DETERMINAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KO

DETERMINAN
KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMP
DI KOTA SEMARANG
Disusun dalam rangka Usulan Proposal Desertasi
Program Manajemen Pendidikan S3 Pasca Sarjana
oleh:
AWALYA
NIM: 1003604001
Promotor Desertasi
1. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
2. Prof. Dr. Haryono, M.Psi.
3. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd.
Tim Yang Membantu:

1.
2.
3.
4.

Rizki Setiyaningtiyas, S.Pd. (Tim Pelaksana)
Dian Novita Astriyani, S.Pd. (Tim Pelaksana)

Lourentina Heriyanto Prabowo, S.Pd. (Tim Pelaksana)
Siska Widhiyani, S.Pd. (Tim Pelaksana)

PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas, peran, kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan, sikap-sikap dan nilai pribadi, dan kemampuan
untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan yang didasarkan pada pengalaman dan
pembelajaran yang dilakukan. Standar Kompetensi Konselor Permendiknas NOMOR 27
TAHUN 2008, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat
dipetakan dan dirumuskan ke dalam (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial,
dan (4) profesional. Menjalani profesi guru BK sangatlah penting terutama dalam
melaksanakan kompetensi bimbingan dan konseling sebagai perwujudan untuk menunjukkan
kinerja yang optimal maka semakin tinggi kompetensi guru BK akan berdampak tinggi
terhadap kinerja guru BK.

Jucius (1962: 296) mendefinisikan pelatihan sebagai “The term trainning is used here
to indicate any process by which the aptitudes, skills, and abalities employees to perform
specific are increased.”(pendidikan yang digunakan di sini adalah menunnjukkan setiap
proses mengembangkan bakat, ketrampilan, dan kemampuan pegawai (guru BK guna
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu). Pendidikan dan pelatihan (diklat) mempunyai
nilai untuk penambahan pengetahuan, ketrampilan dan perbaikan sikap dari peserta
pelatihan. Suatu kegiatan profesi yang dilakukan memiliki tujuan yang akan dicapai,
demikian pula proses pendidikan dan pelatihan bagi guru BK juga memiliki tujuan yang akan
dicapai. Diklat berpengaruh terhadap kinerja seseorang, maka seseorang berpartisipasi dalam
mengikuti diklat, semakin diklat relevansinya sesuai dengan kebutuhan perserta diklat dalam
hal ini guru BK maka kinerja guru BK akan meningkat.
Budaya sekolah menurut Deal dan Peterson (1999), dalam Wijaya Kusumah (2007: 2)
adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbolsimbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan
citra sekolah tersebut di masyarakat luas. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan
penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan
pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah,
guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
Acuan pengembangan budaya sekolah yang perlu berpegang pada asas-asas: kerjasama tim,

keinginan, nilai kegembiraan rasa hormat, nilai kejujuran, disiplin, empati, pengetahuan dan
kesopanan. Budaya sekolah yang berhubungan dengan penelitian ini meliputi: kerjasama tim,
nilai kejujuran, disiplin, pengetahuan dan kesopanan, akan mempersepsi dan berdampak
terhadap kinerja guru BK. Kuatnya budaya sekolah akan berpengaruh terhadap makin
meningkatnya kinerja guru BK.
Tugas (kinerja) Guru BK/Konselor dan Pengawas Bimbingan dan Konseling Menurut
PP No. 74 Tahun 2008. Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggung
jawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta
didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di
sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta
didik dalam: (1) Pengembangan kehidupan pribadi, (2) Pengembangan kehidupan sosial, (3)
Pengembangan kemampuan belajar, (4) Pengembangan karir. Jenis layanan adalah sebagai
berikut: (1) Layanan orientasi, (2) Layanan informasi, (3) Layanan penempatan dan
penyaluran, (4) Layanan penguasaan konten, (5) ayanan konseling perorangan, (6) Layanan

bimbingan kelompok, (7) Layanan konseling kelompok, (8) Layanan konsultasi, (9) Layanan
mediasi. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh: (1) Aplikasi instrumentasi, (2) Himpunan
data, (3) Konferensi kasus, (4) Kunjungan rumah, (5) Tampilan kepustakaan, (6) Alih tangan
kasus. Tugas-tugas konselor apabila dilaksanakan secara tepat dan akurat maka akan

meningkatkan kinerja guru BK
Kinerja guru pembimbing di sekolah terkait dengan tugas pokoknya. Tugas pokok guru
pembimbing berkenaan dengan pelayanan BK menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan
Schumuller, adalah individual inventory, the counseling, the information services, the
placement services, and the follow up services. Berdasarkan pendapat di atas kegiatan
pelayanan BK mencakup: pengumpulan data, konseling, pembcrian informasi, pcnempatan
dan tindak lanjut. Senada dengan itu Bernard dan Fullmer menambahkan research and
consultatin, yang berarti pemahaman dan konsultasi. Gibson dan Mutchell mengemukakan
tugas guru pembimbing adalah: 1) assessment of the individual's and other characteristics;
2) counseling the individual; 3) group counseling and guidance activities; 4) career
guidance, including tfie providing of occupational educational information; 5) placement,
follow up, and accountability evaluation: and : 6) consultation with teachers and other
school personnel, parents, pupils, in group and appropriate community agencies. Tugas guru
pembimbing adalah mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya, konseling perorangan,
bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi
pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjat dan penflaian, konsultasi dengan guru, semua
personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan masyarakat.
Kepengawasan merupakan kegiatan atau tindakan pengawasan dari seseorang yang
diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap
orang dan atau lembaga yang dibinanya. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut

pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan pengawas sekolah atau
pengawas satuan pendidikan, pengawasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan pada sekolah yang diawasinya.
Tugas pengawas mencakup: (1) inspecting (mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau
nasehat), (3) monitoring (memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5) coordinating
(mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti memimpin dalam melaksanakan
kelima tugas pokok tersebut (Ofsted, 2003). Kepengawasan guru BK semakin tinggi
pelaksanaannya maka semakin tinggi pula kinerja guru BK melaksanakan Tugas pelayanan
bimbingan dan konseling.
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasarkan pemikiran diatas maka permasalahan utama penelitian ini adalah untuk
mengetahui determinasi kinerja guru bimbingan konseling (BK) menurut persepsi guru BK
SMP di Kota Semarang
Permasalahan utama tersebut dijabarkan ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut
meliputi:
1. Seberapa besar pengaruh langsung kompetensi guru BKyang terdiri dari paedagogik,
pribadi, sosial dan profesional terhadap kinaerja guru BK SMP di Kota Semarang ?
2. Seberapa besar pengaruh langsung pendidikan dan latihan guru BK yang terdiri
partisipasi, relevansi, kesesuaian yang diikuti oleh guru bimbingan dan konseling,
terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang ?

