Menata Pulau-Pulau Kecil di Perbatasan PUSTAKA

Menata Pulau-Pulau Kecil di Perbatasan PUSTAKA

Judul

: Menata Pulau-pulau Kecil Perbatasan: Belajar dari Kasus Sipadan, Ligitan, dan Sebatik

Penulis : Mustafa Abubakar Editor

: Suhana Halaman : 144 hlm + xvi Cetakan : I, November 2006

EDISI NOMOR 21 TAHUN 2008

BULLETIN KAWASAN

27

Rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan; dan (6) Belum ada acuan hukum dan pengaturan yang jelas dan menyeluruh untuk pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil perbatasan.

Seperti diketahui, bahwa konsep archipelagic state, yang diawali dengan menetapkan batas perairan Indonesia sejauh 12 mil (Deklarasi Juanda), akhirnya diakui secara international dalam bentuk konvensi hukum laut yang disebut United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) yang berlaku mutlak pada tahun 1994. Terkait dengan hal ini, setidaknya ada empat golongan yang berkepentingan terhadap konsep negara kepulauan, yakni negara tetangga (ASEAN dan Australia); (2) Negara yang berkepentingan dalam komoditi perikanan dan pemasangan instalasi kabel laut; (3) Negara yang berkepentingan terhadap lalu lintas pelayaran laut; dan (4) Negara yang berkepentingan untuk strategi militer.

Berbagai permasalahan yang menjadi kendala dalam melakukan pembangunan pulau kecil perbatasan, sebagai berikut:

1. Ketidakjelasan Batas Wilayah di

Laut. Wilayah-wilayah maritim yang belum diselesaikan garis batasnya antara lain: (a) batas maritim antara Indonesia dengan Filipina diperairan utara dan selatan Pulau Miangas, Pulau Marore, dan Pulau Marampit; (b) penentuan batas yang baru secara trilateral antara Indonesia-Australia dan Timor Leste, termasuk masalah Pulau Batek; (c) batas landas kontinen diwilayah antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di Vietnam; dan (d) batas perairan ZEE antar Indonesia dan Palau; e) masih adanya ganjalan tentang batas laut dengan Singapura akibat reklamasi yang dilakukan oleh Singapura.

2. Penanganan Nelayan Pelanggar Batas

Penanganan nelayan kedua negara yang melanggar batas perlu diupayakan secara terpadu oleh aparat keamanan dan pemerintah daerah, oleh karena dibeberapa kasus, seperti diperbatasan maritim dengan Australia dan perbatasan maritim dengan India menyimpan potensi konflik yang berpotensi untuk meluas. Pembicaraan bilateral untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan oleh karena selama ini SD laut yang telah dicuri oleh nelayan asing telah merugikan negara dalam jumlah besar. Demikian pula halnya dengan pengembalian nelayan Indonesia yang tertangkap dinegara tetangga.

3. Pertambahan Penduduk

Sebagai akibat pertambahan penduduk yang cepat dan untuk pemenuhan kebutuhannya ditambah pula dengan perluasan pemukiman, kegiatan-kegiatan industri, pariwisata, transportasi, dan berbagai kegiatan lainnya yang memanfaatkan pulau-pulau kecil menyebabkan pulau-pulau ini mendapat tekanan yang cukup berat, terutama akibat berbagai kegiatan eksploitasi SDA dan jasa lingkungan.

4. Kondisi Biogeofisik

Pulau-pulau kecil secara ekologis amat rentan terhadap pemanasan global, angin topan dan gelombang tsunami. Erosi pesisir terbukti sangat progresif dalam: a) mengurangi garis pantai pulau kecil; b) mengancam keberadaan keanekaragaman hayati yang tinggi;

c) mengurangi ketersediaan air tawar. Selanjutnya, dilaporkan banyak pulau yang hilang, diantaranya disebabkan oleh kegiatan pengerukan pasir untuk pemenuhan reklamasi negara lain (Malaysia dan Singapura). Apabila kerusakan lingkungan terus terjadi maka pada suatu saat pulau-pulau ini tidak akan layak lagi untuk dihuni.

5. Terbatasnya Ketersediaan Prasarana dan Sarana

Pulau kecil letaknya jauh dari pusat pertumbuhan, pembangunannya tersendat akibat sulitnya transportasi dan SDM. Prinsipnya, pulau kecil bisa dikembangkan namun diperlukan biaya lebih besar untuk pengembangannya, akibatnya ketersediaan prasarana dan sarana dikawasan perbatasan jauh dari memadai, terutama sarana dan prasarana dasar, seperti: sarana sosial, ekonomi, transporatasi dan komunikasi, serta hankam.

6. Ketimpangan Perekonomian Masyarakat Pulau Kecil dengan Negara Tetangga

Pembangunan ekonomi pulau kecil perbatasan sampai saat ini masih belum mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini menyebabkan terjadinya ketimpangan perekonomian dengan masyarakat di negara tetangga, yang menyebabkan didominasinya perekonomian kawasan perbatasan Indonesia oleh negara tetangga.

Kebijakan dan Strategi Penanganan Pulau-Pulau Kecil di Perbatasan

Beberapa kebijakan dan strategi yang disarankan penulis dalam penanganan pulau-pulau kecil di perbatasan antara lain :

1. Pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan lestari

• Mengidentifikasi potensi dan

keunggulan pulau-pulau kecil; • Mengembangkan perikanan tangkap dan budi daya perikanan;

• Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan

pemanfaatan sumber daya alam;

• Mengembangkan pulau-pulau kecil perbatasan berdasarkan local specific dan harus sesuai dengan daya dukung pulau. Perlu diperhatikan: kelestarian lingkungan, pemanfaatan SD alam tidak pulih tidak boleh