29
1. Defenisi Penanaman Modal Asing
United Na tions Conference on Trade a nd Development UNCTAD
mendefenisikanPMA sebagai investasi yang dilakukan suatu perusahaan di suatu negara kepada perusahaan di negara lain dengan tujuan mengendalikan
operasi perusahaan di negara lain tersebut. Jadi dalam PMA terjalin hubungan antarperusahaan induk dengan perusahaan afiliasinya di negara lain, yang
secara kesuluruhan disebut sebagai Transnational Corporations TNC. Untuk dapat dikualifikasikan sebagai PMA, investasi yang dilakukan perusahaan
induk harus dapat mengendalikan operasional perusahaan afiliasi di luar negeri. UNCTAD mendefenisikan control tersebut dengan kepemilikan saham
minimal 10 persen. Investasi yang dilakukan dengan kepemilikan saham kurang dari 10 persen didefeniskan sebagai investasi portofolio. Konsep ini
sama dengan yang dianut oleh IMF dan digunakan dalam pencatatan statistic Neraca Pembayaran. Selain itu, menurut Krugman dan Obstfeld, PMA adalah
arus modal internasional di mana suatu perusahaan di suatu negara menciptakan atau memperluas usaha dengan mendirikan cabang di negara
lain.
31
31
R. Winantyo,
et al
.,
Op
.
Cit
. hlm.175.
Universitas Sumatera Utara
30
2. Tipe Penanaman Modal Asing
Penanaman Modal Asing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan: arah, aliran modal, target, dan motif. Jika dilihat berdasarkan arah aliran
modal, terdapat dua tipe PMA yaitu: 1.
PMA masuk Inward FDI, yaitu modal asing yang diinvestasikan kepada kegiatan ekonomi domestik. Untuk mendorong PMA masuk
dapat dilakukan beberapa cara seperti adanya penghapusan pajak, subsidi, pinjaman lunak dan penghapusan berbagai hambatan lainnya.
Kemudahan tersebut
diberikan dengan
pertimbangan bahwa
keuntungan jangka panjang masuknya PMA memiliki nilai dan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan pengurangan
pendapatan negara dalam jangka pendek karena memberikan fasilitas tersebut. Di sisi lain, PMA masuk ini dapat dihambat melalui
pembatasan kepemilikan saham dan persyaratan yang berbeda antara investasi asing dan investasi domestik.
2. PMA keluar outward FDI atau Direct Investment Abroad, yaitu
modal domestik yang diinvestasikan di luar negeri. Investasi dapat dilakukan dalam rangka ekspor-impor komoditas negara asing.
Investasi seperti ini dapat didorong jumlahnya dengan cara penjaminan pemerintah governance-backed insurance atas risiko yang timbul.
Sebaliknya, investasi ini dapat dihambat melalui disinsentif pajak pada perusahaan yang melakukan investasi di luar negeri atau berbagai
ketentuan mengenai keuntungan yang direpatriasi. Hambatan untuk aliran ini juga dapat dilakukan dalam bentuk subsidi yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
31 kepada perusahaan lokal yang menyebabkan peningkatan kekuatan
perusahaan lokal dari semakin banyaknya modal sehingga dapat bersaing dengan perusahaan asing..
32
Berdasarkan “target”, PMA dapat diklasifikasikan sebagai: 1.
Greenfield Investment, merupakan investasi langsung untuk melakukan kegiatan bisnis baru atau perluasan bisnis yang sudah
berjalan. Investasi jenis ini merupakan target utama dari negara penerima PMA host country karena investasi ini dapat menciptakan
kapasitas produksi baru dan lapangan kerja, transfer teknologi, dan membuka hubungan dengan pasar global. Dampak buruk yang bisa
terjadi terhadap investasi adalah dapat mengakibatkan penurunan pangsa pasar internasional dari perusahaan domestik. Selain itu,
keuntungan dari greenfield investment cenderung akan ditransfer ke negara asal dan tidak ditanamkan kembali di perekonomian negara
penerimaan PMA. 2.
Merger and Acquisitions, terjadi apabila adanya perpindahan kepemilikan aset dari perusahaan asing. Cross-border mergers terjadi
apabila aset dan operasional perusahaan dari beberapa negara disatukan dan membentuk perusahaan baru. Cross-border acquisitions
terjadi jika aset dan operasional perusahaan domestik beralih kepada perusahaan asing, dan perusahaan domestik tersebut menjadi afisiliasi
dari perusahaan asing tersebut. Tidak seperti greenfield investment,
32
Ibid
.
Universitas Sumatera Utara
32 cross-border acquititions
tidak memberikan manfaat jangka panjang kepada perekonomian domestik.
3. PMA Horizontal dan Vertikal; PMA Horizontal terjadi ketika jenis
investasi yang dilakukan di luar negeri sama dengan jenis investasi yang dilakukan di dalam negeri. PMA Vertikal terdiri dari dua tipe.
Pertama, Backward Vertical PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi menyediakan input bagi perusahaan di dalam negeri. Kedua,
For wa rd Vertica l PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi
menyediakan input bagi perusahaan di dalam negeri. Kedua, For ward Vertica l
PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi melakukan penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan di
dalam negeri.
33
PMA juga dapat diklasifikasikan berdasarkan motif atau alasan melakukan investasi, yaitu:
1. Resource-seeking, investasi yang dilakukan untuk memperoleh faktor
produksi yang lebih efisien di luar negeri dibandingkan bila diperoleh dari domestik. PMA tipe ini banyak terjadi di negara berkembang,
misalnya investasi asing di Timur Tengah dan Afrika banyak dilakukan dalam rangka memperoleh sumber daya alam, atau investasi
asing di Asia Tenggara dan Eropa Timur dilakukan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah.
2. Market-seeking; investasi ini akan dilakukan dalam rangka membuka
pasar yang telah ada. Di negara maju, investasi jenis ini dipandang
33
Ibid
. hlm.176.
Universitas Sumatera Utara
33 sebagai defensive strategy karena investasi ini lebih banyak didorong
oleh ketakutan kehilangan pasar daripada upaya mencari pasar baru. Hal ini terlihat dari kesepakatan foreign mergers and acquisitions yang
terjadi di negara maju. 3.
Efficiency-seeking; investasi ini didorong keinginan untuk meningkatkan keuntungan melalui peningkatan skala ekonomi. Jadi,
setelah dilakukan investasi berdasarkan pertimbangan resource- seeking
atau market-seeking terealisasi, dilakukan investasi yang lebih besar dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.
4. Strategic asset-seeking; investasi ini merupakan investasi taktis untuk
mencegah penguasaan atas sumber alam oleh perusahaan pesaing. Sebagai contoh, perusahaan minyak yang “tidak membutuhkan”
sumber minyak baru saat ini akan “berupaya” bahwa pesaingnya juga tidak memiliki sumber tersebut.
34
C. Peraturan-peraturan Investasi Intra ASEAN