Analisa Situasi

2.3. Analisa Situasi

2.3.1. Gambaran Umum Wilayah

A. Batas Administrasi dan Geografis

Wilayah administrasi Kota Pasuruan terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Purworejo, Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Bugul Kidul dan Kecamatan Panggungrejo. Kecamatan Purworejo terdiri dari 7 kelurahan, Kecamatan Gadingrejo dengan 8 Kelurahan, Kecamatan Bugul kidul terdiri dari 6 kelurahan dan Kecamatan Panggungrejo sebanyak 13 Kelurahan. Kota Pasuruan memiliki luas wilayah 35,29 km2 dengan batas administrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara

: Selat Madura

Sebelah Selatan

: Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan

Sebelah Barat

: Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan

SebelahTimur

: Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan terletak antara 112045’ – 112055’ Bujur Timur dan 7035’ – 7045’ Lintang Selatan. Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 meter dari permukaan air laut berjarak sekitar 60 km di sebelah tenggara Kota Surabaya yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur.

B. Kondisi Topografi

Wilayah Kota Pasuruan berbatasan dengan garis pantai pada kawasan utara yang memiliki topografi yang relatif datar, yaitu dengan kemiringan rata-rata di bawah 3% dan dengan angka ketinggian rata-rata 3 meter dari permukaan air laut. Bagian wilayah kota yang paling tinggi terletak di kawasan selatan yaitu pada wilayah Kelurahan Kebonagung dengan ketinggian 4 meter diatas permukaan air laut. Sementara di dekat pantai cukup potensial untuk budidaya ikan/udang di tambak. Mengingat wilayah ini mempunyai kemiringan antara

0 – 1% dan ketinggiannya mempunyai range antara 0 – 3 meter dari permukaan laut maka keberadaan sungai disamping menguntungkan juga merugikan karena pada musim penghujan, rawan terjadi banjir terutama di wilayah bagian utara.

Kondisi kemiringan lahan datar akan menguntungkan untuk perkembangan lahan terbangun di masa yang akan datang. Akan tetapi, hal tersebut juga sekaligus sebagai kerugian karena pada musim penghujan akan menyebabkan daerah tersebut tergenang karena kesulitan dalam pembuangan menuju ke laut. Kondisi tersebut terjadi pada bagian utara Kota Pasuruan yang memiliki topografi agak cekung sehingga menghambat pembuangan air hujan.

Gambar 2.5 Batas Administratif Kota Pasuruan

C. Kondisi Hidrologi

Kota Pasuruan dilalui 6 sungai dengan total panjang + 26,50 km mengalir di wilayah ini yaitu Kali Welang, Kali Gembong, Kali Petung, Kali Sodo, Kali Kepel, dan Kali Calung. Kota Pasuruan terletak di Pantai Selat Madura, di batas barat terdapat Sungai Welang, di tengah kota mengalir Sungai Gembong, sedangkan di timur mengalir Sungai Petung. Ketiga sungai tersebut berfungsi sebagai drainase alam dan seluruhnya bermuara di Selat Madura. Muara Sungai Gembong berfungsi sebagai pelabuhan sungai yang hanya dapat dilayari pada air pasang. Ketiga sungai mempunyai daerah aliran yang sempit, sehingga sering terjadi banjir yang besar. Setengah sampai 3 Km dari pantai, lahannya agak berawa dimaanfatkan untuk daerah tambak yang potensial.

D. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kota Pasuruan dibedakan menjadi 2 yaitu tanah hidromofik kelabu dan tanah alluvial.

 Tanah Hidromorfik Kelabu : Daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai, meliputi kurang lebih 15% luas area Kota Pasuruan. Terbentuk dari bahan induk

campuran endapan baru dari sungai dan laut, belum mempunyai perkembangan penampang dan berwarna kelabu tua. Tektur liat, drainase sangat terhambat, dicirikan oleh lapisan reduksi seluruh penampang. Dalam keadaan basah tanah mengembang dan melekat, kalau kering mengkerut sehingga terjadi celah dan bersifat keras, tanah sulit dikerjakan. Keasaman tanah netral sampai agak basis, dengan kadar hara N, P, K, Ca dan Mg yang cukup sampai tinggi maka tidak sesuai untuk pertanian, tetapi sangat sesuai dengan budidaya tambak dan penggaraman.

