Pekerjaan Struktur Atas

5.2. Pekerjaan Struktur Atas

  Pekerjaan struktur atas yang ditinjau dalam kegiatan kerja praktek ini adalah pelaksanaan pekerjaan kolom, shear wall, balok, pelat lantai, dan tangga. Pelaksanaan pekerjaan dimulai dari kegiatan pengukuran, pembesian, bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting, dan perawatan beton (spesi).

5.2.1 Pekerjaan Kolom dan Shear wall

  Pekerjaan kolom dan shear wall dimulai dari pekerjaan penentuan as dan marking pinjaman, pembesian tulangan dan pemasangan tulangan, pemasangan bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting, serta perawatan beton.

5.2.1.1 Penentuan As Kolom dan Shear wall

  Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survei yang merupakan pengukuran dan pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak bekisting dan tulangan. Penentuan as dilakukan dengan menggunakan alat theodolite. Posisi as secara vertikal ditentukan dengan mengacu kepada as pada lantai sebelumnya. Posisi as antara lantai satu dengan lainnya harus sentris untuk itu perlu dicek dengan menggunakan benang dan unting-unting serta menggunakan theodolite.

  Dalam menentukan ketelitian keakuratan titik – titik as, bisa menggunakan titik BM atau titik referensi. Pada proyek ini titik referensi yang digunakan yaitu dengan mengambil titik tertentu spesifik pada gedung – gedung di sekitar lokasi proyek, misalnya gedung hotel, kantor, dll.

  Pelaksanaan marking seperti yang ditunjukkan pada Gambar

  4.29 Theodolite dan Gambar 4.30 Plumb Laser.

5.2.1.2 Pembesian dan Pemasangan Tulangan Kolom dan Shear wall

  Tahapan perakitan tulangan kolom dan shear wall:

A. Penyediaan tulangan kolom dan shear wall

  Tulangan dengan diameter yang sesuai perencanaan dengan panjang 12 m disediakan oleh supplier. Tulangan diletakkan di area fabrikasi untuk setiap tower apartemen, seperti yang terlihat pada Gambar 4.33 Baja Tulangan.

B. Pemotongan besi tulangan kolom dan shear wall

  Pemotongan besi sesuai dengan gambar desain (shop drawing) menggunakan bar cutter tenaga listrik di area fabrikasi. Untuk penyambungan besi tulangan perlu ditambah panjang penyaluran yakni sebesar 40 kali diameter tulangan utamanya, seperti yang terlihat pada Gambar 4.15 Tulangan dipotong dengan Bar cutter Manual.

C. Pembengkokan besi tulangan kolom dan shear wall

  Pembengkokan besi sengkang sesuai dengan gambar desain (shop drawing) menggunakan bar bender. Pada tulangan sengkang terdapat pengait yang panjangnya 6 kali diameter tulangan sengkang dengan sudut pengait 135 o . Pelaksanaannya seperti pada Error!

  Reference source not found..

D. Perakitan besi tulangan kolom dan shear wall

  Perakitan besi tulangan kolom dan shear wall dilakukan di masing-masing area fabrikasi untuk setiap tower dengan mengacu kepada gambar desain (shop drawing) dan detail penulangan yang ada. Pengikatan tulangan utama dan tulangan sengkang menggunakan kawat bendrat.

  Gambar 5.1 Proses Perakitan Tulangan Shear wall

E. Pemasangan besi tulangan kolom dan shear wall

  Pemasangan dan penyambungan besi tulangan kolom dan shear wall dilakukan dengan mengangkat besi tulangan yang sudah dirakit dengan menggunakan bantuan tower Crane ke lokasi pemasangan besi untuk kemudian besi disambung dengan cara diikat menggunakan kawat bendrat di sepanjang daerah penyaluran.

