Efektivitas SIMDA dengan Model Gupta Stu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas karunia Allah SWT atas kemurahan dan inayyah- Nya, sehingga proceeding Konferensi Nasional Akuntansi Bisnis dan Ekonomi ini dapat disusun. Proceeding ini berisi hasil-hasil penelitian oleh para akademisi, praktisi dan profesional di bidang akuntansi bisnis dan ekonomi. Penyelenggaraan konferensi ini didasari oleh suatu motivasi untuk menjadikan riset social ekonomi sebagai wahana bagi para akademisi dan profesional untuk mendapatkan jawaban atas fenomena dari realita social ekonomi yang membutuhkan penjelasan yang kokoh. Riset juga dapat menjadi instrument bagi pengembangan gagasan-gagasan dan inovasi sekaligus sebagai media yang efektif untuk belajar memahami realita social dan ekonomi secara terstruktur dan metodis. Dengan riset sosial ekonomi yang berkualitas para akademisi dapat menjalankan peran secara lebih optimal sebagai central agent of knowledge dan agent of change dalam lingkungan social dan ekonomi.

Konferensi Nasional Akuntansi Bisnis dan Ekonomi (KNABE)-2013 ini secara khusus mengangkat tema “Penguatan Corporate Governance Menuju Daya Saing Ekonomi

Global. Tema tersebut didasari pada pertimbangan mengenai pentingya sektor swasta dan BUMN dalam pengembangan ekonomi nasional. Sektor tersebut merupakan pelaku-pelaku yang menggerakan roda perekonomian baik untuk sektor riil maupun sektor perbankan. Kualitas tata kelola yang berlangsung pada sektor menjadi isu sentral dalam pencapaian daya saing bisnis yang kuat baik dalam skala nasional maupun internasional. Tata kelola organisasi yang sehat dan akuntabel dapat menghindarkan masalah inefisiensi dan inefektifitas operasional baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Oleh karena itu penguatan tata kelola organisasi yang sehat dan akuntabel mutlak menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi.

Konferensi Nasional Akuntansi, Bisnis Dan Ekonomi ini secara berkelanjutan diharapkan dapat menjadi forum berbagi pengetahuan antar sesama akademisi mengenai isu- isu penting yang perlu dikaji secara lebih mendalam. Selain itu Konferensi ini juga diharapakan dapat berlanjut menjadi wahana berbagi pengetahuan baik dari praktisi kepada akademisi maupun dari akademisi kepada para praktisi

Serang , 27 Nopember 2013

Panitia penyelenggara

DAFTAR ISI

Kategori Keuangan, Syariah, Pajak, dan Pasar Modal

Hubungan Antara Suku Bunga dan Investasi Domestik di Indonesia, 2001:1-2009:4 1-13 Oleh: Dewi Istanti, Yulius P ratomo (P rogram Studi Ilmu Ekonomi, FEB-UKSW Salatiga)

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Earning Per Share , Laverage dan 14-35

Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan-perusahaan Industri Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2012 Oleh: Hartanto, Paskah Ika Nugroho (Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)

Corporate Governance, Karakteristik Perusahaan, Kinerja Keuangan dan 37-46

Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perbankan Syariah

Oleh: Ihah Muslihah , Agus Ismaya H, Tenny Badina (Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Topik Penelitian Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal di Indonesia (Periode 2001- 47-67 2011) Oleh : Liana, Ari Kuncoro (Universitas Sebelas Maret)

Tren Penelitian Bidang Corporate Governance di Indonesia (Periode 2001-2011) 68-90 Oleh: M. Adnan Firdaus, Ari Kuncoro (Universitas Sebelas Maret)

Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Reaksi Investor Melalui Pengungkapan 91-108 Sustainability Report

(Pada Perusahaan Manufaktur dan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Oleh: Nindha Utami Cahaya Muchti, Aristanti Widyaningsih (Universitas Pendidikan Indonesia)

Mendorong Perbaikan dan Penerapan Akuntansi Sosial Ekonomi Islam di Indonesia 109-132

Oleh: R. Bambang (STIE DR Mukhtar Thalib Jakarta)

Corporate Governance dan Pengungkapan Pengendalian Intern Pada Perusahaan 133-155 Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

Oleh: Ratu Ayu Fanisa Nariah, Rudi Zulfikar (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pengaruh Family Control terhadap Intellectual Capital Performance pada Perusahaan 156-175 Perbankan di Indonesia

Oleh: Ryan Dexa, Ari Kuncoro (Universitas Sebelas Maret)

Praktik Corporate Governance dan Nilai Perusahaan BUMN di Indonesia 176-222 Oleh: Sandra Fitri Astrini, Ghanesus Biekayanti (Universitas Sebelas Maret)

Model Pendeteksian Efek Sinergi Pertumbuhan Asset atas Nilai Perusahaan Untuk 223-250 Keputusan Pendanaan Berbasis Hutang di Bursa Efek Indonesia (BEI) Oleh: Sugiyanto, Sapto Jumono(Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta)

Kategori Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keprilakuan

Determinasi Praktek Pemerataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia 252-276 Oleh: Angga Prasetyo, Ni Putu Eka Widiastuti (Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”

Jakarta)

Struktur Organisasi, Budaya Organisasi, dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah 277-299 Daerah di Indonesia Oleh: Handoko A Hasthoro, Henry Sarnowo (Fakultas Ekonomi Universitas