 Tanah Aluvial : Kecuali tanah Hidromorfik Kelabu selebihnya terdiri dari tanah Aluvial ysng terbentuk dari bahan endapan dari sekitarnya terutama yang berasal dari daerah sebelah selatan kota. Belum mempunyai perkembangan penampang, berwarna kelabu tua, bertekstur liat berdu sampai liat berat. Dalam keadaan basah tanah melekat dam berkembang, kalau kering mengkerut dan keras. Secara alami tanahnya agak kedap udara, sehingga tata aerasinya kurang lancar, drainase pada umumnya terhambat.Kemasan tanahnya netral, dengan PH 6,5 – 7,5. Kadar hara N rendah P2O5 sedang dan K2O tinggi sekali.

E. Kondisi Klimatologi

Kondisi iklim di Kota Pasuruan secara umum tidak berbeda dengan musim di Indonesia yaitu Musim Hujan dan Musim Kemarau. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus Kondisi iklim di Kota Pasuruan secara umum tidak berbeda dengan musim di Indonesia yaitu Musim Hujan dan Musim Kemarau. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus

Suhu udara minimum tercatat berkisar antara 20 0

C pada bulan agustus sampai dengan

0 28,4 0 C pada bulan oktober, sementara suhu maksimum mempunyai range antara 29,9 C – 33,9 0

C terjadi pada bulan yang sama. Selanjutnya selain itu pada daerah dekat pantai ini

mempunyai kelembaban udara yang relatif tinggi. Kelembaban udara minimum berkisar antara 48% terjadi pada buan oktober dan november sampai 61% yang terjadi dalam bulan februari, sementara kelembaban udara maksimum berkisar antara 87% yang terjadi pada bulan oktober dan 94% pada bulan desember

F. Kondisi Penggunaan Lahan

Kota Pasuruan memiliki luas wilayah sebesar 3.938 ha. Luas wilayah menurut penggunaan lahan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kota

Pasuruan (Ha) Tahun 2009-2014 Luas Lahan (Ha)

No JenisLahan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

3 Lahantidakdiusahakan 8 8 8 8 8 8 4 Lahanbukanpertanian

Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016 Berdasarkan pada tabel 2.2 diketahui bahwa pada tahun 2014 sebagian besar

penggunaan lahan didominasi oleh penggunaan lahan lainnya, yakni sebesar 1.581 Ha, sementara penggunaan paling minimum yakni lahan tidak diusahakan, dengan luas 8 Ha.

Gambar 2.6 Penggunaan Lahan Kota Pasuruan

G. Kondisi Kependudukan

Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk pada suatu wilayah dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui kecenderungan penyebaran penduduk. Jumlah penduduk yang besar cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu sehingga menyebabkan pola penyebaran bervariasi. Kepadatan penduduk yang tinggi pada umumnya dapat dijumpai pada daerah-daerah yang mempunyai aktifitas tinggi, adanya sarana transportasi yang memadai dan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik. Sebaliknya kepadatan penduduk yang rendah pada umumnya terdapat pada daerah-daerah yang aktifitas ekonomi masih rendah dan keadaan sarana transportasi yang masih sulit.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2015

Jumlah

Luas Wilayah

(Jiwa/Km2)

Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016

Dilihat dari struktur penduduk, masyarakat Kota Pasuruan didominasi oleh penduduk usia muda. Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur erat kaitannya dengan kerentanan bencana. Kelompok umur memiliki kerentanan yang berbeda-beda dimana kelompok umur balita dan lanjut usia memiliki kerentanan terhadap bencana lebih tinggi daripada kelompok umur lainnya.

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015

No

Kelompok Umur

Jumlah Penduduk

Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016

H. Kondisi Pendidikan

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan proporsi anak sekolah pada usia pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. APS Kota Pasuruan sempurna untuk anak usia 7 hingga 12 tahun menggambarkan tidak ada anak yang tidak bersekolah pada usia tersebut. Angka tersebut menurun sejalan dengan bertambahnya kelompok usia. Jika APS pada usia 16 hingga 18 masih diatas 80- 86%, kelompok usia diatasnya (19-24 th) tidak lebih dari 33%.

Ketidaksetaraan gender terlihat dari APS antara laki-laki dan perempuan di Kota Pasuruan. Jika pada kelompok usia 16 hingga 18 tahun, partisipasi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, pada usia 19 hingga 24 tahun terjadi sebaliknya.

