Aplikasi CBFM di Kabupaten Bulukumba: Hutan Kemasyarakat dan Kelompok Tani Hutan di Bulukumba
D. Aplikasi CBFM di Kabupaten Bulukumba: Hutan Kemasyarakat dan Kelompok Tani Hutan di Bulukumba
Ketika artikel ini ditulis, luas Hutan kemasya- rakatan yang telah mendapatkan izin pencadangan dari Menteri Kehutanan adalah seluas 2.265 Ha. Lebih dari separuh lahan tersebut telah mendapat- kan Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) dari Bupati Kabupaten Bulukumba. SK Bupati tersebut telah memberikan IUPHKm kepada 14 Kelompok Tani Hutan (KTH) di kawasan hutan Anrang seluas 655 Ha. Kawasan Hutan Bangkeng Bukit seluas 245 Ha dan kawasan hutan Lompobattang seluas 390 Ha. Berikut Rincian- nya:
Tabel 1. Perincian pemberian IUPHKm kepada KTH
Sementara yang lain, yang sedang dalam proses menunggu SK IUPHKm Bupati Kabupaten Bulukumba, meskipun telah mendapatkan izin dari kementerian kehutanan adalah seluas 999 Ha. Berikut rinciannya:
Tabel 2. Perincian KTH yang menunggu proses SK IUPHKM
Meskipun belum mendapatkan SK IUPHKm dari bupati, tetapi secara prinsip para petani ini telah diberikan akses, setidaknya oleh SK Kemen-
Kawasan
Nama KTH
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Anggota (KK)
Anrang
- Bunga Harapan - Mattiro Baji - Mabbulo Sibatang - Mattaro Deceng - Lembang Baruttung - Sipatuwo - Saromase
Bangkeng Bukit
- Buhung Lali - Bukit Indah - Mattiro Bulu
Lompobattang - Tabbuakkang 1
- Tabbuakkang 2 - Kahayya - Gamaccayya
Nama KTH
Luas Lahan (Ha) Jumlah Anggota
- Basana Bukit Hijau
- Bawakaraeng
- Tammalasya
- Pattoengan
- Sapaya
Total
Tasmin Tangngareng & M. Ridha: Pelaksanaan Pengelolaan HKM ...: 194-208 199
terian kehutanan. Berapa desa dan kecamatan yang inisiatif CBFM serta akses legal masyarakat dalam dijangkau oleh program kehutanan masyarakat di
pengelolaan sumberdaya hutan. Hasilnya dapat Kabupaten Bulukumba ini? Paling tidak 11 desa di
dilihat di Kabupaten Bulukumba dengan dike- dalam 2 kecamatan yakni kecamatan Gantarang
luarkannya implementasi CBFM melalui Pengu- dan Kecamatan Kindang. Apa yang dapat dipetik
sulan areal kerja HKm Kab. Bulukumba nomor cerita devolusi hutan yang dilakukan di kabupaten
522/1599/Dishut/2009 tanggal 30 Juli 2009 untuk Bulukumba ini?
pencadangan Areal kerja HKM seluas 2.250 Kasus di Kabupaten Bulukumba ini jika melihat
Ha,Usulan Penetapan Areal Kerja Hutan Desa bentuknya bisa disebut sebagai bentuk devolusi
Seluas 469,85 Ha sesuai dengan surat Nomor 522.12/ CBRM yang penyerahan kewenangan pemerintah
0177/Distanhut, tanggal 27 April 2010. diberikan secara keseluruhan kepada pengguna
Hasil-hasil berupa seperangkat peraturan lokal. Melalui SK kementerian Kehutanan dan SK
(permenhut) dan Surat Keputusan Bupati Kabu- IUPHKM Bupati kabupaten Bulukumba, pengguna
paten Bulukumba di atas menunjukkan jika pro- lokal dapat mengakses sumberdaya hutan secara
gram CBFM telah dilaksanakan oleh pemerintah legal dan dapat menikmati kekuasaan dan akses
dan telah diserahkan kewenangan pengelolaannya yang dapat ditarik dari manfaat penguasaan
kepada masyarakat pengguna lokal yang tergabung tersebut.
dalam Kelompok Tani Hutan (KTH). Untuk kabu- Sejak Tahun 2007, berbagai perangkat regulasi
paten bulukumba, setidaknya ada 21 Kelompok dan kebijakan yang memberikan peluang penge-
Tani Hutan yang menerima manfaat dari program lolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat telah
devolusi pengelolaan hutan ini. Salah satu di antara diterbitkan P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan
Kelompok Tani Hutan yang menerima manfaat kemasyarakatan, P.23/Menhut-II/2007 tentang Tata
tersebut adalah KTH Mattiro Baji dan Buhung Lali Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
di desa Bukit Harapan.