Janabadra Yogyakarta)

Pengaruh Knowledge Management Enablers Terhadap Kinerja Organisasi Dengan 300-319 Speed to Market dan Kinerja Produk Baru Sebagai Variabel Intervening

Oleh: Ina Indriana, Iswi Elviani (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Dampak Partisipasi Anggaran dan Reinforcement Contingency Terhadap Komitmen 320-347 Organisasi

Oleh: Mia Selvina, Yuliansyah, dan Pigo Nauli (Universitas Lampung)

Pengaruh Total Kualitas Manajemen (TQM) dan Orientasi Pasar Terhadap Kinerja 348-378 Hotel: Faktor Lingkungan Eksternal Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris

Pada Hotel Kelas Bintang di Provinsi Banten) Oleh: Reisya Dwina Permata Sari, Galih Fajar Muttaqin (Universitas Sultan Ageng Tirtayas a

Hubungan Persepsi Keadilan, Persepsi Dukungan, Komitmen Organisasi, Burnout 379-402 dan Turnover Intention Oleh: Rinda Yulistiarida (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Tren Penelitian di Bidang Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keperilakuan di 403-424 Indonesia (Periode 2001-2011)

Oleh: Sally, Ari Kuncoro (Universitas Sebelas Maret)

Pengaruh Karakteristik Board Governance Terhadap Intelectual Capital Disclosure 425-449 Oleh: Tri Arirumanti, Lia Uzliawati, Rita Rosiana (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Kategori Audit, Sistem Informasi, Etika Profesi, Forensik, dan Akuntansi Sektor Publik

Pengaruh Independensi, Keahlian, Aktifitas dan Ukuran Komite Audit Terhadap 451-473 Efektifitas Komite Audit (Studi Kasus pada Ikatan Komite Audit Indonesia) Oleh: Anih (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Efektifitas Anggaran Berbasis Kinerja: Ditinjau dari Pengaruh Sumber Daya, Informasi, dan Orientasi Tujuan Sebagai Aspek

474-485 Teknokratis (Survei pada Pemerintah Kota Surakarta) Oleh: Bayu Tri Cahya (STAIN Kudus), Djoko Suhardjanto (Universitas Sebelas Maret), Yunus Harjito (Universitas Muha mmadiyah Surakarta)

The Effect Of Regionally Income, Fund Balance and Inflation Againts Capital 486-501 Expenditures Relize (Research in the West Java Provincial Government from 2007

until 2011) Oleh: Gema Ika Sari (STIE Al Khairiyah Cilegon)

Karakteristik Komite Audit dan Time Line Laporan Keuangan 502-519 Oleh: Hotman Tinambunan, Rudi Zulfikar, Ewing Yuvisa Ibrani (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Keputusan Pergantian Kantor Akuntan Publik Suatu Pilihan Dilematis atas Opini 520-529 Going Concern , Pergantian Manajemen dan Financial Distrees Perusahaan Oleh: I Gede Agus S, Ni Putu Eka (Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jakarta)

Pengaruh Teknologi Informasi terhadap kinerja Individual : Computer Anxiety 530-545 sebagai variabel Moderating (Studi pada BPR Kota Lampung) Oleh: Lego Waspodo (Universitas Lampung)

Dampak Struktur Audit Mekanis dan Kultur Organisasi Terhadap Komunikasi Dalam 550-611 Tim Audit (Empirical Studies in Public Accountant Firm in DKI Jakarta)

Oleh: M.Ardiansyah Syam, Syahril (Managing Partner & Senior Auditor KAP M. Ardiansyah Syam & Rekan Di Jakarta)

Hubungan Keefektifan Komite Audit dan Probabilitas Perusahaan dengan Financial 612-647 Reporting Leadteam (Studi Empiris Pada Perusahaan di Banten yang Listing di Bursa

Efek Indonesia Pada Tahun 2009-2012) Oleh : Nurul Aini, Helmi Yazid, Lili Sugeng Wiyantoro (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Pengaruh dana bagi hasil, dana alokasi umum, Produk domestik regional bruto, 648-669 kepadatan penduduk, Dan investasi pemerintah daerah terhadap Pendapatan asli

daerah di Indonesia Oleh: Nurul Hidayah, Diah Iskandar, Herman (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana)

Tren Penelitian di Bidang Sistem Informasi Akuntansi dan Auditing di Indonesia 670-696 (Penelitian Ilmiah di Indonesia Periode 2001-2011) Oleh: Priska Dwi Susanti, Ari Kuncara (Universitas Sebelas Maret)

Efektivitas SIMDA dengan Model GUPTA (Studi Empiris Aplikasi Sistem Informasi 670-724 Manajemen Keuangan Daerah Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan) Oleh: Riswan Yudhi Fahrianta, Soelistijono Boedi (STIE Indonesia Banjarmasin)

Hubungan antara Struktur Kepemilikan (Konsentrasi Kepemilikan, Kepemilikan 725-744 Institusional) dan Independensi Komite Audit terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012) Oleh: Rosmawati (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Efektivitas Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap kinerja Pegawai: 745-763 Dysfunctional Behavior sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Satuan

Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Banyumas) Oleh: Sudjono, Dona Primasa ri, Ratu Ayu Sriwulandari (Universitas Jenderal Soedirman)