3. Seberapa besar pengaruh langsung budaya sekolah guru BKyang terdiri dari kerjasama
tim, kejujuran, disiplin, empati, pengetahuan dan kesopanan terhadap kinerja guru BK
SMP di Kota Semarang ?

4. Seberapa besar pengaruh langsung kinerja kepengawasan yang terdiri dari mensupervisi,

memberi advis/nasehat, memonitoring, mengkoordiri terhadap kinerja guru BK SMP di
Kota Semarang ?
5. Seberapa besar pengaruh kompetensi guru BK, Diklat guru BK, budaya sekolah, dan
kinerja kepengawasan secara bersama-sama terhadap kinerja guru BK SMP di Kota
Semarang?
6. Bagaimanakah model kinerja guru BK SMP di Kota Semarang yang dibangun?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan analisis dan pembahasan secara
sistematis tentang berbagai determinasi kinerja guru bimbingan dan konseling menurut
persepsi guru bimbingan dan konseling (BK) SMP di Kota Semarang.
Tujuan utama ini dijabarkan dalam empat tujuan khusus, yaitu:
1. Menganalisis besaran pengaruh langsung kompetensi guru BK yang terdiri dari
paedagogik, pribadi, sosial dan profesional terhadap kinaerja guru BK SMP di Kota
Semarang.

2. Menganalisis besaran pengaruh langsung pendidikan dan latihan guru BK yang terdiri
partisipasi, relevansi, kesesuaian yang diikuti oleh guru bimbingan dan konseling,
terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang.
3. Menganalisis besaran pengaruh langsung budaya sekolah guru BKyang terdiri dari
kerjasama tim, kejujuran, disiplin, empati, pengetahuan dan kesopanan terhadap kinerja
guru BK SMP di Kota Semarang.
4. Menganalisis besaran pengaruh langsung kinerja kepengawasan yang terdiri dari
mensupervisi, memberi advis/nasehat, memonitoring, mengkoordiri terhadap kinerja guru
BK SMP di Kota Semarang.
5. Menganalisis besaran pengaruh kompetensi guru BK, Diklat guru BK, budaya sekolah,
dan kinerja kepengawasan secara bersama-sama terhadap kinerja guru BK SMP di Kota
Semarang.
6. Menemukan model kinerja guru BK SMP di Kota Semarang.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan memberikan sumbangan terhadap
ilmu manajemen pendidikan khususnya determinasi kinerja guru bimbingan dan
konseling. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai titik tolak dalam manajemen
pendidikan yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang kinerja guru
bimbingan dan konseling dengan subyek, teori, metode, tempat dan waktu yang berbeda.

2. Hasil penelitian ini dijadikan informasi dan referensi yang relevan di bidang manajemen
pendidikan yang berkaitan dengan konsep kinerja guru BK dan faktor-faktor utama yang
mempengaruhi perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, dan evaluasi kerja guru BK.
1.5.2 Kegunaan Praktis
1. Kegunaan praktis penelitian ini adalah sebagai masukan bagi pengelola pendidikan
untuk meningkatkan pembinaan kinerja guru bimbingan dan konseling yang efektif.
2. Penelitian ini bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling dalam institusi
pendidikan karena variabel-variabel sebagai penentu kinerja guru bimbingan dan
konseling meliputi kompetensi bimbingan dan konseling, pelatihan dan pendidikan
guru bimbingan dan konseling, budaya sekolah dan kinerja kepengawasan sehingga
dapat meningkatkan kinerja Guru BK.

BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
2.2 Kerangka Berfikir
Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu
(Griffin: 1987). Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif tanpa
pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan atas tugas yang diberikan (Robbin: 1996). Kinerja
guru pembimbing di sekolah adalah terkait dengan tugas pokoknya berkenaan dengan
pelayanan BK menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller, adalah individual
inventory, the counseling, the information services, the placement services, and the follow up
services. Guru BK dalam kegiatan pelayanan BK mencakup: pengumpulan data, konseling,
pemberian informasi, penempatan dan tindak lanjut, Bernard dan Fullmer menambahkan
research and consultatin, yaitu pemahaman dan konsultasi. Gibson dan Mutchell
mengemukakan tugas guru pembimbing adalah: 1) assessment of the individual's and other
characteristics; 2) counseling the individual; 3) group counseling and guidance activities; 4)
career guidance, including tfie providing of occupational educational information; 5)
placement, follow up, and accountability evaluation: and 6) consultation with teachers and
other school personnel, parents, pupils, in group and appropriate community agencies. Tugas
guru BK meliputi mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya melallui, konseling
perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk
informasi pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjat dan penflaian, konsultasi dengan
guru, semua personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan masyarakat. Tugas guru BK
dinyatakan oleh Prayitno (2004) meliputi pelayanan BK secara menyeluruh dengan
melaksanakan ‘Pola 17 Plus' yang terdiri dari (1) enam bidang bimbingan, (2) sembilan jenis
layanan, (3) enam kegiatan pendukung; (4) satu wawasan dan pengetahuan bimbingan dan
konseling yang mantap, yang sudah diakui secara Nasional dan dicantumkan sebagai

ketentuan resmi penyelanggaraan BK di sekolah seluruh di Indonesia. Tugas pokok guru BK
di sekolah selain menjalankan ‘Pola 17 Plus, juga mempunyai tugas: (1) Menyusun program
bimbingan, yaitu rencana pelayanan BK dalam bidang bimbingan pribadi, belajar, sosial, dan
karir; (2) melaksanakan program bimbingan, yaitu melaksanakan fungsi pelayanan
pemahaman, pencegahan, pemeliharaan, dalam setiap bidang pelayanan: (3) Evaluasi
pelaksanaan BK; (4) analisis hasil evaluasi; dan (5) tindak lanjut. Konselor juga akan selalu
berpikir, bertindak dalam bingkai filosofik yang akan membentuk suatu wawasan
(worldview), yang mewarnai diri siswa/konseli yang dilayaninya melihat dunianya (Corey,
2001). Dalam layanan bimbingan dan konseling keberhasilan layanan sangat tergantung pada
keberhasilan konselor/guru BK untuk memandirikan konseli. Kinerja guru BK dalam
penelitian ini adalah meliputi perencanaan kerja guru BK, pelaksanaan kerja guru BK dan
kemampuan evaluasi kerja guru BK.
Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan
seseorang dengan cara meningkatkan pengetahuan dengan peningkatan penguasaan teori
yang dibutuhkan dalam pekerjaannya terkait dengan bidang keahliannya. Diklat yang diikuti
akan dapat meningkatkan kinerja seseorang yang diperlukan dalam perencanaan tugas-tugas,
keahlian melaksanakan tugas-tugas, serta memiliki kemampuan melakukan evaluasi untuk
perbaikan pelaksanaan tugasnya, Jucius (1962). Dengan demikian diklat yang diikuti akan

berdampak positif dalam meningkatkan kinerja peserta maka akan menimbulkan keberhasilan

penyelenggaraan diklat, Sikula (1982:185). Jadi semakin baik diklat diikuti semakin tinggi
pula dampak terhadap kinerja, kompetensi guru BK dan semakin tinggi pengaruh sosial
budayanya serta semakin tinggi guru BK melaksanakan variasi tugas guru BK, sesuai
pendapat Procton & Throuton (1983:13) bahwa pelatihan selalu ada proses belajar mengajar,
dan Siagian (1984:7) menyatakan bahwa pandangan secara mikro mengenai diklat bertitik
tolak dari pemikiran bahwa pengetahuan, keahlian, dan keterampilan para karyawan (guru
BK) dalam suatu organisasi perlu terus ditingkatkan. Lynton dan Pareek (1978:6) bahwa
pelatihan merupakan tanggungjawab dari tiga mitra:
organnization
peserta, peserta,
dan lembaga pelatihan. Yang dimaksud diklat pada penelitian adalah pendidikan dan
pelatihan berhasil sangat baik jika diikuti peserta (guru BK) dalam partisipasinya,
relevansinya, dan kesesuaian pelatihan dengan kebutuhan tugas sebagai guru BK.
Budaya sekolah merupakan sistem nilai, kepercayaan, norma-norma yang dilakukan
penuh kesadaran dan dibentuk oleh lingkungan untuk menciptakan pemahaman yang sama
dari semua personil sekolah termasuk guru BK mengutip pendapat Sudrajat (2010). Orangorang (guru BK) yang terlibat dalam suatu system nilai, dalam berperilaku dan melaksanakan
tugas secara sehat dan normatif, maka akan memberikan dampak terhadap perilaku dan
kinerja yang tinggi Sudrajat (2010). Guru BK yang mewujudkan sistem nilai melalui
kerjasama tim, kejujuran, kedisiplinan, memiliki empati, menguasasi pengetahuan dan
kesopanan maka guru BK akan menampilkan kinerja yang tinggi pula. Jadi dapat
disimpulkan bahwa budaya sekolah berpengaruh langsung maupun terhadap kinerja guru BK.
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, bertanggungjawab, wewenang
dalam pelaksanan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru
bimbingan dan konseling terkait dengan pengembangan perilaku peserta didik terutama untuk
mempersiapkan masa depan peserta didik. Berikut adalah tugas guru bimbingan dan
konseling yang meliputi: (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) layanan perencanaan
individual, dan (4) dukungan sistem yang akan dijelaskan sebagai berikut: Layanan dasar,
meliputi kegiatan pemahaman individu menggunakan teknik non tes dan tes layanan
bimbingan dan konseling dalam bentuk kelompok dan klasikal; Layanan Responsif meliputi
kegiatan layanan konseling individual dan kelompok, konsultasi, referal, kolaborasi (dengan
guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua, pihak lain yang terkait), bimbingan teman sebaya,
korefensi kasus, dan kunjungan rumah: Layanan perencanaan individual, meliputi kegiatan
analisis kekuatan dan kelemahan konseli sebagai dasar untuk penjurusan dan penyaluran
bakat-minat-kegemaran serta penempatan sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik;
Dukungan sistem, meliputi kegiatan pengembangan potensi, manajemen program, serta riset
pengembangan.
Pengawas BK adalah mendapat tugas tambahan sebagai pengawas satuan pendidikan
bagi pengawas yang pernah menjadi kepala sekolah atau wakil kepala sekolah atau guru BK
yang mendapatkan tugas kepengawasan dari kepala dinas pendidikan. Tugas tambahan
tersebut merupakan sebagian tugas rutin pada dinas pendidikan. Lingkup kerja pengawas
bimbingan dan konseling untuk melaksanakan tugas pokok diatur Pedoman pelaksanaan
tugas Guru dan Pengawas Ditjen PMPTK Diknas (2009; 35) Lingkup kerja pengawas
bimbingan dan konseling diantranya adalah penyusunan program pengawasan bimbingan
dan konseling; melaksanakan pembinaan, pemantauan, dan penilaian seperti kegiatan
supervisi bimbingan dan konseling di sekolah, interaksi langsung antara pengawas dengan
guru binaannya. Yang dimaksud pengawas bimbingan konseling dalam penelitian ini adalah
pengawas bimbingan dan konseling mendapat tugas dalam meningkatkan kinerja guru
bimbingan dan konseling (guru BK) SMP di kota semarang dengan indikatornya adalah (1)
mensupervisi, (2) memberi Advis, (3) memantau, (4) mengkoordinir.

Secara ringkas ringkas kerangka berfikir penelitian ini dapat disajikan dalam gambar
2 sebagai berikut:
Gambar 2
Kerangka Berfikir, Hubungan Antar Variabel yang Diteliti

Paedagogik

Pribadi

Sosial

Profesional

Kompeten
si BK

Partisipasi
(participation))
Relevansi
(relevance)

Diklat
Guru Bk

Perencanaan
Kerja

Kesesuaian
(transferece)

Kinerja
Guru
BK

Kerjasama
Tim

Pelaksanaan
kerja

Evaluasi
kerja

Jujur

Budaya
Sekolah
Disiplin

Kinerja
Kepengawsa
n

Empati

Penget &
Kesopanan

Mensupervisi
(inspecting)

Memberi
advis/nasehat
(advising)

Memantau
(monitoring)

Mengkoordinir
(coordinating)

2.8 Hipotesis
Berdasar kerangka berfikir tersebut diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan
adalah berikut ini; kompetensi BK, pendidikan dan latihan (diklat) BK, budaya sekolah,
kinerja kepengawasan sebagai penentu yang mempengaruhi kinerja guru BK SMP Kota
Semarang
Adapun hipotesis lebih lanjut akan diajukan sebagai berikut.
1. Ada pengaruh langsung kompetensi paedagogik, pribadi, sosial, profesional terhadap
kinerja guru BK merupakan faktor-faktor penentu menurut guru BK SMP di Kota
Semarang.
2. Ada pengaruh langsung pendidikan dan pelatihan; partisipasi, relevansi, kesesuaian
terhadap kinerja guru BK merupakan faktor-faktor penentu menurut guru BK SMP di
Kota Semarang.
3. Ada pengaruh langsung budaya sekolah; Kerjasama tim (team work), Jujur (honesty),
Disiplin (discipline), Empati (empathy) Pengetahuan dan kesopanan, terhadap kinerja
guru BK merupakan faktor-faktor penentu menurut guru BK SMP di Kota Semarang.
4. Ada pengaruh langsung kinerja kepengawasan: mensupervisi, member advis/nasehat,
memonitoring, dan mengkoordinir terhadap kinerja Guru BK merupakan faktor-faktor
penentu menurut guru BK SMP di Kota Semarang.
5. Ada pengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru BK di Kota Semarang.
6. Model kinerja guru BK Kota Semarang adalah Fit.

BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab tiga ini berfokus pada metode penelitian yaitu: 1) rancangan penelitian, 2)
populasi dan sampel, 3) variabel dan definisi operasional variabel, 4) teknik pengumpulan
data, 5) teknik analisis data, dan 6) tahapan dalam SEM. Adapun uraian mengenai
pembahasan metode penelitian secara berturut diuraikan sebagai berikut:
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk kategori penelitian expost facto, yaitu bentuk penelitian yang
tidak perlu pengendalian atau manipulasi variabel secara langsung oleh peneliti. penelitian ini
menggunakan desain penelitian dengan paradigma kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif dan verifikatif dengan metode survey dalam konteks confirmatory,
yaitu: penelitian menjelaskan hubungan kausal variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba mencari kemungkinan ada tidaknya hubungan
langsung antara kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja
kepengawasandengan kinerja guru BK BK pada SMP Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif-korelasional. Penelitian deskriptif
berupaya memperoleh informasi berkenaan dengan fenomena yang diamati saat ini (Ary,
Jacobs, & Razavich, 1985). Artinya peneliti berusaha memberikan data dari kinerja guru BK
pada SMP Kota Semarang. Penelitian korelasional berupaya menjelaskan ada tidaknya
hubungan diantara berbagai variabel berdasarkan besar kecilnya koefisien korelasi (Ary,
1985). Variabel-variabel penelitian ini adalah: kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya
sekolah, kinerja kepengawasandengan kinerja guru BK BK pada SMP Kota Semaran. Dalam
penelitian ini terdapat beberapa variabel exogenus dan beberapa variabel endogenus. Variabel
exogenus adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu model,
sedangkan variabel endogenus adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dalam
suatu model (Asher,1983; Cohen dan Cohen, 1983).
Structural Equation Modelling digunakan untuk menguji model hubungan yang telah
diajukan dan telah ditentukan. Dengan analisis jalur dapat dilakukan estimasi besarnya
hubungan kausal sejumlah variabel dan hirarkhi kedudukan masing-masing variabel dalam
rangkaian hubungan-hubungan kausal baik secara langsung maupun tidak langsung. Model
hubungan antar variabel bisa berbentuk rekursif (satu arah) dan non-rekursif (dua arah atau
timbale balik) (Pedhazur 1982; kerlinger, 1986; Hasan, 1996). Penelitian ini berada pada
posisi hubungan kausal rekursif, karena dalam kajian teori ditemukan variabel satu
mempengaruhi atau berpengaruh kuat terhadap variabel lain, variabel yang satu bergantung
pada variabel yang lain.
Penelitian ini menempatkan kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja
kepengawasan terhadap kinerja guru BK pada SMP Kota Semarang mendekati realita.
Selanjutnya peran variabel bebas (X), adalah: kompetensi guru BK = (1), diklat guru BK =
(2), budaya sekolah = (3), kinerja kepengawasan = (4). Sedangkan peran variabel terikat
(Y), adalah kinerja guru BK = ().
2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan (Nazir, 1988). Populasi dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling
(BK) Kota Semarang yang tersebar di 117 SMP Negeri dan Swasta Kota Semarang
berjumlah 264 orang guru BK. (Diknas Kota Semarang, 2010)
3.3.2 Sampel
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap kelompok sampel. Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1996). Jumlah guru yang dijadikan sampel
penelitian adalah 200 orang, pengambilan sampel ini mengacu pada penggunaan analisis
dengan LISREL (Ghozali, 2005:13).
Adapun teknik proporsional SMP Negeri, dan Swasta di Kota Semarang. Mengacu
pada seluruh jumlah guru SMP Negeri dan guru SMP Swasta yang sekolahnya telah memiliki
kualifikasi disamakan dengan sekolah negeri dengan cara proporsional random sampling.
Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 200 guru SMP yang menjadi sampel penelitian.
Adapun sekolah SMP Swasta yang telah memiliki kualifikasi dicitrakan sama sekolah negeri
adalah : SMP Ibu Kartini, SMP H. Isriati, SMP IT PAPB, Kartika III-1, SMP Kebon Dalem,
SMP Kesatrian 1, SMP Krista Mitra, SMP Kristen YSKI, SMP Maria Mediatrix, SMP
Muhammadiyah 3, SMP Muhammadiyah 4, SMP Muhammadiyah 6, SMP Muhammadiyah 7,
SMP Muhammadiyah 9, SMP Nasima, SMP PL Domenico Savio SMP Teuku Umar, SMP
Theresiana 1 Smg, SMP Walisongo 1, SMP IT Harapan Bunda, SMP Maria Goretti, SMP
Pangudi Luhur Santo Yusup. Adapun perincian sampel penelitian disajikan dalam tabel 7
sebagai berikut (data lengkap terlampir):
Tabel 7 Sampel
Penelitian Guru SMP Negeri dan Swasta Kota Semarang
(sumber Data, Diknas Kota semarang, 2010)
No

Nama Sekolah

1
2

SMP Negeri Kota Semarang
SMP Swasta Kota Semarang

Jumlah
Sekolah
41
76
117

Populasi

Sampel

152
112
264

152
48
200

Dalam pemodelan persamaan structural terdapat delapan tahan yang harus dilakukan:
(Ghozali dan Fuad, 2005), yaitu: 1. Konseptualisasi model; (2) penyusunan diagram alur,
(3) spesifikasi model; (4) identifikasi model; (5) estimasi parameter; (6) penilaian model
Fit; (7) modifikasi model; dan (8) validasi silang model.
1. Tahap konseptualisasi model berhubungan dengan pengembangan hipotesis sebagai
dasar dalam menghubungkan variable laten dengan variable laten lainnya, dan juga
dengan indicator-indikatornya. Model yang dibentukmerupakan persepsi peneliti
mengenai hubungan antar variabel laten berdasarkan teori. Di samping itu juga
konseptualisasi model akan merefleksikan pengukuran variabel laten melalui
indikator indikator yang diukur.
2. Tahap penyusunan diagram alur (path analysis construction), digunakan untuk
memudahkan peneliti dalam menvisualisasikan hipotesis yang telah diajukan pada
konseptualisasi model. Melalui diagram alur itu akan mengurangi tingkat kesalahan
peneliti dalam membuat model dalam lisrel.
3. Tahap spesifikasi model. Tahap ini peneliti menggambarkan sifat dan jumlah
parameter yang diestimasi. Dalam menentukan spesifikasi model itu peneliti
menggambarkan dalam bentuk rangkaian persamaan struktural yang dirumuskan
untuk menyatakan adanya hubungan kasualitas antar konstruk dengan

menggunakan pedoman variabel endogen = variable eksogen + variabel endogen +
eror (Narimawati dan Sarwono, 2007)
4. Tahap identifikasi model, yaitu mengacu data yang telah diperoleh untuk
menentukan kecukupan dalam mengestimasi parameter dalam model. Identifikasi
model ini diperlukan untuk mengetahui gejala: (a) besarnya standar error pada satu
atau beberapa koefisien: (b) matriks yang seharusnya disajikan tidak dapat
dimunculkan oleh program; (c) muncul angka-angka aneh, misalnyaangka varian
error yang negative dan (d) korelasi sangat tinggi muncul dalam koefisien estimasi,
misalnya lebih dari 0,9.
5. Tahap estimasi parameter, mengkaji hasil matriks kovarians berdasarkan model
(model-based covariance matrix). Uji signifikasi dilakukan dengan menentukan
apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol.
6. Tahap penilaian model Fit. Model dikata fit apabila kovarians matriks suatu model
(model-model covariance matrix) sama dengan kovarians matriks data (observed
covariance matrix) penilaian model fit dalam penelitan ini didasarkan pada
beberapa ketentuan sebagai berikut (Ghozali dan Fuad, 2005):
1) Apabila nilai probabilitas Normal Fithi Square lebih besar dibandingkan dengan
taraf signifikan 1% (0,01), maka model yang dikembangkan adalah Fit.
Kemudian apabila nilai probabilitas Normal Theori Weighted Least lebih besar
dibandingkan dengan taraf signifikansi 1%, maka model yang dikembangkan
adalah fit.
2) Apabila Estimated Non-Centrality Parameter (NCP) lebih kecil dibandingkan
dengan nilai 90 Percent Confidence Interval for NCP, maka model yang
dikembangkan adalah fit.
3) Apabila nilai Root Mean Square Error of approximation (RMSEA) lebih kecil
dibandingkan dengan taraf signifilkasi 1% (0,01), maka model yang
dikembangkan adalaf fit
4) Apabila nilai Expected Cross Validation Index (ECVI) lebih kecil Expected
Cross Validation Index for Saturated Model (ECVSM) dan dibandingkan
dengan nilai Expected Cross Validation Index for Independence Model
(ECVIM), maka model yang dikembangkan dapat direplikasi pada penelitian
berikutnya.
5) Apabila Model AIC lebih kecil dibandingkan dengan Independence AIC dan
Saturated AIC; demikian pula apabila model CAIC lebih kecil dibandingkan
dengan nilai independence CAIC dan Saturated CAIC, maka model yang
dikembangkan adalah fit.
6) Apabila nilai Normed Fit Index (NFI) lebih besar dibandingkan dengan 0,9 nilai
Non-Normed Fit Index (NNFI) berarti lebih besar dibandingkan dengan 0,9;
nilai Incremental Fit Index (IFI) lebih besar daripada batas cut-off sebesar 0,9
dan nilai Relative Fit Index (RFI) lebih besar daripada nilai 0.9 maka secara
keseluruhan model yang dikembangkan adalah fit.
7) Apabila nilai Goodness of Fit Index (GFI) lebih besar dibandingkan dengan 0,9;
nilai Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) lebih besar dibandingkan dengan
0,9 nilai dan nilai Persimony Goodness of Fit Index (PGFI) lebih besar
dibandingkan dengan 0,6 maka secara keseluruhan model yang dikembangkan
adalah fit.
7. Tahap modifikasi model, yakni melakukan modifikasi model apabila model yang
dinilai tidak fit pada tahap keenam. Sebaliknya apabila model sudah fit, maka tidak
diperlukan adanya modifikasi model.

8.

Tahap validasi silang model, yakni menguji fit tidaknya model terhadap data baru
atau validasi sub model yang diperoleh melalui prosedur pemecahan sampel.
Vaidasi silang ini perlu dilakukan apabila terdapat modifikasi yang substansial yang
dilakukan terhadap model asli yang dilakukan pada langkah ketujuh. Sebaliknya,
apabila tahap ketujuh tidak dilakukan karena model sudah fit, maka tahap validasi
silang tidak diperlukan lagi, dan peneliti langsung melakukan uji hipotesis.
Secara konseptual hubungan antar variable dalam penelitian ini digambarkan dalam
bentuk paradigm sebagai mana gambar… di dalam paradigma tersebut terdapat satu
variabel independen yang terdiri dari variabel kompetensi, diklat, budaya sekolah,
dan kinerja kepengawasan. Dalam Stuctural Equation Modeling (SEM), variabel
independen disebut dengan variabel eksogen dan variabel dependen disebut variabel
endogen. Variabel eksogen dan variabel endogen terdiri atas tiga variabel manifest
dan masing-masing variabel manifes terdiri atas beberapa indikator dan indikator
(observed variable). Variabel manifes pada variabel endogen adalah kinerja guru
BK.
Variabel manifest kinerja guru BK terdiri dari tiga indikator, yaitu perencanaan
kerja, pelaksnaan kerja dan evaluasi kerja.
Konsep tualisasi model penelitian, yang hendak diuji digambarkan dalam bentuk
jalur diagram sebagai berikut:

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen
berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Ada lima kelompok data
yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data tentang variabel: kompetensi guru
BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan dan kinerja guru BK. Untuk
mengumpulkan data digunakan satu jenis instrumen pengumpulan data yaitu kuesioner.
Instrumen berupa skala sikap untuk mengumpulkan data-data: kompetensi guru BK,
diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan dan kinerja guru BK. Prosedur yang
digunakan untuk mengukur seluruh variabel yang diteliti adalah metode Likert, yaitu suatu
metoda untuk mengungkapkan perasaan-perasaan responden terhadap pekerjaannya dengan
memilih lima alternatif jawaban yang telah tersedia (Best, 1982). Instrumen skala sikap
memuat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk butir pernyataan positif, nilai
jawaban bergerak dari 1 (sangat tidak setuju, sangat tidak puas, sangat tidak tinggi, dan
sangat tidak baik) ke-5 (sangat setuju, sangat puas, sangat tinggi, dan sangat baik). Untuk
butir pernyataan negatif jawaban bergerak dari 1 (sangat setuju, sangat puas, sangat tinggi
dan sangat baik). ke 5 (sangat tidak setuju, sangat tidak puas, sangat tidak tinggi, dan sangat
tidak baik). Penggunaan instrumen menggunakan matrik variabel penelitian berikut.
Tabel 8 Variabel Pengukur dan Butir Kuesioner
No Variabel Laten
Variabel Pengukur
Nomor Butir
1. Kompetensi Paedgogik
1–5
1.
Kompetensi
2. Kompetensi Pribadi
6 – 10
Guru BK
3. Kompetensi Sosial
11 – 15
4. Kompetensi Profesional
15 – 20
2.

3.

Diklat guru BK

Budaya

1. Partisipasi
2. Relevansi
3. Kesesuaian

21 – 23
24 – 26
27 – 29

1. Kerjasama tim
2. Jujur

30 – 31
32 – 33

Sekolah

3. Disiplin
4. Empati
5. Pengetahuan dan kesopanan

34 – 36
37 – 39
40 – 41
42 – 45
46 – 49
50 – 53
54 – 56

4.

Kinerja
Kepengawasan

1.
2.
3.
4.

Mensupervisi
Advis
Memantau
Mengkooardinir

5.

Kinerja Guru
BK

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi

57 – 63
64 – 70
71 – 76

3.4.1 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Kompetensi Guru BK
Instrument yang digunakan untuk mengukur kompetensi guru BK adalah kuesioner yang
dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori
tentang kompetensi guru BK. Pengukuran variabel kompetensi guru BK dengan
menggunakan instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel kompetensi guru BK yang
terdiri dari empat (4) indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 20
3.4.2 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Diklat Guru BK
Instrument yang digunakan untuk mengukur diklat guru BK adalah kuesioner yang
dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori
tentang diklat guru BK. Pengukuran variabel diklat guru BK dengan menggunakan instrumen
berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel diklat guru BK yang terdiri dari tiga (3)
indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 9
3.4.3 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Budaya Sekolah
Instrumen yang digunakan untuk mengukur budaya sekolah adalah kuesioner yang
dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori
tentang diklat guru BK. Pengukuran variabel diklat guru BK dengan menggunakan instrumen
berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel budaya sekolah yang terdiri dari lima (5)
indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 11.
3.4.4 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Kinerja Kepengawasan
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja kepengawasan adalah kuesioner yang
dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori
tentang kinerja kepengawasan. Pengukuran variabel kinerja kepengawasan dengan
menggunakan instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel kinerja kepengawasan
yang terdiri dari empat (4) indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 14.
3.4.5 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Kinerja Guru BK
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja guru BK adalah kuesioner yang
dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori
tentang kinerja guru BK. Pengukuran variabel kinerja guru BK dengan menggunakan
instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel kinerja guru BK yang terdiri dari tiga (3)
indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 20. Secara detil rincian kisi-kisi dan item
terdapat pada tabel berikut ini:

3.5 Validitas dan Reliabilitas
3.5.1 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan datau kesahihan
sesuatu instrumen. (Arikunto (2002:144). Suatu instrumen dikatakan valid berarti instrumen
itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharrusnya diukur (Sugiyono, 2003)
Untuk menguji kesahihan instrument dilakukan dengan validitas isi (content validity), dan
validitas konstruk (construct validity). Validitas isi adalah suatu instrumen untuk
mendapatkan penilaian apakah butir-butir tersebut dapat menggambarkan indikator-indikator
variabel yang dimaksud, sedangkan uji validitas konstruk mengarah pada sejauh mana
instrumen tersebut mengukur sifat bangunan pengertian atau konstruk teoretik tertentu.
Instrumen dari sisi konstruk, akan digunakan pendapat para ahli (judgment experts), dalam ini
adalah ketiga promoter desertasi ini, dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen.
Sedangkan untuk uji validitas dari segi isi akan dianalisis item dengan skor total, atau dengan
mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberi jawaban tinggi dan
jawaban rendah. Apabila r hitung > r tabel maka instrumen dapat dikatakan valid. Uji
validitas instrumen penelitian dilakukan dengan mengkorelasikan antara setiap butir dengan
skor totalnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12 for
windows dan setiap butir dinyatakan valid apabila r hitungnya lebih besar dari r tabel.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif membahas cara-cara pengumpulan data, penyerdahanaan angkaangka yang diperoleh (meringkas dan menyajikan serta melakukan pengukuran pemusatan
dan penyebaran data untuk memperoleh informasi yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Teknik ini digunakan untuk menganalisis sejumlah data untuk memperoleh gambaran
mengenai keadaan suatu variabel. Untuk variabel independent, ukuran yang digunakan adalah
disribusi frekuensi, range, modus/median, dan standar deviasi. Dari rekap data tabel induk,
khusus untuk variabel kinerja guru BK, kompotensi guru BK, diklat, budaya sekolah, kinerja
kepengawasan, kinerja guru BK, serta jawaban tiap responden diolah dengan sejumlah skor
butir untuk setiap indikator dari sub komponen dan dihitung rata-ratanya. Selain itu dihitung
ukuran pemusatan (mean, median, modus, jumlah,dll) maupun ukuran penyebaran (sandat
deviasi, variansi/keragaman, koefisiensi, variasidll) sudjana, 2000, sugiyono 2002,112)
Sedangkan untuk variabel dependen kinerja guru BK. Langkah terakhir dalam analisis
deskriptif adalah menghitung maximum, modus/mean, minimum, range dan standar deviasi.
Untuk menghitungnya dengan menggunakan analisis program software SPSS versi 16.00 for
MS windows melalui program computer dan analisis koefisien determinasi dengan bantuan
software LISREL versi 8,51 Windows application melalui media komputer dengan program
AMOS (Ghozali-2005).
Sesuai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, data yang telah dikumpulkan dan
tabulasi, kemudian dianalisis secara deskriptif. Melalui penerapan analisis deskriptif itu akan
diperoleh gambaran secara utuh terhadap fenomena yang menjadi focus penelitian.
Penggambaran atas data dan informasi yang diperoleh dari lapangan secara anatomic
berdasar besaran variable yang melekat pada masing-masing komponen yang menjadi tujuan
penelitian ini. Prosedur berikutyang digunakan dalam menerapkan analisis deskriptif sebegai
berikut: (1) verifikasi data, yaitu peneliti melakukan kaji ulang terhadap data yang terkumpul
dari lapangan untuk dipilah-pilah denga maksud untuk mengetahui kelengkapan dan
ketepatan dalam pengisian instrument penelitian. Data yang dianggap kurang lengkap dan
tidak dapat dianalisis kemudian disortir: (2) koding data, yaitu peneliti melakukan dalam

computer; (3) entry data, yaitu peneliti memasukkan data ke dalam computer yang
sebelumnya telah ditetapkan kode pada masing-masing jawaban responden, dan (4) analisis
data, yaitu menerapkan rumus analisis statitika deskriptif yang terdapat dalam program SPSS
12 for Windows untuk mengetahui frekuensi dan prosentase masing-masing jawaban
responden.sesudah di print out data diperoleh, selanjutnya dideskrepsikan sesuai dengan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini.
Pendeskrepsian data di dasarkan pada kriteria berikut:
Tabel .. Kategori jawaban indikator penelitian:
Determinasi Kinerja Guru BP

No.
1.
2.
3.
4.
2.

Kategori Jawaban
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Persentase
81 – 100
61 – 80
41 - 60
21 – 40
0 – 20

Berdasarkan Mean dan SD
Mean + 3 SD
Mean + 2 SD
Minus 1 SD s.d Mean + 1 SD
Minus 2 SD dari Mean
Minus 3 SD dari Mean

3.5.2 Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kontribusi variabel
independen pengaruhnya terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi merupakan
kuadrat dari koefisien kolerasi berganda (R²) yang dalam penggunaannya dinyatakan dalam
(%). Dalam analisis koefisien determinasi ini dilakukan dua tahap yaitu sebagai berikut:
1.
Menguji kebenaran model dengan melihat apabila terdapat perbedaan signifikan
antara model dengan data (model fit).
2.
Jika ada kesesuaian antara teori dan data, maka dapat dilakukan pengujian atas
hipotesis tentang hubungan struktural dalam model tersebut (koefisien regresi dalam
skala/true score)
3.5.3 Teknik Analisis Persamaan Struktur/Latent (Struktural Equation Modelling)
Dalam LISREL tidak terdapat signifikansi yang langsung memberitahu apakah
hubungan antara variabel dengan variabel lain signifikan, untuk itu maka nilai-t harus lebih
besar dari nilai tabel. Dalam LISREL terdapat tiga informasi yaitu koefisien regresi, standar
error, dan nilai-t (Ghozali – 2005:40). Nilai t yang diperoleh digunakan sebagai dasar
pengujian hipotesis tentang parameter model, yaitu koefisien korelasi. Sedangkan NonNormed Fit index (NNFI), digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat
kompleksitas model. Tetapi, karena NNFI adalah “non-normed”, nilainya dapat lebih dari I,
sehingga susah untuk diinterprestasikan. Meskipun ketiga Index indeks tersebut dihasilkan
pada output ISREL, tetapi Bentler (1990) menganjurkan penggunaan CFI sebagai ukuran fit.
Incremental Fix (IFI), yang diperkenalkan oleh Bollen (1989), digunakan untuk mengatasi
masalah parsimony dan ukuran sampel, dimana hal tersebut berhubungan dengan NFI. Batas
cut-off IFI adalah 0,09 (Byrne, 1998). Sedangkan Relative Fit index (RFI), digunakan untuk
mengukur fit dimana nilainya adalah 0 sampai 1 dimana nilai yang lebih besar menunjukkan
adanya superior fit.
Dari hasil pengujian tersebut akan terinformasikan variabel independen mana yang
memiliki koefisien korelasi yang signifikan.
Persamaan untuk mengukur variabel laten eksogen ξ (ksi)
Dengan menggunakan variabel X sebagai indikatornya adalah:
X= Ʌ × ξ + δ
Dimana :
Ʌ× =
matrik muatan faktor (faktor loading) variabel X
Untuk mengukur variebel laten (konstruk)
δ =
vektor dari komponen unik (kesalahan pengukuran)