Hutan Kayu Dalam Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman dan P.49/Menhut-II/2008 Tentang
E. KTH di Desa Bukit Harapan
Hutan Desa, meskipun dalam perkembangannya Di desa ini terdapat tiga kelompok Tani Hutan masih membutuhkan proses penyempurnaan agar
yang mendapatkan izin kelola dalam bentuk HKm. lebih mudah diimplementasikan di lapangan.
Desa Bukit Harapan berada di ketinggian di atas Berbagai bentuk skema Pengelolaan Sumberdaya
500MDpl. Luas wilayah desa Bukit Harapan adalah hutan berbasis masyarakat yang diatur dalam regu-
11,33 KM2 dengan pembagian penggunaan lahan lasi tersebut ialah: HKm (Hutan Kemasyarakatan),
seluas 275 Ha untuk pertanian dan lahan kering HD (Hutan Desa) dan HTR (Hutan Tanaman Rak-
seluas 565,50 Ha.
yat). Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Salah satu upaya yang dilakukan untuk mene-
tahun 2015, penduduk desa bukit harapan rapkan peraturan itu di lapangan adalah inisiatif
berjumlah 2.767 Jiwa dengan kepadatan penduduk dari masyarakat dan sebuah beberapa LSM di
mencapai 244 KK/KM2. Angka jumlah penduduk Sulawesi Selatan seperti Sulawesi Community
ini berkurang dari data tahun 2008 yang berjumlah Foundation (SCF) bersama Kemitraan melalui For-
2.987 jiwa dengan kepadatan 264 kk/km2. Di desa est Governance Program (FGP) sejak tahun 2007
ini terjadi pengurangan penduduk sebagaimana sampai 2010 adalah mendukung berbagai pem-
terlihat dari jumlah penduduk tahun 2008 dan baruan kebijakan bidang kehutanan dan men-
jumlah penduduk tahun 2015 yang disajikan BPS dorong dukungan pemerintah daerah terhadap
kabupaten Bulukumba. Meski tidak ada peme-
200 Bhumi Vol. 2 No. 2 November 2016 karan desa, penduduk desa Bukit Harapan menga-
yang cukup banyak di Desa ini. Kemampuan lami penurunan selama kurun waktu 7 tahun
mengolah gula aren menjadi gula semut ini sedikit terakhir. Ini bisa ditafsirkan kalau desa di kawasan
memberi tambahan bagi pendapatan petani. hutan Anrang ini memiliki kecenderungan
Kemampuan ini diberi bantuan pengemasan dan kekurangan sumberdaya atau pekerjaan di desa
pengelolaan industri kecil oleh pemerintah daerah sehingga ada dorongan yang kuat bagi sebagian
Kabupaten Bulukumba yang dan beberapa lem- penduduk desa yang memiliki lahan kecil untuk
baga swadaya masyarakat.
keluar dari desa mencari penghidupan. Hal ini bisa dilihat dari cerita tentang keluarga petani hutan
2. Sejarah Berdirinya KTH Buhung Lali
yang memiliki lahan kecil di bagian akhir tulisan Kelompok Tani Hutan Buhung Lali resmi ini.