Gaya Penggunaan Informasi Diagnostik – Interaktif dan Penggunaan Informasi 764-778 Akuntansi: sebuah Studi di Indonesia Oleh: Tubagus Ismail (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Analisis Komparasi Indeks Internet Financiah l Reporting Pemerintah Daerah di 779-791 Indonesia Oleh: Verawaty, Citra Indah Merina (Universitas Bina Darma Palembang)

Kategori Sumber Daya Manusia dan Strategi Manajemen

Pengaruh Intrapreneurship terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur di Tangerang 793-811 Oleh: Rita Friana (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Kategori Akuntansi Pendidikan

Stereotipe, Persepsi dan Kreativitas Mahasiswa Akuntansi 813-826

Oleh: Yulianti (Fakultas Ekonomi Universitas Semarang)

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

EFEKTIVITAS SIMDA DENGAN MODEL GUPTA (Studi Empiris Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan)

Riswan Yudhi Fahrianta; [email protected] Soelistijono Boedi; [email protected] (Dosen STIE Indonesia Banjarmasin) Diah Afrianti (Alumni STIE Indonesia Banjarmasin)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris tentang faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas sistem informasi (SI) dari sisi pengguna aplikasi SIMDA pada organisasi sektor publik, yaitu Pemerintah Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu manajemen puncak, manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI. Dengan mengadaptasi model penelitian dari hasil temuan Gupta dkk. (2007) pada kondisi birokrasi di Kota New Delhi India, yang kemudian juga diadaptasi oleh Handayani (2010) pada pengguna SI organisasi sektor publik di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah.

Responden adalah pegawai pemerintah Kabupaten Barito Kuala yang menggunakan atau pengguna aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), yaitu seluruh SKPD di pemerintahan Kabupaten Barito Kuala kecuali SKPD Kecamatan. Data dianalisis dari tanggapan 78 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana untuk analisis model dan pengujian hipotesis menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS).

Hasil penelitian Gupta dkk. (2007) menemukan bahwa manajemen puncak, manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI. Pada Handayani (2010) menemukan bahwa manajemen puncak, manajemen SI, dan penggunaan SI mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI. Sedangkan budaya organisasi dan kepuasan pengguna mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap efektivitas SI. Untuk hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas SI dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI. Sedangkan manajemen puncak tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI.

Kata-kata kunci: efektivitas sistem informasi, organisasi sektor publik, aplikasi simda

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

PENDAHULUAN

Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu agenda pokok reformasi yang diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh pemerintah daerah. Masyarakat menuntut adanya akuntabilitas yang baik disertai transparansi dan keterbukaan pengelolaan sektor publik agar supaya masyarakat dapat turut mengontrol dan memperbaiki kinerja pemerintah daerah.

Menjawab tuntutan masyarakat tersebut, pemerintah RI telah mengeluarkan serangkaian Undang-undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Manajemen Keuangan Daerah, antara lain: UU 17/2003, UU 1/2004, UU 15/2004, UU 32/2004, PP 58/2005, dan PP 8/2006. Misi utama serangkaian kebijakan tersebut bukan hanya pada keinginan untuk melimpahkan kewenangan pembiayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas pegelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam mewarnai proses penyelengaraan pemerintahan daerah pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan pada khususnya. (BPI, 2008)

Sebagaimana disyaratkan dalam Permendagri 13/2006, masing-masing Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota harus bisa memanfaatkan teknologi informasi secara maksimal, cepat, tepat dan akuntabel sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah akuntansi.

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini sangat terasa manfaatnya dalam membantu mempercepat dalam proses suatu kegiatan. Perubahan metode pencatatan keuangan daerah dari metode single entry ke double entry memerlukan suatu sistem pencatatan dan pembukuan yang lebih kompleks sehingga tidak dapat dihindarkan lagi adanya penggunaan sistem informasi yang berbasiskan teknologi informasi untuk mempermudah kegiatan di bidang akuntansi yang akhirnya dapat menyajikan laporan-laporan yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

Tanpa menerapkan sistem informasi yang baik, suatu penyelenggaraan pemerintahan tidak akan dapat melayani warganya dengan baik. Undang-undang 17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara mewajibkan pemerintah daerah dan satuan kerja perangkat daerah selaku pengguna anggaran untuk menyusun laporan keuangan

SERANG 27 NOPEMBER 2013

700 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

sebagai pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) sejak diundangkannya UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan bagi pemerintah pusat merupakan wujud nyata pentingnya publikasi dan transparansi Informasi Keuangan Daerah (IKD) bagi semua pihak. Jauh sebelum terbitnya UU No 33/2004, sebagai bagian dari e-Government pelaksanaan SIKD merupakan pendukung pengambilan keputusan dalam kebijakan desentralisasi fiskal.

Penyelenggaraan SIKD tersebut telah diatur melalui UU 13/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah serta PP 56/2005 jo PP 65/2010. Tujuan diselenggarakannya SIKD bagi pemerintah pusat diantaranya adalah sebagai: (a) bahan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional, (b) bentuk penyajian informasi keuangan daerah secara nasional, (c) bahan kebijakan keuangan daerah seperti alokasi dana perimbangan, pinjaman daerah pengendalian defisit, dan (d) alat untuk melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi pendanaan desentralisasi, dekonsentrasi, tugas pembantuan, pinjaman daerah dan defisit anggaran daerah. (DJPK, 2011)

Laporan Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan SIKD Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun 2011 menunjukkan 50% aplikasi pengelolaan keuangan daerah yang paling banyak dipakai oleh daerah berasal dari pengembang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan nama produknya Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Kemudian Sekitar 27% merupakan aplikasi yang bernama Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) yang berasal dari Pilot Project Kemendagri. Sisanya adalah Swakelola (10%), SIPKD non Pilot Project (3%) dan aplikasi lainnya adalah 10%.

