Pra Rancangan Pabrik Pembuatan 2-Feniletanol Dengan Proses Hidrogenasi Stirena Oksida Dengan Kapasitas Produksi 1.000 Ton/Tahun
PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN 2-FENILETANOL DENGAN PROSES
HIDROGENASI STIRENA OKSIDA DENGAN KAPASITAS
PRODUKSI 1.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
OLEH :
EDWARD TANDY NIM : 080405031
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul :
PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN 2-FENILETANOL DENGAN PROSES HIDROGENASI STIRENA OKSIDA DENGAN KAPASITAS
PRODUKSI 1.000 TON/TAHUN
Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana pada Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Eng Ir. Irvan, M.Si. selaku ketua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Ir. Fatimah, M.T. selaku sekretaris Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Ir. Renita Manurung, M.T. selaku koordinator tugas akhir Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.T. selaku dosen pembimbing I dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Ibu Ir. Netti Herlina, M.T. selaku dosen pembimbing II dalam penyusunan tugas akhir ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar serta pegawai Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama menjalani studi
7. Teristimewa untuk orang tua serta abang, dan adik penulis tercinta yang memberikan motivasi, kasih sayang, semangat, dan selalu setia mendoakan penulis.
8. Ibu Dr. Ir. Iriany, M.Si selaku kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia serta rekan-rekan asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia untuk bantuan dan semangatnya.
(4)
9. Sahabatku, Rinaldry Sirait, ST atas bantuannya yang sangat baik dalam penulisan tugas akhir ini.
10.Sahabat-sahabat terbaik di Teknik Kimia, Eric, Michael, Erika, Ismail, Nianto, Lilies, Eka, Frendis, Rudi, Naji, Anggi, Hendry, Dedy, Martha, Loisa, Irza, Irma, Hari, Indri, dan kawan-kawan stambuk 2008 yang memberikan banyak dukungan dan semangat kepada penulis.
11.Adik – adik junior kesayangan, khususnya Rio Fransen Aruan, Melina Widyawati, dan Castiqliana untuk bantuan dan semangat yang diberikan.
12.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang juga turut memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukkan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2013 Penulis,
(Edward Tandy)
(5)
INTI SARI
Pabrik 2-Feniletanol ini direncanakan akan berproduksi dengan kapasitas 1.000 ton/tahun (138,8889 kg/jam) dan beroperasi selama 300 hari dalam setahun. Pabrik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk impor dan ditargetkan dapat mengekspor 2-Feniletanol.
Lokasi pabrik yang direncanakan adalah Kawasan Medan Labuhan dekat Sungai Deli, Sumatera Utara dengan luas tanah yang dibutuhkan sebesar 11.000 m2.
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pabrik sebanyak 108 orang. Bentuk badan usaha yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) dan bentuk organisasinya adalah organisasi garis dan staf.
Hasil analisa terhadap aspek ekonomi pabrik 2-Feniletanol adalah :
Total Modal Investasi : Rp. 561.077.118.789,-
Total Biaya Produksi : Rp. 1.391.720.298.607,-
Hasil Penjualan : Rp.1.590.778.001.949,-
Laba Bersih : Rp. 138.661.190.377,-
Profit Margin (PM) : 12,4507 %
Break Even Point (BEP) : 45,2973 %
Return on Investment (ROI) : 24,7134 %
Pay Out Time (POT) : 4,0464 tahun
Return on Network (RON) : 41,189 %
Internal Rate of Return (IRR) : 31,8123%
Dari hasil analisa aspek ekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa pabrik pembuatan 2-Feniletanol ini layak untuk didirikan.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR TABEL ... xi BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-2 1.3 Tujuan Rancangan ... I-2 1.4 Manfaat Rancangan ... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...II-1 2.1 2-Feniletanol ...II-1 2.2 Proses Pembuatan ...II-1 2.2.1 Hidrogenasi Stirena Oksida ...II-1 2.2.2 Friedel-Crafts ...II-2 2.2.3 Grignard Sintesis ...II-2 2.2.4 Reduksi Stirena Oksida ...II-2 2.2.5 Raney Nickel ...II-3 2.3 Sifat – Sifat Bahan Baku dan Produk...II-3 2.3.1 Sifat – Sifat Bahan Baku ...II-3 2.3.2 Sifat – Sifat Produk ...II-4 2.4 Deskripsi Proses ...II-5 BAB III NERACA MASSA ... III-1
3.1 Mixer Liquid Feed (M-101) ... III-1
3.2 Mixer Hydrogenation Feed (M-103) ... III-1
3.3 Fixed Bed Reactor (R-101) ... III-2
3.4 Knock Out Drum (FG-201) ... III-2
3.5 Mixing Point Hidrogen (M-102) ... III-2
(7)
3.7 Destilasi ... III-3 3.7.1 Tray Distillation Tower (TD-201) ... III-3 3.7.2 Kondensor (E-202) ... III-3 3.7.3 Reboiler (E-203) ... III-4 BAB IV NERACA ENERGI... IV-1 4.1 Heater (E-101) ... IV-1 4.2 Heater (E-102) ... IV-1 4.3 Fixed Bed Reaktor (R-101) ... IV-1 4.4 Heater (E-201)... IV-2 4.5 Kondensor (E-202) ... IV-2 4.6 Reboiler (E-203) ... IV-2 4.7 Cooler (E-204) ... IV-2 4.8 Cooler (E-205) ... IV-2 BAB V SPESIFIKASI PERALATAN... V-1 5.1 Tangki Penyimpanan Hidrogen (H2) (TT-101) ... V-1
5.2 Tangki Penyimpanan Metanol (CH3OH) (TT-102) ... V-1
5.3 Tangki Penyimpanan Stirena Oksida (C8H8O) (TT-103) ... V-2
5.4 Tangki Penyimpanan 2-Feniletanol (C8H10O) (TT-201) ... V-2
5.5 Gudang Penyimpanan NaOH dan Katalis Pd/C 1% ... V-3 5.6 Vertical Knockout Drum (FG-201) ... V-3 5.7 Mixer I(M-101)) ... V-4 5.8 Reaktor Hidrogenasi(R-101) ... V-5 5.9 Tangki Akumulator (ACC-201) ... V-5 5.10 Tray Distillation Tower (TD-201) ... V-6 5.11 Heater I (E-101) ... V-7 5.12 Heater II (E-102) ... V-7 5.13 Heater III (E-201) ... V-7 5.14 Cooler I (E-204) ... V-8 5.15 Cooler II (E-205) ... V-8 5.16 Kondensor (E-202) ... V-8 5.17 Reboiler (E-203) ... V-9 5.18 Pompa Metanol (J-101)) ... V-9
(8)
5.19 Pompa Stirena Oksida (J-102) ... V-9 5.20 Pompa Mixer I (J-103) ... V-9 5.21 Pompa Knock Out Drum (J-201) ... V-10 5.22 Pompa Akumulator I (J-202) ... V-10 5.23 Pompa Akumulator II (J-203) ... V-10 5.24 Pompa Cooler II (J-204) ... V-11 5.25 Pompa Kolom Destilasi (J-205))... V-11 5.26 Pompa Reboiler (J-206)) ... V-11 5.27 Conveyor I (C-101) ... V-12 5.28 Expander I (JC-101)... V-12 5.29 Kompresor (JC-201) ... V-12 BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1 6.1 Instrumentasi ... VI-1 6.2 Keselamatan Kerja ... VI-6 6.3 Keselamatan Kerja pada Pabrik Pembuatan 2-Feniletanol ... VI-7 6.3.1 Pencegahan terhadap Kebakaran dan Peledakan ... VI-7 6.3.2 Peralatan Perlindungan Diri ... VI-8 6.3.3 Keselamatan Kerja terhadap Listrik ... VI-8 6.3.4 Pencegahan terhadap Gangguan Kesehatan ... VI-9 6.3.5 Pencegahan terhadap Bahaya Mekanis ... VI-9 BAB VII UTILITAS ... VII-1 7.1 Kebutuhan Uap (Steam) ... VII-1 7.2 Kebutuhan Air ... VII-2 7.3 Kebutuhan Bahan Kimia ... VII-11 7.4 Kebutuhan Listrik ... VII-11 7.5 Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-13 7.6 Unit Pengolahan Limbah ... VII-14 7.7 Perhitungan untuk Sistem Pengolahan Limbah Cair ... VII-15 7.8 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-18 7.8.1 Screening (SC) ... VII-18 7.8.2 Pompa Screening (J-01) ... VII-18 7.8.3 Water Reservoir (V-01) ... VII-19
(9)
7.8.4 Pompa Water Reservoir (J-02) ... VII-19 7.8.5 Bak Sedimentasi (V-02) ... VII-19 7.8.6 Pompa Bak Sedimentasi (J-03) ... VII-20 7.8.7 Tangki Pelarutan Alum (V-03) ... VII-20 7.8.8 Pompa Alum (J-04) ... VII-20 7.8.9 Tangki Pelarutan Soda Abu (V-04) ... VII-21 7.8.10 Pompa Soda Abu (J-05) ... VII-21 7.8.11 Clarifier (V-05) ... VII-21 7.8.12 Pompa Clarifier (J-06) ... VII-22 7.8.13 Tangki Filtrasi (V-06) ... VII-22 7.8.14 Pompa Filtrasi (J-07) ... VII-22 7.8.15 Tangki Air (V-07) ... VII-23 7.8.16 Pompa Tangki Air (J-08) ... VII-23 7.8.17 Tangki Pelarutan H2SO4 (V-08) ... VII-23
7.8.18 Pompa H2SO4 (J-09) ... VII-24
7.8.19 Cation Exchanger (V-09) ... VII-24 7.8.20 Pompa Cation Exchanger (J-11) ... VII-24 7.8.21 Tangki Pelarutan NaOH (V-10) ... VII-25 7.8.22 Pompa NaOH (J-10) ... VII-25 7.8.23 Anion Exchanger (V-11) ... VII-25 7.8.24 Pompa Anion Exchanger (J-12) ... VII-26 7.8.25 Deaerator (V-12) ... VII-26 7.8.26 Pompa Deaerator (J-13) ... VII-26 7.8.27 Ketel Uap (V-13) ... VII-27 7.8.28 Tangki Pelarutan Kaporit (V-14) ... VII-27 7.8.29 Pompa Kaporit (J-14) ... VII-27 7.8.30 Tangki Utilitas (V-15) ... VII-28 7.8.31 Pompa Domestik (J-15) ... VII-28 7.8.32 Pompa Water Cooling Tower (J-16) ... VII-28 7.8.33 Water Cooling Tower (WCT) ... VII-29 7.9 Spesifikasi Peralatan Unit Pengolahan Limbah Cair ... VII-29 7.9.1 Bak Penampung (BP) ... VII-29
(10)
7.9.2 Bak Pengendapan Awal (BPA) ... VII-30 7.9.3 Bak Netralisasi (BN) ... VII-30 7.9.4 Tangki Sedimentasi (TS) ... VII-30 7.9.5 Pompa Bak Penampung (JL-01) ... VII-31 7.9.6 Pompa Bak Pengendapan Awal (JL-02) ... VII-31 7.9.7 Pompa Bak Netralisasi (JL-03) ... VII-31 BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1 8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1 8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-6 8.3 Perincian Luas Tanah ... VIII-7 BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1 9.1 Pengertian Organisasi dan Manajemen ... IX-1 9.2 Bentuk Badan Usaha ... IX-1 9.2.1 Persekutuan Komanditer (CV) ... IX-1 9.3.2 Perseroan Terbatas (PT) ... IX-3 9.3 Bentuk Struktur Organisasi ... IX-3 9.3.1 Bentuk Struktur Organisasi Garis ... IX-3 9.3.2 Bentuk Struktur Organisasi Fungsionil ... IX-4 9.3.3 Bentuk Struktur Organisasi Garis dan Staf ... IX-4 9.3.4 Bentuk Struktur Organisasi Fungsionil dan Staf ... IX-5 9.4 Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ... IX-6 9.4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ... IX-6 9.4.2 Dewan Komisaris ... IX-6 9.4.3 Direktur ... IX-6 9.4.4 Staf Ahli ... IX-7 9.4.5 Sekretaris ... IX-7 9.4.6 Manager Teknik dan Produksi ... IX-7 9.4.7 Manager Personalia & Keuangan ... IX-7 9.4.8 Manager Riset & Pengembangan ... IX-8 9.4.9 Kepala Bagian Teknik ... IX-8 9.4.10 Kepala Bagian Produksi ... IX-8 9.4.11 Kepala Bagian Keuangan ... IX-8