terbentuk pada tanggal 8 Maret tahun 2008. Berawal dari adanya pertemuan yang dihadiri oleh
1. KTH Mattiro Baji dan Buhunglali di desa
hampir semua masyarakat yang berasal dari 3
Bukit Harapan, sejarah Terbentuknya
dusun di desa Bukit Harapan yaitu dusun Tan-
jongnge, dusun Bangkeng Buki’ dan dusun Pada Tahun 2010, H Mustawa, salah satu tokoh
Kelompok tani Mattiro Baji
Tabbuakkang di sebuah gedung pertemuan yang petani, mengusulkan pembentukan kelompok tani
sejak tahun 2009 hingga saat ini telah berganti hutan. Pembentukan ini dirasa perlu, sebagai
nama menjadi gedung perpustakaan. Disitulah inisiatif lokal dari bawah, untuk melakukan
untuk pertama kali masyarakat menyepakati pengelolaan hutan secara berkelompok. Kira-kira
secara bersama untuk dibentuknya Kelompok Tani setahun setelahnya, di tahun 2011 kelompok tani
Hutan yang bernama Buhung Lali. hutan yang didirikan itu, yakni KTH Mattiro Baji,
Pertemuan yang dilakukan pada tanggal 8 Maret mendapat izin kelola dari dinas kehutanan, dengan
2008 ini, juga melibatkan banyak pihak yang dinilai luas lokasi kelola adalah 71 Ha dengan jumlah
punya peranan penting atas terbentuknya KTH anggota kelompok sebanyak 46 orang. Pengajuan
tersebut. diantaranya; para tokoh agama, tokoh izin dilakukan bersama anggota kelompok dengan
masyarakat dan tokoh pemuda setempat dan fasilitasi dari Sulawesi Communty Foundation,
beberapa anggota Lembaga Swadaya Masyarakat. sebuah LSM kehutanan berkantor di Makassar.
Selain itu juga terlibat beberapa pihak dari Dari izin itulah kemudian pengelolaan lahan
pemerintah yang berkontribusi sebagai fasilitator. bisa dijalankan dengan lebih efisien sebab aksesnya
Mulai dari aparatur desa, kecamatan, dinas tidak lagi harus berkejaran atau kucing-kucingan
kehutanan, Badan Ketahanan Pangan melalui dengan polisi hutan. Sejak saat itu, produksi, meski
Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) hingga dinas tidak cukup data untuk mengukurnya, diakui oleh
koperasi. Dan tak lupa juga keterlibatan dari petani mulai meningkat. Anggota kelompok Mat-
mahasiswa fakultas kehutanan UNHAS yang pada tiro Baji ini pada umumnya menanam tanaman
saat itu tengah menjalani KKN Profesi di desa seperti, pohon Aren, Kakao, kayu Mahoni, Durian
setempat. Pertemuan yang berlangsung sejak pagi dan cengkeh karena terkait dengan keterampilan
hingga sore hari merupakan inisiasi dari bapak yang dimiliki oleh mereka.
Tamrin beserta beberapa tokoh masyarakat dan Beberapa tahun setelah memiliki izin kelola,
kepala desa yang bernama bapak Ramli pada saat kelompok tani ini kemudian membangun keman-
itu. Nah disitulah semua pembahasan mengenai dirian komunitas dengan memproduksi gula semut
agenda pembentukan KTH Buhung Lali dimusya- yang diproduksi dari gula aren dari pohon aren
warahkan dan diputuskan. Mulai pembahasan
Tasmin Tangngareng & M. Ridha: Pelaksanaan Pengelolaan HKM ...: 194-208 201
model kelompok tani, nama kelompok hingga lain, petani berlahan luas akhirnya bisa mengubah sampai pada tahap pemilihan ketua kelompok yang
lahannya yang luas jadi sumberdaya yang berhasil dilangsungkan pada hari itu juga.
guna lebih besar. Oleh karenanya, lahan luas ini bisa digunakan untuk melipatgandakan penda-
F. Keterbatasan dan Kemungkinan Skema
patan. Hal itu bisa kita lihat pada kasus Borahima
dan Bo’ding yang mampu membuka usaha tam- Skema CBFM memiliki keunggulan dan
CBFM
bahan dengan modal hasil panen komoditas dari keterbatasannya sendiri. Skema ini memiliki
tanahnya yang cukup luas. Mereka juga mampu sejumlah keterbatasan yang sulit untuk dilampaui
menyekolahkan anak dan cucunya untuk bisa oleh skema itu sendiri. Salah satu di antaranya
memiliki keterampilan dan pekerjaan untuk mini- adalah bagaimana program ini gagal memberikan
mal mempertahankan status ekonomi mereka di solusi keadilan penguasaan lahan hutan di
desa. Mereka bisa melakukan mobilitas ke atas pedesaan. Akar masalahnya adalah konsentrasi
lebih baik daripada petani berlahan kecil. lahan yang sudah turun-temurun dan susah untuk
diubah lagi skema penguasaannya.Skema kehu-
G. Kehidupan Anggota KTH di Bangkeng
tanan masyarakat juga tidak begitu melihat aspek
Buki’
keadilan penguasaan lahan di kawasan. Tapi lebih Masyarakat desa bukit indah rata-rata memiliki menitikberatkan fokusnya pada transfer kewe-
pekerjaan sebagai petani. Baik yang bertani di lahan nangan administratif dari pemerintah ke pengelola
kering, di dalam kawasan hutan atau sawah di sebelumnya. Namun dalam proses itu, tak mem-
sekitar desa. Di lokasi yang cukup luas wilayah perhatikan aspek keadilan penguasaan, ketim-
pertaniannya ini, bertani tentu merupakan pilihan pangan distribusi lahan, dan lain sebagainya.
yang sering ditemukan dalam masyarakatnya. Akibatnya adalah ketidakadilan penguasaan,
Desa yang memiliki jumlah penduduk sebesar kemiskinan di satu sisi, dan kesejahteraan di sisi
4.892 orang dengan luas desa 12 kilometer persegi yang lain tetap lestari di desa hutan dengan aplikasi
ini, merupakan desa yang memiliki kawasan hutan program CBFM.
produksi. Seperti yang tertulis di atas, masyarakat Fenomena ini dapat kita lihat pada gambaran
desa yang kebanyakan berprofesi sebagai petani antara keluarga yang memiliki lahan kecil dan
juga memanfaatkan lahan milik pemerintah atau keluarga yang memiliki hak kelola lahan yang lebih
kawasan hutan produksi dalam melakukan usaha- luas. Petani berlahan sempit, kemudian menjadi
usaha produksi pertaniannya. petani miskin di desa tersebut sementara di sisi
Bangkeng Buki’ sebagai penamaan daerah yang lain, petani berlahan kelola luas di kawasan
kawasan, kini memiliki 3 KTH,yakni KTH Buhung hutan menjadi petani yang relatif kaya dan dapat
Lali, KTH Bukit Indah, dan KTH Mattiro Bulu. mengambil lebih banyak manfaat dari kebijakan
Semua kelompok itu menjadikan kawasan seluas CBFM dalam bentuk hutan kemasyarakatan ini.
245 hektare sebagai daerah pengelolaan hutan Mereka yang miskin terpaksa harus terlibat dengan
berbasis masyarakat. Tapi siapa sangka, daerah sejumlah kerja yang tidak berhubungan dengan
yang memiliki lahan subur dan hijau serta ditam- pertanian, atau mengerjakan aktif itas pertanian
bah dengan letak kawasan hutan yang masyara- tetapi di lahan yang bukan miliknya (menjadi buruh
katnya sudah diberikan izin kelola oleh pemerintah, tani) atau pekerjaan-pekerjaan lainnya untuk mem-
perekonomian masyarakatnya tidak cukup men- beri tambahan pendapatan untuk memenuhi kebu-
janjikan. Walaupun ada juga masyarakat, khusus- tuhan ekonomi produksi rumah tangganya. Di sisi
nya anggota kelompok tani hutan yang dikate-
202 Bhumi Vol. 2 No. 2 November 2016 gorikan sukses dalam mengelola kawasan hutan,
berhasil,”kenang Baharuddin. sebelum ataupun setelah kebijakan pemerintah
Masyarakat yang sudah lama mengakses hutan mengenai HKm ini, tetapi banyak juga petani lain,
negara—menurut pengakuan petani desa setempat terutama petani berlahan kecil tidak menikmati
bahkan sejak zaman nenek moyang mereka—juga apa-apa dari skema ini. Berikut gambaran petani
mengakibatkan pendistribusian lahan di kawasan kecil tidak banyak mendapat manfaat dari pelak-
tidak merata. Di samping itu, masyarakat juga sanaan program CBFM di Desa Bukit Indah ka-
memakai sistem peralihan lahan secara turun- wasan hutan Bangkeng Buki’ ini.
