Pembentukan BUMDesa

g. Pembentukan BUMDesa

Pembentukan BUM Desa harus melalui mekanisme seperti dalam proses-proses perencanaan desa lainnya yaitu dengan memalui musyawarah desa. Sebagaimana dalam Permendesa PPDT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 5(1) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disepakatimelalui Musyawarah Desa, sebagaimana diatur dalam Peraturan MenteriDesa, Pembangunan Daerah Tertingggal, dan Transmigrasi tentangPedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan MusyawarahDesa.(2) Pokok bahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi :a. pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budayamasyarakat;b. organisasi pengelola BUM Desa;c. modal usaha BUM Desa; dand. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.(3) Hasil kesepakatan Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan

Musyawarah desa merupakah salah satu wadah dan proses yang melibatkan partisipasi masyarakat menentukan arah pembangunan desa. BUM Desa merupakan salah satu instrumen bagi desa untuk melaksanakan kegiatan pembangunan menuju ke titik sasaran sesuai dengan rencana pembangunan yang dituangkan dalam RPJM Desa maupun RKP Desa. Musyawarah merupakan budaya yang tidak bisa dipisahkan dari desa. Tradisi musyawarah inilah sebenarnya bentuk mengikat sebuah kebijakan yang diputuskan secara bersama/partisipatif.

Dengan adanya musyawarah dalam pembentukan BUM Desa diharapan adanya ikatan sosial diantara warga desa dalam mengembangkan dan memajukan BUM Desa. BUM Desa nantinya bukan dinilai oleh masyarakat hanya milik pemerinthan desa atau pengelola BUM Desa saja. Dengan adanya rasa memiliki maka sebagai warga desa secara sadar dan memahami apa pentingnya membuat BUM Desa. Manfaat atau tidaknya BUM Desa yang menilai dalah masyarakat desa sendiri.

BUM Desa bukan dibutuhkan hanya pelengkap desa untuk lomba desa atau adanya intruksi dari pemerintahan yang lebih tinggi tetapi BUM Desa merupakan salah satu lembaga yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dengan adanya musyawarah maka ketika dalam pembahasan diharapkan adanya masukan-masukan bagaimana BUM Desa dapat menjadi salah satu sarana dalam menjawab persolan ekonomi masyarakat desa.

Pada prinsipnya, pendirian BUM Desa merupakan salah satu pilihan Desa dalam gerakan usaha ekonomi Desa [vide Pasal 87 ayat (1) UU Desa, Pasal 132 ayat (1) PP Desa dan Pasal 4 Permendesa PDTT No. 4/2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran BUM Desa]. Frasa “dapat mendirikan BUM Desa” dalam peraturan perundang-undangan tentang Desa tersebut menunjukkan pengakuan dan penghormatan terhadap prakarsa Desa dalam gerakan usaha ekonomi.

Interpretasi sistem hukum terhadap peraturan perundang-undangan tentang Desa menghasilkan peta jalan (road map) pendirian BUM Desa. Pendirian BUM Desa didasarkan atas prakarsa Desa yang mempertimbangkan:5 (a) inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa; (b) potensi usaha ekonomi Desa; (c) sumberdaya alam di Desa; (d) sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan (e) penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa.

Dalam aras sistem hukum, prakarsa Desa tersebut memerlukan legitimasi yuridis dalam bentuk Perbup/walikota tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. Didalam peraturan bupati tersebut dicantumkan rumusan pasal (secara normatif) tentang:

(1) Pendirian dan pengelolaan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa bidang pengembangan ekonomi lokal Desa;

(2) Penetapan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa di bidang pemerintahan Desa;