  Setelah pemasangan besi tulangan selesai dilakukan, selanjutnya beton decking dipasang di sisi luar tulangan kolom dan shear wall. Ukuran beton decking yang dipakai menyesuaikan dengan ketebalan selimut beton pada kolom dan shear

  Daerah sambungan

  wall. Shear Wall

  Gambar 5.2 Pemasangan Kerangka Tulangan Shear wall

5.2.1.3 Pemasangan Bekisting Kolom dan Shear wall

  Tahapan pemasangan bekisting kolom dan shear wall:

A. Pembersihan area kolom dan shear wall

  Area di sekitar besi tulangan harus dibersihkan dari sampah dan kotoran yang nantinya dapat mengotori serta mengurangi mutu beton kolom dan shear wall.

B. Pemasangan sepatu kolom dan shear wall

  Pemasangan sepatu kolom sesuai dengan marking yang ada. Sepatu kolom digunakan sebagai penahan bagian bawah bekisting agar tidak bergeser saat pengecoran sehingga tetap sesuai dengan marking yang ada. Pemasangan sepatu kolom dilakukan dengan cara mengelas sepatu kolom ke besi tulangan sengkang. Hindari melakukan pengelasan sepatu kolom pada tulangan utama karena dapat menurunkan kuat leleh tulangan.

  Sepatu Kolom Shear Wall

  Marking Sepatu Kolom

  Gambar 5.3 Sepatu Kolom dan Shear wall

C. Pemasangan bekisting kolom dan shear wall

  Bekisting kolom dan shear wall diangkat ke lokasi pemasangan dengan menggunakan bantuan tower Crane. Bekisting terdiri dari dua bagian berbentuk seperti huruf “L” untuk kemudian setiap bagian bekisting disatukan menjadi bentuk persegi atau persegi panjang dengan menggunakan pengunci (tie rods dan wing nuts) yang terdapat pada sabuk bekisting atau whaller. Setelah terbentuk bekisting pada kolom dan shear wall, selanjutnya pipa bracing bekisting (adjustable bracing pipe) dipasang pada baseplate stek kolom dan shear wall. Pipa bekisting ini digunakan untuk menahan bekisting agar tetap sesuai dengan marking dan tetap lurus dengan lantai di bawahnya dengan cara ditarik atau didorong (push and pull).

  Gambar 5.4 Skema Bekisting Kolom dan Shear wall Sumber

  : Laporan KP Proyek Pembangunan Apartemen Vittoria

  Residence (Rachmiftasari, 2017)

  Gambar 5.5 Pemasangan Bekisting Shear wall (SW2)

D. Pengecekan verticality bekisting kolom dan shear wall

  Pengecekan verticality atau kelurusan bekisting kolom dan shear wall dilakukan oleh surveyor dengan menggunakan meteran, benang, dan unting-unting. Pipa bracing bekisting (adjustable bracing pipe) didorong dan ditarik hingga benang dan unting-unting lurus secara vertikal.

  Gambar 5.6 Pengecekan Verticality Bekisting Kolom dan Shear wall

5.2.1.4 Pengecoran Kolom dan Shear wall

  Pengecoran kolom dan shear wall menggunakan concrete bucket dan pipa tremie yang di angkat ke lokasi pengecoran dengan menggunakan tower Crane. Adapun tahapan pengecoran kolom dan shear wall:

A. Persiapan concrete bucket

  Pipa tremi dibersihkan dahulu dari kotoran yang mungkin dapat menghambat kelancaran penyaluran beton saat kegiatan pengecoran, lalu pipa tremie dipasang ke concrete bucket.

  Gambar 5.7 Concrete bucket dan Pipa Tremie

B. Pengecekan nilai slump beton dan pengambilan sampel benda uji kuat tekan beton

  Nilai slump beton yang digunakan dalam pengecoran kolom dan shear wall adalah 12 ± 2 cm. Pengecekan nilai slump beton menggunakan kerucut Abrahm. Sampel untuk benda uji berjumlah 4 buah untuk setiap zona dan waktu pengecoran dari masing-masing supplier beton ready mix. Tiga buah sampel benda uji dicek kuat tekannya saat berumur 7, 14, dan 28 hari. Untuk sampel benda uji yang satu lagi digunakan sebagai benda uji cadangan jika ada salah satu sampel benda uji yang tidak masuk ke persyaratan minimal kuat tekan berdasar mutu beton yang dipesan.

