golongan senyawa tersebut. Lignin adalah suatu  fenol. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan  dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam akibatnya susunan lignin di
dalam kayu  tetap tidak menentu. Lignin terdapat di  antara sel-sel, lignin yang berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel bersama-sama. Dalam dinding sel, lignin sangat
erat kaitannya dengan selulosa  dan berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel. Haygreen,1993
Dalam pembuatan pulp  dan pengelantangan,  lignin dilepaskan  dari kayu dalam bentuk terdegredasi dan berubah yang merupakan sumber karbon  lebih dari 35 juta ton
tiap tahun diseluruh dunia  yang sangat potensial untuk keperluan kimia  dan energi. Fengel,1995
2.2  Proses Pembuatan Pulp
Pemisahan serat selulosa dari bahan-bahan yang bukan serat didalam kayu dapat dilakukan dengan berbagai  macam proses yaitu:
a.Proses Mekanik Dalam proses pembuatan pulp secara mekanik  pemisahan serat dilakukan dengan cara
menggunakan tenaga mekanik. Proses ini dilakukan dengan menggerinda  kayunya menjadi  serat pulp  dan  menghasilkan rendemen sebesar 90-95 , tetapi menyebabkan
kerusakan pada serat. Penggunaan pulp yang dihasilkan  pada proses mekanik ini nilainya kecil sekali, juga pulp  itu masih mengandung  banyak lignin  dan serat-seratnya  tidak
murni sebagai serat. b. Proses Semikimia
Universitas Sumatera Utara
Proses semikimia meliputi pengolahan cara kimia yang diikuti dengan perbaikan secara mekanik  dan beroperasi  pada rendemen yang tingginya  dibawah proses  mekanik.
Biasanya bahan kimia yang digunakan  pada proses ini adalah  natrium sulfit. c. Proses Kimia
Bahan  –bahan yang terdapat ditengah lapisan kayu akan dilarutkan agar serat cepat terlepas  dari zat-zat yang mengikatnya. Hal yang merugikan pada proses ini  adalah
rendemen  yang rendah  yaitu  45-55 . Proses kimia dibagi menjadi tiga  kategori:
1. Proses Soda 2. Proses Sulfat
3. Proses Sulfit Dalam proses soda, kayu dimasak dengan larutan NaOH. Larutan sisa pemasakan
dipekatkan  dan kemudian dibakar, yang akan menghasilkan  NaOH .Disebut “ proses soda” karena bahan kimia yang ditambahkan  kedalam prosesnya berupa  natrium
karbonat. Pada proses sulfit, larutan pemasak yang dipakai adalah asam-asam  yang mengandung sulfur dari  logam alkali atau alkali tanah berupa sulfit. Proses sulfat  adalah
proses pembuatan pulp yang paling banyak digunakan  saat ini atau disebut juga  proses kraft.  PT.TPL,2003
2.3  Uraian Proses Pembuatan Pulp
Pulp  terdiri dari komponen senyawa  organik, antara lain selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif dalam jumlah yang kecil. Serat selulosa  yang berasal dari bahan baku
kayu menurut beberapa ahli  dibagi dalam 2 bagian yaitu: 1.Kayu berdaun lebar  kayu keras
Universitas Sumatera Utara
2.Kayu berdaun jarum  kayu lunak Kayu berdaun lebar memiliki  serat selulosa yang pendek  dan kayu berdaun jarum
memilki serat selulosa yang lebih panjang. Contoh kayu berserat pendek yaitu Eucalyptus, kayu dengan serat panjang terdapat pada Pinus Merkussi.
Proses pemasakan pulp meliputi : pengisian chip, tahapan prehidrolisis, pengisian larutan pemasak, pemasakan dengan proses kraft, mengeluarkan pulp  yang sudah masak dari
dalam digester.
2.3.1  Pengisian Chip
Chip  diangkut ke digester  dari tempat penyimpanan atau lapangan chip  dengan menggunakan conveyor. Pengisian chip kedalam digester merupakan langkah awal  dari
proses pemasakan  dan merupakan satu pekerjaan yang sangat penting pada proses pembuatan pulp. Digester yang tidak penuh misalnya, akan mengurangi jumlah pulp yang
akan dihasilkan digester, sebaliknya  digester  yang terlalu penuh akan mengakibatkan kesulitan  pada peredaran cairan pemasak dan pada saat blow.
