HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Instrumen/angket penelitian yang disebar sebanyak 95 eksemplar, jumlah yang kembali berjumlah 81 eksemplar, jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 14 eksemplar. Dari 81 eksemplar kuesioner yang kembali yang tidak dapat diolah karena pengisian yang tidak

SERANG 27 NOPEMBER 2013

714 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

lengkap adalah 3 eksamplar, sehingga yang dapat diolah adalah sebanyak 78 eksemplar dari

26 SKPD yang ada di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan kecuali SKPD Kecamatan.

Profil responden ditabulasi dari 78 eksemplar instrumen penelitian yang dapat diolah. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 47 orang (60%) adalah laki-laki dan perempuan sebanyak 31 orang (40%), dengan rata-rata umur responden adalah 34 tahun, dimana pada kisaran umur 20-30 tahun sebanyak 26 orang, 30-40 tahun sebanyak 37 orang, dan di atas 40 tahun sebanyak 15 orang. Berdasarkan pendidikan terakhir responden, sebanyak 1 orang S2,

41 orang S1, 21 orang Diploma, dan 15 orang SMA. Sedangkan berdasarkan jabatan responden yang berpartisipasi yang terbanyak adalah bendahara, yaitu sebanyak 40 orang (51%), dimana jabatan bendahara disini terdiri dari bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran, dan bendahara barang. Selanjutnya untuk klasifikasi responden berdasarkan status pengguna ( user ) dalam aplikasi SIMDA yang terbanyak adalah operator sebanyak 55 orang (71%), sedangkan sisanya adalah administrator aplikasi SIMDA.

Statistik deskriptif enam variabel penelitian yang dirangkum pada Tabel 1 di lampiran, menunjukkan bahwa variabel efektivitas SI yang mempunyai kisaran teoritis 5-25 dengan rata-rata empiris 20,50 dan standar deviasi 3,05. Dengan nilai rata-rata sebesar 20,50 yang lebih tinggi sedikit di atas nilai median teoritis (20), dapat dikatakan bahwa pengguna aplikasi SIMDA secara umum mempersepsikan bahwa SI efektif bagi mereka. Untuk variabel manajemen puncak yang mempunyai kisaran teoritis 11-55 dengan rata-rata empiris 38,95 dan standar deviasi 6,16. Dengan nilai rata-rata sebesar 38,95 yang lebih rendah sedikit di bawah nilai median teoritis (44), dapat dikatakan bahwa pengguna aplikasi SIMDA secara umum mempersepsikan bahwa manajemen puncak cukup mempunyai peran penting dalam penggunaan aplikasi SIMDA.

Untuk variabel manajemen SI yang mempunyai kisaran teoritis 6-30 menunjukkan rata- rata empiris 23,63 dan standar deviasi 3,30. Dengan nilai rata-rata sebesar 23,63 yang lebih rendah sedikit di bawah nilai median teoritis (24), dapat dikatakan bahwa pengguna aplikasi SIMDA secara umum mempersepsikan bahwa manajemen SI cukup berjalan dengan baik

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

dalam penggunaan aplikasi SIMDA. Sedangkan pada variabel budaya organisasi yang mempunyai kisaran teoritis 16-80, memperlihatkan rata-rata empiris 57,38 dan standar deviasi 6,32. Dengan nilai rata-rata sebesar 57,38 yang lebih rendah sedikit di bawah nilai median teoritis (64), dapat dikatakan bahwa pengguna aplikasi SIMDA secara umum mempersepsikan bahwa budaya organisasi cukup kondusif dalam penggunaan aplikasi SIMDA.

Selanjutnya untuk variabel kepuasan pengguna yang mempunyai kisaran teoritis 15-75 memperlihatkan rata-rata empiris 59,88 dan standar deviasi 7,19. Dengan nilai rata-rata sebesar 59,88 yang lebih rendah sedikit di bawah nilai median teoritis (60), dapat dikatakan bahwa pengguna aplikasi SIMDA secara umum mempersepsikan bahwa pengguna sudah cukup puas dalam penggunaan aplikasi SIMDA. Sedangkan pada variabel penggunaan SI yang mempunyai kisaran teoritis 3-15 memperlihatkan rata-rata empiris 10,64 dan standar deviasi 2,70. Dengan nilai rata-rata sebesar 10,64 yang lebih tinggi sedikit di atas nilai median teoritis (10), dapat disimpulkan intensitas penggunaan SI per hari pada rata-rata 75 sampai 90 menit, dengan frekuensi penggunaan pada rata-rata satu kali dalam sehari.

