1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Bagaimana fungsi kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang guru? 3. Bagaimana fungsi guru sebagai motivator?
4. Bagaimana fungsi guru sebagai manager? 5. Bagaimana fungsi guru sebagai inspirator?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan. 2. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang guru.
3. Untuk mengatahui fungsi guru sebagai motivator 4. Untuk mengatahui fungsi guru sebagai manager.
5. Untuk mengatahui fungsi guru sebagai inspirator
BAB II ISI
2.1 Kepemimpinan
Kalau kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, pada umumnya akan tertuju pada peran dan tugas seorang kepala sekolah. Pemahaman dan persepsi seperti
ini bisa dimaklumi karena hampir sebagian besar penelitian dan literatur yang membahas tentang kepemimpinan pendidikan lebih cenderung membicarakan tentang
kepemimpinan kepala sekolah. Sementara penelitian dan literatur yang mengkaji secara spesifik tentang kepemimpinan guru tampaknya masih relatif terbatas. Lantas, apa
Kepemimpinan Guru Teacher Leadership itu? York-Barr and Duke The Institute for Educational Leadership’s, 2008 mengemukakan rumusan kepemimpinan guru yang
sejalan dengan perubahan peran guru dalam konteks perkembangan pendidikan saat ini, bahwa:
Teacher leadership is the process by which teachers, individually or collectively, influence their colleagues, principals, and other members of the school
communities to improve teaching and learning practices with the aim of increased student learning and achievement. Such team leadership work
involves three intentional development foci: individual development, collaboration or team development, and organizational development.”
Dari pengertian di atas tampak bahwa kepemimpinan guru
pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya berisi
serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas pada peran guru dalam konteks kelas pada saat
berinteraksi dengan siswanya tetapi menjangkau pula peran guru dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang
sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran siswa. Kepemimpinan guru memfokuskan pada 3 dimensi pengembangan, yaitu: 1
pengembangan individu; 2 pengembangan tim; dan 3 pengembangan organisasi.
1. Dimensi pengembangan individu merupakan dimensi utama yang berkaitan dengan peran dan tugas guru dalam memanfaatkan waktu di kelas bersama
siswa. Disini guru dituntut untuk menunjukkan keterampilan kepemimpinannya dalam membantu siswa agar dapat mengembangkan segenap potensi yang
dimilikinya, sejalan dengan tahapan dan tugas-tugas perkembangannya. Melalui keterampilan kepemimpinan yang dimilkinya, diharapkan dapat menghasilkan
berbagai inovasi pembelajaran, sehingga pada gilirannya dapat tercipta peningkatan kualitas prestasi belajar siswa.
2. Dimensi pengembangan tim menunjuk pada upaya kolaboratif untuk membantu rekan sejawat dalam mengeksplorasi dan mencobakan gagasan-gagasan baru
dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, melalui kegiatan mentoring, coaching, pengamatan, diskusi, dan pemberian umpan balik yang konstruktif.
Dimensi yang kedua ini berkaitan upaya pengembangan profesi guru. 3. Sedangkan dimensi organisasi menunjuk pada peran guru untuk mendukung
kebijakan dan program pendidikan di sekolah dinas pendidikan, mendukung kepemimpinan kepala sekolah administrative leadership dalam melakukan
reformasi pendidikan di sekolah serta bagian dari peran serta guru dalam upaya mempertahankan keberlanjutan sustanability sekolah.
Ketiga dimensi di atas memberikan gambaran tentang: 1 peran guru dalam memimpin siswanya, 2 peran guru dalam memimpin rekan sejawatnya; dan 3 peran
guru dalam memimpin komunitas pendidikan yang lebih luas. Di Amerika, gagasan tentang kepemimpinan guru teacher leadership sudah berlangsung sejak lama, yang
terbagi ke dalam 3 tiga gelombang. 1. Gelombang pertama, kepemimpinan guru terkungkung dalam hierarki organisasi
formal dan hanya berkutat dalam fungsi-fungsi pengajaran, di bawah kendali ketat dari “atasan guru”. Di sini, guru hanya dipandang sebagai pelaksana
keputusan atasan.