  Gambar 5.14 Pengecekan Nilai Slump Beton Ready mix

  Gambar 5.8 Sampel Benda Uji

C. Penuangan beton

  Beton ready mix dari concrete mixer truck dituangkan ke concrete bucket dan pengangkatan concrete bucket menggunakan tower Crane.

  Gambar 5.9 Penuangan Beton Ready mix ke Concrete bucket

  Gambar 5.10 Pengangkatan Concrete bucket menggunakan Tower Crane

D. Pengecoran kolom dan shear wall

  Pengecoran kolom dan shear wall menggunakan concrete bucket dan pipa tremie yang diangkat menggunakan tower Crane.

  Tinggi jatuh beton dari pipa tremi diusahakan kurang dari 1 meter untuk menghindari segregasi beton. Setelah bekisting penuh dengan beton, selanjutnya dilakukan pemadatan beton menggunakan vibrator. Proses pemadatan dengan menggunakan vibrator tidak boleh terlalu lama untuk menghindari segregasi beton serta vibrator diusahakan tidak mengenai besi tulangan untuk menghindari rusaknya atau bergesernya besi tulangan kolom dan shear wall.

  Gambar 5.18 Pengecoran Kolom dan Shear wall

5.2.1.5 Pembongkaran Bekisting Kolom dan Shear wall

  Pada proyek pembangunan Apartemen Menteng Park ini pembongkaran bekisting menggunakan bantuan tower Crane dan dilakukan minimal 6 jam setelah selesai pengecoran atau saat beton sudah mengeras. Pada proyek ini, biasanya bekisting dibongkar setelah

  8 hingga 12 jam setelah pengecoran. Proses pembongkaran bekisting diawali dengan mengendurkan kuncian tie rods dan wing nuts pada sabuk bekisting, lalu mengendurkan dan melepas adjustable bracing pipe, kemudian melepas bekisting dari kolom dan shear wall dengan cara mengangkat bekisting menggunakan tower Crane.

  Gambar 5.11 Pembongkaran Bekisting Kolom

5.2.1.6 Perawatan Beton Kolom dan Shear wall

  Pada masa pengikatan awal yaitu saat beton mulai mengeras, perlu dadakan perawatan beton (spesi), yaitu dengan pemberian air pada permukaan beton dengan berbagai cara sesuai dengan jenis struktur yang akan dirawat.

  Perawatan beton berfungsi untuk melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasan beton terhadap sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan, atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. Perawatan beton dilakukan untuk menghindari:

  a. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.

  b. Penguapan air berlebih dari beton pada saat pengerasan beton.

  c. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak- retak pada beton.

  Pada umumnya, perawatan beton pada kolom atau shear wall dilakukan dengan cara menyelimuti permukaannya dengan menggunakan plastik atau kainkarung basah sehingga temperatur antara bagian permukaan dan bagian dalam kolom atau shear wall tidak berbeda terlalu jauh, sehingga proses penguapan air pada kolom atau shear wall berjalan lambat dan proses pengikatan beton menjadi sempurna tanpa menghasilkan keretakan pada kolom.

  Pada proyek pembangunan Apartemen Menteng Park, dilakukan proses perawatan beton menggunakan Ultrachem Cure Wb.

  Gambar 5.12 Perawatan Beton

5.2.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai

  Pekerjaan balok dan pelat lantai diawali dengan penentuan elevasi, pemberian tanda atau marking, pemasangan bekisting, pembesian tulangan, pengecoran, pembongkaran bekisting, serta perawatan beton.