temurun atau warisan. Sistem pewarisan hak kelola KTH Bukit Indah yang tercakup dalam kawasan
turun temurun ini juga menunjukkan jika skema Bangkeng Buki’ merupakan KTH yang baru
semacam Hutan kemasyarakatan dalam skema terbentuk 24 Desember 2007 lalu. Kelompok tani
CBFM ini tidak mampu memberikan dampak yang diketuai oleh Baharuddin (46 tahun) ini,
ekonomi politik lebih luas berupa perombakan merupakan hasil inisiatif warga untuk menang-
struktur penguasaan agar bisa terditribusi lebih adil. gulangi bencana longsor di Bangkeng Buki’ pada
Hal inilah yang, pada gilirannya, menjadikan petani 2006. Kelompok yang sebelumnya sudah terbentuk
yang mewarisi hak kelola lebih kecil akan menda- tapi belum terlembagakan secara administratif oleh
patkan hak kelola dalam skema HKM juga lebih pemerintah ini, merupakan respons positif masya-
kecil. Ini kemudian juga menjadi penyebab, menga- rakat akan pentingnya menjaga hutan. Meski kesa-
pa petani berlahan kecil kemudian menjadi petani daran ini tumbuh setelah kasus bencana alam
miskin.
menimpa mereka. Bencana ini telah memaksa Alimudding misalnya, Anggota KTH Mattiro masyarakat desa berfikir mengenai kelangsungan
Baji,Desa Bukit Indah mengaku, dirinya mengelola alam dan keberlanjutan kesinambungan kehidupan
lahan di kawasan seluas 25 are saja. Berbagai ta- masyarakat dalam mengakses sumberdaya hutan.
naman ditanam pria berusia 51 tahun ini di lahan Bangkeng Buki’ adalah kawasan hutan yang
kawasan itu berupa jambu mete, kemiri, jati putih, dijadikan sandaran pencaharian bagi KTH Bukit
kopi, dan cokelat. Namun, semua itu ternyata tidak Indah. Kelompok tani ini mengelola lahan seluas
mampu memberikan penghasilan yang mampu 127 hektare dari 245 hektare luas hutan di kawasan
membuat penghasilan dan taraf ekonominya ini. Di dalam kawasan inilah, beberapa keluarga
meningkat. Sebabnya, salah satunya karena lahan- miskin berlahan kecil menyandarkan hidupnya
nya yang sempit dan juga tanamannya banyak yang dengan menanam tanaman-tanaman yang dianggap
mati sejak semakin pesatnya pertumbuhan pohon produktif dan dapat menghasilkan uang seperti
jati. Hal itu ternyata berefek juga terhadap pertum- cokelat, jati, cengkeh, jambu mete, dan lain-lain.
buhan tanaman-tanamannya yang lain. Penanaman beberapa tanaman komoditas itu
Jambu mete pernah ditanam oleh Alimudding dilakukan sejak adanya imbauan pada 1992 untuk
sebanyak 50 pohon. Dan kini, hanya tersisa 2 pohon menanam tanaman produktif di kawasan hutan.
saja. Begitu pula dengan tanaman kemiri yang Meski demikian, tanaman itu tidak mampu me-
kayunya berkualitas rendah, juga pernah ditanam nopang penghidupan petani dengan lahan sempit,
sebanyak 40 pohon. Namun, kini tanaman itu sudah seperti cerita pak Baharuddin (60 tahun). “Setelah
tak ada yang produktif atau tak berbuah lagi. Menu- tahun 1992, waktu Andi Sappewali, pak camat, dan
rut salah seorang anggota kelompok tani ini, ter- bupati, Andi Patabai Pabokori, menyuruh kami
nyata bukan hanya tanaman jati saja yang mem- mengganti tanaman dengan tanaman yang pokok,
pengaruhi produktivitas tanaman sela. Tapi juga seperti cokelat, mente, pokoknya tanaman yang
tanaman yang dulu produktif, seperti pohon kemiri
Tasmin Tangngareng & M. Ridha: Pelaksanaan Pengelolaan HKM ...: 194-208 203
yang turut andil dalam kematian tanaman jambu yang merupakan anggota Kelompok Tani Hutan mete. Pohon kemiri meninggalkan batang yang
penerima skema Hutan Kemasyarakatan ini tidak besar dan tak berbuah lagi, juga memberikan efek
merasakan dampak berarti pemberian izin kelola yang sama dengan pohon jati. Mereka jadi
HKm. Sebab lahannya yang kecil, hanya memberi menghalangi tanaman yang berada di bawahnya
imbalan yang juga kecil.
