA yang tertimbun pada pus yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh pecahnya PMN. Streptokinase dan streptodornase bekerja sebagai
enzimatic debridement
Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003
.
3. Hialuronidase
Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringan ikat. Hialuronidase membantu dalam penyebaran
kuman. Enzim yang telah dimurnikan dipergunakan dalam pengobatan, yaitu membantu dalam penyebaran dan penyerapan obat yang disuntikkan ke dalam
jaringan tubuh Warsa, 1994. Selain itu, enzim ini bersifat antigenik dan bersifat spesifik untuk tiap
sumber bakteri atau sumber jaringan. Setelah infeksi oleh organisme penghasil hialuronidase, antibodi spesifik akan ditemukan dalam serum Brooks et al.,
2012. 4.
Eksotoksin pirogenik Toksik eritogenik
S. pyogenes
menghasilkan eksotoksin A yang memiliki fage lisogenik. Eksotoksin pirogenik bekerja sebagai superantigen yang memicu sel T dengan
cara berikatan dengan kompleks histokompabilitas mayor kelas II di daerah V
β
pada reseptor sel T. Sel T yang teraktivasi melepaskan sitokin yang menyebabkan syok dan cedera jaringan Brooks et al., 2012.
5. Hemolisin
In vitro Streptokokus dapat menyebabkan terjadinya hemolisis pada sel darah merah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi
secara lengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis. Jika penghancuran sel darah merah tidak terjadi secara lengkap dengan
disertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gamma hemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukkan kuman yang nonhemolitik.
Streptococcus grup A beta-haemolyticus membentuk 2 macam hemolisin, yaitu sreptolisin-O dan Strepptolisin-S. Streptolisin-O aktif dalam suasana anaerob dan
melisiskan sel darah merah. Sedangkan streptolisin-S menyebabkan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni kuman yang ditanam pada lempeng agar darah
dalam suasana aerob. Warsa, 1993.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Penyakit Akibat