5.2.2.1 Penentuan Elevasi Balok dan Pelat Lantai

  Penentuan elevasi balok dan pelat lantai harus dilakukan secara cermat dan teliti. Pengukuran ini dikerjakan menggunakan waterpass dengan mengikuti shop drawing dengan mengukur dari kolom atau Penentuan elevasi balok dan pelat lantai harus dilakukan secara cermat dan teliti. Pengukuran ini dikerjakan menggunakan waterpass dengan mengikuti shop drawing dengan mengukur dari kolom atau

  1. Mengukur setinggi 1 m dari dasar kolom dan diberi label pada kolom tersebut.

  2. Pemberian kode elevasi pada kolom lain dengan menggunakan waterpass dengan mengacu pada label kolom sebelumnya.

  3. Pengukuran elevasi balok dan pelat lantai sesuai shop drawing yang diukur dari label kolom yang telah dibuat sebelumnya dengan menarik hingga ketinggian yang di rencanakan sebagai elevasi dasar balok.

  4. Dari elevasi dasar balok kemudian ditarik dengan jarak tertentu sebagai elevasi dasar pelat lantai.

5.2.2.2 Pemasangan Perancah (Scaffolding)

A. Perancah Four-Ways

  Pemasangan perancah tipe perancah four-ways untuk pelat lantai:

  1. Pengangkatan jack base dan main frame ke lokasi pemasangan menggunakan tower Crane. Setelah itu jack base dipasang ke main frame dan disatukan dengan main frame lain dengan menguncinya di bagian joint.

  2. Pemasangan main frame tambahan U head jack dengan bagian dan suri-suri serta multipleks menjadi sebuah kesatuan seperti bentuk meja (table form). Pemasangan ini dilakukan di area bawah, belum di lokasi pemasangan sesungguhnya.

  3. Pengangkatan table form ke lokasi pemasangan sesungguhnya dengan menggunakan tower Crane, lalu disatukan dengan bagian bawah yang sudah disusun (jack base dan main frame).

  4. Pengaturan jack base dan U head jack hingga mencapai ketinggian yang dibutuhkan (elevasi dasar pelat lantai).

  Gambar 5.13 Perancah Four-Ways

B. Aluma Table Form

  Prosedur pengerjaan Aluma Table Form untuk pelat lantai yaitu sebagai berikut :

  1. Perakitan Spandrels dan Crossbrace Connector di area fabrikasi.

  Gambar 5.14 Perakitan Kerangka Utama Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  2. Pemasangan Extension Staff, Steel Packer, dan Stringer

  Gambar 5.15 Pemasangan Penyangga Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  3. Pemasangan Batang Penyangga Bekisting Balok

  Gambar 5.16 Pemasangan Pengaku Bekisting Balok Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  4. Pemasangan Batang Penyangga Bekisting Pelat

  Gambar 5.17 Pemasangan Pengaku Bekisting Pelat Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  5. Pemasangan Multiplex

  Gambar 5.18 Pemasangan Multiplex Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  6. Pembuatan Lubang untuk Gantungan

  Gambar 5.19 Lubang sebagai Tempat Mengikat Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  7. Pemasangan Staff Screwjack lalu diangkat ke area eksekusi atau area penyimpanan.

  8. Penempatan Aluma Table Form ke tempat yang sesuai.

  Gambar 5.20 Pengangkatan Aluma Flying Table

  Gambar 5.21 Pengangkatan Penempatan Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  Adapun prosedur penggunaan Aluma Table Form atau bisa disebut System Flying Table yaitu sebagai berikut:

  1. Setelah 14 hari pengecoran pelat, pada bagian tengah, Screwjack Staff dibuka dan ditempatkan seperti pada gambar dan dikunci kembali.

  Gambar 5.22 Memulai Pelepasan Screwjack Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  2. Melepas Screwjack yang tersisa dengan dibantu alat penurun (Lowering Device)

  Gambar 5.23 Penempatan Alat Penurun Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  3. Menurunkan Aluma Table Form, mendorong keluar dan memasang penggantung untuk diangkat.

  Gambar 5.24 Aluma Table Form Diturunkan Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  4. Mendorong Aluma Table Form dan mengikatkannya dengan kabel penggantung dari tower Crane.

  Gambar 5.25 Aluma Table Form Didorong Keluar Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  5. Setelah cukup terdorong, Aluma Table Form diikat kembali, lalu kabel penggantung dipegangi untuk mengimbangi momentum saat Table terlepas dari lantai.

  Gambar 5.26 Mengeluarkan Aluma Table Form Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  6. Marking lokasi Aluma Table Form untuk lantai selanjutnya.

  Gambar 5.27 Pemberian Tanda untuk Tempat Aluma Table Form Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  7. Setelah Aluma Table Form ditempatkan, Staff diturunkan dan pemasangan Screwjack.

  Gambar 5.28 Tampak dari Bawah Pengangkatan Aluma Flying Table

  Gambar 5.29 Menurunkan Staff Memasang Screwjack Sumber

  : Alumalite Truss II Technical Manual (Aluma, 1998)

  8. Setelah itu penggantung dilepas, dilanjutkan penyesuaian bekisting di sekitar Aluma Table Form. Prosesnya pun diulang kembali setelah 14 hari pengecoran.

5.2.2.3 Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

  Pemasangan bekisting diawali dengan pemasangan suri-suri pada bagian bawah yang terhubung ke U head jack perancah. Pemasangan bekisting balok dilakukan lebih dahulu sebelum memasang bekisting pelat lantai.

  Tahapan pemasangan bekisting balok diawali dengan pemasangan bottom form balok (bodeman) di atas suri-suri, pemasangan side form balok (tembereng), dan pemasangan besi siku- siku segitiga di bagian luar tembereng yang berfungsi sebagai perkuatan tembereng. Setelah pemasangan bekisting balok selesai, kemudian dilanjutkan pemasangan bekisting untuk pelat lantai.

  Gambar 5.30 Bekisting Balok

  Gambar 5.31 Pemasangan Bekisting Pelat Lantai

5.2.2.4 Pembesian Tulangan Balok

  Tahapan pembesian tulangan balok:

  1. Penyiapan material besi tulangan BJTD40 D22 dan BJTP24 Ø10. Besi di potong dan dibengkokkan sesuai shop drawing di area fabrikasi besi tulangan.

  2. Pengangkatan besi tulangan ke lokasi pembesian dengan menggunakan tower Crane.

  3. Pemasangan besi tulangan. Besi tulangan utama di bagian tumpuan dijangkarkan ke kolom dengan panjang penjangkaran 25 kali diameter tulangan utama. Untuk balok yang dijangkarkan pada kolom tepi, ujung tulangan

  dibengkokkan seperti kait dengan sudut pembengkokan 90 o .

  Tulangan sengkang diikatkan ke tulangan utama dengan menggunakan kawat bendrat.

  4. Pemasangan beton decking untuk menjaga selimut beton. Besaran beton decking disesuaikan dengan tebal selimut beton pada balok. Beton decking diikatkan ke tulangan dengan menggunakan kawat bendrat.

  Gambar 5.32 Pemasangan Tulangan Balok

5.2.2.5 Pembesian Pelat Lantai

  Tahapan pembesian pelat lantai:

  1. Pemasangan tulangan bagian bawah pelat lantai. Bagian tepi dijangkarkan ke balok induk.

  2. Pemasangan tulangan cakar ayam untuk menjaga spasi atau jarak antara tulangan bawah dan tulangan atas. Tulangan cakar ayam dipasang untuk setiap jarak 1 meter.

  3. Pemasangan tulangan atas pelat lantai

  4. Pemasangan beton decking untuk menjaga selimut beton di bagian bawah pelat lantai.

  Gambar 5.33 Pemasangan Tulangan Pelat Lantai

5.2.2.6 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

  Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan dalam waktu yang bersamaan sehingga menghasilkan hasil pengecoran yang monolit atau menyatu menjadi satu bagian. Tahapan pengecoran balok dan pelat lantai adalah sebagai berikut:

A. Persiapan lahan

  Persiapan lahan yang dilakukan yakni berupa pemberian tanda batas ketinggian beton ready mix saat diratakan, pemeriksaan kerapatan bekisting untuk mencegah kebocoran beton saat pengecoran, pemeriksaan penulangan balok dan pelat lantai agar sesuai dengan shop drawing yang ada, serta pelapisan beton lama dengan lem beton (Calbond) agar nantinya dapat merekat pada beton yang baru dicor.

