PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS X MAN 3 MEDAN.

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA

KELAS X MAN 3 MEDAN

Oleh :

Thoyibah Hutasuhut NIM.4123311053

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2017


(2)

(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Thoyibah Hutasuhut dilahirkan di Medan pada tanggal 13 Juni 1994. Dibesarkan oleh Ayahanda tercinta Drs. Isrul Riadi Hutasuhut dan Ibunda tercinta bernama Nurhasannah Sinaga. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dan merupakan saudara kandung dari Khadijah Hutasuhut. Pada tahun 1998, penulis masuk TK di TK/TPA Ikhlasul Amal Medan, dan lulus pada tahun 1999, Pada tahun 2000, penulis masuk SD di Madrasah Ibtidaiyah Syuhada Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di Mts Negeri 2 Medan , dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.


(4)

iii

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA

KELAS X MAN 3 MEDAN

Thoyibah Hutasuhut (4123311053)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada kelas X Man 3 Medan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester II MAN 3 Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan mengambil 2 kelas dari 6 kelas secara acak yaitu kelas eksperimen 1 yang berjumlah 40 orang dan kelas eksperimen 2 yang berjumlah 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tes kemampuan pemecahan masalah yang telah divalidasi dalam bentuk uraian. Dari hasil penelitian yang diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diperoleh nilai rata – rata kelas eksperimen 1 sebesar 16,7 dan nilai rata-rata kelas eksperimen 2 sebesar 15,23. Hasil uji t pihak kanan dengan dk = 78 dan

= 0,05, diperoleh thitung = -0,2940 dan ttabel = 1,990 sehingga thitung ttabel yaitu : -0,2940 1,990 maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN Medan.

Kata Kunci : model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan Make a Match, Pemecahan Masalah Matematika


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif TSTS (Two Stay Two Stray) Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match Pada Kelas X MAN Medan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Togi, M.Pd , Drs. W.L. Sihombing, M.Pd, dan Denny Haris, S.Si, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Martuah Manullang, M.Pd,selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulisdan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Asrul, S.Ag, M.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di MAN 3 Medan. Ucapan terima kasih


(6)

v

juga kepada Ibu Atfaiyah Harahap, S.Pd selaku guru bidang studi Matematika kelas X-1 dan X-2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang tersayang Drs. Isrul Riadi Hutasuhut dan Ibunda tercinta Nurhasannah Sinaga yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu semua teman-teman sekelas Matematika Ekstensi A’12 yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Maret 2017 Penulis,

Thoyibah Hutasuhut NIM. 4123311053


(7)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xii BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 5

1.3. Batasan Masalah 6

1.4. Rumusan Masalah 6

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Pengertian Matematika 9 2.1.2. Pembelajaran Matematika 10 2.1.3. Proses Belajar Mengajar Matematika 11 2.1.3.1 Belajar Matematika 11 2.1.3.2 Mengajar Matematika 12 2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 12 2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 12 2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif 14 2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) 21 2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match 24 2.1.8. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS

(Two Stay Two Stray) dengan Make a Match 26 2.1.9. Materi yang terkait dengan Penelitian 28 2.1.9.1. Eksponen dan Sifat – sifatnya 28 2.2. Penelitian yang Relevan 34

2.3. Kerangka konseptual 34

2.4. Hipotesis 36

BAB III METODE PENELITIAN


(8)

vii

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 37 3.3. Populasi, Sampling, dan Sample Penelitian 38 3.4. Sumber Data dan Variabel 38 3.5. Instrumen Penelitian 39 3.5.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 39 3.5.2. Pre – test (Tes Awal) 40 3.5.3. Post – test (Tes Sesudah Perlakuan) 40

3.6. Analisis Data 40

3.6.1. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 40

3.6.1.1. Uji Normalitas 41

3.6.1.2. Uji Homogenitas 42

3.6.1.3. Uji Non Parametrik 44 3.6.1.4. Uji Non Homogenitas 44 3.6.1.5. Uji Independen Tes / Uji t 45

3.7. Desain Penelitian 48

3.8. Prosedur Penelitian 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 52

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 52 4.1.1.1. Statistika Deskripsi Hasil Penelitian 52 4.1.2. Analisis Hasil Penelitian 53