Sebelum pengisian chip dimulai  harus dilaksanakan hal-hal sebagai berikut: 1. Digester harus dalam keadaan kosong dan katup blow nya  harus sudah ditutup
2. Top cover tutup atas pada posisi terbuka 3. Shuttle conveyor harus tepat posisinya pada digester yang akan diisi
Universitas Sumatera Utara
2.3.2  Tahap Prehydrolysis
Pada  proses Prehydrolysis Kraft pulp, prehidrolisis merupakan  tahapan awal dari proses pemasakan setelah pengisian chip. Untuk membuat  serat rayon dibutuhkan pulp dengan
kemurnian yang sangat tinggi, prehidrolisis dimaksudkan  untuk mengolah terlebih dahulu serpihan kayu   sebelum dimasak dengan  alkali, pada proses ini, kandungan–
kandungan yang bukan  selulosa  yang terdapat dalam kayu, seperti selulosa yang terpotong-potong dan karbohidrat  rantai pendek  yang disebut hemiselulosa akan
dikeluarkan dari dalam serpihan kayu. Pada proses pemasakan alkali di tahap berikutnya akan diperoleh  pulp  dengan kemurnian yang lebih tinggi. Proses prehidrolisis
dipertahankan pada temperatur 165 C dan tekanan 6,0 kgcm
2
gauge selama 60 menit. Setelah itu dilakukan pengeluaran gas blow selama 15-20 menit sampai tekanan dalam
digester 1,0 kgcm
2
gauge.
2.3.3  Pengisian Liquor cairan pemasak
Pada proses Prehydrolysis Kraft pulp  pengisian  liquor  dilakukan setelah prehidrolisis. Larutan pemasak panas yang dimasukkan ke dalam digester  dengan temperatur 120
C harus dengan perbandingan yang sesuai  sebagai mana dibutuhkan  untuk pemasakan  dan
black liquor  penambah sebagai pengencer juga harus  dengan perbandingan yang sesuai. Penambahan cairan pemasak  didasarkan pada persentase  bahan kimia  yang dibutuhkan
untuk memasak dengan  berat kering  kayu yang dimasukkan. Persentase ini juga tergantung dari seberapa  jauh kita akan mengurangi kandungan lignin dari dalam kayu.
Misalnya untuk memproduksi Prehydrolysis Kraft Pulp  dengan kemurnian yang tinggi, alkali yang dimasukkan per berat kering kayu adalah 19  alkali aktif , dimana  untuk
Universitas Sumatera Utara
Fully Bleached Kraft Pulp itu hanya sekitar 17,5  alkali aktif sebagai Na
2
O. Alkali aktif yang dimasukkan dalam digester  adalah untuk melarutkan komponen  pengotor bukan
selulosa  yang ada dalam kayu. Kekuatan  konsentrasi  dan sulfiditas  dari pada cairan pemasak  juga merupakan hal yang  sangat penting. Konsentrasinya dinyatakan dalam
gram per liter dari alkali aktif NaOH + Na
2
S sebagai Na
2
O. Kalau konsentrasi cairan pemasaknya rendah maka proses penghilangan lignin akan menjadi kurang baik sehingga
menghasilkan banyak reject  serpihan kayu yang tidak masak, sebaliknya  kalau konsentrasinya terlalu tinggi maka serat  selulosa  juga akan terserang  dan rusak yang
berakibat  pada rendahnya kekuatan  dan rendemen pada pulp.