dari sinar matahari. Alhasil, tanaman di bawahnya Bahkan, untuk menutupi kekurangan dari yang tidak mendapat cukup sinar matahari jadi me-
ketiga usaha di atas, alimudding menjadi buruh ranggas dan mati.
tani di sawah milik orang lain. Berikut penga- Tak hanya itu, ada lagi faktor yang mempenga-
kuannya memberi penjelasan mengenai pekerja- ruhi tanaman di kawasan tak produktif, terlepas
annya menggarap sawah orang lain: dari pengaruh tanaman jati dan kemiri, tanaman
“Ada juga yang saya tanam padi,tapi disawahnya pengerat yang hinggap di tanaman juga menja-
orang. Artinya, sawah dipinjam-pinjam baru bagi dikan tanaman mati. Kondisi geograf is, keterba-
hasil kalau sudah panen. Luasnya itu sawah 50 are. tasan lahan, hama dan kurangnya air menuju lahan
Satu kali panen biasanya 20 karung, dalam satu menyebabkan lahannya makin kurang produktif.
tahun 2 kali panen.Jadi banyak mi itu 40 karung Lahan warisan Alimudding yang didapatkan dari
hasilnya. 1 tahun nah itu mi yang dibagi. Tetapi orang tuanya ini, ternyata dulu seluas 1 hektare
merasa rugi ki kerja itu sawah, karena semua lebih. Ukuran itu sebelum diwariskan secara
bahannya kita yang tanggungngi seperi traktor, merata ke Alimudding dan ketiga saudaranya.
bibit, racun yang tidak masuk hitungan. Setelah Lahan yang kini digarap Alimudding, tak mampu
bagi hasil orang, kecuali pupuk berduaki tang- lagi dijadikan sebagai sandaran hidup. Sehingga,
gungki, maksudnya yang kerja itu sawah sama yang profesi pemotong kayu—atau kalangan masyarakat
punya sawah. Jadi, uang mati mi semua itu seperti desa mengenalnya sebagai usaha somel kayu—yang
bibit, traktor, mesin rontok (yang memisahkan jadi alternatif dalam menambah penghasilan
bulir-bulir padi dari tangkainya). Hasil yang sudah keluarganya. Usaha pemotong kayu yang dijalan-
dibagi itu tadi 20 karung, itu mi lagi yang dimakan kan 3 orang ini—salah satunya Alimudding—
karena maukijual ki hasilnya.Mau diapakan merupakan usaha musiman yang dapat menambah
juga?Jadi mending dimakan saja. Dimana lagi penghasilannya. Sayangnya, jalan tidaknya usaha
lumpurnya sawah di sana sampai dilutut, kalau itu skala kecil ini ditentukan oleh pemesan dari orang
traktor, sampai di bannya,”cerita Alimudding lain.
panjang lebar.
Selain usaha somel,ayah dari enam orang anak Alimudding sudah menggarap sawah orang lain ini, juga memiliki ternak sapi yang juga kecil-
selama 6 tahun. Namun, selama masa itu, ia masih kecilan. Ternak sapi yang dilakukan ternyata mam-
menganggap hasil yang didapatkan dari bertani pu memberikan kontribusi yang lumayan besar
belum mampu meningkatkan perekonomian bagi kehidupan keluarganya secara berkala. Seperti
keluarganya.
hasil penjualan sapi yang digunakan untuk mem- Selain Alimudding, ada juga anggota kelompok bangun atau memperbaiki rumah.