Berbeda halnya dengan APS, Angka Partisipasi Murni dan Kasar berbasis pada jenjang pendidikannya. Jika APM mengacu pada kelompok usia sesuai jenjang, APK tidak. Itulah sebabnya angka APK lebih tinggi dibandingkan APM. Angka APM yang belum sempurna pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs patut menjadi perhatian mengingat wajib belajar yang dicanangkan pemerintah adalah 9 tahun.

I. Kondisi Ekonomi

Pendapatan daerah adalah semua penerimaan yang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kota Pasuruan mencatat realisasi Anggaran Pendapatan dan realisasi Anggaran Belanja, Pendapatan Daerah di tahun 2015 kota ini mencapai lebih dari 739,21 miliar rupiah. Dana perimbangan adalah sektor penyumbang terbesar yaitu sebesar 65,42% atau lebih dari 483 miliar, dimana lebih dari 399 miliar lebih diperoleh dari Dana Alokasi Umum.

Sama halnya dengan pendapatan, realisasi belanja daerah Kota pasuruan di Tahun 2015, realisasi belanja Pemerintah yang terserap 741 miliar rupiah. Sebagian besar belanja daerah terserap untuk belanja pegawai baik belanja langsung maupun tidak langsung. Untuk penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada tahun 2015 Kota Pasuruan sebesar 115 milyar rupiah.

Tabel 2.5 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Juta) Kota

Pasuruan Tahun Anggaran 2010-2014

No Uraian

2015 PENDAPATAN I Pendapatan Asli

No Uraian

1 Pajak daerah

28.223.794.000 2 Retribusi daerah

7.802.104.000 3 Hasil pengelolaan keuangan daerah

4.563.898.000 yang dipisahkan 4 Lain-lain PAD yang sah

II Dana Perimbangan

1 Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan

28.384.779.000 pajak

23.946.332.000 2 Dana alokasi umum

399.095.322.000 3 Dana alokasi khusus

III Lain-Lain Pendapatan Daerah

140.442.697.000 yang Sah

1 Hibah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2 Dana darurat

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah

4 Dana penyesuaian dan otonomi

61.192.073.000 khusus****) 5 Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Pasuruan, 2016

J. Identifikasi Kawasan Strategis Provinsi dan Kota

1) Kawasan Strategis Provinsi dan Kota dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan

Ekonomi

Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang dikembangkan di Kota Pasuruan merupakan Kawasan Strategis Ekonomi Terpadu yang dikembangkan di wilayah utara yang meliputi Kelurahan Ngemplakrejo, Tambaan, Panggungrejo, Mayangan dan Trajeng. Adapun penjabaran untuk masing-masing lokasi pengembangan kawasan ini antara lain:

 Logam meliputi Kelurahan Mayangan dan Trajeng  Perikanan meliputi Kelurahan Tambaan, Panggungrejo, dan Ngemplakrejo,  Pariwisata Marina di Kelurahan Panggungrejo.

2) Kawasan Strategis Provinsi dan Kota dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah kawasan yang didalamnya berlokasi artefak yang memiliki potensi untuk mengkonservasi nilai-nilai sosial budaya, lebih tepatnya yang berkenaan dengan sejarah dan kearifan lokal Kota Pasuruan. Mengingat potensi yang dimilikinya, maka keberadaan artefak- Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah kawasan yang didalamnya berlokasi artefak yang memiliki potensi untuk mengkonservasi nilai-nilai sosial budaya, lebih tepatnya yang berkenaan dengan sejarah dan kearifan lokal Kota Pasuruan. Mengingat potensi yang dimilikinya, maka keberadaan artefak-

Kawasan strategis aspek sosial budaya yang ada di Kota Pasuruan saat ini merupakan kawasan peninggalan sejarah, cagar budaya dan tempat sosialiasi keagamaaan antara lain :

 Kompleks Makam Mbah Slagah yang terletak di Jalan Pahlawan, selatan Stadion Untung Suropati;

 Masjid Agung Al-Anwar dan kompleks bangunan disekitarnya, yang terdiri atas makam KH Abdul Hamid, makam Mbah Surga-Surgi dan Langgar Gede;

 Kompleks perkantoran dan perumahan P3GI serta beberapa bangunan yang terletak di Jalan Pahlawan, Jalan Veteran dan Jalan Wahidin Sudiro Husodo;

 Klenteng Tjoe Tik Kiong dan beberapa rumah tinggal kawasan Pecinan dan yang terletak di Jalan Lombok, Jalan Belitung dan Jalan Hasanudin;  Gereja St. Antonius Padova, Gereja Bethel Pantekosta Indonesia dan beberapa gedung di sepanjang Jalan Balaikota;

 Beberapa bangunan dan gedung di sepanjang jalan Sukarno-Hatta, Jalan Hasanudin, dan Jalan Pahlawan: dan

 Kompleks Makam dan petilasan Untung Suropati, tepatnya di daerah Mancilan.