2. Gelombang kedua, kepemimpinan guru telah lepas dari hierarki organisasi konvensional. Di sini, telah terjadi pemisahan antara kepemimpinan dengan
fungsi pengajaran, yakni dengan dibentuknya semacam tim pengembang kurikulum secara formal. Walaupun demikian, kepemimpinan guru masih di
bawah kendali tim pengembang kurikulum. Tugas guru adalah mengimplementasikan bahan-bahan yang telah disiapkan oleh tim pengembang
kurikulum. Pendekatan yang digunakan pada gelombang kedua ini sering disebut sebagai “remote controlling of teachers”.
3. Gelombang ketiga, konsep kepemimpinan guru telah mengintegrasikan pengajaran dengan kepemimpinan yang tidak bersifat formal. Kepemimpinan
guru dipandang sebagai sebuah proses dengan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk mengekspresikan kapabilitas kepemimpinannya.
Konseptualisasi kepemimpinan guru dibangun atas dasar profesionalisme dan kesejawatan. disarikan dari James S. Pounder, 2006.
Trend kepemimpinan guru di atas, dalam batas-batas tertentu tampaknya tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Penerapan konsep Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah MPMBS yang digulirkan sejak awal masa reformasi yang kemudian diikuti dengan gerakan profesionalisasi guru yang saat ini
sedang gencar digaungkan, tampaknya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pergeseran konsep dan makna kepemimpinan guru di Indonesia.
Sesungguhnya banyak model dan gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan guru dalam mewujudkan kepemimpinannya. Merideth 2000 menawarkan model
kepemimpinan guru dengan apa yang disebut REACH, akronim dari:
Risk-Taking. Guru berusaha mencari tantangan dan menciptakan proses baru.
Effectiveness. Guru berusaha melakukan yang terbaik, peduli terhadap
pertumbuhan dan pengembangan profesinya dan bekerja dengan hati.
Autonomy. Guru menampilkan inisiatif, memiliki pemikiran yang independen
dan bertanggung jawab.
Collegiality. Guru membangun kemampauan komunitasnya dan memiliki
keterampilan komunikasi interaktif.
Honor. Guru dapat menunjukkan integritas, kejujuran, dan menjaga etika
profesi. Selain itu, guru dapat pula menerapkan gaya Kepemimpinan Transformasional
sebagaimana digagas oleh Bass, dengan karakteristik yang dikenal dengan sebutan 4 I, yaitu: idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan
individual consideration. 1. Idealized influence. Guru merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai
teladan, dapat dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan peningkatan mutu pembelajaran.
2. Inspirational motivation: guru dapat memotivasi seluruh siswa dan sejawatnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat
team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di sekolah. 3. Intellectual Stimulation: guru dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi
dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan pembelajaran ke arah yang lebih baik.
4. Individual consideration: guru dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat, serta menyediakan umpan balik yang konstruktif bagi siswa dan sejawatnya.
Bryman 1992 menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru the new leadership, sedangkan Sarros dan Butchatsky 1996
menyebutnya sebagai pemimpin penerobos breakthrough leadership. Disebut sebagai penerobos karena pemimpin semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa
perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali reinvent karakter diri individu-individu dalam
organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan,
dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak
mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan- perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam
mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. Dwi Ari Wibawa, 2013
Dari berbagai studi yang dilakukan, kepemimpinan transformasional telah terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap inovasi dan kreativitas. Kepemimpinan
Transformasional juga memberi pengaruh positif terhadap usaha bawahan dan kepuasan serta dapat meningkatkan perilaku etik. James S. Pounder, 2006. Di lain pihak,
Charles C. Manz Henry P. Sims Jr Martani Huseini, 2010 mengetengahkan model kepemimpinan yang dikenal dengan sebutan Superleadership. Model Superleadership
sangat diperlukan dalam organisasi yang berbasis informasi dengan perubahan yang sangat cepat seperti sekarang ini.