tani perempuan yang mengelola kawasan dengan Bagi Alimudding, lahannya yang kecil di
status janda selama 10 tahun terakhir. Suaminya kawasan, usaha pengrajin kayu yang ditentukan
yang telah meninggal dunia, menjadikan Naheria oleh pemesanan dan penghasilan dari hasil penju-
kini melanjutkan pengelolaan lahan di kawasan alan sapi piaraannyalah yang saat ini menjadi
seluas 25 are, sama seperti Alimudding. tumpuannya menghidupi keluarga. Keluarga petani
Naheria memiliki 3 orang anak yang kini tengah
204 Bhumi Vol. 2 No. 2 November 2016 berada jauh dari Desa. Anak pertama perempuan
keluarga telah membuat petani hutan seperti kelahiran-kelahiran 31 November 1964 ini bernama
Naheria dan Alimudding mencari sumber Muriatitengah berada di Kendari setelah menikah.
penghidupan lain diluar pertanian (off farm). Atau Anak keduanya bernama Iwan, kini berada di
di dalam sektor pertanian tapi jadi buruh tani atau Ambon sedang mengadu nasib di kampung orang.
pekerja bagi hasil (on farm) di lahan milik orang Anaknya yang terakhir bernama Irmah yang
lain. Ada juga yang akhirnya bermigrasi keluar dari sekarang juga berada di Malaysia bersama suami-
kawasan hutan seperti anak-anak Naheria dan nya. Cucu perempuan dari anak terakhirnya ini
beberapa keluarga petani hutan lainnya. Sebagian tinggal bersama Naheria di Desa, sejak sekitar 2
merantau ke kota dan sebagian lainnya jadi Tenaga tahun lalu.
Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tak lain Suaminya yang sudah meninggal sejak 10 tahun
karena lahan dan sumber penghidupan di desa yang lebih, menjadikan perempuan dengan seorang cucu
makin tak memadai.
ini mengelola lahan di kawasan seorang diri saja Meski paruh kedua tahun 2000-an telah diber- yang luasnya 25 are. Naheria bukan merupakan
lakukan CBFM, tapi skema ini tidaklah cukup penduduk asli dari Desa Bukit Indah, tapi berasal
untuk jadi jawaban atas ketimpangan struktur dari Jeneponto. Karena suaminya yang sudah
penguasaan lahan di kawasan yang sudah sejak meninggal berasal dari DesaBukit Indah, membuat
lama terjadi. Dan jadi satu penjelasan mengapa dirinya berdomisili di Desa tersebut hingga
sebagian petani hutan ada yang amat miskin dan sekarang.
sebagian lainnya dapat hidup lebih baik. Data ini Seperti Alimudding, Naheria juga menanam
juga seiring dengan data yang ditemukan oleh tim tanaman yang produktif seperti cokelat dan jagung.
peneliti LIPI yang meneliti desa dengan konteks Tanaman jati pun tak terlepas dari jenis tanaman
pengembangan program Pengelolaan Hutan yang juga ditanam oleh Naheria, tanaman yang juga
Berbasis Masyarakat di Kuningan, Jawa Barat. Tim dianggap mempengaruhi tanaman yang berada di
ini menemukan dari survei rumah tangga petani sekitarnya. Seperti kata Naheria mengenai pohon
PHBM yang mereka lakukan menunjukkan bahwa jati di areal yang dikelolanya. “Semenjak besar mi
sekitar 70% rumah tangga petani yang mengakses itu pohon jati puti,napengaruhi mi juga tanaman
PHBM adalah keluarga miskin dan 30% keluarga di bawa’ nya, seperti jagung, cokelat.Jadi mati
tidak miskin (Aji dkk. _, 22). semua itu,” kata Naheria, mengajukan analisanya. Ternyata nasib Naheria tak beda jauh dengan
H. Petani yang Diuntungkan dari Skema
nasib Alimudding soal permasalahan yang ada di
CBFM
kawasan sekarang ini. Sebab pohon jati yang diang- Sudah dijelaskan sebelumnya, jika banyak gap oleh masyarakat sebagai tanaman tidak pro-
petani tidak mendapat banyak manfaat dari skema duktif ini, hanya menjadikan tanaman Naheria
Hutan kemasyarakatan ini. Salah satunya dise- seperti cokelat yang sudah ditanam sejak tahun
babkan karena Skema ini tidak dapat menjangkau 2000 banyak yang mati.