4.1.2.1. Uji Normalitas 53

4.1.2.2. Uji Homogenitas 54

4.1.2.3. Uji t 54

4.1.2.4. Paparan Jawaban Siswa 55 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 69 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 70

5.2. Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 72


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Struktur Dua Tinggal Dua Tamu 23 Gambar.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS 27 Gambar.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match 28 Gambar 3.1 Teknik analisis Statistik terhadap Dual Sampel Independen 43 Gambar 3.2 Skema Prosedur Penelitian 51 Gambar 4.1 Contoh Jawaban menginterpretasikan soal lengkap no.1 58 Gambar.4.2 Contoh Jawaban merencanakan dan arah jawaban benar no.1 58 Gambar.4.3 Contoh Jawaban merencanakan tapi arah jawaban salah no.1 59 Gambar.4.4 Contoh Jawaban merencanakan dan arah jawaban salah no.1 59 Gambar.4.5 Contoh Jawaban prosedur dan hasil benar no.1 60 Gambar.4.6 Contoh Jawaban prosedur benar tapi hasil salah no.1 60 Gambar.4.7 Contoh Jawaban prosedur dan hasil salah no.1 60 Gambar.4.8 Contoh Jawaban pemeriksaan benar no.1 60 Gambar.4.9 Contoh Jawaban pemeriksaan salah no.1 61 Gambar 4.10 Contoh Jawaban menginterpretasikan soal lengkap no.2 61 Gambar.4.11 Contoh Jawaban merencanakan dan arah jawaban benar no.2 62 Gambar.4.12 Contoh Jawaban merencanakan tapi arah jawaban salah no.2 62 Gambar.4.13 Contoh Jawaban merencanakan dan arah jawaban salah no.2 62 Gambar.4.14 Contoh Jawaban prosedur dan hasil benar no.2 63 Gambar.4.15 Contoh Jawaban prosedur dan hasil salah no.2 63 Gambar.4.16 Contoh Jawaban pemeriksaan benar no.2 64 Gambar.4.17 Contoh Jawaban pemeriksaan salah no.2 64 Gambar 4.18 Contoh Jawaban menginterpretasikan soal lengkap no.3 65 Gambar.4.19 Contoh Jawaban merencanakan dan arah jawaban benar no.3 65 Gambar.4.20 Contoh Jawaban merencanakan tapi arah jawaban salah no.3 65 Gambar.4.21 Contoh Jawaban merencanakan dan arah jawaban salah no.3 66 Gambar.4.22 Contoh Jawaban prosedur dan hasil benar no.3 66 Gambar.4.23 Contoh Jawaban prosedur dan hasil salah no.3 67 Gambar.4.24 Contoh Jawaban pemeriksaan benar no.3 67 Gambar.4.25 Contoh Jawaban pemeriksaan salah no.3 67


(10)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif 20 Tabel 2.2 Tahapan Two Stay Two Stray 21 Tabel 3.1 Tabel the non equivalent Pre test – Post test group design 48 Tabel 4.1 Ringkasan Uji Normalitas Data Pre-test Siswa 50 Tabel 4.2 Ringkasan Uji Normalitas Data Selisih Pre-test dan Post-test 50 Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas 51 Tabel 4.4 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Selisih Postest-Pretest 52 Tabel 4.5 Pedoman Penskoran 52


(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) TSTS 73 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Make a Match 83 Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) TSTS 92 Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Make a Match 98 Lampiran 5 Kartu Soal (Make a Match) 100 Lampiran 6 Kartu Jawaban (Make a Match) 102 Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian Kartu Soal 103 Lampiran 8 Pedoman Penskoran Pre – test 106 Lampiran 9 Pedoman Penskoran Post – test 108 Lampiran 10 Kisi – kisi Pre – test 110 Lampiran 11 Kisi – kisi Post – test 111 Lampiran 12 Pre – test Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 112 Lampiran 13 Post – test Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 113 Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian dan Penskoran Pre – test 114 Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian dan Penskoran Post – test 117 Lampiran 16 Lembar Validitas Pre – tes (TKPM) 118 Lampiran 17 Lembar Validitas Post – tes (TKPM) 119 Lampiran 18 Data Pre – test dan Selisih Postest – Pretest 120 Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas Pre – test dan Selisih

