I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam takambang jadi guru, filosofi utama yang selalu dipakai oleh masyarakat Minangkabau secara turun-temurun,
baik di kampung atau di perantauan. Filosofi ini dikenal sebagai ikhwal cara masyarakat Minangkabau dalam memandang dan
memaknai alam yang terbentang dan sering dianggap sebagai pijakan dasar bagi masyarakatnya dalam mengembangkan diri
baik hari ini maupun dimasa datang. Alam sebagai ruang lepas yang harus dipelajari sebaik mungkin karena alam merupakan
refleksi dari proses kehidupan manusia. Secara filsafat, manusia dituntut untuk kritis dalam
menyikapi fenomena, baik fenomena alam maupun manusia. Taufik Abdullah 1966 mengartikan
alam dalam konteks masyarakat Minangkabau, tidak hanya sekedar lingkungan biotis,
tetapi juga dipandangnya sebagai lingkungan sosial-budaya dan lingkungan pemikiran ideasional. Dengan kata lain,
alam lebih dipandangnya sebagai ranah dunia tempat dimana pergulatan
kehidupan dan pemikiran masyarakatnya ditemukan dan dikembangkan.
Alam Takambang adalah alam yang membentang luas atau alam raya ini dengan segala isinya. Guru bukan hanya seorang
tenaga pengajar namun dapat mengantikan lingkungan sekitar
1
masyarakat. Artinya, guru merupakan sumber belajar, baik untuk disekolah maupun di luar persekolahan. Anak dapat belajar
dirumah dengan buku dan internet, anak dapat belajar dengan binatang dan tanaman di kebun atau air yang mengalir di sungai.
Orang dewasa juga demikian belajar kapan dan dimana saja sumber belajarnya tetap saja apa yang ada di lingkungannya.
Alam adalah informasi yang berlimpah. Salah satu alam yang menjadi media informasi dan juga tempat bertukarnya
komunikasi di Minangkabau adalah surau dan lapau. Surau
merupakan tempat belajar dan beribadah bagi masyarakat. Surau adalah salah satu tempat bertukar informasi dan sarana
komunikasi bagi masyarakat. Beberapa surau masih menjadi corong komunikasi. Berita duka tentang masyarakat meninggal,
pengadaan pengajian dan juga tanam serentak adalah beberapa informasi yang disampaikan.
Sedangkan lapau adalah media interaksi sosial masyarakat
berkumpul ketika sore sampai malam hari. Lapau merupakan
tempat paling favorit bagi kaum laki-laki di Minangkabau, setelah surau. Ruang interaksi sosial yang memiliki aspek pembelajaran,
tempat duduk, bercanda, berdebat dan solidaritas yang bermuara kepada uji nyali, harga diri dan kearifan kemudian
menjadi kekayaan bagi adat di ranah Minang. Lapau kemudian
menjadi tempat hiburan dan bermain diantaranya bermain koa.
2
adalah bakoa permainan koa menggunakan 11 kartu dengan
berbagai nama. Bakoa disebut juga ceki permainan dengan 11 kartu ini
beranggotakan 4 oranng, menggunakan kartu ceki. Terbuat dari kertas khusus dengan warna dasar kuning, berukuran 2x6 cm,
terdiri dari 30 motif. Permainan ini juga bamandan
kerjasama;kongsi yang dimainkan oleh empat orang, yang mana setiap pemain mendapatkan sebelas lembar kartu.
Pada dasarnya permainan ini sangat sederhana hanya mencocokan gambar kartu, tapi setiap pemain harus jeli dan
mempunyai daya ingat tinggi karena kalau dilihat sepintas kartunya akan terlihat sama. Masing-masing berpacu untuk
mendapatkan 4 pasangan sama. Satu untuk mata, dua untuk pendukung dan 1 untuk coki. Pemenang adalah seorang yang
mampu sampai atas coki 3 kali.
1. Danau RezekiHiu Babak 2. Hiu Kasuik 3. Hiu Panjang
3
4. Hiu Bungo 5. Hiu Merah
6. Hiu Kuciang
7. Bengkok Itam Bengkok Wajik 8. Bengkok Gadang
9. Bengkok Aluih
10. Jarum Wajik Jarum Itam 11. Jarum Gadang 12. Jarum Aluih
13. Suduang Itam Suduang wajik 14. Pinggang 15.
Suduang Putiah
16. Babi Pusek 17. Babi Gadang
18. Babi Aluih
4
19. Kapik Anam 20. Kapik Manih
21. Kapik Aluih
22. Sisiak Bendera 23. Sisiak Gadang
24. Sisiak Aluih
25. Pacah Lapan 26. Pacah Manih
27. Pacah Aluih
28. Tali Bulek 29. Tali Merah
30. Tali Aluih Gambar1: 30 nama dan bentuk motif kartu
koa Foto: Yulfa H. S, 2013
Persoalan di dalam bakoa sarat dengan nilai-nilai. Nilai
positif dimana permainan kartu ini mengandalkan kemampuan mengingat, menyusun strategi dan berpolitik. Mereka yang
memiliki daya ingat kuat tentu tahu dimana kartu keberuntungan
5
mereka, strategi yang rapi menjadikan permainan semakin menarik. Sementara negatifnya, koa sarat dengan judi. Layaknya
judi, mengakibatkan candu untuk mengulangi sehingga akan membuat seseorang merasa butuh untuk datang ke
lapau bermain koa bahkan hingga pagi.
Pada hakikatnya setiap permainan tentu diawali dengan komunikasi, menginformasikan tentang permainan
bakoa ini, kemudian mengumpulkan pemain, menjelaskan aturan-aturan
permainan kepada pemain. Saat permainan pun komunikasi masih terjadi, istilah-istilah dalam
bakoa, semisal ah..coki atau coki duo nokang sembari menjentikkan jari. Komunikasi yang
terjalin akan mudah dipahami dengan bahasa-bahasa keseharian tempat permainan berlangsung. Karena
Bakoa merupakan permainan di masyarakat Minangkabau, tentu bahasa yang
digunakan bahasa Minangkabau.
B. Rumusan Ide Penciptaan