2.3.4  Pemasakan dengan Proses Kraft
Proses pemasakan secara kraft dilaksanakan setelah penambahan cairan pemasak kedalam chip. Digester yang berisi chip dan larutan pemasak dipanaskan hingga temperatur 170
C dan tekanan  mencapai 7  kgcm
2
gauge. Pada temperatur dan tekanan ini , chip dimasak dengan alkali untuk periode waktu tertentu. Waktu dan temperatur  selama pemasakan
sangat berpengaruh terhadap kualitas pulp, jika chip  dimasak dalam jangka waktu yang terlalu lama, maka akan dihasilkan pulp  dengan kualitas rendah dan dengan rendemen
yang rendah. Temperatur yang optimum  untuk pemasakan adalah  170 C. Temperatur
dibawah 170 C  tidak berpengaruh terhadap kualitas pulp, tetapi diatas 180
C akan mulai terjadi pemutusan  rantai dari serat-serat selulosa .
2.3.5  Pengeluaran Pulp dari Digester Blowing pulp
Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama pada pengoperasian  blowing  adalah untuk mengeluarkan  atau blow semua isi digester  kedalam tangki penampung blow tank. Hanya satu digester  yang
dapat diblow    ke satu blow tank  pada satu waktu tertentu, hal yang penting untuk diperhatikan  agar dipastikan bahwa ada cukup ruang  dalam blow tank  untuk
menampung  pulp  yang akan diblow. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah memastikan bahwa sistem daur ulang panas sewaktu blow  sudah siap untuk beroperasi
untuk menampung  uap yang dihasilkan blow dan mengembunkannya. PT.TPL,2003
2.4 Titrasi Asam-Basa
Titrasi asam-basa  sering disebut asidimetri-alkalimetri, sedang untuk titrasi  atau pengukuran lain-lain sering juga  dipakai akhiran –ometri  menggantikan  –metri,  kata  -
metri  berasal dari bahasa Yunani  dan berarti ilmu, proses, atau seni mengukur. Asidimetri dapat diartikan  pengukuran jumlah asam  ataupun pengukuran dengan  asam,
dimana yang diukur adalah jumlah basa atau garam. Secara umum asidimetri dan alkalimetri  diartikan titrasi yang menyangkut  reaksi dengan asam dan  atau basa
,diantaranya: 1. Asam kuat- basa kuat
2. Asam kuat- basa lemah 3. Asam lemah- basa kuat
4. Asam kuat- garam dari basa lemah 5. Basa Kuat- garam dari asam lemah
Larutan yang dititrasi dalam  asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH, misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula  rendah dan selama
Universitas Sumatera Utara
titrasi terus-menerus naik. Bila indikator pH kita gunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi  maka  indikator harus  berubah warna  tepat pada saat  titrant menjadi ekivalen
dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi dan perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak agar tidak ada keragu-raguan kapan titrsi harus  dihentikan.
Harjadi,1993 Untuk menentukan basa digunakan larutan baku asam kuat misalnya HCl,
sedangkan untuk menentukan  asam digunakan  larutan baku basa kuat  misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-
basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan misalnya potensiometer, konduktometer. Titrasi asam-basa dapat dianggap sebagai  interaksi pasangan asam-basa  berpasangan
menurut  Bronsted-Lowry, yaitu: Asam
1
+      Basa
2
=   Basa
1
+     Asam
2
Bila titrasi dilakukan dalam pelarut air, maka perpindahan proton selalu dinyatakan melalui molekul air. Akibatnya persamaan umum untuk titrasi asam-basa
dalam pelarut air  ditulis sebagai persamaan  reaksi antara  ion hidronium dan ion hidroksida:
H
3
O
+
+   OH
-
=    H
2
O   +    H
2
O Selama proses titrasi  pH larutan  berubah perlahan-lahan.         Rivai,1995
2.4.1  Indikator Asam-Basa
Indikator asam-basa ialah  zat yang dapat berubah warna  bila pH lingkungannya berubah. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator dan warna dalam
keadaan  basa disebut  warna basa. Akan tetapi harus dimengerti bahwa   asam dan basa
Universitas Sumatera Utara
disini tidak berarti pH kurang  atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator. Setiap indikator asam-basa  memiliki
trayek pH  sendiri demikian  pula warna  asam dan basanya . Tabel 2 : Beberapa indikator Asam - basa
No Indikator
Perubahan warna dengan peningkatan pH
Trayek pH
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
Asam Pikrat Timol biru
2,6 Dinitrofenol Metil kuning
Bromfenol biru Metil orange
Bromkresol biru Metil merah
Litmus Metil ungu
p-Nitrofenol Bromkresol ungu
Bromtimol biru Netral merah
Fenol merah p-
α-Naftolftalein Tak berwarna ke kuning
Merah ke kuning Tak berwarna ke kuning
Merah ke kuning Kuning ke biru
Merah ke kuning Kuning ke biru
Merah ke kuning Merah ke biru
Ungu ke hijau Tak berwarna ke kuning
Kuning ke ungu Kuning ke biru
Merah ke kuning Kuning ke Merah
Kuning  ke biru 0,1-0,8
1,2-2,8 2,0-4,0
2,9-4,0 3,0-4,6
3,1-4,4 3,8-5,4
4,2-6,2 4,5-8,3
4,8-5,4 5,0-7,0
5,2-6,8 6,0-7,6
6,8-8,0 6,8-8,4
7,0-9,0
Universitas Sumatera Utara
17 18
19 20
Phenolphtalein Timolftalein
Alizarin kuning R 1,3,5-Trinitrobenzen
Tak berwarna ke merah Tak berwarna ke biru
Kuning ke merah lembayung Tak berwarna ke orange
8,0-9,6 9,3-10,6
10,1-12,0 12,0-14,0
Sumber: Hardjadi, 1993 Kegunaan  dari titrasi asam–basa  adalah untuk menentukan zat –zat anorganik , organik
dan biologis yang tak terbilang jumlahnya, bersifat asam- basa. Beberapa unsur penting dalam bahan organik dan biologis  dapat ditentukan secara
tidak langsung  dengan titrasi asam-basa. Umumnya unsur –  unsur ini non metal, misalnya penentuan nitrogen dan belerang dalam bahan organik. Harjadi.W,1993
2.4.2  Analisa Soda Kaustik
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganilisis soda kaustik, alkali total Karbonat + Hidroksida ditetapkan dengan  titrasi asam  standar dengan menggunakan
metil orange  sebagai indikator. Dalam porsi larutan  yang kedua, karbonat diendapkan dengan larutan BaCl
2
yang sedikit berlebih  dan  tanpa  penyaringan  larutan dititrasi dengan menggunakan phenolphtalein  sebagai indikator  titrasi  yang terakhir  ini
memberi kandungan  hidroksida   dan dengan  mengurangkan  ini dari titrasi  yang pertama, diperoleh volume asam  untuk karbonat:
Na
2
CO
3
+  BaCl
2
BaCO
3
+  2NaCl   Basset.J,1994
2.5 Viskositas
Universitas Sumatera Utara
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan  indeks hambatan alir cairan. Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar  untuk mengalir dari pada gas sehingga
cairan mempunyai  koefisien viskositas  yang lebih besar  dari pada gas. Sukardjo,1997 Dalam SI satuan untuk viskositas adalah  N sm
2
= Pa s, sedangkan menurut sistem CGS satuan viskositas adalah Poise 1 poise = 0,1 Pa s yang setara dengan  dyne  scm
2
. Viskositas sering juga dinyatakan  dalam sentipoise 1 Poise = 100 cP. Yazid,2005
Faktor-faktor yang mempengaruhi  viskositas adalah tekanan, temperatur, konsentrasi.
• Tekanan
Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan, hal ini disebabkan  jumlah lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih  sukar untuk bergerak keliling
satu terhadap yang lain. •
Temperatur Viskositas cairan akan  turun dengan  naiknya temperatur. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul-molekulnya  memperoleh energi. Molekul-molekul cairan akan bergerak   sehingga gaya interaksi  antar molekul  melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan  naiknya temperatur. Sukardjo,1997
• Konsentrasi
Umumnya larutan yang konsentrasinya  tinggi, viskositasnya juga tinggi. Sebaliknya larutan yang konsentrasinya rendah viskositasnya juga rendah.
Yazid,2005
Universitas Sumatera Utara
2.6  Penentuan viskositas dengan  metode Ostwald