Pemerintah daerah memerlukan sistem informasi yang dapat menghasilkan laporan keuangan dan informasi keuangan lainnya secara lebih komprehensif yang meliputi informasi mengenai posisi keuangan daerah, kondisi kinerja keuangan, dan akuntabilitas pemerintah daerah. Sistem tersebut juga harus mengacu pada PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang

disempurnakan dengan Permendagri 59/2007. A tas dasar tersebut diatas dikembangkan sebuah sistem informasi keuangan yang memiliki kekuatan fitur bukan hanya dari sisi

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

kelengkapan fungsionalitasnya saja, namun juga memiliki kekuatan dalam hal proses integrasi dengan sistem-sistem lainnya yang terkait.

Pemerintah Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan adalah salah satu pengguna dari aplikasi SIMDA melalui Surat Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor 188.45/55.KUM.2012. Surat Keputusan tersebut setiap tahunnya diperbaharui karena dalam tiap tahun terjadi penggantian susunan anggota tim implementasi SIMDA. Ada dua sistem yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala ini yaitu Pengelolaan SIMDA Keuangan dan Pengelolaan SIMDA Barang Milik Daerah (Inventaris). Pengelolaan SIMDA Barang Milik Daerah ini dikhususkan untuk barang-barang inventaris atau aset daerah yang diperlukan setiap periodenya. Berbeda dengan SIMDA Keuangan pengelolaannya dikhususkan untuk administrasi keuangan daerah Kabupaten Barito Kuala setiap periodenya. Tetapi dari pengelolaan atau penginputan SIMDA Barang Milik Daerah tersebut secara otomatis akan masuk pembukuannya dalam pengelolaan SIMDA Keuangan.

Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas sistem informasi (SI) pada organisasi sektor publik khususnya pada pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia relatif baru sejak era reformasi yang berdampak pada otonomi daerah. Konsekuensi dari penyelenggaraan otonomi daerah salah satunya adalah ketersediaan informasi keuangan daerah baik oleh pusat maupun daerah. Oleh Handayani (2010), dikemukakan bahwa dalam penggunaan SI sendiri di Indonesia khususnya pada lembaga pemerintahan masih sebatas penggunaan komputer untuk pengetikan dan mendukung proses administrasi semata. Fungsi teknologi informasi untuk proses pengolahan data dan transaksi yang komplek serta penyediaan informasi publik masih jauh dari harapan. Apalagi proses pengambilan keputusan berbasis sistem informasi masih belum menjadi fokus perhatian, sehingga hal ini akan memengaruhi kualitas penyediaan informasi publik untuk kepentingan masyarakat. Selain itu upaya penerapan sistem informasi pada organisasi pemerintahan masih mengalami beberapa kendala karena belum semua instansi yang menyelenggarakannya. Faktor lainnya adalah seperti yang diungkapkan oleh DJPK (2011), bahwa kendala yang dialami daerah dalam rangka penyelenggaraan SIKD lebih banyak karena faktor sumber daya manusia dan

SERANG 27 NOPEMBER 2013

702 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

keterbatasan sarana. Meski demikian ada sebagian yang beranggapan bahwa ketersediaan dana, peraturan dan kebijakan pimpinan turut mendorong keberhasilan SIKD.

Gupta dkk. (2007), mengajukan model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas SI dari sudut pengguna SI pada organisasi sektor publik dan penelitian dilakukan pada kondisi birokrasi pemerintahan di Kota New Delhi India. Bahwa faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas sistem informasi pada model Gupta dkk. (2007), yaitu manajemen puncak, manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, manajemen puncak, manajemen sistem informasi, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI, mempunyai pengaruh positif dan siginfikan terhadap efektivitas SI pada kondisi organisasi pemerintahan di Kota New Delhi India.

Kondisi pemerintahan yang berbeda antara Kota New Delhi India dengan Kota Surakarta di Indonesia menjadi ketertarikan Handayani (2010) untuk meneliti kembali dengan model yang diajukan oleh Gupta dkk. (2007) tersebut. Dengan populasi penelitian adalah pegawai pengguna SI berbagai tingkatan pada organisasi publik di Kota Surakarta, yaitu PLN, PDAM, POLRI, Pos Indonesia, TELKOM, PJKA, Angkasa Pura, dan Institusi Perpajakan. Hasil penelitian Handayani (2010), menunjukkan bahwa manajemen puncak, manajemen SI, dan penggunaan sistem informasi, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas SI. Sedangkan budaya organisasi dan kepuasan pengguna mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap efektivitas SI. Aplikasi sistem informasi yang digunakan oleh pengguna sistem informasi pada beberapa organisasi sektor publik yang menjadi objek penelitian Handayani (2010) adalah sangat beragam, karena tiap instansi atau institusi tersebut dalam mengembangkan dan menerapkan aplikasi sistem informasi memang dengan tujuan besar yang sama yaitu pada akhirnya untuk melayani kepentingan masyarakat, tetapi penekanan pada tujuan adanya SI untuk organisasi tersebut yang spesifik jelas sangat berbeda, karena untuk menganalisis efektivitas SI sebaiknya atas aplikasi sistem informasi yang cenderung seragam dalam penggunannya. Argumentasi inilah yang mendasari untuk meneliti kembali khusus pada kondisi pengguna aplikasi SIMDA di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan, serta untuk

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

mengetahui apakah model pengukuran efektivitas SI yang dikembangkan oleh Gupta dkk. (2007) dapat menerangkan efektivitas SI penerapan aplikasi SIMDA di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan dan konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010). Argumentasi berikutnya adalah seperti yang diungkapkan oleh Etin (2011), bahwa efektivitas aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau efektivitas SI dalam proses manajemen kelembagaan sering terhambat oleh banyak faktor non teknis yang tidak

dipersiapkan organisasi/lembaga.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris tentang faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas SI dari sisi pengguna aplikasi SIMDA pada organisasi sektor publik, yaitu Pemerintah Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu manajemen puncak, manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI. Diharapkan dengan bukti empiris dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan efektivitas SI aplikasi SIMDA pada Pemerintah Kabupaten Barito Kuala dari sisi persepsi atau tanggapan pengguna SI, sehingga pada akhirnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan aliran informasi. Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa informasi adalah ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi, sehingga informasi menjadi sangat penting di dalam suatu organisasi. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, kerdil dan akhirnya berakhir. Dalam hal ini, teknologi informasi hanya merupakan salah satu komponen kecil saja. Komponen lainnya secara umum adalah proses dan prosedur, struktur organisasi,sumberdaya manusia, model-model untuk analisis, perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan serta database .

Oleh Baridwan dan Hanum (2007), dikemukakan bahwa upaya untuk mendapatkan dan menghasilkan informasi yang memadai dan akurat terintegrasi dalam kerangka sistem yang disebut sistem informasi (SI). Rokhman et.al (1998) dalam Baridwan dan Hanum (2007) menyatakan bahwa untuk mendapatkan informasi yang memadai organisasi harus mempunyai SI. Penggunaan SI secara efektif dapat memberikan keuntungan kompetitif ( competitive

SERANG 27 NOPEMBER 2013

704 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

adventage ) bagi organisasi. Selain itu, peranan SI memungkinkan organisasi untuk mengubah bentuk organisasinya, mengubah cara organisasi dalam beroperasi dan mampu mengubah cara

organisasi dalam bersaing, apapun jenisnya, baik yang bersifat profit maupun non-profit oriented . Hal ini menunjukkan bahwa SI mempunyai banyak peran dalam organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Cho (2007), bahwa SI yang efektif dapat dideskripsikan seberapa sukses SI memberikan kepuasan kepada pengguna dan dampak SI itu sendiri kepada individu dan organisasi. Sehingga dapat ditegaskan berdasarkan Gupta dkk. (2007), bahwa efektivitas SI dari sudut pengguna SI adalah: (1) SI mempunyai dampak terhadap keefektivan dan produkstivitas pengguna, (2) SI dapat meningkatkan komunikasi pengguna dengan bagian lain dalam organisasi, (3) SI dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan yang harus dibuat, (4) SI dapat meningkatkan tanggung jawab pengguna pada pekerjaannya, dan (5) SI dapat meningkatkan kinerja seluruh bagian dalam organisasi.

Keterlibatan SI dalam upaya pengelolaan organisasi apapun bentuknya, termasuk organisasi sektor publik adalah dalam rangka efektivitas dan efisiensi. Dengan kehandalan, daya tahan, kemampuan mengingat yang tidak terbatas, kecepatan, serta ekonomis. Penggunaan SI bukan lagi pilihan bagi organisasi saat ini dalam membantu penyediaan dan manajemen informasi ataupun pertukaran data yang akan sangat bermanfaat dalam pembuatan keputusan. Karena setiap aktivitas manajemen organisasi akan terkait dengan proses pembuatan keputusan, mulai dari yang sangat sederhana, sampai dengan yang kompleks, dari yang rutin sampai dengan yang generik.

Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap dengan aktivitas berupa pelayanan publik (public service) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyediaan pangan (Bastian, 2006). Untuk dapat meningkatkan pelayanan publik tersebut maka dibutuhkan SI. Sistem informasi dapat mendukung keterpaduan sistem penyelenggaraan organisasi sektor publik melalaui jaringan sistem informasi on-line antar instansi pusat dan daerah untuk mengakses seluruh data dan informasi terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik.

Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) adalah sistem manajemen informasi pemerintah daerah yang merupakan subsistem dari Sistem Informasi Manajemen Dalam

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

Negeri (SIMDAGRI) yang mendukung kebutuhan informasi bagi penyelenggaraan fungsi utama dan penunjang bagi pemerintah daerah yang terintegrasi secara baik (Anwar, 2004). SIMDA mempunyai maksud untuk memberikan arah, pedoman, dan landasan hukum dalam rangka pembangunan, pelaksanaan dan pengembangan sistem informasi di lingkungan pemerintah daerah. Berdasarkan maksud dari SIMDA diperkuat dengan tujuan SIMDA untuk menciptakan mekanisme pengambilan keputusan di lingkungan pemerintah daerah dalam rangka menunjang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Sasaran diterapkannya SIMDA sendiri adalah tersedianya informasi yang akurat dan terpadu dalam rangka pengambilan keputusan di lingkungan pemerintah daerah agar tercipta mekanisme penyediaan informasi yang baik dan dapat dioperasikan dalam pengelolaan informasi. Jaringan komunikasi data yang terarah dapat menghubungkan dan mengkaitkan setiap unit kerja di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan asas SIMDA yaitu: keterpaduan, dayaguna, manfaat pembakuan, keluwesan, keamanan, keandalan, pemilikan, sinergisme, dan homogenitas .

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Etin (2011), bagaimanapun canggihnya atau lengkapnya SI yang dimiliki dan diinstalkan dalam mendukung proses pembuatan keputusan, efektivitas implementasi ini ditentukan oleh beberapa faktor penentu, yaitu budaya, mutu sumberdaya manusia, dan sistem manajemen SI itu sendiri. Budaya memberikan landasan sosiologis, antropologis, dan psikologis secara tidak langsung terhadap penerimaan SI sebagai supporting device pembuatan keputusan yang dilakukan unsur manusia. Kepercayaan ( belief ), sikap ( attitude ), keinginan ( intention ), dan hubungan perilaku pengguna ( user behaviour relationship ) yang terkait dengan SI akan memberikan landasan bagi diterimanya SI dan digunakan secara efektif.

Penelitian Gupta dkk. (2007) pada organisasi sektor publik di Kota New Delhi India menunjukkan bukti empiris bahwa efektivitas SI pada organisasi sektor publik ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu manajemen puncak, manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna, dan penggunaan SI. Model penelitian digambarkan pada Gambar 1 di lampiran.

Hubungan Manajemen Puncak dengan Efektivitas Sistem Informasi

SERANG 27 NOPEMBER 2013

706 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

Keterkaitan dalam hubungan manajemen puncak dengan efektivitas SI dalam hal ini adalah pengaruh dukungan dan keterlibatan manajemen puncak terhadap efektivitas sistem informasi. Dukungan dan keterlibatan manajemen puncak dalam siklus hidup SI merupakan hal yang penting untuk memberikan pedoman dan arah dari pengembangan SI, seperti yang ditandaskan oleh Shield (1995) dalam Latifah dan Sabeni (2007) bahwa, dukungan manajemen puncak (atasan) dalam suatu inovasi sangat penting dikarenakan adanya kekuasaan atasan terkait dengan sumber daya. Atasan dapat fokus terhadap sumber daya yang diperlukan, tujuan dan inisiatif strategi yang direncanakan apabila atasan mendukung sepenuhnya dalam implementasi SI.

Cho (2007), menyatakan bahwa dukungan manajemen puncak masih merupakan faktor yang paling penting dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi. Yang sebelumnya oleh Choe (1996) diungkapkan, bahwa dukungan manajemen puncak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI. Dimana manajemen puncak bertanggungjawab atas penyediaan pedoman umum bagi kegiatan penggunaan SI, dimana tingkat dukungan yang diberikan oleh manajemen puncak bagi SI organisasi dapat menjadi suatu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan semua kegiatan yang berkaitan dengan SI (Raghunathan dan Raghunathan, 1988 dalam Handayani, 2010).

Hasil penelitian Gupta dkk. (2007) dan Handayani (2010) menunjukkan, bahwa manajemen puncak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI. Sehingga hipotesis yang dikembangkan dalam hubungan ini adalah:

H1: Manajemen puncak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI

Hubungan Manajemen Sistem Informasi dengan Efektivitas Sistem Informasi

Informasi dalam suatu organisasi adalah sumberdaya konseptual untuk mengelola sumberdaya fisik, yaitu manusia, material, mesin, uang, serta fasilitas dan energi. Manajemen SI adalah bagaimana sumberdaya data dan informasi harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap saat diperlukan dapat segera dimanfaatkan atau perlu diadakan modifikasi dan dimanfaatkan semaksimal mungkin serta selalu diperbaharui. Jadi manajemen SI harus

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

memastikan bahwa data mentah yang diperlukan terkumpul dan kemudian diproses menjadi informasi yang berguna. Kemudian memastikan bahwa orang yang layak dalam organisasi menerima informasi tersebut dalam bentuk yang tepat pada saat yang tepat sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan. Akhirnya membuang informasi yang tidak berguna lagi dan menggantikannya dengan informasi yang terkini dan akurat. (McLeod Jr dan Schell, 2004)

Gupta dkk. (2007) mengemukakan bahwa manajemen SI yang efisien akan membantu organisasi meningkatkan efisiensi operasionalnya, membantu menghasilkan keputusan yang tidak terstruktur, dan membantu pembuatan perencanaan strategis. Manajemen SI akan memengaruhi produktivitas organisasi karena kemajuan manajemen SI akan membawa manfaat dengan menyediakan informasi untuk proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dengan tepat waktu.

Soegiharto (2001), menyatakan bahwa fungsi kunci dari manajemen SI berpengaruh terhadap efektivitas SI, sehingga apabila manajemen SI tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka akan mengganggu semua proses dalam organisasi yang melibatkan SI. Gupta dkk. (2007) menyatakan bahwa manajemen SI mempunyai hubungan yang positif dengan efektivitas SI, maupun Handayani (2010) menunjukkan bahwa manajemen SI mempunyai pengaruh yang positif terhadap efektivitas SI. Sehingga hipotesis yang dikembangkan dalam hubungan manajemen SI dengan efektivitas SI adalah:

H2: Manajemen SI mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI

Hubungan Budaya Organisasi dengan Efektivitas Sistem Informasi

Budaya organisasi merupakan faktor penentu dalam efektivitas SI. Definisi budaya organisasi yang cukup banyak dirujuk adalah dari Robbins dan Judge (2008), bahwa budaya organisasi (kultur organisasi) adalah mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya.

Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, sebagai instrumen untuk menentukan arah

SERANG 27 NOPEMBER 2013

708 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, cara mengalokasikan sumber daya organisasional, dan sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal. Hal yang paling mendasar dari budaya organisasi adalah sebagai sistem kontrol sosial bagi anggota organisasi untuk mengendalikan perilaku yang diharapkan agar sesuai dengan tujuan organisasi (Murahartawaty, 2013). Bahwa budaya budaya organisasi dapat dipandang sebagai akselerator dalam efektivitas SI, yaitu untuk dapat mengoptimalkan penggunaan sistem informasi dalam melakukan inovasi yang dipengaruhi oleh interpersonal trust yang terdiri dari minat pribadi, kemampuan, rasa empati, serta sikap percaya kepada teknologi (Ahuja dan Thatcher, 2003 dalam Murahartawaty, 2013).

Penelitian Al-Gahtani (2004), seperti yang dikutip oleh Handayani (2010) menunjukkan adanya hubungan positif antara budaya organisasi dengan penggunaan SI dimana suatu organisasi yang mempunyai kemampuan untuk mudah mengadopsi teknologi baru maka organisasi tersebut cenderung akan mempunyai tingkat penggunaan SI yang lebih efektif. Hal ini disebabkan karena organisasi tersebut selalu mengikuti perkembangan SI terbaru untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga ditegaskan oleh Murahartawaty (2013), bahwa pemanfaatan SI yang efektif sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi yang berasal dari tradisi dan kebiasaan individu di dalamnya.

Hasil penelitian Gupta dkk. (2007) menunjukkan bahwa budaya organisasi mempunyai hubungan positif dengan efektivitas SI, sedangkan Handayani (2010) menemukan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap efektvitas SI. Murahartawaty (2013) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa budaya clan dan hierarcy berkorelasi positif dengan efektivitas SI. Budaya clan digambarkan sebagai budaya yang fokus pada kerjasama tim, komitmen, dan bersifat kekeluargaan. Sedangkan budaya hierarchy menekankan pada birokrasi, aturan, dan efesiensi. Sehingga hipotesis yang dikembangkan dalam hubungan budaya organisasi terhadap efektivitas SI adalah:

H3: Budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

Hubungan Kepuasan Pengguna dengan Efektivitas Sistem Informasi

Terdapat banyak model dan metode yang dikemukakan oleh peneliti untuk menilai tingkat efektifitas sistem informasi dalam organisasi diantaranya, analisis biaya-manfaat, estimasi penggunaan sistem, kepuasan pengguna, efektifitas performansi pengambilan keputusan, dan nilai ekonomis informasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat definisi yang baku terhadap kesuksesan atau efektifitas sistem informasi disebabkan adanya perbedaan stakeholder yang mendefinisikan kriteria sukses SI dalam organisasi (Grover dkk.,1996 dalam Murahartawaty, 2013), seperti kegunaan yang diterima dari SI (Nurniah, 2005), kepuasan pengguna informasi (Baroudi dan Orlikowski, 1998), kepuasan pengguna akhir komputer (Doll dan Torkzadeh, 1998) dalam Baridwan dan Hanum (2007).

Sistem informasi yang efektif berarti SI tersebut harus mampu memberikan kepuasan para pengguna. Sistem informasi yang efektif adalah merupakan hal yang penting bagi organisasi guna berfungsi pada tingkat yang optimal, maka perlu mempertimbangkan dampak secara serius sistem informasi terhadap perilaku individu, kelompok dan sistem organisasi. Kepuasan se seorang pada dasarnya bersifat individual (As’ad, 1991; dalam Hadiati, 2003). Oleh Hadiati (2003) dalam Baridwan dan Hanum (2007) dikemukakan, bahwa kepuasan seseorang dapat bergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan dengan persepsinya ( discrepancy theory ), dapat juga merupakan perbedaan antara keadilan dan tidaknya terhadap suatu situasi ( equity theory ), atau merupakan dua hal yang berbeda antara kepuasan dan ketidakpuasan seseorang, dimana terdapat adanya faktor-faktor pemuasan dan faktor-faktor hygiene ( two factors theory ).

Hasil penelitian Handayani (2010) menunjukkan bahwa kepuasan pengguna tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas SI. Sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gupta dkk. (2007) menunjukkan dari hasil penelitiannya bahwa kepuasan pengguna mempunyai hubungan positif dengan efektivitas SI. Bahwa kepuasan pengguna dalam penggunaan SI dapat digunakan sebagai ukuran efektivitas SI. Kepuasan pengguna sangat penting untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan ketelitian pembuatan laporan organisasi. Sehingga hipotesis yang dikembangkan dalam hubungan antara kepuasan pengguna dengan efektivitas SI adalah:

SERANG 27 NOPEMBER 2013

710 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

H4: Kepuasan pengguna mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI

Hubungan Penggunaan Sistem Informasi dengan Efektivitas Sistem Informasi

Menurut DeLone dan McLean dalam Murahartawaty (2013), dimensi penggunaan sistem adalah penggunaan SI oleh pengguna sistem. Dalam model ini penggunaan sistem dapat diukur melalui intensitas penggunaan sistem yaitu seberapa sering pengguna memakai SI, yang juga dalam penelitian Gupta dkk. (2007) dimensi penggunaan SI diukur dengan frekuensi penggunaan SI. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan SI mempunyai hubungan yang positif dengan efektivitas SI, yang dipertegas dengan hasil penelitian Handayani (2010) bahwa penggunaan SI mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI.