Model struktural yang diajukan dan diuji pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 2 di lampiran. Dengan menggunakan SmartPLS versi 1.01, model dieksekusi ( Calculate Model ) dan Bootstrapping . Tampilan model struktural penelitian setelah dikalkulasi disajikan pada Gambar 3 di lampiran.

Evaluasi Model Pengukuran ( Outer Model )

Bagian Pertama dari pengujian model pengukuran ( outer model ) adalah convergent validity dengan indikator reflektif. Indikator dianggap valid jika memiliki nilai loading di atas 0,50 dan atau nilai t-statistik di atas 1,96. Output SmartPLS (results for outer loadings) ditampilkan pada Tabel 2 di lampiran.

Berdasarkan output SmartPLS yang ditunjukkan pada Tabel 2 tersebut, terdapat 18 indikator yang nilai outer loading kurang dari 0,50 dan atau nilai t-statistik kurang dari 1,96, yaitu indikator MP1, MP8, MP9, dan MP11 dari variabel Manajemen_Puncak, indikator BO1, BO4, BO5, BO6, BO10, dan BO12 dari variabel Budaya_Organisasi, indikator KP6, KP8, KP11, dan KP12 dari variabel Kepuasan Pengguna, indikator M5 dari variabel Manajemen_SI, serta indikator PS1 dan PS

SERANG 27 NOPEMBER 2013

716 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

dari variabel Penggunaan_SI. Selanjutnya dilakukan pengujian kembali terhadap model tanpa mengikutkan indikator yang nilai outer loading kurang dari 0,50 dan atau nilai t-statistik kurang dari 1,96.

Selanjutnya model dilakukan pengujian ulang tanpa mengikutkan 18 indikator tidak valid tersebut. Gambar hasil pengujian ditampilkan pada Gambar 4 di lampiran, dan tabulasi outer loadings hasil pengujian ulang ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan output SmartPLS, pengujian ulang tersebut, tidak terdapat lagi indikator yang nilai outer loading kurang dari 0,50 dan atau nilai t- statistik kurang dari 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pengukuran telah memenuhi convergent validity .

Bagian Kedua (metode pertama) dari pengujian model pengukuran ( outer model ) adalah discriminant validity , yaitu pengujian di mana indikator pada suatu variabel (konstruk) akan mempunyai loading factor terbesar pada konstruk yang dibentuknya daripada loading factor dengan variabel yang lain. Pada Tabel 4 di lampiran disajikan output dari cross loadings evaluasi discriminant validity . Sebagai ilustrasi dari hasil cross loadings diperlihatkan untuk indikator ES1, ES2, ES3, ES4, dan ES5 nilai korelasi tertinggi ada pada variabel laten Efektivitas_SI. Begitu pula dengan variabel laten lainnya, yaitu Manajemen_Puncak, Budaya_Organisasi, Kepuasan_Pengguna, Manajemen_SI, dan Penggunaan_SI menunjukkan hal yang sama, bahwa nilai korelasi tertinggi ada pada blok/kelompok variabel tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel (konstruk) laten memprediksi indikatornya sendiri lebih baik daripada indikator laten yang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa dari pengujian discriminant validity telah dipenuhi.

Metode kedua untuk menguji discriminant validity adalah dengan melihat nilai akar average variance extracted (AVE) untuk setiap variabel (konstruk) dan membandingkannya dengan korelasi antar variabel. Model mempunyai discriminant validity yang cukup jika akar AVE setiap variabel dalam model lebih tinggi dari korelasi antara variabel tersebut dengan variabel lainnya. Pada Tabel 5 dan Tabel 6 di lampiran disajikan output SmartPLS untuk nilai AVE dan korelasi antar variabel laten. Sebagai ilustrasi variabel Efektivitas_SI nilai akar AVE adalah 0,848, nilai akar AVE ini masih lebih tinggi daripada korelasi antar variabel lainnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6 pada variabel: Efektivitas_SI dengan Manajemen_Puncak (0,544), Efektivitas_SI dengan Budaya_Organisasi (0,687), Efektivitas_SI dengan Kepuasan_Pengguna (0,689), Efektivitas_SI dengan Manajemen_SI (0,673), dan Efektivitas_SI dengan Penggunaan_SI (0,178). Begitu pula apabila nilai akar AVE variabel lainnya bila dibandingkan dengan korelasi antar variabel lainnya ditunjukkan masih lebih

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

tinggi nilai akar AVE. Sehingga dapat diinterpretasikan model sudah memenuhi discriminant validity yang cukup.