Persamaan yang sama untuk pengukuran variabel laten endogen η (eta), dengan
menggunakan Y sebagai indikatornya adalah :
Y= Ʌyη + ɛ ,
Dimana :
Ʌy =
matrik muatan faktor variabel Y untuk mengukur variabel laten ƞ
ɛ =
vektor komponen kesalahan pengukuran (residu)
Persamaan model struktural yang menggambarkan pengaruh variabel laten terhadap
suatu variabel laten lainnya adalah :
η = βη + rξ + ϛ
ƞ = vektor variabel laten endogen (effect)
ξ = vektor variabel laten eksogen (cause)
ϛ = matrik koefisien menggambarkan pengaruh dari suatu variabel endogen(η)
r = matrik koefisien yang menggambarkan pengaruh suatu variabel eksogen ξ
terhadap variabel endogen (η)
Model yang diuji adalah teori yang menyatakan bahwa kinerja guru BK dipengaruhi
oleh kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan, pada guru
SMP Negeri Kota Semarang.
Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah :
1. Persamaan struktur : η = γ ξ + ζ
η (eta)
: variabel endogen (laten terikat)
γ (gamma)
: koefisien lintas variabel eksogen Ksi dan variabel endogen Eta
ξ (Ksi)
: variabel eksogen (laten beban)
ζ (zeta)
: galat structural eta
2. Persamaan pengukuran untuk variabel eksogen : X = λ ξ + δ
X
: variabel pengukuran dan Ksi
λ (lambda)
: muatan faktor/faktor load variabel eksogen ksi dan
variabel pengukuran X.
δ (delta)
: galat pengukuran X
3.
Persamaan pengukuran untuk variabel endogen : Y = λη + є
λ (lamda)
: muatan faktor/faktor load variabel endogen eta dan
variabel pengukuran Y.
η (eta)
: variabel endogen (laten terikat)
є (epsilon)
: galat pengukuran Y
3.5 Tahapan Dalam SEM
Untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian maka teknik statistic yang sesuai
adalah SEM karena ada tiga alasan mengapa SEM digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. SEM dapat menjawab secara langsung pertanyaan sejauh mana pengukuran yang
dilakukan dapat merefleksikan konstruk yang diukur.
2. Para peneliti sosial tertarik denga prediksi, yang tentunya dapat melibatkan variabel
yang banyak dan lebih rumit berupa stuktur hubungan antar beberapa variable penelitian
3. SEM dapat melayani sekaligus suatu analisis kualitas pengukuran dan prediksi. SEM
bersifat fleksibel dan secara simultan memeriksa kualitas pengukuran dan hubungan
prediktif antar konstruk. Dalam model structural diasumsikan secara spesifik arah
hubungan antara konstruk.

Dari konseptualisasi model diagram alur disusun seperti tampak pada Gambar
berikut:
δ1

δ2

X1

λ11

X2

X5

λ51

δ6

X6

λ61

δ4
X4

X3

λ21

δ5

δ7

δ3

λ31

λ41

ξ1

X8

δ9

X9

δ10

X1

ε1

ξ2
Ὑ12

ф12
δ8

λ171

Y1

λ71

X7

1

Ὑ11

ф11

ζ 11 λ181
η

ε2
Y2

Ὑ13

λ81
λ91

λ191

ξ3

ε3

Y3

Ὑ14

λ101

0

δ11

X1

λ111

ф13

1

δ12

X1
2

ξ4
λ121

λ131

X1
3

δ 13

λ141

λ151

X1

X1

4

δ14

λ161

5

X1
6

δ15

δ16

Gambar 3
Diagram Alur Pengaruh diterminasi Kompetensi, Diklat, Budaya Sekolah, Kinerja Keguru BKan
terhadap Kinerja Guru BK SMP Kota semarang

Keterangan:
ξ (ksi)
ф (phi)
η (eta)
Ὑ(gamma)
ζ (zeta)
λ (lamda)
ε (epsilon)

= variabel-variabel laten eksogenus
= interkorelasi antar variabel eksogen
= variabel laten endogen
= hubungan langsung variabel eksogen dengan endogen
= kesalahan dalam persamaan antara variable eksogen dan/auat endogen
terhadap variable endogen
= hubungan antara variable laten dengan indikatornya
= kesalahan pengukur (measurement eror) dari indicator variable endogen.

ξ1
ξ2
ξ3
ξ4
η

= Kompetensi Guru BK terdiri X1 = kompetensi Paedagogik; X2 =
kompetensi Pribadi; X3 = kompetensi Sosial; X4 = kompetensi Profesional
= Diklat Guru BK terdiri X5 = partisipasi; X6 = Relevansi; X7 =
Kesesuaian;
= Budaya Sekolah terdiri X8 = Kerjasama Tim; X9 = Jujur ; X10 =
Disiplin; X11 = Empati; X12 = Pengetahuan Dan Kesopanan
= Kinerja Kepengawasan terdiri X13 = mensupevisi; X14 = Advis; X1 5 =
memantau; X1 6= Mengkoordinir
= Kinerja Guru BK terdiri Y1 = Perencanaan Kerja; Y2 = Pelaksanaan
Kerja; Y1 = Evaluasi Kerja