Posttest – Pretest 123 Lampiran 20 Perhitungan Uji Homogenitas Pre – test dan Selisih

Posttest – Pretest 127 Lampiran 21 Perhitungan Uji t 129 Lampiran 22 Tabel Wilayah Luas di bawah kurva normal 0 ke z 133 Lampiran 23 Tabel Kritis Uji Liliefors 134 Lampiran 24 Tabel Nilai untuk distribusi F 135 Lampiran 25 Daftar Nama Validator 137 Lampiran 26 Dokumentasi 138


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani. Kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara yang telah maju dalam bidang teknologi atau pun bidang yang lainnya, semua itu tidak terlepas dari pendidikan. Hal ini dikarenakan orang yang cerdas akan dapat memberikan kontribusi yang positif kepada negaranya. Salah satu proses yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru, siswa, sumber dan media pembelajaran. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1 menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Hal ini berarti dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memiliki metode dan teknik-teknik tertentu untuk menciptakan kondisi kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.


(13)

2

Proses pembelajaran sangat dibutuhkan pada pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang menurut sejarah merupakan penentu jatuh bangunnya suatu negara adalah mata pelajaran yang memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya akan terampil dalam berpikir rasional.

Menurut Hendriana (2014 : 13) Matematika memiliki karakteristik yang sifatnya menekankan pada proses yang memerlukan penalaran yang logis dan aksiomatik, yang diawali dengan proses induktif yang meliputi susunan konjektur, model matematika, analogi dan generalisasi, melalui pengamatan terhadap sejumlah data. Karakteristik berikutnya, di tinjau dari segi unsure – unsurnya, matematika dikenal dengan pula sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis dalam arti bagian – bagian matematika tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional yang erat.

Hamzah (2014 : 58) memandang bahwa :

Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisi, ilmu deduktif tentang keluasan atau pengukuran dan letak, tentang bilangan – bilangan dan hubungan – hubungannya, ide – ide, struktur – struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis.

Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa matematika harus dipelajari siswa pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Namun selama ini, proses pembelajaran matematika yang berlangsung di dalam kelas masih berpusat pada guru, hal ini di peroleh dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru bidang studi matematika MAN 3 Medan yaitu Atfaiyah Harahap, S.Pd, Berdasarkan keterangan beliau diketahui bahwa kegiatan pembelajaran matematika selama ini masih bersifat teacher oriented. Sekitar 70% kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan, dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas dan siswa hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat atau menyalin, dan menghafal, sehingga membuat pengetahuan yang diperoleh cepat dilupakan dan tidak bermakna. Proses pembelajaran seperti ini menjadikan siswa sulit untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Upaya yang dapat dilakukan guru


(14)

3

untuk mencapai pembelajaran yang optimal, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang baru.

Fathurrohman (2015 : 29) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

kegiatan pembelajaran”.

Model Pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru haruslah ikut melibatkan siswa atau yang membuat siswa aktif guna menunjang kelancaran dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif . Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) yaitu dua tinggal dua tamu, teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemberi informasi dari tamunya, dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS menekankan pada pemberian dan pencarian informasi kepada kelompok lain. Dengan begitu, tentunya siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang di utarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Menurut Fathurrohman (2015 : 91) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia siswa. Selain itu Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok, tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi pada keaktifan siswa.


(15)

4

Berbeda dengan TSTS (Two Stay Two Stray), model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memiliki karakteristik yang khusus, adapun Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah adanya permainan mencari pasangan. Permainan mencari pasangan menggunakan kartu yang berisi soal dan jawaban dari kartu yang diberikan kepada siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keuntungan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Kirana (2016) melaporkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan penjelasan kedua tipe model pembelajaran tersebut maka penerapan model pembelajaran yang bervariasi dapat mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Ulfiah Harlena (2012), memperoleh kesimpulan bahwa Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinggi dibandingkan Model PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah), dan Penelitian yang dilakukan oleh Febri Yanti (2016), memperoleh kesimpulan

bahwa hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian tersebut mendukung penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

Menurut Hendriana (2014 : 19) Berdasarkan jenisnya, kemampuan matematik dapat diklasifikasikan dalam lima kompetensi utama, yaitu : pemahaman matematik (mathematical understanding), pemecahan masalah (mathematical problem solving), komunikasi matematika (mathematical communication), koneksi matematika (mathematical connection), dan penalaran matematik (mathematical reasoning). Kemampuan-kemampuan itu disebut dengan daya matematik (mathematical power) atau keterampilan bermatematika (doing math). Hendriana (2014 : 23 ) mengemukakan bahwa Salah satu doing


(16)

5

math yang erat kaitannya dengan karakteristik matematika adalah kemampuan pemecahan masalah”. Pemecahan masalah menurut Hartono (2014 : 3) merupakan hal yang sangat penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika, Proses berpikir dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan mengorganisasikan strategi. Hal ini akan melatih orang berpikir kritis, logis, kreatif yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan masyarakat.

Kemampuan pemecahan masalah ini erat kaitannya dengan komponen pemahaman siswa dalam bermatematika Kaitan antara kemampuan pemahaman dengan pemecahan masalah dapat dipertegas bahwa, jika seseorang telah memiliki kemampuan pemahaman terhadap konsep-konsep matematika, maka ia mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, jika seseorang dapat memecahkan suatu masalah, maka orang tersebut harus memiliki kemampuan pemahaman terhadap konsep-konsep matematika yang telah dipelajari sebelumnya. Hendriana (2014 : 23) mengatakan bahwa “Proses pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kemampuan dasar matematik yang harus dikuasa siswa sekolah menengah” .

Berkaitan dengan hal tersebut di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN 3 Medan”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah peneletian ini adalah :

1. Matematika dianggap sebagai pelajaran membosankan oleh siswa kelas X MAN 3 Medan, hal tersebut diketahui dari siswa yang tidak fokus dalam mengikuti pelajaran, karena beberapa diantara siswa ada yang berbicara dengan temannya bahkan mengantuk sehingga guru mata pelajaran harus menegur siswa tersebut.


(17)

6

2. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.

3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match belum pernah diterapkan sebelumnya disekolah tersebut, hal ini diketahui dari hasil wawancara langsung dengan guru yang bersangkutan.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat di laksanakan dengan baik dan terarah maka penelitian ini hanya dibatasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match serta perbedaannya terhadap Kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi Eksponen di kelas X MAN 3 Medan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneletian ini di fokuskan pada :

1. Bagaimanakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada kelas X MAN 3 Medan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray)?

2. Bagaimanakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada kelas X MAN 3 Medan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinggi digunakan pada kemampuan pemecahan masalah matematika daripada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada kelas X MAN 3 Medan?


(18)

7

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) pada siswa kelas X MAN 3 Medan.

2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN 3 Medan.

3. Untuk menunjukkan kemampuan pecahan masalah matematika menggunakan TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinngi daripada model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada materi Eksponen pada kelas X MAN 3 Medan.

1.6 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Khususnya berkaitan dengan upaya memahami pelajaran matematika.

2. Secara praktis a. Bagi sekolah

Sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dalam membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Bagi guru

Menambah pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Bagi siswa

1) Menumbuhkan motifasi bagi siswa lebih giat dengan adanya penggunaan model pembelajaran yang tepat.


(19)

8

2) Membantu siswa lebih mudah memahami materi dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

d. Bagi peneliti

1) Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan aplikatif setelah pengetahuan teoritis peneliti terima.