Bagian Ketiga dari pengujian model pengukuran ( outer model ) adalah menguji composite reliability . C omposite reliability adalah untuk menguji nilai reliabilitas antara blok indikator dari variabel yang membentuknya, jika nilainya di atas 0,70 dapat diinterpretasikan variabel adalah baik untuk reliabilitasnya. Tabel 7 di lampiran menyajikan hasil dari perhitungan SmartPLS untuk composite reliability . Ditunjukkan bahwa semua variabel nilai composite reliability di atas 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel (konstruk) memiliki reliabilitas yang baik.

Evaluasi Model Struktural ( Inner Model ) Setelah model pengukuran ( outer model ) yang diestimasi memenuhi kriteria convergent validity, discriminant validity , dan composite reliability , berikutnya dilakukan pengujian model struktural ( inner model ). Menilai inner model adalah melihat hubungan antara konstruk laten dengan melihat hasil estimasi koefisien berdasarkan hasil perhitungan SmartPLS pada nilai R-square , yang yang disajikan pada Tabel 8 di lampiran. Ditunjukkan nilai R-square variabel Efektivitas_SI sebesar 80,7%. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk (variabel) Efektivitas_SI yang dapat dijelaskan oleh variabilitas 5 konstruk (variabel) independen, yaitu Manajemen_Puncak, Budaya_Organisasi, Kepuasan_Pengguna, Manajemen_SI, dan Penggunaan_SI adalah sebesar 80,7%, sedangkan 19,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti dan error .

Evaluasi berikutnya untuk inner model (model struktural) adalah mengukur Q-Square Predictive Relevance . Q-Square = 1 – (1 – 0,807), nilai Q-Square yang didapat adalah sebesar 80,7%.

Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa model cenderung baik untuk menjelaskan fenomena efektivitas SI pada pengguna Aplikasi SIMDA 80,7%, sedangkan sisanya (19,3%) dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti dan error .

Pengujian Hipotesis

Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output results for inner weights, dengan menggunakan statistik t atau uji t pada alpha 5% (0,05) dengan nilai t tabel (nilai kritis) pada tingkat siginifikansi 5% adalah 1,96. Bilamana diperoleh t-statistik lebih besar dari 1,96 pada output results for inner weights , maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna (signifikan) variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Sebaiknya, bilamana diperoleh t- statistik lebih kecil dari 1,96, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang tidak bermakna

SERANG 27 NOPEMBER 2013

718 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

(tidak signifikan) variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Tabel output SmartPLS untuk pengujian hipotesis-hipotesis penelitian disajikan pada Tabel 9 di lampiran.

Hipotesis pertama (H1), yang menyatakan bahwa manajemen puncak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI. Ditunjukkan t-statistik lebih kecil dari 1,96 (1,01) dengan arah pengaruh adalah negatif (koefisien parameter -0,076). Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini tidak dapat diterima atau dapat diinterpretasikan bahwa manajemen puncak tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI.

Hipotesis kedua (H2), yang menyatakan bahwa manajemen SI mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI. Ditunjukkan t-statistik lebih besar dari 1,96 (2,66) dengan arah pengaruh adalah positif (koefisien parameter 0,34). Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat diterima atau dapat diinterpretasikan bahwa manajemen SI berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI.

Hipotesis ketiga (H3), yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI. Ditunjukkan t-statistik lebih besar dari 1,96 (2,27) dengan arah pengaruh adalah positif (koefisien parameter 0,27). Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat diterima atau dapat diinterpretasikan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI.

Hipotesis keempat (H4), yang menyatakan bahwa kepuasan pengguna mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI. Ditunjukkan t-statistik lebih besar dari 1,96 (3,51) dengan arah pengaruh adalah positif (koefisien parameter 0,43). Dengan demikian hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat diterima atau dapat diinterpretasikan bahwa kepuasan pengguna berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI.

Hipotesis kelima (H5), yang menyatakan bahwa penggunaan SI mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI. Ditunjukkan t-statistik lebih besar dari 1,96 (2,24) dengan arah pengaruh adalah positif (koefisien parameter 0,15). Dengan demikian hipotesis kelima dalam penelitian ini dapat diterima atau dapat diinterpretasikan bahwa penggunaan SI berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI.

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa manajemen puncak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI pada pengguna aplikasi SIMDA di lingkungan pemerintahan Kabupaten Barito Kuala menunjukkan tidak dapat diterima atau ditolak. Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Gupta dkk (2007) maupun Handayani (2010). Fenomena yang ditunjukkan berbeda hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya untuk pengaruh manajemen puncak terhadap efektivitas SI menunjukkan responden beranggapan bahwa manajemen puncak tidak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI, yang dimungkinkan karena Pemerintah

Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan untuk setiap tahunnya sejak mengimplementasikan SIMDA selalu melakukan pergantian susunan tim implementasi SIMDA. Pergantian susunan tim yang relatif cepat berubah ini berdampak kepada pengguna aplikasi SIMDA sendiri yang beranggapan bahwa manajemen puncak tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI yang telah dijalankan. Ini salah satu faktor yang disinyalir oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun pada tahun 2011 dalam Laporan Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah, bahwa kendala yang dialami daerah dalam rangka penyelenggaraan SIKD lebih banyak karena faktor sumber daya manusia dan keterbatasan sarana. Meski demikian ada sebagian yang beranggapan bahwa ketersediaan dana, peraturan dan kebijakan pimpinan turut mendorong keberhasilan SIKD.