Ide dasar superleadership adalah: 1 mengarahkan individu-individu untuk menjadi “self leader”; 2 mengarahkan tim untuk menjadi “self lead”: dan 3
menyarankan ide untuk mengembangkan budaya “self leadership” melalui organisasi. Superleadership berkeyakinan bahwa seorang pemimpin yang sukses adalah bila dia
bisa menciptakan pemimpin yang baik. Seorang pemimpin Superleader berusaha
membimbing orang lain untuk memimpin dirinya sendiri dan membantu pengikutnya untuk mengembangkan kemampuan “self leadership”nya untuk memberikan kontribusi
yang maksimal bagi organisasi. Seorang Pemimpin Superleader akan melipat gandakan kekuatannya melalui kekuatan orang lain dan mendorong pengikutnya untuk memiliki
inisiatif sendiri, rasa tanggung jawab,rasa percaya diri, penyusunan tujuan sendiri, berfikir positif dan mengatasi masalahnya sendiri.
Pemimpin Superleader senantiasa mendorong pengikutnya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dari pada memberikan perintah dan memberi keyakinan bahwa
pengikutnya memerlukan informasi dan ilmu pengetahuan untuk melatih “self leadership”nya. Salah satu hambatan terbesar untuk menumbuhkan kepemimpinan guru
yaitu masih mendominasinya penerapan model kepemimpinan “top-down” di sebagian besar sekolah. Guru masih seringkali diposisikan sebagai bawahan yang harus tunduk
dan taat pada atasan secara taklid.
Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kepemimpinan guru memerlukan :
Pemberdayaan dan dorongan kepada guru untuk menjadi pemimpin dan mengembangkan keterampilan kepemimpinannya.
Penyediaan waktu dan kesempatan bagi guru agar dapat bekerja menjalankan
kepemimpinannya, baik untuk kepentingan pengembangan profesi, kerja kolaboratif, perencanaan bersama, dan membangun jaringan guru.
Dalam konteks ini, tentu dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama dari kepala sekolah untuk rela berbagi kekuasaan dan kewenangan, tanpa harus merasa
khawatir akan kehilangan identitas kewibawaannya. Kepala sekolah harus memiliki keyakinan bahwa setiap guru pada dasarnya memiliki potensi kepemimpinan, dan
apabila diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan potensi kepemimpinannya, mereka bisa tampil sebagai pemimpin-pemimpin hebat, yang dapat
dimanfaatkan untuk semakin memperkuat eksistensi sekolah sekaligus melengkapi kepemimpinan administratif yang menjadi tanggung jawabnya Sudjarat, 2013
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Soekanto 2003:288 mendefinisikan kepemimpinan sebagai “...kemampuan seseorang yaitu pemimpin atau leader untuk mempengaruhi orang lain yaitu yang
dipimpin atau pengikut-pengikutnya. Sehingga orang lain tersebut bertingkah- laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.”
Pengertian yang dikemukakan Soekanto ini tampaknya sejalan dengan yang disebutkan oleh Charles W. Marrified dalam Al Muchtar 2001: 251,
“..kepemimpinan menyangkut bagaimana menstimulasi, memobilisasi mengarahkan dan mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan yang terlibat dalam usaha bersama.”
2.1.2 Unsur Dalam Kepemimpinan
Floyd Ruch dalam Gerungan 2002:129 menyebutkan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: 1 structuring the situation, 2 controlling group-behavior, 3
spokesman of the group. Pada tugas yang pertama seorang pemimpin harus dapat mengkonstruksi struktur dari situasi yang dihadapi kelompoknya secara jelas agar para
anggotanya dapat memahami situasi yang dihadapi mereka dan pada gilirannya mampu memberi penyikapan dan melakukan tindakan yang tepat. Tugas
kedua yang harus dilaksanakan pemimpin adalah melakukan pengawasan dan pengontrolanpengendalian perilaku kelompok. Agar suatu kelompok organisasi
dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka semua orang yang ada di dalamnya harus berjalan atau melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan-tujuan tersebut.