Pada periode awal pengenalan SI yang berbasis teknologi informasi (TI) selalu ada resistensi yang tinggi dari pengguna di organisasi pemerintah. Pegawai takut bahwa perekrutan staf TI akan mengontrol pekerjaan mereka dan mereka tidak akan mampu mengutak-atik data serta laporan setelah pelaksanaan TI di organisasi. Namun setelah SI dioperasionalkan, mereka menyadari bahwa TI yang diimplementasikan telah mengurangi beban organisasi dan meningkatkan output dan kualitas laporan yang diproduksi oleh organisasi. Pelatihan komputer juga membantu meningkatkan pemanfaatan sistem dan komitmen pengguna. Pelatihan dan pendidikan dalam perangkat lunak yang berkaitan dengan komputer, perawatan yang tepat, dokumentasi yang tepat, dan dukungan dari vendor SI mendorong peningkatan efektivitas TI (Gupta dkk., 2007). Sehingga hipotesis yang dikembangkan dari hubungan penggunaan SI dengan efektivitas SI adalah:

H5: Penggunaan SI mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas SI

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan mengenai hubungan (kausalitas) antar variabel, melalui pengujian hipotesis yang dikembangkan dari telaah teoritis dan penelitian sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pemerintahan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan yang menggunakan aplikasi SIMDA. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan tujuan untuk memperoleh sampel penelitian yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

lebih menguntungkan sebab waktu lebih singkat dan efisien. Responden adalah pegawai pemerintah Kabupaten Barito Kuala yang menggunakan atau pengguna aplikasi SIMDA sesuai dengan keputusan Bupati Barito Kuala Nomor 188.45/55/KUM/2012, yaitu seluruh SKPD di pemerintahan Kabupaten Barito Kuala kecuali SKPD Kecamatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengantar langsung instrumen/angket penelitian kepada responden yang disertai Surat Izin Melaksanakan Penelitian di Pemerintahan Kabupaten Barito Kuala dari Badan Kesbangpollinmas (Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat) dan mengambilnya kembali ke tempat responden sesuai dengan janji responden.

Instrumen/angket penelitian diadaptasi dari instrumen Gupta dkk. (2007) yang juga digunakan oleh Handayani (2010), dimana variabel penelitian diukur dengan skala Likert pada skala 1-5 (sangat tidak setuju-setuju) untuk: efektivitas SI, manajemen puncak, manajemen SI, budaya organisasi, kepuasan pengguna. Sedangkan variabel penggunaan SI diukur melalui intensitas penggunaan sistem yaitu seberapa sering pengguna memakai SI atau frekuensi penggunaan SI.

Definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut: (1) efektivitas SI dioperasionalkan sebagai upaya organisasi untuk memanfaatkan kemampuan dan potensi sistem informasi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (2) Manajemen puncak dioperasionalkan sebagai tanggapan pengguna atas pemahaman manajemen puncak tentang SI, tingkat minat, dukungan, dan pengetahuan tentang SI pada organisasinya. (3) Manajemen SI adalah tanggapan pengguna atas suatu bagian organisasi yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan pedoman pada pengunaan dan pengembangan SI untuk mencapai tujuan organisasi. (4) Budaya organisasi merupakan sistem nilai yang dipegang dan dilakukan oleh anggota organisasi yang akan mempengaruhi strategi dan kinerja organisasi, dan (5) kepuasan pengguna merupakan respon dan umpan balik yang dimunculkan penguna setelah mengunakan SI. Sikap pengguna terhadap sistem informasi merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa puas penguna terhadap sistem informasi yang digunakan.

Untuk teknik analisis menggunakan statistik deskriptif untuk memberikan gambaran tentang demografi responden dan dekripsi variabel-variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan sesungguhnya, rata-rata serta standar deviasi. Untuk analisis data penelitian menggunakan pendekatan Partial

SERANG 27 NOPEMBER 2013

712 KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Menurut Ghozali (2008) dan Solimun (2011), PLS

merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat predictive model . PLS merupakan metode analisis yang powerfull, karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan formatif.

Lebih lanjut oleh Ghozali (2008) dan Solimun (2011) dikemukakan bahwa tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan prediksi. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama , adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua , mencerminkan estimasi jalur ( path estimate ) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya ( loading ). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Goodness of Fit model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya dan composite realibility untuk keseluruhan indikator.

Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antar item skor/komponen skor konstruk skor yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2008).

Discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada ukuran blok lainnya.

SERANG 27 NOPEMBER 2013

KONFERENSI NASIONAL AKUNTANSI BISNIS DAN EKONOMI 2013

Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan composite reability . Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2006). Sedangkan composite realibility yang direkomendasikan lebih besar dari 0,70, walaupun bukan merupakan standar absolut.