B. Pembersihan lahan

  Untuk pembersihan lahan, daerah yang akan dicor dibersihkan dari kotoran yang dapat menurunkan mutu beton dengan menggunakan air compressor. Untuk sampah berupa sisa-sisa Untuk pembersihan lahan, daerah yang akan dicor dibersihkan dari kotoran yang dapat menurunkan mutu beton dengan menggunakan air compressor. Untuk sampah berupa sisa-sisa

C. Penyiapan pompa kodok dan instalasi pipa cor

  Pompa kodok dibersihkan dan diatur oleh operator agar saat concrete mixer truck sudah sampai di lokasi proyek, pompa bisa langsung digunakan untuk pengecoran. Instalasi pipa cor yang dilakukan oleh pekerja di lokasi pengecoran berupa pembersihan bagian dalam pipa dari sisa beton dan kotoran, serta penyambungan pipa-pipa hingga menjadi satu kesatuan yang siap digunakan dalam pengecoran balok dan pelat lantai.

D. Pengecekan nilai slump beton ready mix dan pengambilan sampel benda uji kuat tekan beton

  Nilai slump beton yang digunakan dalam pengecoran balok dan pelat lantai adalah 12 ± 2 cm. Pengecekan nilai slump beton menggunakan kerucut Abrahm. Sampel untuk benda uji berjumlah 4 buah untuk setiap zona dan waktu pengecoran dari masing-masing supplier beton ready mix. Tiga buah sampel benda uji dicek kuat tekannya saat berumur 7, 14, dan 28 hari. Untuk sampel benda uji yang satu lagi digunakan sebagai cadangan jika ada salah satu sampel benda uji yang tidak masuk ke persyaratan minimal kuat tekan berdasar mutu beton yang dipesan.

E. Pengecoran balok dan pelat lantai

  Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan dengan menuangkan beton ready mix dari concrete mixer truck ke pompa kodok untuk kemudian didorong dan disalurkan ke lokasi pengecoran melalui pipa cor.

  Gambar 5.34 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

F. Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator

  Proses pemadatan dengan menggunakan vibrator tidak boleh terlalu lama untuk menghindari segregasi beton serta vibrator diusahakan tidak mengenai besi tulangan untuk menghindari rusaknya atau bergesernya besi tulangan balok dan pelat lantai.

  Gambar 5.35 Pemadatan Beton Menggunakan Vibrator

G. Perataan permukaan balok dan pelat lantai

  Perataan permukaan balok dan pelat lantai dilakukan secara manual menggunakan papan kayu atau trowel. Untuk daerah yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan yang menggunakan tambahan floor hardener, permukaan balok dan pelat lantai diratakan dengan menggunakan trowel. Sedangkan untuk daerah yang tanpa menggunakan floor hardener, permukaan balok dan pelat lantai hanya menggunakan kayu perata.

  Gambar 5.36 Perataan Permukaan Beton Menggunakan Kayu

H. Pengecekan kerataan permukaan balok dan pelat lantai

  Pengecekan kerataan permukaan balok dan pelat lantai dilakukan oleh surveyor dengan menggunakan waterpass. Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap zona pengecoran memiliki elevasi permukaan yang sama dan ketebalan pelat lantainya juga sama.

  Gambar 5.37 Pengecekan Elevasi Pelat Lantai

5.2.2.7 Pembongkaran Bekisting Balok

  Pembongkaran bekisting balok yang dimaksud adalah untuk perancah Four-Ways dan dilakukan saat mencapai 21 hari setelah pengecoran. Perancah dan support dibongkar saat mencapai 28 hari setelah pengecoran.

5.2.2.8 Perawatan Beton Balok dan Pelat Lantai

  Pada masa pengikatan awal yaitu saat beton mulai mengeras, perlu dadakan perawatan beton (spesi), yaitu dengan pemberian air pada permukaan beton dengan berbagai cara sesuai dengan jenis struktur yang akan dirawat.

