42
3.2  Bahan-bahan penyusun beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen portland, agregat halus, agregat kasar dan  air.  Sering  pula  ditambah  bahan  campuran  tambahan  yang  sangat  bervariasi
untuk  mendapatkan  sifat-sifat  beton  yang  diinginkan.  Biasanya  perbandingan campuran  yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan penyusun beton  yang
lebih ekonomis dan efektif.
3.2.1  Semen Portland
Semen  Portland  termasuk  semen  yang  dihasilkan  degan  cara  menghaluskan clinker yang terutama terdiri dari silika
– silika kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan.
Semen  Portland  yang  dipakai  untuk  struktur  harus  mempunyai  kualitas tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif.
Sifat-sifat fisik semen yaitu : a.
Kehalusan Butir Kehalusan  semen  mempengaruhi  waktu  pengerasan  pada  semen.  Secara
umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat mengurangi bleeding kelebihan air yang bersama dengan semen bergerak ke
permukaan  adukan beton  segar, akan tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut.
b. Waktu ikatan
Waktu  ikatan  adalah  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  mencapai  sutu  tahap dimana  pasta  semen  cukup  kaku  untuk  menahan  tekanan.  Waktu  tersebut
Universitas Sumatera Utara
43 terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran semen
dengan  air  sampai  saat  kehilangan  sifat  keplastisannya  disebut  waktu  ikat awal,  dan  pada  waktu  sampai  pastanya  menjadi  massa  yang  keras  disebut
waktu ikat akhir. Pada semen portrland biasanya batasan waktu ikaran semen adalah :
  Waktu ikat awal  60 menit   Waktu ikat akhir  480 menit
Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton, yaitu waktu transportasi, penuanga, pemadatan, dan perataan permukaan.
c. Panas hidrasi
Silikat dan aluminat  pada semen bereaksi  dengan air menjadi  media perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media
perekat ini disebut hidrasi. d.
Pengembangan volume lechathelier Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beon, karena
itu  pengembangan  beton  dibatasi  sebesar  ±  0,8    A.M  Neville,  1995. Akibat  perbesaran  volume  tersebut  ,  ruang  antar  partikel  terdesak  dan  akan
timnul retak – retak.
Sesuai  dengan  kebutuhan  pemakaian  semen  yang  disebabkan  oleh  kondisi  lokasi ataupun  konisi  tertentu  yang  dibutuhkan  pada  pelaksanaan  konstruksi,  dalam
perkembangannya dikenal berbagai jenis semen portland, antaralain : 1.
Tipe  I  digunakan  pada  konstruksi  beton  secara  umum  yang  tidak memerlukan persyaratan khusus lainnya.
Universitas Sumatera Utara
44 2.
Tipe  II  digunakan  pada  konstruksi  yang  memerlukan  ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi yang sedang.
3. Tipe  III  digunakan  jika  menuntut  persyaratan  kekuatan  awal  yang
tinggi setelah pengikatan terjadi. 4.
Tipe IV digunakan jika ingin panas hidrasi yang rendah. 5.
Tipe V jika menginginkan daya tahan terhadap sulfat yang tinggi
.
Semen  yang  dipakai  dalam  penelitian  ini  adalah  semen  tipe  I  yang  diproduksi  oleh PT. SEMEN PADANG dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2  Agregat Halus