Analisis Pendapatan dan Kebutuhan Rumahtangga .1 Pendapatan rumahtangga petani

Tabel 33 Hasil analisis sensitivitas usahatani kelapa sawit di rawa lebak akibat fluktuasi harga, produksi dan biaya produksi di Desa Pasak Piang No Asumsi Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Total pendapatan Rp BC ratio 1 Tanpa fluktuasi 17 989 745,59 7 127 218 10 862 527,59 1,52 2 Biaya produksi naik 20 17 989 745,59 8 552 661,6 9 437 083,99 1,10 3 Harga produksi turun 20 17 140 304,97 7 127 218 10 013 086,97 1,40 4 Harga turun dan biaya naik 20 17 140 304,97 8 552 661,6 8 587 643,37 1,00 5 Produksi dan harga turun 20 13 712 243,98 7 127 218 6 585 025,98 0,92 6 Produksi dan harga turun 20 dan biaya naik 20 13 712 243,98 8 552 661,6 5 159 582,38 0,60 7 Produksi tetap harga naik 20 25 710 457,46 7 127 218 18 583 239,46 2,61 8 Produksi turun harga naik 20 20 568 365,97 7 127 218 13 441 147,97 1,89 Sumber: Hasil Olahan 5.2 Analisis Pendapatan dan Kebutuhan Rumahtangga 5.2.1 Pendapatan rumahtangga petani Secara teoritis, kebutuhan hidup anggota rumahtangga dapat dipenuhi melalui dua sumber pendapatan, yaitu dari curahan tenaga kerja labour income dan dari luar curahan tenaga kerja non labour income. Pendapatan yang bersumber dari curahan tenaga kerja, dapat berasal dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Sedangkan pendapatan yang bersumber dari luar curahan tenaga kerja, dapat berasal dari transfer income dan property income. Pendapatan menurut Tarbiah 2009 adalah selisih antara penerimaan dan biaya . Sumber pendapatanpenghasilan rumahtangga petani seperti yang disajikan pada Tabel 34, menggambarkan bahwa masyarakat yang berdomisili di kawasan rawa lebak pada umumnya mengandalkan penghasilan rumahtangga dari kegiatan pertanian yang meliputi tanaman pangan, perkebunan dan sebagian kecil peternakan dan usaha warung dan berprofesi sebagai tukang kayubangunan. Rumahtangga petani yang dijadikan sebagai responden sebanyak 45 responden di Sungai Ambangah dan 28 responden di Pasak Piang secara keseluruhan 100 mengandalkan penghasilan dari kegiatan pertanian, walaupun sebagian kecil juga mengandalkan penghasilan dari kegiatan sampingan. Terdapat 3 orang petani 6,7 dari 45 orang responden di Desa Sungai Ambangah, juga memiliki penghasilan dari luar usahatani, dalam hal ini adalah pendapatan bersumber dari usaha warung atau kios sembako. Dan masing-masing 2 orang petani lainnya 4,4, memiliki penghasilan dari kegiatan usaha peternakan ayam dan menjadi tukang kayu atau buruh bangunan. Sedangkan di Desa Pasak Piang terdapat 2 orang petani 7,4 dari 28 orang responden memiliki penghasilan dari luar usahatani, yaitu usaha warung atau kios sembako. Dan terdapat 8 orang petani 29,6, memiliki penghasilan dari usaha ternak yaitu babi dengan banyaknya ternak yang diusahakan bervariasi berkisar dari 5 – 25 ekor per petani. Masing-masing dari jumlah ternak yang ada terdiri dari 2 ekor induk dan sisanya adalah anaknya. Tabel 34 Jenis usaha non pertanian responden di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang No Jenis usaha Sungai Ambangah Pasak Piang Jumlah responden org Persen Jumlah responden org Persen 1 Ternak 2 4,4 8 29,6 2 Tukang bangunan 2 4,4 - - 3 Warungkios 3 6,4 2 7,4 Jumlah 7 15,5 10 37,0 Sumber: Hasil wawancara Dari usaha ternak setiap tahun petani di kedua Desa tersebut menjual hasil ternak mereka rata-rata 2 – 3 ekor per tahun. Berat rata-rata berkisar 20 - 25 kg per ekor, dengan harga jual di lokasi penelitian sebesar Rp20 000,- per kg Tabel 35. Sedangkan dari usaha sebagai tukang, khususnya kepala tukang di Desa Sungai Ambangah sekitar Rp50 000,- per hari, dengan jumlah hari kerja dalam seminggu adalah 6 hari, maka dalam sebulan dapat diperoleh penghasilan dari usaha sebagai tukang bangunan tersebut sebesar Rp1 200 000,-. Namun demikian penghasilan dari usaha ini bersifat insidental dan sangat tergantung dari adanya pembangunan rumah dan sejenisnya. Sedangkan dari usaha warung atau kios, petani responden di kedua lokasi penelitian dapat memperoleh penghasilan atau keuntungan masing-masing Rp11 500,- dan Rp7 500,- dari penjualan berbagai kebutuhan harian sabun, indomie, rokok dll. Rata-rata besarnya penghasilan rumahtangga petani di rawa lebak Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang masing-masing sebesar Rp1 816 501,- per bulan dan Rp766 956 per bulan, dimana sekitar 29,6 dan 90,5 bersumber dari usahatani, sekitar 66,7 dan 9,7 bersumber dari luar usahatani. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat ketergantungan ekonomi masyarakat akan hasil usahatani khususnya di Desa Pasak Piang sangat tinggi sedangkan untuk Desa Sungai Ambangah secara relatif cukup tinggi. Tabel 35 Sumber dan rata-rata nilai pendapatan rumahtangga petani rawa lebak di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang No Sumber penghasilan rumahtangga petani Sungai Ambangah Pasak Piang Nilai Penghasilan Rpbln Persen Nilai Penghasilan Rpbln Persen 1 Hasil usahatani a. Padi 174 167 9,6 158 333 20,1 b. Karet 364 167 20,0 532 206 70,3 c. Kelapa sawit Jumlah dari hasil UT 538 334 29,6 690 539 90,5 2 Luar UT ternak 66 667 3,7 66 667 8,4 3 Penghasilan lain-lain a. Kios b. Tukang bangunan 11 500 1 200 000 0,6 66,1 9 750 1,2 Jumlah dari luar UT 1 211 500 66,7 76 417 9,7 Jumlah 1 816 501 100 766 956 100 Sumber: Hasil wawancara; Rata-rata di jual 2 40 kg ekor per tahun dengan harga Rp20 000,- kg; Upah tukang Rp50 000 per hari Kontribusi pendapatan seperti yang disajikan pada Tabel, tidak baku dan statis, melainkan sewaktu-waktu dapat berubah. Perubahan dimaksud terutama sangat tergantung pada ketersediaan lapangan kerja dalam hal ini pembangunan rumah. Demikian pula halnya, pendapatan dari usaha warung dan hasil penjualan ternak. Sedangkan sumber penghasilan yang relatif tetap adalah dari hasil kegiatan usatahani dan ini diperlihatkan dengan 100 responden menggantungkan sumber penghasilan mereka dari kegiatan usahatani. Dengan demikian, penghasilan pokok atau utama petani di kedua lokasi penelitian diperoleh dari hasil usahatani. Kontribusi pendapatan rumahtangga petani responden di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani yang dijalani saat ini masing- masing hanya sebesar Rp538 334,- per bulan dan Rp690 539,- per bulan. Dari pendapatan tersebut, masing-masing sekitar 20,0 di Sungai Ambangah dan 70,3 di Pasak Piang bersumber dari usahatani karet, dan sekitar 9,6 dan 20,1 bersumber dari usahatani padi. Tabel 36 Sumber dan rata-rata nilai pendapatan rumahtangga petani rawa lebak di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani Rpbln No Sumber penghasilan rumahtangga petani Sungai Ambangah Pasak Piang Nilai Penghasilan Rpbln Persen Nilai Penghasilan Rpbln Persen 1 Hasil usahatani a. Padi 174 167 9,6 158 333 20,1 b. Karet 364 167 20,0 532 206 70,3 c. Kelapa sawit Jumlah 538 334 29,6 690 539 90,4 Sumber: Hasil wawancara dan hasil olahan Kontribusi pendapatan petani dari hasil kegiatan usahatani dan usaha ternak seperti yang disajikan pada Tabel 37. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata besarnya penghasilan rumahtangga petani di rawa lebak Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani dan luar usahatani dalam hal ini adalah penghasilan yang bersumber dari usaha ternak, masing-masing sebesar Rp605 001,- per bulan dan Rp757 206,- per bulan. Dari penerimaan tersebut sekitar 29,6 dan 90,4 bersumber dari usahatani, dan 3,7 dan 8,4 bersumber dari usaha ternak. Tabel 37 Sumber dan rata-rata nilai pendapatan rumahtangga petani rawa lebak di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani dan usaha ternak Rpbln No Sumber penghasilan rumahtangga petani Sungai Ambangah Pasak Piang Nilai Penghasilan Rpbln Persen Nilai Penghasilan Rpbln Persen 1 Hasil usahatani a. Padi 174 167 9,6 158 333 20,1 b. Karet 364 167 20 532 206 70,3 c. Kelapa sawit 2 Luar UT ternak 66 667 3,7 66 667 8,4 Jumlah 605 001 33,3 757 206 98,8 Sumber: Hasil wawancara dan hasil olahan; Rata-rata dijual 2 ekor 40 kg per tahun dengan harga Rp20 000, per kg. Kontribusi pendapatan petani dari hasil kegiatan usahatani dan usaha warung atau kios seperti yang disajikan pada Tabel 38. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata besarnya penghasilan rumahtangga petani di rawa lebak Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani dan penghasilan lain, dalam hal ini penghasilan dari usaha warung atau kios adalah masing-masing sebesar Rp549 834,- per bulan dan Rp700 289,- per bulan. Dari penghasilan ini, sekitar 29,6 dan 90,4 bersumber dari usahatani, dan 0,6 dan 1,2 bersumber dari usaha warung atau kios. Tabel 38 Sumber dan rata-rata nilai rendapatan rumahtangga petani rawa lebak di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani dan tukang bangunan Rpbln No Sumber penghasilan rumahtangga petani Sungai Ambangah Pasak Piang Nilai Penghasilan Rpbln Persen Nilai Penghasilan Rpbln Persen 1 Hasil usahatani a. Padi 174 167 9,6 158 333 20,1 b. Karet 364 167 20 532 206 70,3 c. Kelapa sawit 2 Penghasilan lain- lain - Kios 11 500 0,6 9 750 1,2 Jumlah 549 834 30,2 700 289 91,6 Sumber: Hasil wawancara dan hasil olahan Kontribusi pendapatan petani dari hasil kegiatan usahatani dan usaha sebagai tukang atau buruh bangunan seperti yang disajikan pada Tabel 39. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata besarnya penghasilan rumahtangga petani di rawa lebak Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani dan penghasilan lain, dalam hal ini dari usaha menjadi tukang atau buruh bangunan adalah masing-masing sebesar Rp1 738 334,- per bulan dan Rp690 539,- per bulan. Dari penghasilan tersebut, sekitar 29,6 dan 90,4 bersumber dari usahatani, dan sekitar 66,1 di Sungai Ambangah bersumber dari penghasilan sebagai tukang atau buruh bangunan, namun demikian penghasilan yang bersumber dari hasil usaha menjadi tukang atau buruh bangunan bersifat insedentil sementaratergantung adanya kegiatan pembangunan rumah atau sejenisnya, sedangkan di Pasak Piang tidak ditemukan adanya responden yang berprofesi sebagai tukang atau buruh bangunan. Tabel 39 Sumber dan rata-rata nilai pendapatan rumahtangga petani rawa lebak di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang dari hasil usahatani dan usaha kios Rpbln No Sumber penghasilan rumahtangga petani Sungai Ambangah Pasak Piang Nilai Penghasilan Rpbln Persen Nilai Penghasilan Rpbln Persen 1 Hasil usahatani a. Padi 174 167 9,6 158 333 20,1 b. Karet 364 167 20 532 206 70,3 c. Kelapa sawit 2 Penghasilan