Pada pengujian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa manajemen SI mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI pada pengguna aplikasi SIMDA di lingkungan pemerintahan Kabupaten Barito Kuala menunjukkan diterima atau tidak dapat ditolak. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Gupta dkk (2007) maupun Handayani (2010). Manajemen SI berpengaruh pada efektivitas sistem informasi melalui fungsi penting seperti menetapkan arah bagi kegiatan-

kegiatan sistem informasi, menstrukturisasi departemen sistem informasi dan menetapkan staf personil sistem informasi. Manajemen sistem informasi yang efisien akan membantu organisasi meningkatkan efisiensi operasionalnya, membantu menghasilkan keputusan yang tidak terstruktur dan membantu pembuatan perencanaan strategis.

Hasil pengujian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI pada pengguna aplikasi SIMDA di lingkungan pemerintahan

SERANG 27 NOPEMBER 2013

720 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

Kabupaten Barito Kuala menunjukkan diterima atau tidak dapat ditolak. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Al-Gahtani (2004) dalam Handayani (2010), Gupta dkk. (2007), dan Murahartawaty (2013). Tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Handayani (2010), yang menemukan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap efektvitas SI. Bahwa budaya budaya organisasi dapat dipandang sebagai akselerator dalam efektivitas SI, yaitu untuk dapat mengoptimalkan penggunaan sistem informasi dalam melakukan inovasi yang dipengaruhi oleh interpersonal trust yang terdiri dari minat pribadi, kemampuan, rasa empati, serta sikap percaya kepada teknologi (Ahuja dan Thatcher, 2003 dalam Murahartawaty, 2013). Dengan budaya organisasi yang dirasakan oleh pengguna SI berpengaruh positif terhadap efektivitas SI karena organisasi selalu mengikuti perkembangan SI terbaru untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi dan budaya organisasi memungkinkan untuk mengadopsi teknologi baru tersebut.

Pada pengujian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa kepuasan pengguna mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI pada pengguna aplikasi SIMDA di lingkungan pemerintahan Kabupaten Barito Kuala menunjukkan diterima atau tidak dapat ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Gupta dkk. (2007), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Handayani (2010). Bahwa kepuasan pengguna dalam penggunaan SI dapat digunakan sebagai ukuran efektivitas

SI. Kepuasan pengguna sangat penting untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan ketelitian pembuatan laporan organisasi.

Sedangkan pengujian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa penggunaan SI mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI pada pengguna aplikasi SIMDA di lingkungan pemerintahan Kabupaten Barito Kuala menunjukkan diterima atau tidak dapat ditolak. Bahwa penggunaan SI di lingkungan pekerjaan pengguna SI telah dirasakan manfaatnya untuk mengurangi beban organiasi dan meningkatkan output serta kualitas laporan yang diproduksi oleh

organisasi yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas SI yang dioperasionalkan.

Secara keseluruhan, model penelitian ini diadaptasi dari model hasil penelitian Gupta dkk. (2007) dengan kondisi birokrasi pemerintahan di Kota New Delhi India, yang menunjukkan bahwa, manajemen puncak, manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

efektivitas SI. Yang kemudian diadaptasi oleh Handayani (2010) dengan populasi penelitian adalah pegawai pengguna SI berbagai tingkatan pada organisasi publik di Kota Surakarta, yaitu PLN, PDAM, POLRI, Pos Indonesia, TELKOM, PJKA, Angkasa Pura, dan Institusi Perpajakan, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen puncak, manajemen SI, dan penggunaan SI, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI. Sedangkan budaya organisasi dan kepuasan pengguna mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap efektivitas sisem informasi. Hasil penelitian sekarang dengan menggunakan model Gupta dkk. (2007) menunjukkan bahwa efektivitas SI dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI. Sedangkan manajemen puncak tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI. Dengan kata lain pada penelitian ini, dengan menggunakan model Gupta dkk. (2007) untuk menerangkan faktor-faktor yang memengaruhi secara positif dan signifikan terhadap efektivitas SI pada aplikasi SIMDA di pemerintahan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan adalah manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI.