Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan penulis pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto 1993:133, disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan, dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Dalam penelitian ini tentunya menyimak atau mengamati pemerian bahasa oleh sang anak secara lisan. Metode simak ini dibantu oleh teknik dasar yaitu teknik sadap. Kegiatan menyadap itu dilakukan pertama-tama dengan berpartisipasi dalam pembicaraan Sudaryanto, 1993: 133. Jadi peneliti harus terlibat langsung dalam dialog dengan subjek penelitian. Oleh karena itu, teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak libat cakap atau teknik SLC. Kemudian peneliti menggunakan teknik catat untuk mencatat semua ujaran atau dialog antara peneliti dengan subjek penelitian. Hasil dari pencatatan inilah yang akan digunakan sebagai data penelitian. Penelitian ini juga dibantu oleh teknik observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang dilakukan untuk mengamati pemahaman anak tentang konsep sebuah benda. Selain itu, digunakan juga teknik tebak gambar untuk meluaskan perhatian anak tentang berbagai macam benda dan bentuk-bentuknya

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan. Menurut Sudaryanto 1993: 13 metode padan, alat penentunya, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Penelitian ini alat penentunya adalah subjek penelitian sebagai mtra wicara yang jelas-jelas bukanlah bagian dari dari bahasa. Teknik dasar yang digunakan adalah Teknik Pilah Unsur Penentu atau teknik PUP dengan daya pilah sebagai pembeda refren. Universitas Sumatera Utara 1 Peneliti : Ini Gambar apa? sambil menunjukkan gambar burung merak Subjek penelitian : Burung. Peneliti : Burung apa? Subjek penelitian : Burung setelah ditanya beberapa kali jawabannya tetap sama Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa proses semantik yang terjadi adalah overextension penggelembungan makna. Dikatakan seperti itu karena si anak ternyata tidak mampu mengungkapkan nama burung itu secara tepat, dia hanya bisa menyebutkan ‘burung’ saja. Hal ini disebabkan karena si anak belum menguasai konsep yang terlalu rendah dari ‘burung merak’. Bagi si anak semua hewan yang mempunyai bulu dan sayap adalah burung 2 Peneliti : Dek itu ada Tibel di tv... sambil menunjuk ke televisi Subjek penelitian : Nggak itu meong, Kak... Peneliti : Iya, Tibel tu kan meong juga, Dek. Subjek penelitian : Nggak Tu Tibel, bobok. sambil menunjuk ke kucing yang sedang tidur. Proses pemerolehan semantik yang terjadi pada percakapan di atas adalah underextension. Subjek penelitian mempunyai seekor kucing dan diberi nama Tibel, namun ketika peneliti mengatakan ada Tibel di tv subjek penelitian malah membantah dan mengatakan kalau yang di tv itu adalah meong bukan Tibel. Jadi bagi subjek penelitian Tibel itu hanyalah kucing yang ada di rumahnya selain dari itu bukan Tibel tetapi meong. Universitas Sumatera Utara Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik hubung banding membedakan atau teknik HBB Sudaryanto, 1993: 27. Teknik ini digunakan untuk mengetahui fitur-fitur semantik pada ujaran anak dan membandingkannya dengan fitur-fitur semantik orang dewasa untuk mendapatkan perbedaan antara keduanya. 3 Peneliti : Burung itu punya apa aja, Dek? Subjek peneliti : Punya sayap, ada bulunya. Peneliti : Terus apa lagi? Subjek penelitian : Bisa terbang. Peneliti : Bagus Dari percakapan di atas peneliti mendapatkan data fitur semantik anak sebagai berikut: Burung: + sayap + bulu + terbang Dan dibandingkan dengan fitur semantik orang dewasa sebagai berikut: Burung: + sayap + bulu + terbang + paruh - merayap Kemudian dari data di atas dapat dijelaskan bahwa fitur-fitur semantik yang dikuasi anak hanya sebagian dari fitur-fitur semantik yang dikuasai orang dewasa dan fitur-fitur semantik tersebut dianggap sama dengan beberapa fitur-fitur semantik yang dikuasai oleh orang dewasa. Pemilihan fitur-fitur semantik itu didasarkan pada pengalaman anak dan informasi dari orang- Universitas Sumatera Utara orang terdekatnya, yang mengatakan bahwa burung itu punya sayap, berbulu dan juga bisa terbang. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Makna Kata Bahasa Indonesia Anak Usia 4 Sampai 5 Tahun Di Pesisir Sibolga

Sesuai dengan perkembangannya semua anak normal mengalami suatu proses pemerolehan bahasa. Proses pemerolehan bahasa tersebut tergantung pada kematangan otak dan input atau informasi dari orang terdekat dan lingkungan sekitarnya. Pemerolehan bahasa mencakup tiga komponen, salah satunya adalah komponen semantik yang lazim disebut dengan pemerolehan semantik. Dalam proses pemerolehan semantik pada umumnya anak-anak mengikuti prinsip-prinsip unniversal yaitu overextension atau penggelembungan makna dan underextension atau penciutan makna. Prinsip-prinsip tersebut juga berlaku pada proses pemerolehan semantik pada anak-anak di pesisir Sibolga. Anak-anak mengalami overextension terhadap dua konsep berbeda yang memiliki beberapa fitur yang sama, misalnya sapi dan gajah yang sama-sama memiliki fitur bertubuh besar dianggap sebagai hewan yang sama oleh anak-anak. Sedangkan underextension merupakan kebalikan dari overextension, dalam hal underextension anak-anak menyebut nama yang berbeda terhadap satu konsep, misalnya bebek yang berenang di kolam adalah bebek dan bebek yang tidak berenang di kolam bukan bebek tetapi burung. Universitas Sumatera Utara