ikan dan binatang berdarah dingin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan saponin banyak dimanfaatkan sebagai racun ikan. Saponin yang beracun disebut
sapotoksin Sirait 2007. Selain itu, saponin merupakan golongan senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan
membran sterol Zoblowics et al. 2002.
4.3.3 Aktivitas antioksidan berdasarkan tingkat kesegaran
Perlakuan yang dilakukan pada tahap penelitian utama adalah tingkat kesegaran yang berbeda dengan ukuran tubuh anemon yang didasarkan pada hasil
penelitian pendahulun. Ukuran terbaik hasil dari penelitian pendahuluan adalah anemon dengan ukuran tubuh besar. Tingkat kesegaran yang digunakan pada
tahap ini adalah anemon dalam keadaan segar dan anemon dalam keadaan mati. Anemon dalam keadaan segar dalam penelitian ini adalah anemon dalam
keadaan segar atau hidup langsung dihaluskan kemudian diekstrak untuk mendapatkan rendemennya. Anemon dalam keadaan segar memiliki ciri-ciri fisik
seperti tidak adanya mucus yang keluar, keadaan tentakel yang mengembang, warna yang cerah, dan kondisi mesenterial filaments yang normal tidak
mengembung pada bagian mulut. Anemon dalam keadaan mati yang digunakan dalam penelitian ini adalah anemon hidup dengan ukuran tubuh besar yang
didiamkan tanpa air selama 2-3 hari hingga tubuhnya menunjukkan tanda kematian yakni tidak bergerak dan menunjukkan ciri-ciri fisik seperti cukup
banyaknya sedang keluarnya mucus, keadaan tentakel yang mengembang, warna agak pucat, dan abnormalnya mesenterial filaments. Keadaan tersebut terus
berlanjut hingga mengakibatkan kematian. Setelah itu, anemon tersebut dihaluskan kemudian dilakukan proses ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak
kasarnya. Proses ekstraksi yang digunakan untuk anemon mati sama seperti yang
dilakukan pada penelitian pendahuluan yakni ekstraksi tunggal dengan pelarut metanol. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari anemon mati sebesar 5,05 dan
anemon segar sebesar 5,45. Ekstrak anemon laut mati kemudian di uji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode uji DPPH seperti yang dilakukan
pada penelitian pendahuluan. Data yang dihasilkan berupa nilai IC
50
yang menunjukkan reduksi radikal bebas DPPH oleh ekstrak sebesar 50. Hasil
antioksidan anemon segar dan mati dibandingkan dengan permbanding dari antioksidan alami lainnya yaitu vitamin C. Vitamin C dalam penelitian ini dibuat
dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm. Vitamin C merupakan vitamin yang penting dalam diet manusia. Vitamin
ini banyak ditemukan pada jaringan tanaman. Vitamin C berbentuk kristal putih, merupakan suatu asam organik dan terasa asam, tetapi tidak berbau. Vitamin C
asam askorbat merupakan salah satu antioksidan yang larut dalam air. Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron, dengan cara memindahkan
satu elektron ke senyawa logam Cu. Antioksidan vitamin C mampu bereaksi dengan radikal bebas kemudian mengubahnya menjadi radikal askorbil. Senyawa
radikal terakhir ini akan segera berubah menjadi askorbat dan dehidroaskorbat Lesser 2006. Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan adalah sebesar 30-60 mg
per hari. Pengujian aktvitas antioksidan terhadap vitamin C yang dilakukan oleh Hanani et al. 2005 memiliki nilai IC
50
sebesar 3,81 ppm, sedangkan pada penelitian ini dihasilkan nilai IC
50
sebesar 1,95 ppm. Hasil ini membuktikan bahwa aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh vitamin C sangat tinggi. Pengujian
antioksidan vitamin C menghasilkan hubungan antara konsentrasi vitamin C dan persen inhibisinya, yang dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Grafik hubungan konsentrasi vitamin C dengan persen inhibisinya;
n=2 Aktivitas antioksidan ekstrak anemon laut dinyatakan dengan presentase
penghambatan inhibisi dan nilai IC
50.
Sampel ekstrak anemon besar segar dan mati dibuat menjadi 4 konsentrasi yaitu 200, 400, 600 dan 800 ppm diiukur nilai
y = 7.209x + 36.04 R² = 0.800
10 20
30 40
50 60
70 80
90
100
2 4
6 8
10
I n
h ib
is i
Konsentrasi ppm
absorbansinya menggunakan Elisa Reader. Presentase penghambatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat aktivitas radikal bebas, yang
berhubungan dengan
konsentrasi suatu
bahan. Hubungan
persentase penghambatan dengan konsentrasi ekstrak kasar anemon laut disajikan pada
Gambar 9.
Gambar 9 Grafik hubungan antara ekstrak anemon laut dengan rata-rata persen
inhibisnya anemon segar, anemon mati; n=2 Gambar 9 menunjukkan hubungan antara ekstrak daging dan jeroan anemon
laut dengan persen inhibisinya. Persen inhibisi adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi
suatu bahan. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata kemampuan menghambat radikal bebas terendah terdapat pada konsentrasi 200 ppm, yaitu 17,41 untuk
ekstrak anemon besar segar dan 2,41 untuk ekstrak anemon besar mati. Rata- rata kemampuan menghambat radikal bebas tertinggi terdapat pada konsentrasi
800 ppm, yaitu 46,79 untuk ekstrak anemon besar segar dan 15,79 untuk ekstrak anemon besar mati. Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasinya
maka semakin tinggi pula tingkat penghambatan suatu bahan terhadap aktivitas radikal bebas. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Hanani et al. 2005
yang menyatakan bahwa penghambatan ekstrak terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.
Nilai IC
50
merupakan parameter konsentrasi dari senyawa antioksidan yang dapat menyebabkan hilangnya 50 aktivitas DPPH. Secara spesifik suatu
y = 0.048x + 5.987
R² = 0.958
y = 0.023x - 3.289 R² = 0.961
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
200 400
600 800
1000
In h
ib isi
Konsentrasi ppm
senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 0,05 mgml, kuat untuk IC
50
antara 0,05-0,10 mgml, sedang jika IC
50
bernilai 0,10-0,15 mgml, dan lemah jika IC
50
bernilai 0,15-0,20 mgml Molyneux 2004. Nilai rata-rata IC
50
pada ekstrak kasar anemon laut dari tingkat kesegaran yang berbeda, dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Nilai rata-rata IC
50
anemon laut dengan tingkat kesegaran berbeda Gambar 10 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi pada
anemon laut terdapat pada ekstrak kasar anemon segar dengan nilai IC
50
sebesar 916,94 yang menunjukkan 50 radikal bebas DPPH dapat dihambat
aktivitasnya pada konsentrasi 916,94 ppm. Aktivitas antioksidan terendah anemon laut terdapat pada ekstrak anemon mati dengan nilai IC
50
sebesar 2.316,91 yang menunjukkan 50 radikal bebas DPPH dapat dihambat aktivitasnya pada
konsentrasi 2.316,91 ppm. Aktivitas antioksidan menunjukkan hasil yang berbeda antara anemon segar
dengan anemon mati. Adanya dugaan senyawa bioaktif yang terdapat anemon mati hilang atau berkurang seiiring dengan adanya proses penguraian atau
pembusukan dari anemon laut. Hal ini dapat dikarenakan ketika anemon laut memasuki fase kematian maka fungsi dari bagian tubuh anemon tidak lagi
melakukan proses metabolisme baik metabolisme primer maupun sekunder. Dari data yang dihasilkan dapat dilihat bahwa semakin segar kondisi anemon laut maka
aktivitas antioksidannya semakin tinggi.
916,94 2,316.91
500 1,000
1,500 2,000
2,500
Segar Mati
Rat a
-r a
ta I
C50 p
p m
Aktivitas antioksidan kedua ekstrak kasar anemon laut dapat digolongkan lemah, karena nilai IC
50
lebih besar dari 0,20 mgml atau 200 ppm. Aktivitas antioksidan ini jauh berbeda dengan antioksidan alami viamin C karena ekstrak
anemon laut yang digunakan pada pengujian masih berupa ekstrak kasar crude. Ekstrak kasar ini masih mengandung senyawa lain yang bukan merupakan
senyawa antioksidan. Senyawa lain tersebut ikut terekstrak dalam pelarut selama proses ekstraksi. Senyawa-senyawa ini dapat meningkatkan nilai rendemen
ekstrak, tetapi tidak dapat meningkatkan aktivitas antioksidan ekstrak tersebut. Senyawa murni dari ekstrak kasar ini diduga memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi karena memiliki komponen bioaktif yang merupakan senyawa yang mengandung aktivitas antioksidan, yaitu alkaloid, flavonoid, steroid, triterpenoid,
dan fenol hidrokuinon. Perbedaan kondisi lingkungan seperti tingginya kekuatan ionik pada air laut,
intensitas cahaya yang kecil, rendahnya temperatur, dapat juga memungkinkan anemon laut menghasilkan metabolit yang mempunyai sruktur kimia yang
spesifik dan bervariasi yang sangat berpengaruh terhadap bioaktifitasnya Muniarsih 2005. Senyawa bioaktif anemon laut berbeda baik intra spesies
maupun inter spesiesnya. Faktor ekologis turut pula menentukan produksi senyawa biokatif sehingga dapat dikatakan bahwa anemon laut yang tumbuh pada
lingkungan yang sangat tinggi tingkat kompetisi alaminya akan memiliki kandungan toksin atau hasil metabolit sekunder yang lebih tinggi daripada
anemon laut yang ditumbuhkan pada lingkungan buatan contoh di dalam akuarium Dykens et al. 1992 .
Kelemahan dari antioksidan diantaranya adalah sifatnya yang mudah rusak bila terpapar oksigen, cahaya, suhu tinggi dan pengeringan. Penggunaan bahan
pelarut yang tidak tepat dapat merusak aktivitas antioksidan yang ada. Jan et al. 2001 diacu dalam Suryaningrum et al. 2006 menyatakan bahwa
penggunaan pelarut yang sama dapat memberikan hasil yang sangat berbeda walaupun partikel dan stabilitas substrat yang diekstraksi hampir sama.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan