Latar Belakang Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Anemon Laut (Stichodactyla gigantea)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan biota laut di Indonesia saat ini masih tergolong belum optimal. Pemanfaatan kekayaan laut Indonesia selama ini masih pada budidaya ikan dan sejenisnya sebagai pangan sedangkan dalam bidang medis dan pengobatan masih jarang dilakukan. Biota laut memiliki potensi sebagai bahan dasar industri farmasi, kosmetika, bioenergi, dan industri lainnya di Indonesia sangat besar, diperkirakan mencapai nilai ekonomi sebesar 40 miliar dollar AS per tahun Dahuri 2004. Organisme laut terutama yang berasal dari ekosistem terumbu karang telah menjadi sumber yang menarik bagi bahan kimia alam, karena organisme ini menyediakan metabolit sekundersenyawa bioaktif dalam proporsi yang besar. Invertebrata laut dengan keanekaragaman spesies yang tinggi di terumbu karang kaya dengan metabolit sekunder dan menjadi target khusus dalam pencarian komponen bioaktif. Salah satu invertebrata laut yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai ekonomis serta ekologis adalah anemon laut. Anemon laut merupakan salah satu jenis karang dari Filum Cnidaria. Biota ini dijadikan sebagai hewan pengisi akuarium yang sangat indah dan menarik karena memiliki bentuk tubuh yang menyerupai bunga beraneka warna. Anemon laut sangat populer sebagai bahan makanan laut seafood, terutama di luar negeri antara lain Perancis, Jepang, Korea dan Kepulauan Pasifik bagian Timur dan penduduk Kepulauan Seribu. Cara mengolah anemon laut untuk dapat dimakan adalah terlebih dahulu anemon tersebut dilumuri dengan abu dapur agar kulit arinya terkupas dan lendirnya berkurang. Jenis-jenis anemon yang biasa dimakan oleh masyarakat di Indonesia adalah Marga Stoicactis Actinaria, yaitu anemon karpet Stichodactyla gigantea Nybakken 1988. Anemon laut karpet merupakan salah satu spesies anemon yang ditemukan melimpah di Indonesia, antara lain di Teluk Jakarta dengan kepadatan yang cukup tinggi Dunn 1981. Pemanfaatan anemon laut saat ini masih terbatas untuk akuaskap dan beberapa untuk makanan laut. Biota ini memiliki sel-sel penyengat nematokis yang mengandung peptida, protein, fosfolipid, fosfolipase, glikoprotein, sterol, bioaktif amin dan karbohidrat, yang berpotensi dalam bidang biomedis dan pengembangan obat-obatan Bayazit 2009. Kajian yang lebih mendalam mengenai anemon laut bagi kesehatan manusia masih belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan pengujian ilmiah lebih lanjut terhadap anemon laut. Pengujian ilmiah yang perlu dilakukan khususnya uji aktivitas antioksidan dan uji kualitatif komponen bioaktifnya. Antioksidan adalah zat yang dapat memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi Tamat et al. 2007. Konsumsi antioksidan dalam jumlah yang memadai dapat menurunkan penyakit degeneratif, yaitu kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis, dan lain-lain. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan juga dapat meningkatkan status imunologis dan dapat menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Kecukupan asupan antioksidan secara optimal diperlukan pada semua kelompok umur Winarsi 2007. Antioksidan yang paling umum digunakan dalam bahan pangan adalah antioksidan sintetik misalnya BHA butylated hdroxyanisol, BHT butylated hidroxytoluene, PG propil galat, dan TBHQ tert-butil hidroxy quinon. Beberapa studi yang dilakukan oleh Lu dan Foo 2002 diacu dalam Jin Heo et al. 2005 melaporkan bahwa adanya hubungan terbalik antara asupan makanan yang kaya antioksidan dengan penyakit pada manusia. Penggunaan antioksidan sintetik dalam bahan pangan yang berlebihan dapat menyebabkan mutagenetik dan karsinogenetik Darmawan 2009. Oleh karena itu, pengembangan dan pemanfaatan antioksidan yang lebih efektif dari sumberdaya alam perlu ditingkatkan untuk menggantikan antioksidan sintetik dalam penggunaannya di dalam makanan ataupun bahan obat.

1.2 Tujuan