Sehingga apabila ada anggota kelompok yang ke luar jalur, maka tugas pemimpinlah yang ‘menyadarkan’ anggotanya tersebut untuk tetap ada di dalam ‘jalan yang benar.’
Tugas ketiga dari pemimpin adalah menjadi juru bicara dari kelompoknya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan-keadaan di
kelompoknya. Tentunya apa yang dibicarakan oleh pemimpin pada pihak lain itu haruslah merupakan gambaran nyata tentang kelompoknya, bukannya karangan
pribadi pemimpin tersebut. Al Muchtar 2001: 252 menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni: perencanaan, pemikir, organisator, dinamisator, koordinator,
pemegang amanah, pengawas, penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya Al Muchtar mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan
fungsi-fungsi tersebut, pemimpin haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu: 1 technical skills penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja sampai evaluasi
hasil karya; 2 conceptual skills merumuskan gagasan atau menjelaskan keadaan rumit ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya,
3human skills hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lai ..
2.1.3 Faktor-Faktor Dalam Kepemimpinan
Berdasarkan formula Hersey dan Blanchard membagi dua factor besar yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu factor internal dan factor eksternal.
a Faktor internal Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang
membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin
sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan.
b Faktor eksternal Faktor eksternal menurut formula Hersey dan Blanchard, adalah faktor bawahan
dan situasi. Faktor-faktor ini tentu akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan ini adalah siswa , maka pemimpin akan
menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Faktor eksternal lain adalah faktor situasi, situasi ini berkaitan dengan dengan aspek waktu, tempat , tujuan,
karakteristik organisasi. http:www.kompasiana.comagustinus.suhedikepemimpinan-
guru-dalam-pendidikan_551fac11813311f3379df32f
2.1.4 Sifat Kepemimpinan
a. Cakap Cakap di sini dalam pengertian luas bukan saja ahli skill atau kemahiran teknik
technical mastery dalam satu bidang tertentu, melainkan meliputi hal-hal yang besifat abstrak, inisiatif, konsepsi, perencanaan dsb.Seorang pemimpin harus memiliki
ketajaman berpikir yang kritis dan rasional. b Kepercayaan
Menurut Le Bon, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat, percaya akan kebenaran tujuannya, percaya kemampuannya pada diri sendiri . Sebaliknya
harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya. c Rasa tanggung jawab
Sifat ini penting sekali, sebab mana kala seorang pemimpin tidak memiliki rasa tanggung jawab , ia akan mudah bertindak sewenang-wenang terhadap kelompoknya.
d Berani Berani dalam arti karena benar dan dengan perhitungan. Lebih-lebih dalam saat-
saat yang kritis dan menentukan, pemimpin harus tegas, berani mengambil keputusan dengan konsekwen dan tidak boleh ragu-ragu.
e Tangkas dan ulet Pemikiran seorang pemimpin harus luas. Ia berpandangan jauh ke depan harus
dapat membedakan mana das sein, mana das sollen. Terutama dalam merumuskan strategi atau menggariskan suatu taktik http:www.kompasiana.comagustinus.suhedi
2.1.5 Gaya Kepemimpinan Guru
Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, dimana guru adalah sebagai pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervise atas kegiatan belajar murid,
membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik- baiknya, melakukan manejemen kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis
Hamalik, 2004 ;124 . Menurut Ahmad Rohani 2004:130 gaya atau tipe kepemimpinan guru ada tiga yaitu:
a Otoriter Dengan gaya kepemimpinan otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif kalau ada
guru dan kalau guru tidak mengawasi semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian
guru. b Laizzes Faire
Gaya kepemimpinan yang laizes faire , biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya
ingin diperhatikan . Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas pendidik lebih produktif kalau gurunya tidak ada.
c Demokratis
Gaya kepemimpinan ini lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Peserta didik
akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. http:www.kompasiana.comagustinus.suhedi
2.1.6 Fungsi Kepemimpinan
Knech, Crutchfield, dan Ballachey menyebutkan fungsi pemimpin sangat kompleks
a Pemimpin adalah eksekutif b Pemimpin sebagai perencana
c Pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan d Pemimpin sebagai wasit pererai dan perantara.
e Pemimpin sebagai contoh teladan f
Pemimpin sebagai idiologis g Pemimpin sebagai figur ayah
h Pemimpin sebagai tempat menumpahkan segala kesalahan scapegoat
2.1.7 Teknik-Teknik Memimpin
a. Stimulations Metode ini mengutamakan pengarahan dengan menstimulir masyarakat agar
masyarakat sadar akan apa yang sedang dijalankan oleh pemimpin. Cara semacam ini bersifat menstimulasi atau merangsang subyek.
b. Persuations Di sini biasanya menggunakan propaganda, sehingga kadang-kadang ada unsur
yang menggambarkan keadaan agak berbeda, suatu keadaan yang lebih baik dengan kenyataan.
c. By Force paksaan
Di sini menggunakan kekuatan dalam arti dengan kekerasan atau paksaan. Metode ini biasanya dipakai bila masyarakat belum memiliki kesadaran terhadap usaha yang
dijalankan dan sifatnya segera http:www.kompasiana.comagustinus.suhedi.
2.2. Guru Sebagai Manager
Peran guru di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik, tetapi juga sebagai motivator, informator, mediator, dan fasilitator. Guru lebih sering berkomunikasi dan
bertatap muka langsung dengan siswa sehingga guru lebih mengetahui kemampuan siswanya. Dibandingkan orang tua, guru lebih tahu seberapa jauh kemampuan anak
didiknya dalam mengikuti pelajaran, karenanya guru tidak hanya sebatas menjelaskan materi pelajaran yang diampunya tetapi juga harus memotivasi anak didiknya agar tetap
semangat belajar dan tidak mudah putus asa. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa pasti akan menjadikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, sehingga
semua siswa juga tidak akan merasa bosan mengikuti pelajaran. Perhatian guru kepada siswa juga menjadi semangat tersendiri bagi siswa untuk tetap rajin belajar.
Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanaka, mengorganisasi, memimpin,
dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. Tujuan profesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan selanjutnya
murid memberikan respon-respon yang disebut belajar. Interaksi kedua kegiatan ini mencakup mengajar dan belajar di dalam kelas disebut proses pengajaran. Peranan guru
sebagai manajer dalam proses pengajaran : 1. Merencanakan ; menyusun tujuan pengajaran
2. Mengorganisasikan; menghubungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar
1
3. Memimpin ; memberi motivasi para peserta didik 4. Mengawasi; apakah kegiatan itu mencapai tujuan.
Peran guru sebagi manajer melakukan pembelajaran adalah proses mengarahkan anak didik untuk melakukan kegiatan dalam rangka perubahan tingkah laku kognitif,
afektif dan psikomotorik menuju kedewasaan.
2.2.1 Pentingnya Perencanaan Dibuat Oleh Guru
Perencanaan dapat mengurangi kecemasan ketidakpastian 1. Perencanaan memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru
2. Perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu pada murid.
3. Perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran Selain dari itu, guru melakukan perencanaan pembelajaran untuk :
1. Menganalisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan 2. mengidentifikasi kebutuhan pelatihan Belajar
3. Menulis tujuan belajar merumuskan tujuan 4. Memilih strategi pembelajaran
5. Perbaikan dan Penyesuaian 6. Pelaksanaan program
7. Monitoring program
2.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan guru dalam mengatur dan menggunakan dunia belajar dengan maksud mencapai tujuan
belajar diantaranya : I.