3) Kawasan Strategis Provinsi dan Kota dari Sudut Pendayagunaan Lingkungan Hidup

Kawasan pelestarian ekosistem yang terdiri atas beberapa lahan yang mempunyai ciri khas tertentu, baik di perairan maupun di darat yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan dan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan hewan, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam di Kota Pasuruan yang pada umumnya berada di wilayah utara. Kawasan pelestarian di perairan ini antara lain berupa kawasan hutan bakau yang tersebar di wilayah Kelurahan Gadingrejo, Kepel, Ngemplakrejo dan Gadingrejo.

Demikian juga untuk pelestarian lingkungan daratan di kawasan tengah dan selatan, dalam menyangga kehidupan, masih diperlukan upaya pemberdayaan peran Demikian juga untuk pelestarian lingkungan daratan di kawasan tengah dan selatan, dalam menyangga kehidupan, masih diperlukan upaya pemberdayaan peran

2.3.2. Kondisi Pembangunan Infrastruktur

A. Jaringan Transportasi

Dinas Pekerjaan Umum mencatat Kota Pasuruan memiliki 17.846 Km jalan negara, 1.400 Km jalan provinsi dan 84.167 Km jalan Kota yang hampir seluruhnya telah diaspal. Selama tahun 2015, jalan kota yang mengalami rusak berat bertambah sebanyak 4.809 km. Selama tahun 2015 kondisi jalan yang baik sepanjang 68.629 km, sedangkan yang lain kondisi sedang, rusak, dan rusak berat.

Tabel 2.6 Panjang Jalan Menurut Pemerintahan yang Berwenang Mengelolanya

di Kota Pasuruan (km), 2015 Pemerintah Yang Berwenang

No Tahun

Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016

Sepanjang tahun 2011 hingga 2015, persentase kondisi permukaan jalan yang baik terus meningkat, yang diikuti pula oleh penurunan jalan yang kondidinya rusak. Pada tahun 2015, hanya 19% jalan yang kondisinya rusak. Pemeliharaan jalan secara berkelanjutan ditambah perbaikan jalan yang rusak harus dilaksanakan agar fungsi jalan dapat dirasakan secara optimal, mengingat jalan yang rusak akan mengganggu aktifitas pengguna jalan bahkan dapat menyebabkan kecelakaan.

Tabel 2.7 Panjang dan Kondisi Jalan Menurut Statusnya di Kota Pasuruan

Tahun 2011 - 2015

No Status jalan

Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016

Tabel 2.8 Panjang Jalan MenurutJenis Permukaan Jalan di Kota Pasuruan

(km), 2015 Pemerintah Yang Berwenang

No Tahun

Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016

Kebutuhan adanya pertambahan panjang jalan maupun pertambahan panjang jalan dalam kondisi baik, sudah sangat mendesak untuk segera dilakukan, baik itu jalan kota, provinsi maupun nasional. Kebutuhan tersebut merupakan konsekwensi dari tingginya aktivitas perekonomian masyarakat yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan. Hal tersebut juga menggambarkan telah terjadi peningkatan aktivitas perdagangan yang berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat, sehingga berdampak pada meningkatnya pertumbuhan permintaan kendaraan bermotor yang cukup tajam.

B. Jaringan Drainase

Drainase merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam perencanaan kota. Saluran drainase menjadi saluran pembuangan baik dari limpasan air hujan maupun limbah cair rumah tangga. Secara makro drainase di Kota Pasuruan dialirkan melalui Daerah Aliran Sungai (DAS), yang merupakan sistem pembuangan utama di Kota Pasuruan. DAS utama tersebut antara lain DAS Gembong, Petung dan Welang.

Sistem saluran drainase yang ada saat ini belum terstruktur/terklarifikasi dengan jelas, mana yang termasuk saluran primer dan mana yang termasuk saluran sekunder. Sistem drainase /saluran di Kota Pasuruan pada umumnya belum sepenuhnya berfungsi secara baik sebagai sarana pembuang air hujan khususnya saat mengalirkan debit air hujan dengan intensitas.