hingga ke persoalan struktur distribusi penguasaan Salah satu catatan dari keluarga petani hutan
lahan. Petani yang terlanjur menggarap lahan di berlahan kecil adalah kenyataan bahwa hutan atau
kawasan hutan yang luas mendapat hak kelola yang kawasan kelola mereka di dalam hutan sudah tak
luas. Sementara mereka yang sejak dulu berlahan lagi bisa memberikan jaminan penghidupan. Lahan
kecil juga mendapatkan hak kelola melalui skema yang kecil, lokasi yang kurang sumber air, dan
Hutan Kemasyarakatan ini juga dengan lahan kecil. tekanan jumlah tanggungan dalam ekonomi
Karena itu mereka tidak banyak mendapat manfaat
Tasmin Tangngareng & M. Ridha: Pelaksanaan Pengelolaan HKM ...: 194-208 205
dari skema HKm ini. Lain halnya dengan anggota sakan oleh keluarga pak Bo’ding selama mengelola kelompok yang tergolong sukses karena luas lahan
kawasan dengan menanam tanaman cokelat yaitu yang dikelolanya cukup luas dan mampu membe-
kepemilikan 2 unit sepeda motor, pembangunan 3 rikan jaminan perekonomian dan penghidupan
rumah anaknya yang sudah menikah, serta rumah- keluarganya. HKm menjadi tangga administratif
nya sendiri yang kini dihuninya. Selain itu, ia juga untuk melegalisasi tanah luas yang sudah dikelo-
mampu menutupi biaya kuliah anak bungsunya di lanya.
kampus kebidanan di ibu kota Kabupaten Bulu- Untuk kasus petani berlahan luas yang cukup
kumba.
mendapat manfaat dari legalisasi hak kelolanya Tapi untuk tahun 2015 ini, produksi cokelat atas hutan adalah pak Bo’ding. Pak Bo’ding, Anggota
Bo’ding akan mengalami penurunan. Hal ini KTH Bukit Indah, memiliki lahan seluas 3,25
disebabkan oleh banyaknya jumlah pohon cokelat hektare di dalam kawasan hutan pemerintah yang
yang mati. Seperti ulasannya, “Cokelat saya seka- bernama Bangkeng Buki’. Lelaki berumur 60 tahun
rang ini, saya hitung-hitung ada hampir 1.000 yang ini ternyata sudah mengakses hutan sejak 1992
mati karena musim kering. Ada sumur tapi kecil dengan berbagai jenis tanaman yang ditanamnya,
jadi tidak membantu menjangkau semua tanaman,” seperti cengkeh, cokelat, durian, petai, pohon aren,
kata Bo’ding tentang kondisi tanamannya kini. kemiri, rambutan, dan jati putih. Lahan yang kata-
Sehingga produksi cokelat yang dulu bisa nya didapatkan secara turun temurun ini, akhirnya
sampai 20 karung, kini di tengah kekeringan yang mampu membawa kehidupan Bo’ding beserta
melanda, hanya bisa 15 karung saja. Anggota keluarganya menjadi lebih sejahtera.
kelompok tani hutan ini, ternyata dulu tak ingin Pohon cokelat yang ditanam sebanyak 4500
menanam tanaman yang berupa kayu, seperti jati pohon merupakan tanaman yang mendominasi
putih. Ceritanya bermula dari lembaga swadaya tanaman-tanaman lainnya. Musababnya,menurut
masyarakat yang berasal dari Jeneponto. Lembaga Bo’ding, tanaman selain cokelat dianggap tidak
itu menyosialisasikan tentang bibit pohon jati ini memberikan kontribusi yang jelas, seperti ceng-
yang katanya 10 tahun sudah bisa panen. Hal ini keh.Penanaman cokelat dibandingkan tanaman
langsung ditanggapi positif oleh Pemda Bulukumba. yang lain juga dipengaruhi oleh imbauan peme-
Tak tanggung-tanggung, mereka pun langsung rintah, yakni Keputusan Bupati Bulukumba tanggal
menyuplai masyarakat dengan ribuan bibit jati.
28 Desember 202 dalam poin ke-7. Poin ini berisi Masyarakat langsung melakukan penanaman tentang kelompok tani yang telah diberikan izin