Cara yang efektif dan efisien, yakni: 1. Memilih alat taktik yang tepat metode
2. Memilih alat bantu belajar atau audiovisual yang tepat. 3. Memilih besarya kelas jumlah murid
4. Memilih strategi yang tepat. I.
Pengelolaan kelas meliputi : 1. Pengolahan yang berkaitan dengan siswa
2. Pengolahan yang berkaitan dengan fisik ruangan, perabot.
2.2.3 Kepemimpinan pengajaran
Peran guru dalam pembelajaran: 1. memperkokoh motivasi siswa
2. memilih strategi mengajar yang tepat
Motivasi adalah kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu dan meliputi :
1. Kebutuhan psikologi 2. kebutuhan rasa aman
3. kebutuhan sosial 4. kebutuhan harga diri
5. kebutuhan aktualisasi diri
2.2.4 Mengevaluasi pengajaran
Fungsi Evaluasi : 1. untuk diagnostik dan pengembangan
2. untuk seleksi ; jabatan dan jurusan 3. untuk kenaikan kelas
4. untuk penempatan Manfaat evaluasi pengajaran
1. mengukur kompetensi atau kapabilitas 2. menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan
3. merumuskan rangking siswa dalam hal prestasi 4. memberikan informasi guru tentang cacah strategi.
5. merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pembelajaran; pengayaan dan remedial.
https:Yayan.wordpress.com20090217peranan-guru-sebagai- manajer
Pembelajaran efektif hanya ada pada sekolah yang efektif. Karena itu, inti kegiatan sekolah adalah kegiatan belajar mengajar efektif, untuk melahirkan lulusan
outcome yang memiliki kepribadian yang baik. Sekolah yang efektif memiliki unsur utama :
1. kepemimpinan 2. lingkungan sekolah,
3. kurikulum
4. pengajaran di kelas 5. penilaian
Keberhasilan proses pengajaran yang dilaksanakan akan ditentukan pendayagunaan sumber daya pengajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan. Sumber
daya pengajaran yang dipilih secara hati-hati yang disiapkan akan dapat mencapai tujuan adalah :
1. Memotivasi pelajar dan meningkatkan perhatian 2. melibatkan pelajar secara lebih kuat
3. pembentukan kepribadian individu dalam pengajaran 4. menjelaskan dan illustrasi
5. memberikan sumbangan ; penguatan penghargaan 6. memberikan peluang bagi analisis, kinerja dalam perubahan.
Muara dari berfungsinya dengan baik pengelolaan pembelajaran adalah pembelajaran efektif. Artinya dari posisi guru tercipta mengajar efektif dan dari segi
murid tercipta belajar efektif. Guru yang berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka.
Sedangkan pelajar efektif adalah membentuk informasi, gagasan dan kebijaksanaan dari guru mereka dan mengunakan sumber daya belajar secara efektif.
Di sini peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan pembelajaran yang kuat atau tangguh. Intinya, adalah proses pembelajaran dipahami sebagai penataan
lingkungan yang di dalamnya para pelajar dapat berinteraksi dan belajar bagaimana cara belajar. Untuk mencapai pembelajaran aktif, maka satu aspek penting di dalamnya
adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan belajar aktif. Sesungguhnya tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baik bila
dibandingkan dengan yang lainnya. Artinya masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahannya. Dalam konteks ini, setiap metode pembelajaran yang
membantu siswa melakukan kegiatan dengan mengkonstruksi pengetahuannya yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagai metode, yang dapat mendorong
kegiatan belajar aktif. Namun demikian, tidaklah cukup hanya beberapa metode yang dapat mendorong siswa belajar aktif. Salah satu diantaranya adalah metode penemuan
dengan penekanan pada kerangka metode ilmiah. Dalam penerapan metode ilmiah, penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis,
memunculkan prediksi, menyaji hipotesis, memecahkan masalah, mencari jawaban sendiri, menggunakan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi,
mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan kontruksi pengetahuan yang baru.
Selain mengajar dan mendidik siswanya, guru juga merupakan orang tua kedua di sekolah. Guru diharapkan dapat membantu siswanya dalam menyelesaikan berbagai
masalah yang dialami siswanya. Cara yang konstruktif dalam membantu murid
menyelesaikan masalahnya misalnya dengan melakukan hal-hal berikut : 1. Mendengar pasif Diam. Hal ini merupakan pesan nonverbal yang kuat yang
membuat murid merasa diterima dengan tulus dan mendorongnya mengungkapkan masalah dengan lebih dalam. Tapi diam tidak membuktikan
bahwa Anda benar-benar menaruh perhatian atau mengerti. 2. Respon Pengakuan. Isyarat non verbal mengangguk, mengerutkan dahi,
tersenyum dan isyarat verbal ”Oh”, “Saya tahu” memberitahu murid bahwa anda benar mendengarkan dan menyatakan bahwa anda masih memperhatikan
dan anda tertarik empati. Tapi tidak membuktikan bahwa guru memahami masalahnya.