  Perawatan beton berfungsi untuk melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasan beton terhadap sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan, atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. Perawatan beton dilakukan untuk menghindari:

  a. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.

  b. Penguapan air berlebih dari beton pada saat pengerasan beton.

  c. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak- retak pada beton.

  Pada umumnya, perawatan beton pada balok dan pelat lantai dilakukan dengan cara menyirami atau menggenangi permukaan pelat lantai dan balok dengan air, atau dengan menyelimuti permukaan balok dan pelat lantai dengan menggunakan kain yang dibasahi sehingga perbedaan temperatur antara bagian permukaan dan bagian dalam pada balok dan pelat lantai tidak terlalu jauh, sehingga proses penguapan air pada balok dan pelat lantai berjalan lambat dan proses pengikatan beton menjadi sempurna tanpa menghasilkan keretakan pada balok dan pelat lantai.

  Pada proyek pembangunan Apartemen Menteng Park, dilakukan proses perawatan beton menggunakan Ultrachem Cure Wb.

5.2.3 Pekerjaan Tangga

  Pekerjaan tangga diawali dengan pemasangan bekisting, pembesian tulangan, pengecoran, dan pembongkaran bekisting.

5.2.3.1 Pemasangan Bekisting Tangga

  Bekisting tangga yang dipasang yakni pada bagian badan tangga, bordes, samping tangga, dan balok bordes. Bekisting disupport dengan menggunakan perancah tipe frame. Pemasangan perancah disesuaikan dengan tinggi tangga yang sudah direncanakan.

5.2.3.2 Pembesian Tulangan Tangga

  Pembesian yang dilakukan yakni pada bagian badan tangga, anak tangga, bordes, dan balok bordes. Tahapan pembesian tulangan tangga:

  1. Balok bordes dipasang dahulu besi tulangannya, berupa tulangan utama dan sengkang.

  2. Tulangan memanjang bordes dipasang terlebih dahulu.

  3. Tulangan melintang bordes dipasang dengan ditambah kaitan sudut

  90 o untuk dikaitkan ke balok bordes.

  4. Pada tulangan bagian bawah, diberi beton decking untuk menjaga selimut beton. Untuk menjaga spasi antara tulangan atas dan bawah dipasang tulangan cakar ayam.

  5. Pemasangan tulangan anak tangga dilakukan setelah tulangan bordes sudah selesai dipasang. Pemasangan seluruh tulangan dilakukan dengan berdasar shop drawing.

  Gambar 5.38 Penulangan Tangga

5.2.3.3 Pemasangan Bekisting Anak Tangga

  Pemasangan bekisting anak tangga dilakukan setelah pembesian selesai dilakukan. Pemasangan bekisting anak tangga dilakukan dengan berdasarkan pada marking yang sudah dibuat oleh surveyor.

  Gambar 5.39 Marking Bekisting Anak Tangga

  Gambar 5.40 Bekisting Tangga

5.2.3.4 Pengecoran Tangga

  Pengecoran anak tangga dilakukan dengan menggunakan concrete bucket dan pipa tremie. Sama seperti pengecoran elemen struktur lainnya, beton ready mix untuk pengecoran tangga dicek dahulu nilai slump nya dan diambil sampelnya untuk benda uji kuat tekan beton.

5.2.3.5 Pembongkaran Bekisting Tangga

  Pembongkaran bekisting tangga dilakukan saat mencapai 7 hari setelah pengecoran. Untuk perancah dibongkar saat mencapai 28 hari untuk tetap menopang beban tangga. Setelah bekisting dibongkar, pada umumnya untuk perawatan beton pada tangga dilakukan dengan cara Pembongkaran bekisting tangga dilakukan saat mencapai 7 hari setelah pengecoran. Untuk perancah dibongkar saat mencapai 28 hari untuk tetap menopang beban tangga. Setelah bekisting dibongkar, pada umumnya untuk perawatan beton pada tangga dilakukan dengan cara

  

  Gambar 5.41 Hasil Pengecoran Tangga