2) Menambah informasi tentang Perbedaan Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN 3 Medan


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) diperoleh rata-rata selisih pretest-posttest kemampuan pemecahan masalah sebesar sedangkan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match diperoleh rata-rata selisih pretest-posttest kemampuan pemecahan masalah sebesar .

2. Hasil uji hipotesis memberikan nilai thitung = dan ttabel = dengan dan taraf signifikan sehingga terlihat

yaitu yang berarti bahwa Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih baik untuk kemampuan pemecahan masalah matematika dari Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

3. Paparan jawaban siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih tinggi untuk kemampuan pemecahan masalah matematika dari Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. Hal ini dapat dilihat dari persentasi jawaban yang diperoleh pada kelas eksperimen 1 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan kelas eksperimen 2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match pada soal nomor 1, 2, dan 3 4. Dalam proses pembelajarannya model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

(Two Stay Two Stray) adalah model pembelajaran yang membentuk siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang untuk masing – masing


(21)

71

anggota kelompok yang ditugaskan untuk bekerja sama, dan dalam hal ini siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu: mereka belajar untuk dirinya sendiri dan mereka membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. 5. Dalam proses pembelajarannya siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe make match dibentuk ke dalam 5 kelompok, 2 kelompok yang terpilih diberikan kartu soal dan jawaban, kemudian siswa di tugaskan untuk mencari paasangan pada masing – masing kartu mereka, sehingga dalam proses nya siswa di tuntut untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. sehingga siswa temotivasi dan antusias untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan cepat dan tepat karena harus menemukan pasangan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan sehingga menjadikan suasana pembelajaran semakin dinamis.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) ataupun Make a Match sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) ataupun Make a Match sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.

3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda.


(22)

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2013. Penerapan model make a match pada pokok bahasan tata Nama senyawa untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas x - 4 SMA Negeri 1 Sebulu. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013. ISBN : 978-602-19421-0-9

Asmani, J.M. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta : Diva Press Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model – model pembelajaran Inovatif.

Yogyakarta : Ar – ruzz Media

Fatonah, Siti. 2014. Pembelajaran Sains. Yogyakarta : Ombak Dua

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Hartono, Yusuf. 2014. Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu

Hendriana, Heris dan Soemarmo, Utari. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung : PT Refika Aditama

Indah Susanti, Meilia Nur. 2010. Statistik Deskriptif dan Induktif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Lestari, K.E dan Yudhanegara, M.R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung : PT Refika Aditama

Nurhayati. 2008. Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random Dengan Stratified Random. Jurnal Jurusan Sistem Informasi.Vol.3/no.1/Mei/2008. ISSN 1978-9483

Sari MM, Rizky dan Tri Listyorini. 2013. Analisis Statistik Untuk Pengukuran Nilai Pembelajaran Logika Informatika (Studi Kasus : Program Studi Teknik Informatika). Jurnal Jurusan Teknik Informatika. Vol.4/no.1/November/2013.ISSN: 2252-4983

Shadiq, Fajar. 2014. Strategi Pemodelan pada Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta : Ruko Jambusari

Sudjana.2005.Metoda Statistika. Bandung : TARSITO

Suharjito, Didik. 2014. Pengantar Metodologi Penelitian. IPB : IPB Press Suryani. 2015. Metode Riset Kuantitatif. Jakarta : Kencana


(1)

2. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.

3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match belum pernah diterapkan sebelumnya disekolah tersebut, hal ini diketahui dari hasil wawancara langsung dengan guru yang bersangkutan.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat di laksanakan dengan baik dan terarah maka penelitian ini hanya dibatasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match serta perbedaannya terhadap Kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi Eksponen di kelas X MAN 3 Medan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneletian ini di fokuskan pada :

1. Bagaimanakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada kelas X MAN 3 Medan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray)?

2. Bagaimanakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada kelas X MAN 3 Medan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinggi digunakan pada kemampuan pemecahan masalah matematika daripada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada kelas X MAN 3 Medan?


(2)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) pada siswa kelas X MAN 3 Medan.

2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN 3 Medan.

3. Untuk menunjukkan kemampuan pecahan masalah matematika menggunakan TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinngi daripada model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada materi Eksponen pada kelas X MAN 3 Medan.

1.6 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Khususnya berkaitan dengan upaya memahami pelajaran matematika.

2. Secara praktis a. Bagi sekolah

Sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dalam membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Bagi guru

Menambah pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Bagi siswa

1) Menumbuhkan motifasi bagi siswa lebih giat dengan adanya penggunaan model pembelajaran yang tepat.


(3)

2) Membantu siswa lebih mudah memahami materi dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

d. Bagi peneliti

1) Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan aplikatif setelah pengetahuan teoritis peneliti terima.

2) Menambah informasi tentang Perbedaan Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN 3 Medan


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) diperoleh rata-rata selisih pretest-posttest kemampuan pemecahan masalah sebesar sedangkan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match diperoleh rata-rata selisih pretest-posttest kemampuan pemecahan masalah sebesar .

2. Hasil uji hipotesis memberikan nilai thitung = dan ttabel =

dengan dan taraf signifikan sehingga terlihat yaitu yang berarti bahwa Ho diterima

dan H1 ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa Model Pembelajaran

Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih baik untuk kemampuan pemecahan masalah matematika dari Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

3. Paparan jawaban siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih tinggi untuk kemampuan pemecahan masalah matematika dari Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. Hal ini dapat dilihat dari persentasi jawaban yang diperoleh pada kelas eksperimen 1 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan kelas eksperimen 2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match pada soal nomor 1, 2, dan 3 4. Dalam proses pembelajarannya model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

(Two Stay Two Stray) adalah model pembelajaran yang membentuk siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang untuk masing – masing


(5)

anggota kelompok yang ditugaskan untuk bekerja sama, dan dalam hal ini siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu: mereka belajar untuk dirinya sendiri dan mereka membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. 5. Dalam proses pembelajarannya siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe make match dibentuk ke dalam 5 kelompok, 2 kelompok yang terpilih diberikan kartu soal dan jawaban, kemudian siswa di tugaskan untuk mencari paasangan pada masing – masing kartu mereka, sehingga dalam proses nya siswa di tuntut untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. sehingga siswa temotivasi dan antusias untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan cepat dan tepat karena harus menemukan pasangan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan sehingga menjadikan suasana pembelajaran semakin dinamis.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) ataupun Make a Match sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) ataupun Make a Match sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.

3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2013. Penerapan model make a match pada pokok bahasan tata Nama senyawa untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas x - 4 SMA Negeri 1 Sebulu. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013. ISBN : 978-602-19421-0-9

Asmani, J.M. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta : Diva Press Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model – model pembelajaran Inovatif.

Yogyakarta : Ar – ruzz Media

Fatonah, Siti. 2014. Pembelajaran Sains. Yogyakarta : Ombak Dua

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Hartono, Yusuf. 2014. Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu

Hendriana, Heris dan Soemarmo, Utari. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung : PT Refika Aditama

Indah Susanti, Meilia Nur. 2010. Statistik Deskriptif dan Induktif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Lestari, K.E dan Yudhanegara, M.R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung : PT Refika Aditama

Nurhayati. 2008. Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random Dengan Stratified Random. Jurnal Jurusan Sistem Informasi.Vol.3/no.1/Mei/2008. ISSN 1978-9483

Sari MM, Rizky dan Tri Listyorini. 2013. Analisis Statistik Untuk Pengukuran Nilai Pembelajaran Logika Informatika (Studi Kasus : Program Studi Teknik Informatika). Jurnal Jurusan Teknik Informatika. Vol.4/no.1/November/2013.ISSN: 2252-4983

Shadiq, Fajar. 2014. Strategi Pemodelan pada Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta : Ruko Jambusari

Sudjana.2005.Metoda Statistika. Bandung : TARSITO

Suharjito, Didik. 2014. Pengantar Metodologi Penelitian. IPB : IPB Press Suryani. 2015. Metode Riset Kuantitatif. Jakarta : Kencana