3. Kunci Pembuka, Ajakan untuk Bicara. Hal ini memberikan dorongan tambahan agar murid berbicara lebih banyak, lebih dalam atau bahkan untuk mulai
berbicara. Misal : “Apakah kau ingin membicarakan hal itu lebih lanjut ?”, “Itu sangat menarik, apa lagi ?”, “Sepertinya engkau mempunyai perasaan mendalam
tentang hal itu”, “Saya terkesan dengan apa yang kau katakan”, “Apakah kau mau membicarakan hal itu ?”. Cara ini tidak efektif untuk menunjukkan suatu
penerimaan, pengertian atau kehangatan. ‘Membuka pintu’ bukan menjaga ‘pintu tetap terbuka’. Bila terlalu sering digunakan akan menjadi klise.
4. Mendengar Aktif Umpan Balik. Membuktikan bahwa pendengar mengerti. Perlu diperhatikan bahwa apa yang dikatakan murid sering merupakan pesan
yang telah disandikan. Sebagai contoh pertanyaan “Jam berapa sekarang” dapat berarti pesan bahwa “Saya lapar”. Dengan mendengar aktif murid dan anda akan
tahu bahwa pesan yang disampaikan telah diterima dengan benar, dan tidak hanya merespon sandinya saja.
Keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran bukan ditentukan oleh satu faktor saja, akan tetapi oleh berbagai faktor internal dan eksternal sekolah.
Hubungan ini ada tiga perlakuan yang harus dilakukan adalah : 1. membuat perencanaan yang baik.
2. Komunikasi efektif pesan yang disampaikan dipahami 3. mengusahakan dengan kesungguhan dan pengharapan tinggi agar siswa
memiliki prestasi tinggi. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran akan memikat hati siswa apabila mereka
diperintahkan sesuai hal-hal berikut : 1. Sampaikan informasi dalam bahasa mereka jelas
2. Berikan contoh tentang hal-hal tersebut, 3. memperkenalkannya dalam berbagai arahan dan keadaan
4. melihat hubungan antara informasi dan fakta atau gagasan lainnya 5. membuat kegunaannya dalam berbagai cara.
6. Memperhatikan beberapa konsekuensi informasi tersebut. 7. Menyatakan perbedaan informasi itu dengan lainnya.
Pembelajaran efektif ialah mengajar prinsip, prosedur dan desain sehingga tercapai tujuan perubahan tingkah laku anak, sedangkan belajar aktif yang dilakukan
siswa adalah belajar yang melibatkan seluruh unsur fisik dan psychis untuk mengoptimalkan pengembangan potensi anak. Karena itu, pembelajaran aktif yang
efektif adalah yang memenuhi multi tujuan, multi metode, multimediasumber dan pengembangan diri anak.
2.3 Guru Sebagai Motivator
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru teacher oriented ke pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa student oriented, maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Proses
pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi motivation dan pemotivasian motivating yang diharapkan
dapat membantu para manajer baca: guru untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya
secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi
seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu siswa, baik
yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.
Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Wina Senjaya 2008, di bawah ini dikemukakan beberapa
petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk
belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh
sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat
dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.
2. Membangkitkan minat siswa.
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu
teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :
Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat
siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu enjelaskan
keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang
jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan
siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau
ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas
selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan
penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang
wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
5. Berikan penilaian.
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat
untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif
sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan
komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik
antara kelompok maupun antar-individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu
untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok.
Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang
sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat menantang. Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa
digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa.
Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan
motivasi dengan
cara negatif
dihindari. https:akhmadsudrajat.wordpress.com20080822
2.4 Guru Sebagai Inspirator