C. Jaringan Persampahan

Pelaksanaan pembangunan memberikan konsekuensi, salah satunya, adalah menurunnya kualitas lingkungan. Karena itu, memperhatikan kelestarian sebagai bagian dari penyeimbang pembangunan adalah keniscayaan. Urusan lingkungan hidup meliputi: pencegahan dan pengendalian pencemaran, penyediaan ruang terbuka hijau dan pengelolaan sampah. Kelestarian lingkungan hidup akan berdampak terhadap Pelaksanaan pembangunan memberikan konsekuensi, salah satunya, adalah menurunnya kualitas lingkungan. Karena itu, memperhatikan kelestarian sebagai bagian dari penyeimbang pembangunan adalah keniscayaan. Urusan lingkungan hidup meliputi: pencegahan dan pengendalian pencemaran, penyediaan ruang terbuka hijau dan pengelolaan sampah. Kelestarian lingkungan hidup akan berdampak terhadap

Sepanjang tahun 2010 – 2014, cakupan pelayanan persampahan di Kota Pasuruan meningkat dari 60,43% pada tahun 2010 menjadi 62,13% pada tahun 2014. Tabel 2.11 menunjukkan proporsi penanganan sampah di Kota Pasuruan.

Tabel 2.9 Panjang Jalan MenurutJenis Permukaan Jalan di Kota Pasuruan

(km), 2015

No Uraian

1 Total sampah dihasilkan

127.967 (m3) - Sampah organik (m3)

75.580 - Sampah an organik

52.387 (m3) 2 Total sampah yang

79.506 dikelola (m3) 3 Cakupan pengelolaan

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Kinerja pengelolaan sampah di Kota Pasuruan tidak lepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah. Tempat pembuangan akhir atau TPA sampah Kota Pasuruan berlokasi di Kelurahan Blandongan dengan luas 7,19 ha. Sistem pengelolaan sampahnya menggunakan landfill, dengan kapasitas penampungan sampah 274 m3/hari. Berdasarkan proyeksi produksi sampah dan kapasitas pengelolaan sampah, diperkirakan TPA Blandongan masih bisa digunakan namun kedepannya memerlukan pengembangan luasan TPA Blandongan.

Tabel 2.10 Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah di Kota Pasuruan Tahun

1 Tempat pembuangan akhir 1 1 1 2 Tempat pembuangan sementara

36 31 32 3 Transfer depo

Sarana

1 Truk sampah 6 7 7 2 Truk kontainer

6 8 8 3 Kontainer

29 20 35 4 Gerobak

172 5 Tenaga kebersihan permanen

145 6 Tenaga kebersihan semi permanen

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Disamping pengelolaan sampah secara konvensional, Pemerintah Kota juga mempromosikan pengelolaan sampah ramah lingkungan, dengan pendekatan 3R, Disamping pengelolaan sampah secara konvensional, Pemerintah Kota juga mempromosikan pengelolaan sampah ramah lingkungan, dengan pendekatan 3R,

Dalam skala Kota Pasuruan, sistem persampahan dilakukan dengan pengangkutan secara komunal, dimana sampah dari setiap rumah tangga diangkut oleh petugas gerobak menuju tempat pemrosesan sementara (TPS) TPS tersebut tersebar di beberapa wilayah yang meliputi TPS Purutrejo, TPS Purutrejo (kuburan), TPS Perumnas Bugulkidul, TPS Perumnas Sekarasri, TPS Bakalan, TPS Sekargadung, TPS Pohjentrek, TPS Pasar Kebonagung, TPS Wironini, TPS Hasanudin, TPS Pasar Gadingrejo, TPS Makam Gadingrejo, TPS Pasar Buah Karangketug, TPS SDN Bukir, TPS Pasar Besar, TPS Stasiun, TPS Jalan Sumatra, TPS RSUD Dr.Soedarsono, TPS Pondok Pesantren Lecari, TPS Tembokrejo, TPS Terminal bus Blandongan, TPS Milagi Karangketug, TPS Pasar Buah Karangketug, TPS Makam Gadingrejo, TPS Pasar meubel Bukir, TPS Randusari, TPS Petahunan, TPS Krapyakrejo, TPS Sebani dan TPS Giant Mall Poncol.