lain-lain - Tukang bangunan 1 200 000 66,1 Jumlah 1 738 334 95,7 690 539 90,4 Sumber: Hasil wawancara; Upah tukang Rp50 000 per hari. 5.2.2 Pengeluaran rumahtangga petani Alokasi pengeluaran petani di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang, masih didominasi untuk memenuhi kebutuhan makan. Dari rata-rata pengeluaran rumahtangga sebesar Rp810 380,- per bulan di Desa Sungai Ambangah dan Rp853 750 per bulan di Desa Pasak Piang, sebanyak 68,5 pengeluaran petani di Desa Sungai Ambangah dan sebanyak 61,5 pengeluaran petani di Desa Pasak Piang diperuntukan untuk memenuhi keperluan makanan. Pengeluaran untuk kebutuhan makanan di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang tersebut, masing-masing 37,0 dan 35,1 digunakan untuk membeli beras dan sisanya 31,5 dan 26,4 untuk kebutuhan selain beras yaitu lauk-pauk. Kecilnya porsi pengeluaran untuk kebutuhan selain beras seperti lauk-pauk terutama sayur karena sebagian besar kebutuhan akan lauk tersebut, diperoleh dari hasil usaha di pekarangan atau daerah sekitar tempat tinggal dan hanya membeli bahan- bahan keperluan lain yang tidak bisa diperoleh atau diambil dari sekitar tempat tinggal mereka, seperti bumbu-bumbuan, garam, ikan asin dan lain-lain. Struktur pengeluaran rumahtangga di kedua desa penelitian seperti yang disajikan pada Tabel 40 menggambarkan adanya variasi pengeluaran selain untuk keperluan bahan pokok dalam hal ini adalah kebutuhan untuk makanan. Tabel 40 Rata-rata nilai pengeluaran rumahtangga petani rawa lebak No Alokasi pengeluaran rumahtangga petani Sungai Ambangah Pasak Piang Nilai pengeluaran Rpbln Persen Nilai pengeluaran Rpbln Persen 1 Makanan pokok a. Beras 300 000 37,0 300 000 35,1 b. Lauk-pauk 255 000 31,5 225 000 26,4 Jumlah Makanan 555 000 68,5 525 000 61,5 2 Bukan Makanan 150 750 18,5 195 500 22,9 3 Pakaian 22 480 2,8 30 750 3,6 4 Pendidikan 31 500 3,9 27 000 3,2 5 Pengeluaran lain-lain 50 650 6,3 75 500 8,8 Total Jumlah 810 380 100 853 750 100 Sumber: Hasil wawancara Komponen pengeluaran yang disajikan pada Tabel 40 dibatasi hanya pada pengeluaran rutin yang harus dikeluarkan setiap rumahtangga. Pengeluaran-pengeluaran lainnya seperti biaya perbaikan rumah, pengobatan, dan biaya sosial lainnya tidak diperhitungkan karena sifatnya insidental dan besarnya sulit diprediksi secara pasti. Untuk pengeluaran bukan makanan, dibatasi hanya pada kebutuhan rutin yang dianggap harus dipenuhi oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu kopiteh dan gula. Kebutuhan ini sudah menyatu dengan masyarakat perdesaan secara turun-temurun dan kepentingannya dianggap setingkat lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan makan. Pengeluaran rutin lainnya adalah perawatan kesehatan, yaitu untuk sabun mandi dan sabun cuci. Khusus untuk pakaian, sebenarnya bukanlah merupakan pengeluaran rutin rumahtangga. Pada umumnya pengeluaran ini dilakukan setahun sekali dan bagi sebagian keluarga bukan merupakan suatu keharusan. Kebutuhan untuk pembelian pakaian biasanya dikeluarkan menjelang Hari Raya baik Idul Fitri maupun hari raya Natal danatau pada saat tahun ajaran baru khusus bagi mereka yang memiliki anak sekolah. Menurut pengakuan masyarakat, dari berbagai komponen pengeluaran seperti yang diilustrasikan pada Tabel 40 di atas, yang harus selalu dipenuhi adalah pengeluaran untuk keperluan bahan makanan sedangkan kebutuhan lainnya masih dapat ditunda. 