(11)
9.4.12 Kepala Bagian Personalia ... IX-8 9.5 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... IX-9 9.5.1 Jumlah dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja ... IX-9 9.5.2 Pengaturan Jam Kerja ... IX-10 9.6 Hak dan Kewajiban Karyawan ... IX-11 BAB X ANALISIS EKONOMI... X-1 10.1 Modal Investasi ... X-1
10.1.1 Modal Investasi Tetap (MIT) / Fixed Capital Investment
(FCI) ... X-1 10.1.2 Modal Kerja / Working Capital (WC) ... X-3 10.1.3 Biaya Produksi Tetap (BPT) / Fixed Cost (FC) ... X-4 10.1.4 Biaya Variabel / Variable Cost (VC) ... X-5 10.2 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5 10.3 Bonus Perusahaan ... X-5 10.4 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5 10.5 Analisa Aspek Ekonomi... X-6 10.5.1 Profit Margin (PM) ... X-6 10.5.2 Break Even Point (BEP) ... X-6 10.5.3 Return on Investment (ROI) ... X-6 10.5.4 Pay Out Time (POT) ... X-7 10.5.5 Return on Network (RON)... X-7 10.5.6 Internal Rate of Return (IRR)... X-8 BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN ... XI-1 11.1 Kesimpulan ... XI-1 11.2 Saran ... XI-1 DAFTAR PUSTAKA ...xv LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA... LA-1 LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA ENERGI ... LB-1 LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN ... LC-1 LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN UTILITAS .... LD-1 LAMPIRAN E PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI ... LE-1 LAMPIRAN F MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) ...LF-1
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7.1 Siklus Unit Pendinginan ... VII-3 Gambar 8.1 Denah Lokasi Pabrik di Kawasan Medan Labuhan ... VIII-5 Gambar 8.2 Tata Letak Pra Rancangan Pabrik Pembuatan 2-Feniletanol ... VIII-9 Gambar 9.1 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Pabrik Pembuatan
2-Feniletanol ... IX-16 Gambar LC.1 Plate specification ... LC-36 Gambar LD.1 Sketsa Sebagian Bar Screen (dilihat dari atas) ... LD-1 Gambar LD.2 Grafik Entalpi dan Temperatur Cairan pada Water Cooling Tower
(WCT) ... LD-77 Gambar LD.3 Kurva Hy terhadap 1/(Hy*–Hy) ... LD-78 Gambar LE.1 Grafik Break Even Point (BEP) Pabrik Pembuatan 2-Feniletanol
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Impor 2-Feniletanol Indonesia Tahun 2009-2011 ... I-1 Tabel 3.1 Neraca Massa Mixer Liquid Feed (M-101) ... III-1 Tabel 3.2 Neraca Massa Mixer Hydrogenation Feed(M-103) ... III-1 Tabel 3.3 Neraca Massa Fixed Bed Reactor (R-101) ... III-2 Tabel 3.4 Neraca Massa Knock Out Drum (FG-201) ... III-2 Tabel 3.5 Neraca Massa Mixing Point Hidrogen (M-102) ... III-2 Tabel 3.6 Neraca Massa Mixer Metanol (M-104) ... III-3 Tabel 3.7 Neraca Massa Tray Distillation Tower (TD-201) ... III-3 Tabel 3.8 Neraca Massa Kondensor (E-202) ... III-3 Tabel 3.9 Neraca Massa Reboiler(E-203) ... III-4 Tabel 4.1 Neraca Energi Heater (E-101) ... IV-1 Tabel 4.2 Neraca Energi Heater (E-102) ... IV-1 Tabel 4.3 Neraca Energi Fixed Bed Reaktor (R-101) ... IV-1 Tabel 4.4 Neraca Energi Cooler (E-103) ... IV-2 Tabel 4.5 Neraca Energi Heater (E-201) ... IV-2 Tabel 4.6 Neraca Energi Kondensor (E-202) ... IV-2 Tabel 4.7 Neraca Energi Reboiler (E-203) ... IV-2 Tabel 4.8 Neraca Energi Cooler (E-204) ... IV-2 Tabel 4.9 Neraca Energi Cooler (E-205) ... IV-3 Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan
2-Feniletanol dengan Proses Hidrogenasi Stirena Oksida ... VI-4 Tabel 6.2 Jumlah Peralatan Perlindungan ... VI-11 Tabel 7.1 Kebutuhan Uap sebagai Media Pemanas ... VII-1 Tabel 7.2 Kebutuhan Air Pendingin Pabrik ... VII-2 Tabel 7.3 Pemakaian Air untuk Berbagai Kebutuhan ... VII-4 Tabel 7.4 Kualitas Air Sungai Deli, Daerah Kawasan Industri Medan ... VII-4 Tabel 7.5 Perincian Kebutuhan Listrik di Unit Proses ... VII-11 Tabel 7.6 Perincian Kebutuhan Listrik di Unit Utilitas dan Pengolahan
Limbah ... VII-12 Tabel 7.7 Perincian Kebutuhan Listrik Total ... VII-13
(14)
Tabel 8.1 Perbandingan Pemilihan Lokasi Pabrik ... VIII-4 Tabel 8.2 Luas Areal Parkir ... VIII-7 Tabel 8.3 Luas Perumahan & Mess Karyawan ... VIII-7 Tabel 8.4 Perincian Luas Areal Pabrik ... VIII-8 Tabel 9.1 Jumlah Tenaga Kerja Beserta Tingkat Pendidikannya ... IX-9 Tabel 9.2 Pembagian Kerja Shift Tiap Regu ... IX-11 Tabel 9.3 Proporsi Gaji Karyawan ... IX-12 Tabel LA.1 Neraca Massa Mixer Liquid Feed (M-101) ... LA-2 Tabel LA.2 Neraca Massa Mixer Hydrogenation Feed(M-103) ... LA-3 Tabel LA.3 Neraca Massa Fixed Bed Reactor (R-101) ... LA-5 Tabel LA.4 Neraca Massa Knock Out Drum (FG-201) ... LA-6 Tabel LA.5 Neraca Massa Mixing Point Hidrogen (M-102) ... LA-6 Tabel LA.6 Neraca Massa Tray Distillation Tower (TD-201) ... LA-12 Tabel LA.7 Neraca Massa Kondensor (E-202) ... LA-13 Tabel LA.8 Neraca Massa Reboiler(E-203) ... LA-14 Tabel LA.9 Neraca Massa Mixer Metanol (M-104) ... LA-14 Tabel LB.1 Nilai Konstanta a, b, c dan d untuk Perhitungan Cp Cairan ... LB-1 Tabel LB.2 Nilai Konstanta a, b, c, d dan e untuk Perhitungan Cp Gas ... LB-2 Tabel LB.3 Kontribusi Gugus Kapasitas Panas Cairan ... LB-2 Tabel LB.4 Kontribusi Gugus Panas Pembentukan ... LB-3 Tabel LB.5 Data Perhitungan Nilai Panas Laten ... LB-3 Tabel LB.6 Perhitungan Panas Masuk Heater (E-101) ... LB-4 Tabel LB.7 Perhitungan Panas Keluar Heater (E-101) ... LB-5 Tabel LB.8 Perhitungan Panas Masuk Heater (E-102) ... LB-5 Tabel LB.9 Perhitungan Panas Keluar Heater (E-102) ... LB-6 Tabel LB.10 Perhitungan Panas Masuk Fixed Bed Reactor (R-101) ... LB-7 Tabel LB.11 Perhitungan Panas Keluar Fixed Bed Reactor (R-101) ... LB-7 Tabel LB.12 Perhitungan Panas Masuk Heater (E-201) ... LB-9 Tabel LB.13 Perhitungan Panas Keluar Heater (E-201) ... LB-9 Tabel LB.14 Neraca Panas pada Alur 15 ... LB-10 Tabel LB.15 Neraca Panas pada Alur 18 ... LB-10 Tabel LB.16 Neraca Panas pada Alur 19 ... LB-11
(15)
Tabel LB.17 Neraca Panas pada Alur 20 ... LB-11 Tabel LB.18 Neraca Panas pada Alur 23 ... LB-11 Tabel LB.19 Perhitungan Panas Masuk Cooler (E-204) ... LB-13 Tabel LB.20 Perhitungan Panas Keluar Cooler (E-204) ... LB-13 Tabel LB.21 Perhitungan Panas Masuk Cooler (E-205) ... LB-14 Tabel LB.22 Perhitungan Panas Keluar Cooler (E-205) ... LB-14 Tabel LC.1 Kondisi umpan cair masuk Knock Out Drum ... LC-14 Tabel LC.2 Komposisi Umpan Masuk ke Mixer Umpan Masuk (M-101) ... LC-17 Tabel LC.3 Viskositas bahan mixer umpan cair (M-101) ... LC-20 Tabel LC.4 Komposisi bahan masuk ke Reaktor Hidrogenasi (R-101) ... LC-21 Tabel LC.5 Komposisi bahan keluar ke Reaktor Hidrogenasi (R-101) ... LC-21 Tabel LC.6 Perhitungan Pch untuk 2-feniletanol ... LC-29
Tabel LC.7 Perhitungan Pch untuk metanol ... LC-30
Tabel LC.8 Data Suhu Heater I(E-101) ... LC-38 Tabel LC.9 Data Suhu Heater II(E-102) ... LC-44 Tabel LC.10 Data Suhu Heater III(E-201) ... LC-49 Tabel LC.11 Data Suhu Cooler I(E-204) ... LC-54 Tabel LC.12 Data Data Suhu Cooler II(E-205) ... LC-59 Tabel LC.13 Data Suhu Kondensor(E-202) ... LC-64 Tabel LC.14 Data Suhu Reboiler (E-203) ... LC-69 Tabel LD.1 Perhitungan Entalpi dalam Penentuan Tinggi Menara Pendingin...LD-77
Tabel LE.1 Estimasi Perincian Harga Bangunan ... LE-2 Tabel LE.2 Estimasi Harga Peralatan Proses non-Impor ... LE-3 Tabel LE.3 Estimasi Harga Peralatan Proses - Terangkai ... LE-4 Tabel LE.4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas non-Impor ... LE-4 Tabel LE.5 Estimasi Harga Peralatan Utilitas - Terangkai ... LE-5 Tabel LE.6 Estimasi Harga Peralatan Pengolahan Limbah Cair non-Impor .... LE-5 Tabel LE.7 Estimasi Harga Peralatan Pengolahan Limbah Cair – Terangkai .. LE-6 Tabel LE.8 Harga Indeks Marshall dan Swift ... LE-6 Tabel LE.9 Estimasi Harga Peralatan Proses - Impor ... LE-9 Tabel LE.10 Estimasi Harga Peralatan Utilitas - Impor ... LE-9
(16)
Tabel LE.11 Estimasi Harga Pembangkit Listrik-Impor ... LE-9 Tabel LE.12 Rangkuman Total Harga Peralatan dan Jumlah Peralatan ... LE-9 Tabel LE.13 Biaya Sarana Transportasi ... LE-12 Tabel LE.14 Perincian Gaji Karyawan ... LE-16 Tabel LE.15 Perincian Biaya Kas ... LE-18 Tabel LE.16 Perincian Modal Kerja ... LE-19 Tabel LE.17 Aturan depresiasi sesuai UU Republik Indonesia No. 17
Tahun 2000 ... LE-20 Tabel LE.18 Perhitungan Biaya Depresiasi ... LE-20 Tabel LE.19 Data Perhitungan IRR ... LE-30
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2-Feniletanol memiliki berbagai aplikasi dalam industri. 2-Feniletanol merupakan cairan tak berwarna dan memiliki aroma bunga mawar. Karena sifat ini, 2-Feniletanol ini sangat penting sebagai senyawa pewangi dan digunakan dalam parfum, deodoran, dan lain-lain. 2-Feniletanol ini juga memiliki sifat anti bakteri dan anti jamur sehingga digunakan dalam pembuatan krim antiseptik dan deodoran. 2-Feniletanol ini juga berperan penting dalam formulasi kosmetik seperti shampo dan pewarna rambut untuk meningkatkan kualitas tekstur dan kualitas dari rambut. 2-Feniletanol juga berperan dalam industri kimia seperti stirena, fenil etil ester, fenil asetaldehid, fenil asam asetat, asam benzoat, bis-fenil eter, dan lain-lain. Karena 2-Feniletanol mempunyai sebuah cincin aromatik, 2-fenil etanol dapat dinitrasi, sulfonasi, ataupun diklorinasi untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia yang lain.
2-Feniletanol paling banyak diterapkan pada industri parfum dan sabun karena memiliki beberapa keunggulan tersendiri, terutama karena 2-Feniletanol memiliki aroma bunga mawar dan stabilitas terhadap alkali membuatnya sangat cocok untuk parfum dan sabun. Selain itu, 2-Feniletanol dalam jumlah kecil digunakan untuk produksi komposisi rasa untuk makanan digunakan sebagai dalam minuman ringan, permen dan cookies.
Indonesia sebagai negara berkembang pada industrinya, terutama dalam banyaknya pabrik sabun dan parfum. Pabrik ini membutuhkan bahan pewangi seperti 2-Feniletanol. Sementara untuk memenuhi kebutuhan 2-Feniletanol ini, Indonesia masih mengandalkan impor. Hal demikian ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Impor 2-Feniletanol Indonesia Tahun 2009-2011
Tahun Kebutuhan (ton)
2009 485,559
2010 505,163
(18)
(Badan Pusat Statistik, 2009, 2010, 2011)
Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa impor 2-Feniletanol cukup fluktuatif tiap tahunnya dan pada 3 tahun terakhir rata-rata Indonesia mengimpor sekitar 450 ton.
Salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan adalah dengan menambah jumlah pabrik Feniletanol di dalam negeri. Salah satu cara untuk memproduksi 2-feniletanol dengan hidrogenasi stirena oksida sehingga diharapkan akan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
1.2 Perumusan Masalah M
MeennggiinnggaattkkeebbuuttuuhhaannddaallaammnneeggeerriiIInnddoonneessiiaaaakkaann22--FFeenniilleettaannoollyyaannggccuukkuupp t
tiinnggggii ddaann ttiiddaakk ddiidduukkuunngg ddeennggaann jjuummllaahh iinndduussttrrii ddoommeessttiikk yyaanngg mmeemmpprroodduukkssii 22- -F
Feenniilleettaannoollsseehhiinnggggaauunnttuukkmmeennccuukkuuppiikkeebbuuttuuhhaann 22--FFeenniilleettaannooll ddoommeessttiikkddiillaakkuukkaann d
deennggaannccaarraammeennggiimmppoorrnnyyaa..HHaalliinniimmeennddoorroonngguunnttuukkddiibbuuaattnnyyaassuuaattuupprraarraannccaannggaann p
paabbrriikkppeemmbbuuaattaann22--FFeenniilleettaannoollddeennggaannpprroosseesshhiiddrrooggeennaassiissttiirreennaaookkssiiddaa..
1.3 Tujuan Perancangan
Secara umum, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan 2-Feniletanol dengan proses hidrogenasi stirena oksida ini adalah menerapkan disiplin ilmu teknik kimia khususnya di bidang perancangan, proses, dan operasi teknik kimia sehingga dapat memberikan gambaran kelayakan pra rancangan pabrik pembuatan 2-Feniletanol dengan proses hidrogenasi stirena oksida.
Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui apakah rancanagan ini layak atau tidak untuk dibuat dalam skala industri.
1.4 Manfaat Perancangan
Manfaat pra rancangan pabrik pembuatan 2-Feniletanol dengan proses hidrogenasi stirena oksida adalah memberikan gambaran kelayakan dari segi rancangan dan ekonomi pabrik sehingga akan mendukung pertumbuhan industri Feniletanol Indonesia. Hal ini, diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan 2-Feniletanol domestik.
(19)
Manfaat lain yang ingin dicapai adalah dapat meningkatkan devisa negara dan dapat membantu pemerintah untuk menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia yaitu dengan menciptakan lapangan kerja baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2..11 22--FFeenniilleettaannooll 2
2--FFeenniilleettaannoollaaddaallaahh jjeenniiss aallkkoohhooll pprriimmeerr ddeennggaann ffoorrmmuullaa CC66HH55CCHH22CCHH22OOHH.. 2
2--FFeenniilleettaannoollmmeemmiilliikkii bbaauu sseeppeerrttii bbuunnggaa mmaawwaarr aattaauu eesseennss ddaann mmeerruuppaakkaann bbaahhaann b
baakkuuyyaannggppeennttiinnggddaallaamm iinndduussttrrii ppaarrffuummddaannkkoossmmeettiikk((FFaabbrree,,ddkkkk..,,11999988))..DDaallaamm v
voolluummeekkeecciilljjuuggaa ddaappaatt ddiigguunnaakkaannddaallaamm iinndduussttrrii mmaakkaannaannsseebbaaggaaii ppeennyyeeddaapprraassaa m
miinnuummaann,, ppeerrmmeenn,, kkuuee,, ddaann jjeenniiss mmaakkaannaann llaaiinnnnyyaa.. KKaaddaanngg kkaallaa ddiigguunnaakkaann jjuuggaa s
seebbaaggaaii bbaahhaann ppeewwaarrnnaa nniilloonn,, uunnttuukk ppeennggeemmaassaann ppllaassttiikk,,bbaahhaann ppeewwaarrnnaattiinnttaa,, ddaann b
baahhaannbbaakkuuuunnttuukkkkeeppeerrlluuaannrraammbbuuttsseeppeerrttiimmiinnyyaakkrraammbbuuttddaannsshhaammppoo((HHuuaannggddkkkk..,, 2
2000000)).. AAllkkoohhooll iinnii mmeemmiilliikkii ssiiffaatt aannttii bbaakktteerrii yyaanngg bbiissaa jjuuggaa ddiigguunnaakkaann sseebbaaggaaii b
baahhaann ppeennggaawweett,, ddeessiinnffeekkttaann ddaann aannttiisseeppttiikk.. SSuubbssttaannssii iinnii sseennssiittiiff tteerrhhaaddaapp c
caahhaayyaaddaanntteerruurraaiibbiillaatteerrkkeennaallaannggssuunnggkkeeuuddaarraa..AAllkkoohhoolliinniisseeddiikkiittllaarruuttddaallaammaaiirr (
(22mmll//110000mmllHH22OO))ddaannlleebbiihhmmuuddaahhllaarruuttddaallaammeettaannoollddaanneetteerr..
Produksi 2-Feniletanol setiap tahunnya sekitar 7000 ton yang dihasilkan secara kimiawi baik menggunakan benzen dan stirena (Clark, 1990). 2-Feniletanol yang diproduksi digunakan untuk wewangian sekitar 6.000 ton, sebagai penyedap rasa sekitar 10 ton, dan untuk sintesis ester sekitar 990 ton setiap tahunnya (Etschmann,dkk., 2002).
2
2..22 PPrroosseessPPeemmbbuuaattaann P
Peemmbbuuaattaann22--FFeenniilleettaannoolliinniibbiissaammeenngggguunnaakkaannbbeebbeerraappaammaaccaammpprroosseess,,bbaaiikk s
seeccaarraa kkiimmiiaa mmaauuppuunn sseeccaarraa bbiioollooggii aattaauu ffeerrmmeennttaassii.. DDiiaannttaarraannyyaa aaddaallaahh sseebbaaggaaii b
beerriikkuutt::
2.2.1 Hidrogenasi Stirena Oksida
Pembuatan 2-Feniletanol dengan proses ini menggunakan bahan berupa stirena oksida, hidrogen, methanol, natrium hidroksida, katalis Pd/C dan air.
(20)
Prosesnya terjadi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar 40-120 0C dengan tekanan yang tinggi yaitu 50-800 psig (Chaudari ,dkk., 2000).
Pembuatan 2-Feniletanol dengan proses hidrogenasi stirena oksida ini tidaklah rumit, pemisahan juga tidak lama. Produk yang dihasilkan memiliki tingkat konversi dan selektivitas yang tinggi (Clark, 1990)
2.2.2 Friedel-Crafts
Dalam proses ini menggunakan bahan seperti benzene, etilen oksida, dan aluminium klorida (Chaudari ,dkk., 2000).
Pembuatan 2-Feniletanol dengan cara ini dilakukan pada suhu operasi yang rendah yang pada akhirnya jadi sulit untuk mempertahankan kondisi operasinya. Sedangkan bila kita menaikkan suhu akan membentuk produk berupa Dibenzil. Selain itu proses ini tidaklah ramah lingkungan. Sedangkan kondisi operasi yang memungkinkan proses ini sangatlah rendah yaitu di bawah 25 0C (Wilson, 1991).
2.2.3 Grignard Sintesis
Pembuatan 2-Feniletanol dengan proses Grignard menggunakan bahan seperti klorobenzena, etilen oksida, asam sulfat, dan pelarut dietil eter (Chaudari ,dkk., 2000).
Pembuatan 2-Feniletanol dengan proses Grignard Sintesis ini menggunakan bahan-bahan yang berbahaya yang pada akhirnya tidak ramah lingkungan. Proses dalam pembuatannya sangatlah sulit, selain menggunakan pelarut yang berbahaya dan pemisahan yang sulit, produk yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang rendah. Kondisi operasi berkisaran pada 100 0C (Ernst, 1982).
2.2.4 Reduksi Stirena Oksida
Bahan yang digunakan dalam proses ini meliputi stirena oksida, alkohol dan katalis Lithium Indium (Chaudari ,dkk., 2000).
Pembuatan 2-Feniletanol dengan proses reduksi ini memiliki langkah-langkah yang sulit. Pada akhir proses akan dihasilkan prosuk berupa campuran alkohol yang pada akhirnya bila dipisahkan hanya akan menghasilkan 2-Feniletanol 33 % saja (Koji ,dkk., 1995).
(21)
2.2.5 Raney Nickel
Bahan yang digunakan dalam proses ini meliputi stirena oksida, hidrogen, isoprofil alkohol sebahgai pelarut, air, dan natrium oksida, dan katalis Raney Nickel yang dicampur pada suhu 100 0C (Gibson ,dkk., 1977).
Pembuatan 2-Feniletanol dengan proses ini sangatlah mahal, selain itu juga membutuhkan waktu yang lama dalam proses pemisahan produk. Prosedurnya juga sulit karena akan membentuk emulsi. Sedikit saja kelebihan Etilbenzen akan menghilangkan aroma dari 2-Feniletanol itu sendiri. 2-Feniletanol yang dihasilkan memiliki selektivitas tinggi 97 % (Rode ,dkk., 2005).
2
2..33 SSiiffaatt––SSiiffaattBBaahhaannBBaakkuuddaannPPrroodduukk
2.3.1 Sifat – Sifat Bahan Baku
A. Stirena Oksida (C8H8O)
1. Berat Molekul : 120,15 g/mol
2. Berwujud cairan kuning terang pada suhu kamar 3. Densitas : 1,0237 g/l
4. Titik leleh : -35,6oC 5. Titik didih : 194,1oC
6. Larut dalam metanol, dietil eter, aseton, dan larut sebagian dalam air dingin. 7. Tekanan uap : 0 kPa (20oC)
(Sciencelab, 2010)
B. Hidrogen (H2)
1. Berat Molekul : 2,016 g/mol
2. Berwujud gas tak berwarna pada suhu kamar 3. Titik leleh : -259,2oC
4. Titik didih : -258,8oC
5. Densitas : 0,0834 g/l (20oC)
6. Kelarutan dalam air : 0,019 (V/V ; 20oC ; 1 atm) 7. Volume spesifik : 11,99 m3/kg (20oC)
(22)
(Air Products, 1994).
C. Metanol (CH3OH)
1. Berat Molekul : 32,04
2. Berwujud cairan tak berwarna pada suhu kamar 3. Titik leleh : -97,8oC
4. Titik didih : 64,5oC 5. Densitas : 791,5 g/l 6. Larut dalam air
7. Tekanan uap : 12,3 kPa (20oC) (Sciencelab, 2012)
D. Natrium Hidroksida (NaOH)
1. Berat Molekul : 40 g/mol 2. Berwujud padatan pada suhu kamar 3. Titik leleh : 323oC 4. Titik didih : 1388oC 5. Spesifik graviti : 2,13 (Air =1) 6. Larut dalam air
(Sciencelab, 2012)
E. Katalis Pd/C 1%
1. Berat Molekul : 106,42 gr/mol 2. Berwujud padatan hitam
3. Titik leleh : 1554,69 0C 4. Titik didih : 2963 0C 5. Spesifik gravity : 12,02 gr/cm3 6. Tekanan uap :
-(Acros organics N.V., 2000 ; Sigma Aldrich Co, 2011 )
2.3.2 Sifat – Sifat Produk
(23)
1. Berat Molekul : 122,16 g/mol 2. Berwujud cair pada suhu kamar
3. Titik leleh : -27oC 4. Titik didih : 219oC
5. Densitas : 1,02 g/cm3 (20oC) 6. Kelarutan dalam air : 29 g/l (20oC) 7. Tekanan uap : 0,08 hPa (20oC) (Merck, 2012).
2
2..44 DDeesskkrriippssiiPPrroosseess 2
2--FFeenniilleettaannooll ppaaddaa pprraa--rraannccaannggaann ppaabbrriikk iinnii ddiipprroodduukkssii ddeennggaann pprroosseess h
hiiddrrooggeennaassiiddaarriissttiirreennaaookkssiiddaaddeennggaannppeellaarruuttmmeettaannooll,,pprroommootteerrnnaattrriiuummhhiiddrrookkssiiddaa d
daann kkaattaalliiss PPdd//CC 11%%.. AAddaappuunn dduuaa ttaahhaapp uuttaammaa ppaaddaa pprraa--rraannccaannggaann iinnii aaddaa ttaahhaapp r
reeaakkssiihhiiddrrooggeennaassiiddaannttaahhaappppeemmiissaahhaannpprroodduukk..
Mula-mula stirena oksida, pelarut metanol serta promoter natrium hidroksida dari tangki penyimpanan (TT-102, TT-103, dan F-101) dicampur terlebih dahulu di bejana berpengaduk (M-101), kemudian dipanaskan di heater (E-102) hingga suhu 40oC . Adapun perbandingan massa stirena oksida : metanol : natrium hidroksida adalah 1 : 19 : 0,00026. Sedangkan hidrogen disimpan pada tangki (TT-101) dengan tekanan 30 atm kemudian diekspansikan menjadi 20 atm dan dipanaskan pada heater
(E-101) hingga 40oC sebelum direaksikan. Campuran umpan cair dan hidrogen berlebih ini dicampur pada mixer (M-103), kemudian direaksikan di fixed bed
reactor (R-101). Reaksi hidrogenasi ini berlangsung pada suhu 40 oC, tekanan 20
atm, dan dengan bantuan katalis Pd/C 1%. Pada reaksi hidrogenasi ini merupakan reaksi eksoterm sehingga diperlukan air pendingin untuk menjaga suhu reaktor tersebut.
Berikut adalah reaksi hidrogenasi yang terjadi :
C8H8O(l) + H2(g) C8H10O(l)
Stirena Oksida Hidrogen 2-Feniletanol
Konversi sempurna diperoleh dari reaktor ini (R-101), kemudian produk akan mengalami tahap pemisahan. Mula-mula, produk kemudian dialirkan ke knock-out drum (D-201). Pada knock-out drum ini, gas hidrogen dipisahkan dari produk. Gas
(24)
hidrogen diumpankan kembali melalui mixer (M-102). Kemudian produk yang keluar dari knock-out drum ini akan didestilasi untuk mengambil kembali metanol yang digunakan. Sebelum memasuki menara destilasi (TD-201), umpan dipanaskan
di heater (E-201) hingga suhu 83,78 oC. Kemudian diperoleh destilat metanol dengan
suhu 69,14 oC dan produk bottom dengan suhu 215,48 oC. Destilat metanol yang diperoleh didinginkan hingga 25 oC di cooler (E-204) dan diumpankan ke mixer (M-104) untuk digunakan kembali. Sedangkan produk 2-feniletanol didinginkan hingga 30oC di cooler (E-205) kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan 2-feniletanol (TT-201).
(25)
Kode Nama Alat
TT-101 Tangki Penyimpanan Hidrogen TT-102 Tangki Penyimpanan Metanol TT-103 Tangki Penyimpanan Stirena Oksida TT-202 Tangki Penyimpanan 2-Feniletanol R-101 Reaktor Hidrogenasi FG-201 Vertical Knock-out Drum TD-201 Tray Distillation Tower ACC-201 Tangki Akumulator M-101 Mixer I M-102 Mixing Point I M-103 Mixing Point II M-104 Mixing Point III E-101 Heater I E-102 Heater II E-201 Heater III E-202 Kondensor E-203 Reboiler E-204 Cooler I E-205 Cooler II J-101 Pompa Metanol J-102 Pompa Stirena Oksida J-103 Pompa Mixer I J-201 Pompa Knock-out Drum J-202 Pompa Akumulator I J-203 Pompa Akumulator II J-204 Pompa Cooler II J-205 Pompa Kolom Destilasi J-206 Pompa Reboiler JC-101 Expander I JC-201 Kompresor C-101 Conveyor I
Komponen Alur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Stirena Oksida / C8H8O (kg/jam) 141.5894 141.5894 141.5894 141.5894 Hidrogen / H2 (kg/jam) 2.3755 2.8506 2.8506 2.8506 0.4751 0.4751 0.4751 Metanol / CH3OH (kg/jam) 0.0182 2690.1986 2690.1986 2690.1986 2690.1986 2690.1986 2690.1986 2690.1986 3259.4560 3259.4560 569.2756 2690.1804 2690.1804 3259.4742 3259.4560 0.0182 0.0182 Natrium Hidroksida / NaOH (kg/jam) 0.0368 0.0368 0.0368 0.0368 0.0368 0.0368 0.0368 0.9026 0.8658 0.0368 0.0368 2-Feniletanol / C8H10O (kg/jam) 143.9649 143.9649 143.9649 6.2168 6.2168 1.0858 5.1310 5.1310 145.0507 6.2168 138.8339 138.8339 Total (kg/jam) 2.3755 141.5894 0.0182 0.0368 2690.1986 2831.8248 2831.8248 2.8506 2.8506 2834.6754 2834.6754 0.4751 2834.2003 0.4751 2834.2003 3265.6728 3265.6728 570.3614 2695.3114 2695.3114 3405.4275 3266.5386 138.8889 138.8889 Q (kJ/jam) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 107087.6811 606.7373 107694.4183 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 377578.8352 3437389.3830 384200.6126 67102.0038 317098.6088 0.0000 377578.8352 3370287.3792 49289.6731 269.3070 Temperatur (oC) 30 30 30 30 30 30 40 31,67 40 40 40 40 40 40 83.7791 83.7791 69.14 69.14 69.14 25 215.4757 215.4757 215.4757 30 Tekanan (atm) 20 1 1 1 1 20 20 20 20 20 20 1 1 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Saturated Steam
Air Pendingin
Air Pendingin Bekas 11 2 3 6 5 7 10 14 E-101 E-102 C-101 M-101 M-102 M-104 M-103 FC FC FC FC FC FC FC R-101 TC TC LC LIFC LI FC LC FC PI FG-201 TT-102 TT-101 TT-103 TT-201 F-101 4 TC FC FC FC FC TC TC TC LI 16 19 21 20 23 E-201 E-202 E-204 E-203 E-205 ACC-201 TD-201 17 22 18 15 TC JC-101 J-101 J-102 J-103 J-201 J-202 J-203 J-204 JC-201 J-205 J-206 LC TC LI 24
1 8 9
13
Kondensat 12
Skala : Tanpa skala
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PEMBUATAN 2-FENILETANOL DENGAN PROSES HIDROGENASI STIRENA OKSIDA DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 1.000
TON/TAHUN
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN 2-FENILETANOL DENGAN PROSES HIDROGENASI STIRENA OKSIDA
Digambar Diperiksa / Disetujui
Nama : Edward Tandy NIM : 080405031 1. Nama : Ir. Bambang Trisakti, MT NIP : 19660925 199103 1 003 2. Nama : Ir. Netti Herlina, MT NIP : 19680425 199903 2 004
(26)
BAB III
NERACA MASSA
Hasil perhitungan neraca massa pada proses pembuatan 2-Feniletanol dengan kapasitas produksi 1000 ton/tahun atau setara dengan 138,8889 kg/jam sebagai berikut :
Basis perhitungan : 1 jam operasi Waktu operasi : 300 hari/tahun Satuan operasi : kg/jam
3.1 Mixer Liquid Feed (M-101)
Tabel 3.1 Neraca Massa Mixer Liquid Feed (M-101)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 3 Alur 4 Alur 5 Alur 6
F N F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
C8H8O 141,5894 1,1784 - - - - 141,5894 1,1784
NaOH - - 0,0368 0,0009 0,0368 0,0009
CH3OH - - - - 2690,1986 83,9596 2690,1986 83,9596
Total 2831,8248 2831,8248
3.2 Mixer Hydrogenation Feed (M-103)
Tabel 3.2 Neraca Massa Mixer Hydrogenation Feed (M-103)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 7 Alur 9 Alur 10
F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
C8H8O 141,5894 1,1784 - - 141,5894 1,1784
NaOH 0,0368 0,0009 - - 0,0368 0,0009
CH3OH 2690,1986 83,9596 - - 2690,1986 83,9596
H2 - - 2,8506 1,4141 2,8506 1,4141
(27)
3.3 Fixed Bed Reactor (R-101)
Tabel 3.3 Neraca Massa Fixed Bed Reactor (R-101)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 10 Alur 11
F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
C8H8O 141,5894 1,1784 - -
NaOH 0,0368 0,0009 0,0368 0,0009
CH3OH 2690,1986 83,9596 2690,1986 83,9596
H2 2,8506 1,4141 0,4751 0,2357
C8H10O - - 143,9649 1,1784
Total 2834,6754 2834,6754
3.4 Knock Out Drum (FG-201)
Tabel 3.4 Neraca Massa Knock Out Drum (FG-201)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 11 Alur 12 Alur 13
F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
NaOH 0,0368 0,0009 - - 0,0368 0,0009
CH3OH 2690,1986 83,9596 - - 2690,1986 83,9596
H2 0,4751 0,2357 0,4751 0,2357 - -
C8H10O 143,9649 1,1784 - - 143,9649 1,1784
Total 2834,6754 2834,6754
3.5 Mixing Point Hidrogen (M-102)
Tabel 3.5 Neraca Massa Mixing Point Hidrogen (M-102)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 1 Alur 14 Alur 8
F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
H2 2,3755 1,1784 0,4751 0,2357 2,8506 1,4141
(28)
3.6 Mixer Metanol (M-104)
Tabel 3.6 Neraca Massa Mixer Metanol(M-104)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 2 Alur 20 Alur 5
F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
CH3OH 0,0182 0,0006 2690,1804 83,9590 2690,1986 83,9596
Total 2690,1986 2690,1986
3.7 Destilasi
3.7.1 Tray Distillation Tower (TD-201)
Tabel 3.7 Neraca Massa Tray Distillation Tower (TD-201)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 15 Alur 19 Alur 23
F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
C8H10O 143,9649 1,1784 5,1310 0,0420 138,8339 1,1364
CH3OH 2690,1986 83,9596 2690,1804 83,9590 0,0182 0,0006
NaOH 0,0368 0,0009 - - 0,0368 0,0009
Total 2834,2003 2834,2003
3.7.2 Kondensor (E-202)
Tabel 3.8 Neraca Massa Kondensor (E-202)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 17 Alur 18 Alur 19
F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
C8H10O 6,2168 0,0509 1,0858 0,0089 5,131 0,042
CH3OH 3259,4560 101,7268 589,2756 17,7668 2690,1804 83,9590
(29)
3.7.3 Reboiler (E-203)
Tabel 3.9 Neraca Massa Reboiler (E-203)
Komponen
Alur Masuk Alur Keluar
Alur 21 Alur 22 Alur 23
F N F N F N
(kg/jam (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
C8H10O 145,0507 1,1873 6,2168 0,0509 138,8339 1,1364
CH3OH 3259,4742 101,7263 3259,4560 101,7258 0,0182 0,0006
NaOH 0,9026 0,0226 0,8658 0,0216 0,0368 0,0009
(30)
BAB IV
NERACA PANAS
Basis perhitungan : 1 jam
Satuan operasi : kiloJoule/ jam (kJ/jam) Temperatur basis : 25oC (298,15 K)
4.1 Heater (E-101)
Tabel 4.1 Neraca Panas Heater (E-101)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 269,2851 -
Produk - 606,7373
Saturated steam 337,4522 -
Total 606,7373 606,7373
4.2 Heater (E-102)
Tabel 4.2 Neraca Panas Heater (E-102)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 35316,9296 -
Produk - 107087,6811
Saturated steam 71770,7514 -
Total 107087,6811 107087,6811
4.3 Fixed Bed Reaktor (R-101)
Tabel 4.3 Neraca Panas Fixed Bed Reaktor (R-101) Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 107694,4183 -
Produk - 107659,0002
∆Hr - -109665,3803
Air Pendingin - 109700,7985
(31)
4.4 Heater (E-201)
Tabel 4.4 Neraca Panas Heater (E-201)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 107557,8773 -
Produk - 377578,8352
Saturated steam 270020,9579 -
Total 377578,8352 377578,8352
4.5 Kondensor (E-202)
Tabel 4.5 Neraca Panas Kondensor (E-202)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 3437389,3830 -
Produk - 384200,6126
Air pendingin - 3053188,7704
Total 3437389,3830 3437389,3830
4.6 Reboiler (E-203)
Tabel 4.6 Neraca Panas Reboiler (E-203)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 377578,8352 -
Produk - 3419577,0523
Saturated Steam 3041998,2171 -
Total 3418577,0523 3418577,0523
4.7 Cooler (E-204)
Tabel 4.7 Neraca Panas Cooler (E-204)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 317098,6088 -
Produk - 103581,1388
Air pendingin - 213517,47
Total 317098,6088 317098,6088
4.8 Cooler (E-205)
Tabel 4.8 Neraca Panas Cooler (E-205)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 49289,6731 -
Produk - 268,3070
Air pendingin - 49020,3661
(32)
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1Tangki Penyimpanan Hidrogen (H2) (TT-101)
Fungsi : Menyimpan hidrogen untuk kebutuhan 10 hari Bahan Konstruksi : Low-Alloy Steel SA202, Grade B
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup spherical
Jenis Sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 30oC Tekanan : 20 atm Kapasitas : 288,7444 m3
Ukuran : Silinder :
Diameter : 5,2202 m
Tinggi : 6,5253 m
Tebal : 3¼ in Tutup :
Diameter : 5,2202 m
Tinggi : 1,3051 m
Tebal : 3¼ in (tutup bawah) : 3¼ in (tutup atas)
5.2Tangki Penyimpanan Metanol (CH3OH) (TT-102)
Fungsi : Menyimpan metanol untuk kebutuhan 60 hari Bahan Konstruksi : Stainless Steel SA-240, Grade 340
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Jenis Sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 30oC Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 4,1537 m3
(33)
Diameter : 1,4946 m
Tinggi : 1,8683 m
Tebal : 3/16 in
Tutup :
Diameter : 1,4946 m
Tinggi : 0,3737 m
Tebal : 3/16 in (tutup bawah)
: 3/16 in (tutup atas)
5.3Tangki Penyimpanan Stirena Oksida (C8H8O) (TT-103)
Fungsi : Menyimpan stirena oksida untuk kebutuhan 30 hari Bahan Konstruksi : Stainless Steel SA-240, Grade 340
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Jenis Sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 30oC Tekanan : 1 atm Kapasitas : 119,9953 m3
Ukuran : Silinder :
Diameter : 4,5861 m
Tinggi : 5,7326 m
Tebal : 3/8 in
Tutup :
Diameter : 4,5861 m
Tinggi : 1,1465 m
Tebal : 3/8 in (tutup bawah)
: 1/4 in (tutup atas)
5.4Tangki Penyimpanan 2-Feniletanol (C8H10O) (TT-201)
Fungsi : Menyimpan 2-Feniletanol untuk kebutuhan 30 hari Bahan Konstruksi : Stainless Steel SA-240, Grade 340
(34)
Jenis Sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 30oC Tekanan : 1 atm Kapasitas : 119,6168 m3
Ukuran : Silinder :
Diameter : 4,5813 m
Tinggi : 5,7266 m
Tebal : 3/8 in
Tutup :
Diameter : 4,5813 m
Tinggi : 1,1453 m
Tebal : 3/8 in (tutup bawah)
: 1/4 in (tutup atas)
5.5 Gudang Penyimpanan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Katalis Pd/C 1%
F
Fuunnggssii ::MMeennyyiimmppaannnnaattrriiuummhhiiddrrookkssiiddaaddaannkkaattaalliissPPdd//CC11%% d
daallaammkkeemmaassaannppllaassttiikksseellaammaa115500hhaarrii B
BaahhaannKKoonnssttrruukkssii ::DDiinnddiinnggddaarriibbeettoonnddaannaattaappddaarriisseenngg Bentuk : Prisma segi empat beraturan
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 25oC T
Teekkaannaann ::11aattmm Kapasitas : 4720,0247 kg Tinggi gudang : 3,5 m
Panjang gudang : 3 m Lebar gudang : 1,5 m
5.6Vertical Knockout Drum (FG-201)
Fungsi : Memisahkan fasa gas hidrogen dari produk keluaran reaktor
(35)
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup spherical
Jenis Sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 40oC Tekanan : 1 atm Kapasitas : 119,0603 m3
Ukuran : Silinder :
Diameter : 0,8382 m
Tinggi : 3,5487 m
Tebal : ½ in Tutup :
Diameter : 0,8382 m
Tinggi : 0,6875 m
Tebal : ½ in (tutup bawah) : ½ in (tutup atas)
5.7Mixer I (M-101)
Fungsi : Tempat pencampuran umpan cair berupa stirena oksida, metanol, dan natrium hidroksida
Tipe : Tangki Berpengaduk
Bentuk : Silinder vertikal dengan tutup dan alas ellipsoidal Bahan konstruksi : Stainless Steel SA-240, Grade 340
Jenis Sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 25oC Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 4,2802 m3
Ukuran : Silinder :
Diameter : 1,5987 m
Tinggi : 1,5987 m
Tebal : 3/16 in
(36)
Diameter : 1,5987 m
Tinggi : 0,3997 m
Tebal : 3/16 in (tutup bawah)
: 3/16 in (tutup atas)
Pengaduk :
JJeenniiss ::TTuurrbbiinnddaauunneennaammbbiillaahhddaattaarr
BBaaffffllee ::44bbuuaahh
DDaayyaammoottoorr ::55,,77775588hhpp
5.8Reaktor Hidrogenasi (R-101)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi hidrogenasi stirena oksida membentuk 2-feniletanol
T
Tiippee ::SShheellll--TTuubbeeFFiixxeeddBBeeddRReeaaccttoorr
B
Beennttuukk ::SSiilliinnddeerrvveerrttiikkaallddeennggaannttuuttuuppddaannaallaasseelllliippssooiiddaall
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::SSttaaiinnlleessssSStteeeellSSAA--224400,,GGrraaddee334400 J
JeenniissSSaammbbuunnggaann ::DDoouubblleewweellddeeddbbuuttttjjooiinnttss
J
Juummllaahh ::11uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 25oC Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 13,1356 m3
Ukuran : Silinder :
Diameter : 1,7117 m
Tinggi : 5,1352 m
Tebal : 1¼ in. Tutup :
Diameter : 1,7117 m
Tinggi : 0,4279 m
Tebal : 1¼ in. (tutup bawah) : 1¼ in. (tutup atas)
5.9Tangki Akumulator (ACC-201)
(37)
Bahan Konstruksi : Stainless Steel SA-240, Grade 340
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Jenis Sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 69,14oC Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 3,9459 m3
Ukuran : Silinder :
Diameter : 1,4693 m
Tinggi : 1,8366 m
Tebal : 3/16 in
Tutup :
Diameter : 1,4693 m
Tinggi : 0,3673 m
Tebal : 3/16 in (tutup bawah)
: 3/16 in (tutup atas)
5.10 Tray Distillation Tower (TD-201)
Fungsi : Memisahkan metanol dari campuran produk Jenis : Sieve – tray
Bentuk : Silinder vertikal dengan tutup alas dan tutup
ellipsoidal
Bahan konstruksi : Stainless Steel SA-240, Grade 340
Jumlah : 1 unit
Spesifikasi Plat
ID Plat = 2,4892 m = 98 in
Ukuran Hole = 6 mm
Pitch hole = 13 mm, triangular
Hole aktif = 13080
Turn-down = 80% laju maksimum
Bahan plat = stainless steel
(38)
Ketebalan plat = 3 mm
ΔP plat = 91,9582 mm cairan = 0,8539 kPa Spesifikasi Kolom Distilasi
Tinggi kolom = 7,2 m
Tinggi tutup = ¼ T = 1,8 m
Tinggi total = 7,2 + 2 (1,8) = 10,8 m Tekanan operasi = 108,1562 kPa
Tebal shell standar yang digunakan = ¼ in Tebal shell yang digunakan = ¼ in
5.11 Heater I (E-101)
F
Fuunnggssii ::MMeennaaiikkkkaanntteemmppeerraattuurrhhiiddrrooggeennsseebbeelluummmmaassuukkkkeerreeaakkttoorr (
(RR--110011)) J
Jeenniiss ::DDoouubblleeppiippeehheeaatteexxcchhaannggeerr
D
Diippaakkaaii ::PPiippaa3322 iinnIIPPSS,,1166fftt,,33hhaaiirrppiinn
J
Juummllaahh ::11uunniitt
5.12 Heater II (E-102)
Fungsi : Menaikkan temperatur umpan cair sebelum masuk ke reaktor (R-101)
Jenis : Double pipe heat exchanger
Dipakai : Pipa 2 1¼ in IPS, 6 ft, 1 hairpin
Jumlah : 1 unit
5.13 Heater III (E-201)
F
Fuunnggssii ::MMeennaaiikkkkaanntteemmppeerraattuurrpprroodduukkddaarriikknnoocckkoouuttddrruumm((FFGG--220011)) s
seebbeelluummmmaassuukkkkeemmeennaarraaddeessttiillaassii((TTDD--220011)) J
Jeenniiss ::DDoouubblleeppiippeehheeaatteexxcchhaannggeerr
D
Diippaakkaaii ::PPiippaa3322iinnIIPPSS,,2200fftt,,11hhaaiirrppiinn
J
(39)
5.14 Cooler I (E-204)
F
Fuunnggssii ::MMeennuurruunnkkaanntteemmppeerraattuurrpprroodduukkyyaannggkkeelluuaarrddaarriimmeennaarraa d
deessttiillaassii((TTDD--220011))sseebbeelluummmmaassuukkkkeemmiixxiinnggppooiinntt((MM--110044)) J
Jeenniiss ::DDoouubblleeppiippeehheeaatteexxcchhaannggeerr
D
Diippaakkaaii ::PPiippaa3322 iinnIIPPSS,,2200fftt,,33hhaaiirrppiinn
J
Juummllaahh ::11uunniitt
5.15 Cooler II (E-205)
F
Fuunnggssii ::MMeennuurruunnkkaanntteemmppeerraattuurrpprroodduukkbboottttoommyyaannggkkeelluuaarrddaarrii m
meennaarraaddeessttiillaassii((TTDD--220011))sseebbeelluummmmaassuukkkkeettaannggkkii22- -f
feenniilleettaannooll((TTTT--220011)) J
Jeenniiss ::DDoouubblleeppiippeehheeaatteexxcchhaannggeerr
D
Diippaakkaaii ::PPiippaa3322 iinnIIPPSS,,2200fftt,,22hhaaiirrppiinn
J
Juummllaahh ::11uunniitt
5.16 Kondensor (E-202)
F
Fuunnggssii ::MMeennggkkoonnddeennssaassiikkaannuuaappmmeettaannoollyyaannggkkeelluuaarrddaarriikkoolloomm d
deessttiillaassii((TTDD--220011)) J
Jeenniiss ::SShheellll--TTuubbeeHHeeaattEExxcchhaannggeerr,,22ppaasssseess
J
Juummllaahh ::11uunniitt D
Diiaammeetteerrttuubbee ::¾¾ iinn J
Jeenniissttuubbee ::1188BBWWGG P
Paannjjaannggttuubbee ::2200fftt P
Piittcchh ::11--iinnssqquuaarreeppiittcchh
J
Juummllaahhttuubbee ::116666 D
Diiaammeetteerrsshheellll ::1177¼¼ iinn
5.17 Reboiler (E-203)
F
Fuunnggssii ::MMeenngguuaappkkaannsseebbaaggiiaannhhaassiillbbaawwaahhmmeennaarraa ddeessttiillaassii((TTDD--220011)) J
Jeenniiss ::SShheellll--TTuubbeeHHeeaattEExxcchhaannggeerr,,22ppaasssseess
J
Juummllaahh ::11uunniitt D
(40)
J
Jeenniissttuubbee ::1188BBWWGG P
Paannjjaannggttuubbee ::2200fftt P
Piittcchh ::11--iinnssqquuaarreeppiittcchh
J
Juummllaahhttuubbee ::11002244 D
Diiaammeetteerrsshheellll ::3399 iinn
5.18 Pompa Metanol (J-101)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaammeettaannoollddaarriittaannggkkiippeennyyiimmppaannaannmmeettaannooll k
keeMMiixxiinnggPPooiinnttIIIIII((MM--110044)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 atm
D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.19 Pompa Stirena Oksida (J-102)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaassttiirreennaaookkssiiddaaddaarriittaannggkkiippeennyyiimmppaannaann s
sttiirreennaaookkssiiddaakkeeMMiixxeerrII ((MM--110011)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 atm
D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.20 Pompa Mixer I (J-103)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaauummppaannccaaiirrddaarriiMMiixxeerrII ((MM--110011))kkee M
MiixxiinnggPPooiinnttIIII((MM--110033)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
(41)
Kondisi operasi : Temperatur : 40 oC Tekanan : 20 atm D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.21 Pompa Knock Out Drum (J-201)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaapprroodduukkddaarriikknnoocckkoouuttddrruumm ((FFGG--220011))kkee
h
heeaatteerrIIIIII ((EE--220011))TTiippee ::
C
CeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 40oC
Tekanan : 1 atm
D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.22 Pompa Akumulator I (J-202)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaaddeessttiillaattddaarriittaannggkkiiaakkuummuullaattoorr((AACCCC--220011)) k
keekkoolloommddeessttiillaassii ((TTDD--220011)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 69,14oC
Tekanan : 1 atm
D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.23 Pompa Akumulator II (J-203)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaaddeessttiillaattddaarriittaannggkkiiaakkuummuullaattoorr((AACCCC--220011)) k
keeccoooolleerrIIII((EE--220044)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 69,14oC
(42)
D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.24 Pompa Cooler II (J-204)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaammeettaannoollddaarriiccoooolleerrIIII((EE--220044))kkeemmiixxiinngg p
pooiinnttIIIIII((MM--110044)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 atm
D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.25 Pompa Kolom Destilasi (J-205)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaapprroodduukkbboottttoommddaarriikkoolloommddeessttiillaassii((TTDD- -2
20011))kkeerreebbooiilleerr((EE--220033)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 215,4757 oC
Tekanan : 1 atm
D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.26 Pompa Reboiler (J-206)
F
Fuunnggssii ::MMeemmoommppaapprroodduukkbboottttoommddaarriirreebbooiilleerr((EE--220033))kkee
c
coooolleerrIIIIII((EE--220055)) T
Tiippee ::CCeennttrriiffuuggaallPPuummpp
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii ::CCoommmmeerrcciiaallsstteeeell
J
Juummllaahh ::22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 215,4757 oC
Tekanan : 1 atm
D
(43)
5.27 Conveyor I (C-101)
F
Fuunnggssii :: MMeennggaannggkkuuttnnaattrriiuummhhiiddrrookkssiiddaakkeemmiixxeerrII((MM--110011)) B
Beennttuukk :: SSccrreewwccoonnvveeyyoorr
B
Baahhaannkkoonnssttrruukkssii :: SSeellff--LLuubbrriiccaatteeddBBrroonnzzee
J
Juummllaahh :: 22uunniitt
Kondisi operasi : Temperatur : 30 oC Tekanan : 1 atm L
Laajjuuaalliirr ::00,,0033668811mm33//jjaamm.. D
Daayyaammoottoorr ::¼¼hhpp
5.28 Expander I (JC-101)
Fungsi : Menurunkan tekanan gas hidrogen dari 30 atm menjadi 20 atm sebelum masuk ke reaktor R-101 Jenis : Centrifugal Blower
Jumlah : 2 unit
Diameter dalam (ID) : 0,622 in Diameter luar (OD) : 0,84 in Tekanan masuk (P1) : 30 atm
Tekanan keluar (P2) : 20 atm
Temperatur : 30 oC
Daya (Ws) : ¼ hp
5.29 Kompresor (JC-201)
Fungsi : Menaikkan tekanan gas hidrogen dari knock out drum
(FG-201) ke mixing point I (M-102) Jenis : ReciprocatingCompressor dengan 4 tahap
Jumlah : 2 unit
Diameter dalam (ID) : 1,05 in Diameter luar (OD) : 0,824 in Tekanan masuk (P1) : 1 atm
Tekanan keluar (P2) : 20 atm
(44)
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Instrumentasi adalah suatu alat yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dalam suatu pabrik kimia, pemakaian instrumen merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan adanya rangkaian instrumen tersebut maka operasi semua peralatan yang ada di dalam pabrik dapat dimonitor dan dikontrol dengan cermat, mudah, dan efisien sehingga kondisi operasi selalu berada dalam kondisi yang diharapkan. Namun pada dasarnya, tujuan pengendalian tersebut adalah agar kondisi proses di pabrik mencapai tingkat kesalahan yang paling minimum sehingga produk dapat dihasilkan secara optimal (Green & Perry, 2008).
Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Instrumen digunakan dalam industri kimia untuk mengukur variabel-variabel proses seperti temperatur, tekanan, densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas, pH, kelembapan, titik embun, tinggi cairan, laju alir, dan komposisi. Instrumen-instumen tersebut mempunyai tingkat batasan operasi sesuai dengan kebutuhan pengolahan (Peters, dkk., 2004).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol / diukur oleh instrumen tersebut adalah :
1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan.
2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas, pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel lainnya.
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari : 1. Elemen Perasa / sensing (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel yang diukur.
(45)
2. Elemen pengukur (measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen pengontrol. 3. Elemen pengontrol (controlling element)
Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil ataupun meniadakan penyimpangan yang terjadi.
4. Elemen pengontrol akhir (final control element)
Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan variabel yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk mengembalikan variabel pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai controller. Pengendalian secara semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah variabel-variabel ke nilai yang diinginkan dilakukan usaha secara manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat
(recorder).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen-instrumen adalah:
1. Range yang diperlukan untuk pengukuran
2. Level instrumentasi
3. Ketelitian yang dibutuhkan 4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses (Considine, 1985)
(46)
Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah : 1. Untuk variabel temperatur:
- Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati temperatur suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
- Temperature Indicator Controller (TI) adalah instrumentasi yang digunakan
untuk mengamati temperatur dari suatu alat. 2. Untuk variabel tinggi permukaan cairan
- Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk mengamati
ketinggian cairan dalam suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
- Level Indicator Contoller (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat. 3. Untuk variabel tekanan
- Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati tekanan operasi suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
- Pressure Indicator Controller (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati tekanan operasi suatu alat. 4. Untuk variabel aliran cairan
- Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati
laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
- Flow Indicator Controller (FI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati laju aliran atau cairan suatu alat. (Considine, 1985)
(47)
Tabel 6.1 Daftar penggunaan instrumentasi pada pra rancangan pabrik pembuatan 2-Feniletanol dengan Proses Hidrogenasi Stirena Oksida
No Nama alat Jenis
instrumen
Kegunaan
1 Pompa FC Mengontrol laju alir cairan dalam pipa 2 Tangki bahan baku
(gas) PI Mengetahui tekanan dalam tangki 3 Tangki bahan baku
(cairan) LI Mengetahui tinggi cairan di dalam tangki 4 Tangki produk (cairan) LC Mengontrol ketinggian cairan dalam tangki
5 Reaktor TC Mengontrol suhu dalam reaktor
LC Mengontrol ketinggian cairan di dalam reaktor
6 Knock out drum
LC Mengontrol ketinggian cairan di dalam reaktor
7 Heat exchanger TC Mengontrol suhu dalam alat
8 Blower FC Mengontrol laju gas dalam pipa
PC Mengontrol tekanan aliran gas
9 Reboiler TC Mengontrol suhu dalam reboiler
10 Condensor TC Mengontrol suhu dalam kondensor
11 Tangki Accumulator LI Mengetahui tinggi cairan di dalam tangki Contoh jenis-jenis instrumentasi yang digunakan pada pra rancangan pabrik pembuatan 2-Feniletanol dengan proses hidrogenasi stirena oksida.
1. Pompa
Variabel yang dikontrol pada pompa adalah laju aliran (flow rate). Untuk mengetahui laju aliran pada pompa dipasang flow control (FC). Jika laju aliran pompa lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup pengendali
(control valve) akan menutup atau memperkecil pembukaan katup.
2. Tangki bahan baku (gas)
Pada tangki ini dilengkapi dengan Pressure Indicator (PI) yang berfungsi untuk mengetahui atau mendeteksi tekanan dalam tangki.
3. Tangki bahan baku (cairan)
Pada tangki ini dilengkapi dengan Level Indicator (LI) yang berfungsi untuk mengetahui ketinggian cairan di dalam tangki.
(48)
4. Tangki produk (cairan)
Pada tangki ini dilengkapi dengan level control (LC) yang berfungsi untuk mengontrol ketinggian cairan di dalam tangki. Prinsip kerja dari level
control (LC) ini adalah dengan menggunakan pelampung (floater) sehingga isi
tangki dapat terlihat dari posisi jarum penunjuk di luar tangki yang digerakkan oleh pelampung. Jika isi tangki tinggal sedikit, maka diisi dengan
menggunakan pompa yang dilengkapi dengan valve yang berfungsi sebagai
flow control (FC).
5.Reaktor
Instrumentasi pada reaktor yang digunakan dilengkapi dengan level
control (LC) yang berfungsi untuk untuk mengontrol ketinggian cairan di
dalam tangki dan juga dilengkapi dengan Temperature control (TC) pada
steam berfungsi untuk mengatur besarnya suhu di dalam reaktor.
6.Knock out drum
Instrumentasi pada drum ini yang digunakan dilengkapi dengan level
control (LC) yang berfungsi untuk untuk mengontrol ketinggian cairan di
dalam tangki.
7. Heat Exchanger
Temperature control (TC) pada heat exchanger berfungsi untuk
mengatur besarnya suhu di dalam heat exchanger dengan cara mengatur banyaknya air pendingin/ steam yang dialirkan. Jika temperatur di bawah kondisi yang diharapkan (set point), maka valve akan terbuka lebih besar dan jika temperatur di atas kondisi yang diharapkan maka valve akan terbuka lebih kecil.
8.Blower
Variabel yang dikontrol pada blower adalah laju aliran (flow rate). Untuk mengetahui laju aliran pada blower dipasang flow control (FC). Jika laju aliran blower lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup pengendali
(control valve) akan menutup atau memperkecil pembukaan katup.
9.Reboiler
Temperature control (TC) pada reboiler berfungsi untuk mengatur
(49)
dialirkan. Jika temperatur di bawah kondisi yang diharapkan (set point), maka
valve akan terbuka lebih besar dan jika temperatur di atas kondisi yang
diharapkan maka valve akan terbuka lebih kecil.
10. Condensor
Temperature control (TC) pada condensor berfungsi untuk mengatur
besarnya suhu di dalam condensor dengan cara mengatur banyaknya air pendingin yang dialirkan. Jika temperatur di bawah kondisi yang diharapkan
(set point), maka valve akan terbuka lebih kecil dan jika temperatur di atas
kondisi yang diharapkan maka valve akan terbuka lebih besar. 11. Tangki Accumulator
Pada tangki ini dilengkapi dengan Level Indicator (LI) yang berfungsi untuk mengetahui ketinggian cairan di dalam tangki.
6.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik, oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan pabrik pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi.
Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya usaha untuk menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:
- Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan
- Membuat peraturan tata cara dengan pengawasan yang baik dan memberi sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin
- Membeli karyawan dengan keterampilan menggunakan peralatan secara benar dan cara-cara mengatasi kecelakaan kerja.
(Bernasconi, 1995).
Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja, Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan Kerja pada tanggal 12 Januari 1970. Semakin tinggi tingkat keselamatan kerja dari suatu pabrik maka makin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini
(50)
disebabkan oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang menyenangkan.
Untuk mencapai hal tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban para perancang untuk merencanakannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan pabrik untuk menjamin adanya keselamatan kerja sebagai berikut: - Penanganan dan pengangkutan bahan harus seminimal mungkin .
- Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik. - Jarak antar mesin-mesin dan peralatan lain cukup luas.
- Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin .
- Setiap mesin dan peralatan lainnya harus dilengkapi alat pencegah kebakaran. - Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang berbahaya. - Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran.
(Bernasconi, 1995).
6.3 Keselamatan Kerja Pada Pabrik Pembuatan 2-Feniletanol
Dalam rancangan pabrik pembuatan 2-Feniletanol, usaha-usaha pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan sebagai berikut:
6.3.1 Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Peledakan
- Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasang pada tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang proses.
- Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat man hole dan hand hole yang cukup untuk pemeriksaan.
- Sistem perlengkapan energi seperti pipa bahan bakar, saluran udara, saluran
steam, dan air dibedakan warnanya dan letaknya tidak menggangu gerakan
karyawan.
- Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station setiap saat dalam keadaan siaga.
- Bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak harus disimpan dalam tempat yang aman dan dikontrol secara teratur. Sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam Peraturan Tenaga Kerja No. Per/02/Men/1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, yaitu:
(1)
Komponen Metil Alkohol % 100% Nomor CAS CAS# 67-56-1
BAGIAN 4 : TATA CARA PERTOLONGAN PERTAMA
Kontak mata Hindari kontak dengan mata. Segera mungkin membilas mata dengan air mengalir sedikitnya selama 15 menit, buka tutup mata beberapa kali. Bisa menggunakan air dingin. Cari pertolongan medis.
Kontak kulit Dalam kasus kontak, segera basuh kulit dengan air minimal selama 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang tercemar. Bersihkan pakaian dan sepatu yang tercemar sebelum digunakan kembali. Cari pertolongan medis.
Untuk kontak kulit yang parah, cuci kulit dengan sabun disinfektan, dan olesi dengan krim anti bakteri dan cari pertolongan medis.
Pernafasan Jika korban sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi agar dapat bernafas dengan udara segar. Jika korban tidak sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi dan berikan pernafasan buatan. Cari pertolongan medis.
Tertelan Bila tertelan, jangan memaksakan untuk muntah. Jangan memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Cari pertolongan medis.
BAGIAN 5 : TATA CARA PENANGGULANGAN KEBAKARAN Tipe pemadam
kebakaran
Pemadam dapat digunakan dengan pasir ataupun material padat lainnya. Jangan menggunakan air.
Bahaya api/ ledakan
Cairan mudah terbakar bila terkena panas dan sumber api. Mudah meledak bila dicampurkan dengan kloroform + natrium metoksi dan dietil zinc.
BAGIAN 6 : TATA CARA PENANGGULANGAN TUMPAHAN
Pakaian pelindung diperlukan saat menyapu, menyendok, atau mengambil bahan yang tumpah. Pindahkan ke wadah logam yang sebaiknya tertutup untuk pembuangan limbah ke fasilitas yang telah disetujui.
BAGIAN 7 : PENANGANAN DAN PENYIMPANAN
Menyimpan di tempat yang tertutup, jauhkan dari panas dan sumber api. Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jauhkan dari bahan-bahan seperti metal, asam, dan bahan pengoksida. Pakailah alat bantu pernafasan dan pakaian pelindung diri untuk mencegah kontak dengan kulit.
BAGIAN 8 : PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
Pemakaian sarung tangan yang tepat, kaca mata, pelindung wajah, dan pakaian untuk mencegah kerusakan kulit.
