sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu.
Menurut Chittenden Djemari, 2008:6 kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat hal, yaitu :
1. Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.
2. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan- kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran.
3. Pencarian, yaitu untuk mencarai dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik
Teknik penilaian dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Namun, tidak ada satu pun teknik penilaian yang paling tepat untuk
semua kompetensi untuk setiap saat. Teknik penilaian yang diguanakan sangat tergantung pada kecakapan yang akan dinilai. Untuk menilai kecakapan akademik
akan berbeda dengan kecakapan vokasional maupun kecakapan personal. Secara umum penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan tes,
tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja performance assessment, penilaian proyek , penilaian hasil kerja peserta didik
product assessment, penilaian sikap, dan penilaian berbasis portofolio portofolio based assessment. Setiap teknik penilaian penilaian mempunyai
keterbatasan. Penilaian yang komprehensif memerlukan lebih dari satu teknik penilaian
C. Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti penilain atau penaksiran John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983:
220. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi bukan sekedar menilai sesuatu aktivitas secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. Evaluasi
merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa the worth and merit dari tujuan
yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena. Evaluasi juga merupakan penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan
membuat keputusan-keputusan pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem-nilai yang ada pada sipembuat
keputusan Sumardi Suryabrata, 1983: 33
B. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Perbedaan antara evaluasi dengan penilaian adalah terletak apada scope ruang lingkup dan pelaksanaanya. Ruang lungkup penilaian lebih sempit dan
biasanya hanya terbatas pada salah atau komponen atau asspek saja, seperti prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilaksanakan pada
konteks internal , yakni orng-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem pembelajaran yang bersagkutan. Misalnya, guru menilai prestasi belajar
peserta didik , supervisisor menilai kenerja guru dan sebagainya. Ruang lingkup evaluasi lebih luas mencakup semua komponen dalam suatu sistem sistem
pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal evaluasi internal tetapi juga pihak eksternal evaluasi
eksternal , seperti konsultan mengevaluasi suatu program. EVA
LUASI PENI
LAIAN PENGU
KURAN Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran , sedangkan tes merupakan salah satu alat instrument pengukuran.
Pengukuran lebih memebatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif angka- angka tentang kemajuan belajar peserta didik learning progres , sedangkan
evalusi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Di samping itu, evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang
nilai suatu objek. Keputusan penilaian value judgemen tidak hanya didasarkan kepada hasil pengukuran quantitativ description , tetapi dapat pula didasarkan
kepada hasil pengamatan dan wawancara quqlitatif description . Untuk lebih jelasnya anda dapat memeperhatikan gambar berikut:
TES NON TES C. Hubungan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara
berurutan dan berjenjang yaitu dimuali dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian
dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengukuran adalah suatu proses pemberian angaka pada sessuatu
atau seseorang berdasarkan aturan-aturan tertentu. Hasilnya hanyalah angka- angka skor. Pengukuran tidak membuahkan nilai atau baik-buruknya sesuatu ,
tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat penilaian dan evaluasi.
SYARAT-SYARAT EVALUASI YANG BAIK
A. Pergertian Evaluasi Ada beberapa pengertian evaluasi. Wand dan Brown 1957 mendevenisikan
evaluasi sebagai ”... refer to act or process to determining the value of something” evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang
dievaluasi. Sanjaya, Wina: 2008: 335 Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendevenisikan evaluasi
itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan evaluand. Pendapat Hamih Hasan dalam Sanjaya, Wina: 2008: 335 Sesuatu yang dipertimbangkan
itu bisa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu. Dari konsep tersebut di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Artinya daam suatu pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari macam tindakan yang harus dilakukan. Dengan
demiakian evaluasi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi rangkaian kegiatan. Kegiatan dilakukan untuk memberikan makna atau nilai sesuatu yang di evaluasi.
Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau
tidak. Dengan kata lain evaluasi adapat menunjukkan kualitas yang dinilai.
B. Fungsi Evaluasi Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan
formal. Ada beberapa fungsi evaluasi, yakni: a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpang balik bagi siswa.
Melalui evaluasi, siswa akan mendapatkan informasi tentang aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan
harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukan. b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa akan tahu bagaian mana yang perlu di pelajarai lagi dan bagian mana yang tidak perlu.
c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan progran kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para
pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program selanjutnya. d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual
dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.
e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya apakah tujuan
itu mesti dikurangi atau ditambah. f. Evaluasi berfungsi sebagai umpang balik untuk semua pihak yang tua, untuk
guru dan pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat.
Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah. Sanjaya, Wina: 2008: 339
C. Syarat- syarat Evaluasi yang Baik Sebuah instrumen evaluasi hasil belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum
di gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid tidak sesuai kenyataan sebenarnya. Alat
evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh
anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang
digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa
kaidah antara lain: Validitas
Reliabilitas Objectivitas
Pratikabilitas Ekomonis
Taraf Kesukaran Daya Pembeda
Validitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai
sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi
juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga
kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat
pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau
mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian, Retno mengemukakan tiga pokok pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut :
a. Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes
kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid.
b. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat derajat, sehingga istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh
disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah. c. Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak
pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah
validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang.
Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai
berikut. 1. Pengukuran produktivitas productivity, yaitu derajat di mana suatu studi
menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel. 2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa
yang akan datang. 3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai
dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.
Macam-macam Validitas Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang face validity, validitas logis logical validity, validitas vaktor
factorikal validity, Validitas isi conten validity, dan validitas empiris empirical validity. Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara
garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian validitas tes secara empirik.
Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat dilihat dari:
1. Pengujian validitas tes secara rasional.
Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal atau validitas dassollen. Istilah validitas logika logical validity mengandung kata
logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian bahwa validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran, kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan benar apabila tes yang dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada, sehingga
suatu tes itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut telah selesai dibuat.
2. Pengujian Validitas Tes secara Empiris Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya
“pengalaman” sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris
adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity adalah validitas yang
berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh
pengukuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur
sebagai berikut : 1. Faktor di dalam tes itu sendiri
2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam
menjawab tes, 3. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian.
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga Aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi
Rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
Reliabilitas Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen
tersebut dapta menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajeganketetapn disini tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan
seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah
terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
Objectivitas Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas
pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu
kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu terus-menerus. Dengan evaluasi
yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara
on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat
mengganggu hasilnya.
Praktikabilitas Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah
dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah
pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.
Ekonomis Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan
biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Taraf Kesukaran Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau
terlalu sukar membuat audiece putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index
kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “Proporsi”.
Daya Pembeda Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut
membedakan antara audience yang pandai berkemampuan tinggi dengan audience yang tidak pandai berkemampuan rendah. Indek daya pembeda ini
disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Index Diskriminasi. Ulianta, Artikel Pendidikan.
Sependapat dengan syarat-syarat di atas, maka Sukardi 2008 : 8 mengemukakan bahwa, suatu evaluasi memenuhi syarat-syarat sebelum
diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut: 1 valid, 2 andal, 3
objektif , 4 seimbang, 5 membedakan, 6 norma, 7 fair, dan 8 praktis. Sedangkan Wina Sanjaya 2008: 352-354, mengatakan bahwa syarat-syarat
alat evaluasi yang baik harus: a. Memberikan motivasi
Memberikan penilaian evaluasi diarahkan untuk meninkatkan motivasi belajar bagi siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
baik oleh guru maupun siswa. Siswa perlu memahami makna dari hasil penilaian. b. Validitas
Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administrasi saja, akan tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian
kompetensi seperti yang terumuskanan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian tidak menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain
penilaian harus menjamin validitas. c. Adil
Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran tanpa memandang perbedaan sosial-ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan.
Dalam penilaian, siswa disejajarkan untuk mendapatkan perlakuan yang sama. d. Terbuka
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau prosedur penilaian yang
akan dilakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini bukan hanya akan mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga motovasi belajara
mereka akan bertambah juga, akan tetapi sekaligus mereka akan memahami posisi mereka sendiri dalam pencapaian kompetensi.
e. Berkesinambungan Penilaian tidak pernah mengenal waktu kapan penilaian seharusnya dilakukan.
Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. f. Bermakna
Penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak khususnya siswa untuk mengetahui posisi mereka dalam memperoleh kompetensi
dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam mencapai kompetensi. Dengan demikian, hasil penilaian itu juga bermakna bagi guru juga termasuk bagi orang
tua dalam memberika bimbingan kepada siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan target kurikulu.
g. Menyeluruh
Kurikulum diarahkan untuk perkembangan siswa secara utuh, baik perkembangan afektif, kognitif maupun psikomotorik. Oleh sebab itu, guru dalam melaksanakan
penilaian harus menggunakan ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, skala sikap, penampilan, dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sebab hasil
penilaian harus memberikan informasi secara utuk tentang perkembangan setiap aspek.
h. Edukatif Penilaian kelas tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran
kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, akan tetapi hasil penilaian harus memeberikan umpan balik untuk memperbaiki
proses pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar lebih optimal. Dengan demikian, proses penilaian tidak semata-mata
tanggung jawab guru akan tetapi juga merupakan tanggung jawab siswa. Artinya siswa harus ikut terlibat dalam proses penilaian, sehingga mereka meyadari,
bahwa penilaian adalah bagian dari proses pembelajara.
Sedangkan Daryanto 1997: 19-28 membagi syarat-syarat evaluasi menjadi 5 lima bagian, diantaranya:
1. Keterpaduan Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping
tujuan serta metode. Tujuan inttruksional, materi dan metode, serta evaluasi merupakan tiga keterpaduan yang tidak boleh dipisahkan.
2. Koherensi Dengan prinsip koherensi diharapkan evaluasi harus berkualitas dengan materi
pengajran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
3. Pedagogis Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau
dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.
4. Akuntabilitas
Sejau mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak- pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggungjawaban accountability.
Pengertian Perencanaan
Menurut C. Arnold Anderson dan Mary Yean Bowman, perencanaan adalah proses menyiapkan seperangkat keputusan untuk tindakan dikemudian hari.
Planning is a process of preparing a set of decisions for action in the future.Sedangkan menurut Kaufman , perencanaan diartikan sebagai suatu proses
untuk menetapkan “ke mana harus pergi” dan mengidentifikasikan prasyarat untuk sampai ke “tempat” itu dengan cara yang paling efektif dan efisien.
Sedangkan penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Dalam dunia pendidikan, semua unsur yang ada dalam proses belajar- mengajar merupakan hal yang penting untuk menjadi acuan sukses atau tidaknya
hasil dari pembelajaran tersebut. Maka demi terwujudnya hasil belajar yang sesuai dengan standar kelulusan minimal perlu juga adanya rancangan penilaian hasil
belajar. Rancangan penilaian hasil belajar disusun sebagai acuan bagi satuan
pendidikan dan pendidik untuk merancang penilaian yang berkualitas guna mendukung penjaminan dan pengendalian mutu lulusan. Di sisi lain, dengan
menggunakan rancangan penilaian hasil belajar ini diharapkan pendidik dapat mengarahkan peserta didik menunjukkan penguasaan kompetensi yang telah
ditetapkan.
C. Langkah-langkah Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar