57 Keterpaduan dari ketiga tahapan di atas yang menjadikan sebuah sistem dan
tahap penetapan pidana memegang peranan yang penting di dalam mencapai tujuan di bidang pemidanaan dan tahap ini harus merupakan tahap
perencanaan yang matang dan yang memberi arah pada tahap-tahap berikutnya yaitu tahap penerapan pidana dan tahap pelaksanaan pidana.
2. Pengertian Tujuan dan Pedoman Pemidanaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pedoman adalah kumpulan atau ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilaksanakan, pedoman juga diartikan hal pokok yang menjadi dasar pegangan, petunjuk, dsb untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu.
93
Berkaitan dengan pemidanaan maka pedoman pemidanaan dapat diartikan ketentuan dasar yang memberi arah melaksanakan pemidanaan
atau pemberian pidana atau penjatuhan pidana. Dengan demikian “ketentuan dasar” pemidanaan harus ada terlebih
dahulu sebelum penjatuhan pidana atau dapat diartikan bahwa ketentuan dasar untuk pemidanaan tertuang secara ekplisit dalam sistem pemidanaan,
sedangkan sistem pemidanaan dilihat dari sudut normatif-substantif hanya dilihat dari norma hukum pidana substantif diartikan sebagai keseluruhan
aturannorma hukum pidana materiil untuk pemidanaan atau keseluruhan aturannorma hukum pidana materiil untuk pemberianpenjatuhan dan
pelaksanaan pidana
94
93
Kamus Dasar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi kedua, 1999, Hal. 740.
94
Barda Nawawi Arief, Sistem Pemidanaan dalam Ketentuan Umum Buku I RUU KUHP 2004
, Hal. 2
58 Jadi ketentuan dasar yang dijadikan arah, pegangan, petunjuk untuk
melaksanakan pemidanaan pemberian pidana menjadi bagian dari keseluruhan aturannorma hukum pidana materiil untuk pemidanaan.
Membicarakan ketentuan dasar pemidanaan sama dengan membicarakan asas-asas yang menjadi dasar pemidanaan dan yang
merupakan asas yang fundamental yaitu asas legalitas dan asas culvabilitas. KUHP WvS sebagai ius constitutum yang memuat prinsip-prinsip
umum general principle hukum pidana dan pemidanaan tidak secara ekplisit mencantumkan kedua asas di atas. Hal ini dipertegas oleh Sudarto yang
menyatakan : KUHP kita tidak memuat pedoman pemberian pidana straftoemetingsleiddraad yang umum ialah suatu pedoman yang dibuat
oleh pembentuk undang-undang yang memuat asas-asas yang perlu diperhatikan oleh hakim dalam menjatuhkan pidana, yang ada hanya aturan
pemberian pidana straftoemetingsregels.
95
Dari pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa pedoman pemidanaan merupakan kebijakan legislatif yang “seharusnya” ada dalam
aturan norma hukum pidana materiil yang harus diperhatikan dalam pemberian pidana.
Tujuan dalam Kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “arah, haluan jurusan, maksud, tuntutan yang dituntut”
96
Tujuan pemidanaan berarti arah yang “seharusnya” ingin dicapai dari penjatuhan pidana atau dapat diartikan juga maksud yang hendak didapatkan
dari pemberian pidanapemidanaan.
95
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hal. 79.
96
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. Cit, Hal. 1077.
59 Tujuan pemidanaan mengemban fungsi pendukung dari fungsi
hukum pidana secara umum yang ingin dicapai sebagai tujuan akhir adalah terwujudnya kesejahteraan dan perlindungan masyarakat Social defence dan
social welfare Tujuan pemidanaan secara khusus dapat dilihat dari pendapat Prof
Roeslan Saleh mengenai tiga alasan masih diperlukan hukum pidana dan pidana khususnya alasan yang ketiga yaitu : “pengaruh pidana atau hukuman
bukan semata mata ditujukan pada si penjahat, tetapi juga untuk mempengaruhi orang yang tidak jahat yaitu warga masyarakat yang mentaati
norma-norma masyarakat”
97
Dari pendapat di atas sangat jelas terlihat bahwa tujuan hukuman pemberian pidana adalah di samping untuk si penjahat itu sendiri tetapi juga
untuk masyarakat secara umum agar taat terhadap norma hukum. Ditetapkan tujuan pemidanaan terkandung maksud agar pidana yang
dijatuhkan sesuai dengan keadaan terpidana sehingga dapat mencapai tujuan, di samping sistem pemidanaan ini adalah sistem yang bertujuan purposive
system .
Alasan lain ditetapkannya tujuan pemidanaan pemberian pidana adalah adanya keterbatasan dari sanksi pidana itu sendiri seperti yang
dikemukakan oleh H.L. PACKER yaitu : “Sanksi pidana suatu ketika merupakan penjamin yang utamaterbaik
dan suatu ketika merupakan pengancam yang utama dari kebebasan manusia. Ia merupakan penjamin apabila digunakan secara hemat-cermat dan secara
97
Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana “ Kebijakan Penanggulangan Kejahatan dengan Hukum Pidana,
Alumni, Bandung, 1992, hal. 153.
60 manusiawi; ia merupakan pengancam apa bila digunakan secara
sembarangan dan secara paksa “The criminal sanction is at once prime guarantor and prime threatener of human freedom. Used providently and
humanely it is guarantor; used indiscriminately and coercively, it is threatener
”
98
Pernyataan di atas secara implisit menyarankan agar tujuan pemidanaan ditetapkan sehingga pidana yang dijatuhkan dapat berfungsi
sebagai penjamin terhadap tujuan hukum pidana sebagai sarana untuk mencapai perlindungan dan kesejahteraan masyarakat dan juga sebagai
penjamin tidak terjadi penurunan derajat kemanusiaandehumanisasi dalam pelaksanaan pidana.
Menetapkan tujuan dan pedoman pemberian pidana harus dijadikan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana sehingga keputusan hakim
tersebut dapat terbaca oleh orang lainmasyarakat dan khususnya oleh orang yang berkepentingan dalam perkara itu
Alasan lain ditetapkan tujuan dan pedoman pemberian pidana adalah dikarenakan pidana itu mengandung pembalasan seperti dikemukakan oleh
Leo Polak dalam bukunya “De Zin der Vergelding” makna dari pembalasan ; Hukum pidana adalah bagian dari hukum yang paling menyedihkan.
Sebab.... ia tidak mengetahui baik dasarnya maupun batasnya- baik tujuannya maupun ukurannya.
99
98
Ibid, Hal, 156.
99
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, Hal. 79.
61
3. Ide Dasar Tujuan dan Pedoman Pemidanaan