BAGIAN 9 : DATA FISIK DAN KIMIA
Titik leleh -97,8 oC Temperatur kritis 240 oC Titik didih 64,5 oC Densitas uap relatif Informasi tidak
tersedia Tekanan uap 12,3 kPa (pada
suhu 20 0C)
Densitas relatif 2,13 g/cm3 pada 20oC
Kepadatan uap 1,11 Penguapan standar Informasi tidak tersedia
(2)
Kelarutan dalam air
Sangat mudah larut dalam air
Suhu menyala sendiri
Informasi tidak tersedia
Penampilan dan bau
Cairan dan berbau alkohol
Sifat eksplosif Informasi tidak tersedia
Titik nyala Tidak mudah terbakar
Sifat oksidasi Informasi tidak tersedia
BAGIAN 10 : STABILITAS DAN REKTIVITAS
Stabilitas Stabil
Kondisi yang dihindari Panas, sumber api, material yang sifatnya tidak sesuai
Bahan-bahan yang dihindari Suasana asam, logam, dan zat pengoksida
Produk dekomposisi berbahaya
Polimerisasi berbahaya Tidak akan terjadi Kondisi untuk dihindari Tidak diketahui
BAGIAN 11 : INFORMASI TAMBAHAN Berbahaya dan mudah meledak
Dapat berakibat fatal jika tertelan
Menyebabkan kematian bila terhirup secara berlebihan 3
3.. NaNattrriiuumm HHiiddrrookkssiiddaa ((NNaaOOHH))
BAGIAN 1: IDENTIFIKASI BAHAN DAN PENYEDIA Nama produk Natrium hidroksida Alamat penyalur http://
www.Alibaba .com
Nama lain -
No. Telpon darurat -
Penyalur Alibaba.com
BAGIAN 2 : IDENTIFIKASI BAHAYA
Klasifikasi bahaya Bahan berbahaya, menyebabkan iritasi dan luka bakar.
Berbahaya jika tertelan. Hindari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian
Fasa Aman Tidak tersedia Fasa berisiko Tidak tersedia BAGIAN 3 : INFORMASI KOMPOSISI
Komponen Natrium hidroksida % 100%
Nomor CAS CAS# 1310-73-2
BAGIAN 4 : TATA CARA PERTOLONGAN PERTAMA
Kontak mata Segera mungkin membilas mata dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit, buak tutup mata beberapa kali. Cari pertolongan medis.
Kontak kulit Dalam kasus kontak, segera basuh kulit dengan air minimal selama 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang tercemar. Bersihkan pakaian dan sepatu yang tercemar sebelum digunakan kembali.
Pernafasan Jika korban sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi agar dapat bernafas dengan udara segar. Jika korban tidak sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi dan berikan pernafasan buatan.
(3)
secara spontan, tetapi jangan dibuat muntah. Jangan memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
BAGIAN 5 : TATA CARA PENANGGULANGAN KEBAKARAN Tipe pemadam
kebakaran
Semua pemadam dapat digunakan. Tambahan air akan melepaskan panas.
Bahaya api/ ledakan
Tidak berbahaya kebakaran, tetapi material panas atau cair dapat bereaksi hebat dengan air atau metal.
Prosedur
penanggulangan kebakaran
Pakailah alat bantu pernafasan dan pakaian pelindung diri untuk mencegah kontak dengan kulit dan pakaian.
BAGIAN 6 : TATA CARA PENANGGULANGAN TUMPAHAN
Pakaian pelindung diperlukan saat menyapu, menyendok, atau mengambil bahan yang tumpah. Pindahkan ke wadah logam yang sebaiknya tertutup untuk pembuangan limbah ke fasilitas yang telah disetujui.
BAGIAN 7 : PENANGANAN DAN PENYIMPANAN
Menyimpan di tempat yang sejuk, kering, berventilasi baik, jauh dari bahan-bahan yang tidak kompatibel, dan tertutup rapat. Cuci bersih tangan setelah memegang bahan.
BAGIAN 8 : PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
Pemakaian sarung tangan yang tepat, kaca mata debu, pelindung wajah, dan pakaian untuk mencegah kerusakan kulit.
BAGIAN 9 : DATA FISIK DAN KIMIA
Titik leleh 323 oC pH 14 pada 50 g/l,
20oC Titik didih 1390 oC pada
1.013 hPa
Densitas uap relatif Informasi tidak tersedia
Tekanan uap Diabaikan Densitas relatif 2,13 g/cm3 pada 20oC
Kepadatan uap >1 Penguapan standar Informasi tidak tersedia
Kelarutan dalam air
1.090 g/l pada 20
o
C
Suhu menyala sendiri
Informasi tidak tersedia
Penampilan dan bau
Kristal tidak berwarna dan tidak berbau
Sifat eksplosif Informasi tidak tersedia
Titik nyala Tidak mudah terbakar
Sifat oksidasi Informasi tidak tersedia
BAGIAN 10 : STABILITAS DAN REKTIVITAS
Stabilitas Stabil
Kondisi yang dihindari Air, material yang sifatnya tidak sesuai, suhu ekstrim
Bahan-bahan yang dihindari Suasana asam, cairan yang mudah terbakar, organic halogens, logam, nitro compounds
Produk dekomposisi berbahaya Natrium oksida Polimerisasi berbahaya Tidak akan terjadi
(4)
Kondisi untuk dihindari Tidak diketahui BAGIAN 11 : INFORMASI TAMBAHAN Berbahaya dan korosif
Dapat berakibat fatal jika tertelan
Menyebabkan luka bakar untuk setiap bagian yang terkena 4
4.. GaGass HHiiddrrooggeenn ((HH22))
BAGIAN 1: IDENTIFIKASI BAHAN DAN PENYEDIA
Nama Produk Hidrogen Alamat Penyalur Tebing Tinggi, Sumatera Utara
Nama lain -
No. Telpon Darurat Penyalur Pabrik Biohidrogen
BAGIAN 2 : IDENTIFIKASI BAHAYA
Klasifikasi Bahaya Bahan Berbahaya dan mudah terbakar serta bertekanan tinggi. Lebih ringan dari udara dan terbakar dengan nyala yang tidak terlihat.
Fasa Aman Tidak Tersedia Fasa Berisiko Tidak Tersedia BAGIAN 3 : INFORMASI KOMPOSISI
Komponen Hidrogen % 100%
BAGIAN 4 : TATA CARA PERTOLONGAN PERTAMA Kontak Mata -
Kontak Kulit -
Pernafasan Jika korban sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi agar dapat bernafas dengan udara segar.Jika korban tidak sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi dan berikan pernafasan buatan.
Tertelan -
BAGIAN 5 : TATA CARA PENANGGULANGAN KEBAKARAN Tipe pemadam
kebakaran
CO2, bahan kimia kering, semprotan atau kabut air.
Bahaya api/ ledakan
Gas mudah terbakar. Prosedur
penanggulangan kebakaran
Pakailah alat bantu pernafasan dan pakaian pelindung diri.
BAGIAN 6 : TATA CARA PENANGGULANGAN TUMPAHAN
Evakuasi area yang terkontaminasi. Eliminasi sumber yang memungkinkan terbentuknya nyala api.
BAGIAN 7 : PENANGANAN DAN PENYIMPANAN
Menyimpan di tempat yang sejuk, kering, berventilasi baik, tertutup rapat, dan jauhkan dari bahan-bahan yang tidak dapat menimbulkan api atau mudah terbakar.
BAGIAN 8 : PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
Pemakaian sarung tangan yang tepat, kaca mata debu, pelindung wajah, dan pakaian untuk mencegah kerusakan kulit.
BAGIAN 9 : DATA FISIK DAN KIMIA Titik leleh -259,2oC
(-434,5oF)
(5)
Titik didih -252,8oC (-423oF) Penampilan dan bau
Gas tidak berwarna BAGIAN 10 : STABILITAS DAN REKTIVITAS
Stabilitas Stabil
Kondisi yang dihindari -
Bahan-bahan yang dihindari Agen pengoksidasi, Produk dekomposisi berbahaya -
Polimerisasi berbahaya -
BAGIAN 11 : INFORMASI TAMBAHAN -
5
5.. 2-2-FFeenniilleettaannooll ((CC88HH1010O)O)
BAGIAN 1: IDENTIFIKASI BAHAN DAN PENYEDIA Nama produk 2-Feniletanol Alamat penyalur http://
www.Sigma-Aldrich .com Nama lain Benzil karbinol;
2-Fenetil alkohol
No. Telpon darurat - Penyalur Sigma_Aldrich
PteLtd
BAGIAN 2 : IDENTIFIKASI BAHAYA
Klasifikasi bahaya Berbahaya bila mengenai kulit, mengenai mata, tertelan dan terhirup. Sedikit berbahaya bila mengenai kulit, bila terhirup secara berlebihan bisa menyebabkan kematian.
Fasa Aman Tidak tersedia Fasa berisiko Tidak tersedia BAGIAN 3 : INFORMASI KOMPOSISI
Komponen Stirena oksida % 100
Nomor CAS CAS# 60-12-8
BAGIAN 4 : TATA CARA PERTOLONGAN PERTAMA
Kontak mata Segera mungkin membilas mata dengan air mengalir sedikitnya selama 15 menit, buka tutup mata beberapa kali. Bisa menggunakan air dingin. Cari pertolongan medis.
Kontak kulit Segera basuh kulit dengan air minimal selama 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang tercemar. Bersihkan pakaian dan sepatu yang tercemar sebelum digunakan kembali. Cari pertolongan medis.
Pernafasan Jika korban sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi agar dapat bernafas dengan udara segar. Jika korban tidak sadar, pindahkan ke area yang tidak terkontaminasi dan berikan pernafasan buatan. Cari pertolongan medis.
Tertelan Bila tertelan, jangan memaksakan untuk muntah. Jangan memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Cari pertolongan medis.
BAGIAN 5 : TATA CARA PENANGGULANGAN KEBAKARAN
(6)
kebakaran melepaskan panas, bahan kering dan sabun kimia dan karbon dioksida juga bisa digunakan.
Bahaya api/ ledakan
BAGIAN 6 : TATA CARA PENANGGULANGAN TUMPAHAN
Pakaian pelindung diperlukan saat menyapu, menyendok, atau mengambil bahan yang tumpah. Pindahkan ke wadah logam yang sebaiknya tertutup untuk pembuangan limbah ke fasilitas yang telah disetujui.
BAGIAN 7 : PENANGANAN DAN PENYIMPANAN
Menyimpan di tempat yang tertutup, jauhkan dari panas dan sumber api. Hindari kontak dengan kulit dan mata. Pakailah alat bantu pernafasan dan pakaian pelindung diri untuk mencegah kontak dengan kulit.
BAGIAN 8 : PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
Pemakaian sarung tangan yang tepat, kaca mata, pelindung wajah, dan pakaian untuk mencegah kerusakan kulit.
BAGIAN 9 : DATA FISIK DAN KIMIA
Titik leleh -27 oC Temperatur kritis 102 oC Titik didih 219-212 oC (pada
1000 hPa)
Densitas uap relatif Informasi tidak tersedia
Tekanan uap 0,4 mmHg (pada suhu 20 0C)
Densitas relatif 1,02 g/cm3 pada 20oC
Kepadatan uap 4,22 Penguapan standar Informasi tidak tersedia
Kelarutan dalam air
30 g/l (pada suhu 20 0C)
Suhu menyala sendiri
Informasi tidak tersedia
Penampilan dan bau
Cairan Sifat eksplosif Informasi tidak tersedia
Titik nyala Tidak mudah terbakar
Sifat oksidasi Informasi tidak tersedia
BAGIAN 10 : STABILITAS DAN REKTIVITAS
Stabilitas Informasi tidak tersedia
Kondisi yang dihindari Informasi tidak tersedia
Bahan-bahan yang dihindari Suasana asam dan agen pengoksida Produk dekomposisi berbahaya Informasi tidak tersedia
Polimerisasi berbahaya Informasi tidak tersedia Kondisi untuk dihindari Informasi tidak tersedia