• Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan
• Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian
keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita Siregar, 2004.
2.8 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Beberapa indikator pelayanan di rumah sakit antara lain adalah: 1. Bed Occupancy Rate BOR: angka penggunaan tempat tidur
BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan
fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi lebih dari 85 menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga
perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. 2. Length Of Stay LOS: lamanya dirawat
Length Of Stay LOS memiliki arti rata-rata lamanya seorang pasien dirawat. Indikator ini secara umum bisa memberi gambaran efisiensi pelayanan di
rumah sakit. Apabila dipakai untuk membandingkan antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain untuk diagnosis-diagnosis tertentu, maka angka LOS ini
dapat juga memberikan indikasi mutu pelayanan suatu rumah sakit. 3. Bed Turn Over BTO: frekuensi penggunaan tempat tidur
BTO atau frequensi penggunaan tempat tidur yaitu suatu nilai rata-rata berapa kali dalam satu periode waktu tertentu, satu tempat tidur rumah sakit
dipakai. Indikator ini penggunaannya tidak berdiri sendiri akan tetapi bersama- sama dengan indikator LOS, TOI dan BOR untuk menilai tingkat efisiensi
Universitas Sumatera Utara
penggunaan tempat tidur rumah sakit, dan lebih banyak dipakai pada rumah sakit umum.
4. Turn Over Interval TOI: interval penggunaan tempat tidur Yaitu suatu rata-rata hari yang menggambarkan interval pemakaian tempat
tidur dari saat terakhir terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini sebagaimana halnya indikator BTO penggunaannya tidak berdiri sendiri, akan tetapi bersama-
sama dengan indikator LOS, BTO dan BOR untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit.
2.9 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS adalah suatu bagianunit rumah sakit merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku untuk
mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan
pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan penderita.
Kegiatan pada instalasi ini meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan perbekalan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap
dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi pelayanan umum dan spesialis, pelayanan langsung pada pasien dan pelayanan klinik yang merupakan
program rumah sakit secara keseluruhan Siregar, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Visi Farmasi Rumah Sakit adalah terselenggaranya pelaksanaan dan pengelolaan dalam pelayanan, pekerjaan kefarmasian di rumah sakit termasuk
pelayanan farmasi klinik . Misi pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah mengadakan terapi obat
yang optimal bagi semua penderita, menjamin mutu tertinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling efektif serta memberikan pendidikan dan pengetahuan
baru di bidang kefarmasian melalui penelitian bagi staf medik, mahasiswa dan masyarakat.
Tugas dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.134MenkesPerI1978, farmasi
rumah sakit bertugas mengelola: peracikan, penyimpanan, dan penyaluran obat- obatan, gas medik serta bahan kimia. Penyimpanan dan penyaluran alat kesehatan.
Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 bagian yaitu Pelayanan Farmasi Minimal dan Pelayanan Farmasi Klinis.
2.9.1 Pelayanan Farmasi Minimal
Dalam pelaksanaannya, Pelayanan Farmasi Minimal dibagi atas :
a. Produksi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS memproduksi produk steril dan non steril serta pengemasan kembali. Produk steril yang dibuat terdiri dari Total
Parenteral Nutrisi TPN, injeksi dan pencampuran obat suntik; sedangkan produk nonsteril terdiri dari pembuatan pulvis, pulveres, pengenceran alkohol, formalin,
H
2
O
2
dan pengemasan kembali. Produk Instalasi Farmasi perlu diadakan karena adanya obat yang tidak
stabil dalam penyimpanan, obat-obat yang dikehendaki dalam bentuk tertentu atau
Universitas Sumatera Utara
obat-obat dengan formulasi dan konsentrasi yang khusus, obat dari instalasi farmasi dengan kualitas yang memadai dan harganya relatif lebih murah, obat
yang tidak terdapat di pasaran dan karena adanya obat yang harus dibuat baru.
b. Perbekalan