5.2.3 Tingkat pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani Secara keseluruhan tingkat pemenuhan kebutuhan petani di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang berdasarkan jenis penghasilan disajikan pada Tabel 41. Tabel 41 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang berdasarkan jenis penghasilan dan jumlah pengeluaran Rpbln No Jenis penghasilan Rpbln Desa Sungai Ambangah Pasak Piang Penerimaan 1. Usahatani 538 334 690 539 2. UT dan Ternak 605 001 757 206 3. UT dan Warungkios 549 834 700 289 4. UT dan Tukang 1 738 334 690 539 5. UT + Ternak + kios + tukang 1 816 501 766 956 Pengeluaran 810 380 853 750 Jumlah Pendapatan 1 -272 046 -163 211 Jumlah Pendapatan 2 -205 379 -96 544 Jumlah Pendapatan 3 -260 546 -153 461 Jumlah Pendapatan 4 927 954 -163 211 Jumlah Pendapatan 5 td -86 794 Sumber: Hasil olahan; Ket: td=tidak ada data Tingkat pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani sekitar 60 rumahtangga petani di Desa Sungai Ambangah tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka dan hanya sekitar 10 yang dapat memenuhi kebutuhan, yaitu rumahtangga petani yang mempunyai penghasilan selain dari usahatani juga mempunyai penghasilan tambahan dari usaha menjadi tukang atau buruh bangunan Tabel 41. Kelebihan anggaran rumahtangga petani ini mencapai Rp927 954,- per bulan. Rumahtangga petani yang mempunyai penghasilan dari usahatani dan usaha lainnya dalam hal ini adalah penghasilan dari usaha ternak, kios dan menjadi tukang dari hasil survey di lapangan, tidak ditemukan adanya responden rumahtangga petani yang mempunyai penghasilan sebagaimana dimaksud. Sedangkan rumahtangga petani di Desa Pasak Piang secara keseluruhan tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. Namun demikian dari hasil tersebut memperlihatkan bahwa rumahtangga petani yang memiliki kekurangan atau defisit anggaran kebutuhan rumahtangga adalah petani yang hanya mengharapkan sumber penghasilan dari usahatani yaitu sebesar -Rp139 778. Sedangkan kekurangan anggaran kebutuhan rumahtangga pada urutan berikutnya adalah dari usahatani dan usaha warung atau kios yang mengalami defisit sebesar -Rp130 028,- per bulan. Berdasarkan komposisi ini tentunya dapat disimpulkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga untuk kedua desa yaitu Sungai Ambangah secara relatif hanya rumahtangga petani yang mempunyai sumber penghasilan dari usahatani dan usaha sebagai tukang atau buruh bangunan yang dapat terpenuhi, sedangkan untuk Desa Pasak Piang semua jenis sumber penghasilan belum terpenuhi. Perhitungan nilai pengeluaran yang digunakan ini belum memperhitungkan, pengeluaran yang sifatnya insidental seperti pengobatan, biaya sosial, rokok, dan pengeluaran tidak terduga lainnya. Jika semua pengeluaran ini dimasukkan maka defisit keuangan rumahtangga petani akan semakin besar. Disamping itu, jumlah dan komposisi pengeluaran rumahtangga petani relatif konstan, sedangkan jumlah dan komposisi penerimaan rumahtangga setiap saat berubah, karena tidak ada sumber penerimaan rutin yang tetap. Walaupun dari penjualan hasil karet relatif tetap, tetapi kadang- kadang harga jual yang ditetapkan oleh pembeli dalam hal ini adalah pedagang pengumpul juga bervariasi fluktuatif, hal ini terjadi karena lembaga pemasaran yang tetap seperti KUD atau yang lainnya belum ada. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus perhatian adalah tingkat pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani yang bersumber dari kegiatan usahatani.

5.3 Analisis Kebutuhan Hidup Layak KHL dan Luas Lahan Minimal Lm