Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kupu-Kupu Papilio memnon Sebagai Upaya Persiapan Taman Kupu-Kupu di Plaza Institut Pertanian Bogor

i

PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGBIAKAN KUPUKUPU Papilio memnon SEBAGAI UPAYA PERSIAPAN
TAMAN KUPU-KUPU DI PLAZA INSTITUT PERTANIAN
BOGOR

LYDIA SARI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

ABSTRAK
LYDIA SARI. Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kupu-Kupu Papilio memnon sebagai Upaya
Persiapan Taman Kupu-Kupu di Plaza Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan DEDY
DURYADI SOLIHIN dan TRI HERU WIDARTO.
Dua kubah di plaza kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) berpotensi dijadikan taman

kupu-kupu sehingga ekoeduturisme di dalam kampus menjadi lebih lengkap. Oleh karena itu
kajian tentang cara pengelolaan dan pengaturan pelaksanaannya harus dilakukan. Penelitian ini
bertujuan memelihara dan mengembangbiakkan kupu-kupu jenis P. memnon dalam rangka
persiapan dan pengelolaan taman kupu-kupu di plaza IPB. Parameter yang diamati meliputi waktu
siklus hidup, harapan hidup, rasio seks, sinkronisasi kemunculan imago, dan faktor abiotik.
Pemeliharaan berupa kombinasi pengembangbiakan di laboratorium dan kubah. Kisaran hidup F1
P. memnon adalah 30-80 hari sedangkan F2 dengan kisaran hidup 40-101 hari. Kurva ketahanan
hidup menunjukkan angka kematian meningkat dari fase larva instar 5. Perbedaan waktu
kemunculan imago menyebabkan baik jantan maupun betina tidak menemukan pasangan yang
cocok hingga mati. Penyiapan tanaman pakan dan bunga sangat diperlukan untuk menunjang
taman kupu-kupu secara berkelanjutan. Pengendalian beberapa hambatan internal dan eksternal
yang harus dilakukan secara intensif, sehingga fungsi ekoeduturisme taman kupu-kupu dapat
terwujud.
Kata kunci: Papilio memnon, taman kupu-kupu, siklus hidup, harapan hidup, sinkronisasi
kemunculan imago

ABSTRACT
LYDIA SARI. Rearing and Culturing Papilio memnon Butterfly for Preparation of Butterfly
Garden at Bogor Agricultural University Plaza. Supervised by DEDY DURYADI SOLIHIN dan
TRI HERU WIDARTO.

Two domes at Bogor Agricultural University (BAU) plaza are so potential to create a butterfly
garden that ecoeduturisme in campus can be complete. Therefore, a study is needed to before
creating the butterfly garden and in managing it. This research is aimed to rear and culture P.
memnon butterfly in order to prepare and manage the butterfly garden at plaza BAU. The
parameters observed in this research included life cycle, life expectancy, sex ratio, synchronization
of imago emergence, and abiotic factors. Rearing activity was a combination method in laboratory
and dome Plaza BAU. Life cycle of F1 ranged between 30 and 80 days while F2 ranged between 40
and 101 days. Survivorship curve indicated that the mortality started to increase at the fifth instar
larvae. Differences in imago emergence periode have caused difficulties for the butterfly pairs to
do mating and they were finally died. Plants for feed and nectar sources must be provided to
sustain butterfly garden. Internal and external barriers must be intensively controlled so
ecoeduturisme function of butterfly garden can be realized.
Key words: Papilio memnon, butterfly garden, life cycle, life expectancy, synchronization of
imago emergence

iii

PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGBIAKAN KUPUKUPU Papilio memnon SEBAGAI UPAYA PERSIAPAN
TAMAN KUPU-KUPU DI PLAZA INSTITUT PERTANIAN
BOGOR


LYDIA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

iv

Judul Skripsi : Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kupu-Kupu Papilio
memnon Sebagai Upaya Persiapan Taman Kupu-Kupu di Plaza
Institut Pertanian Bogor
Nama
: Lydia Sari

NIM
: G34070074

Disetujui

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA
Pembimbing I

Ir. Tri Heru Widarto, M. Sc
Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
Ketua Departemen Biologi

Tanggal lulus:

v


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian yang berjudul Pemeliharaan dan
Pengembangbiakan Kupu-Kupu Papilio memnon Sebagai Upaya Persiapan Taman Kupu-Kupu di
Plaza Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli 2011 hingga Agustus
2012.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan
Ir. Tri Heru Widarto, M. Sc. selaku pembimbing atas segala dukungan, saran dan doa selama
proses penelitian dan penyelesaian skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Dra. Hilda Akmal, M. Si. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran untuk skripsi
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Heri yang telah banyak membantu
dalam teknis di laboratorium dan kubah, serta teman-teman biologi 44 khususnya Mutia, Fibo, Isti,
Sri, Kokom, Fery, Dewi, Dini, Ratna, Gita dan Mini atas dukungan semangat dan bantuan selama
penelitian. Terima kasih untuk orang tua, adik dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi rujukan bagi pihak yang
membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Februari 2013

Lydia Sari

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 April 1989 dari ayah Senjaya Rusli dan ibu
Nurlela. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2007 penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Bogor dan diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di Badan Pengawas Himpunan Profesi
Himpunan Mahasiswa Biologi (BP HIMPRO HIMABIO) pada tahun 2008-2009. Penulis juga
aktif dalam beberapa kepanitian dalam maupun luar organisasi.
Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Alga dan Lumut pada tahun
2010/2011 dan 2011/2012 serta Ilmu Lingkungan tahun 2012/2013. Selama menempuh studi di
Departemen Biologi, penulis melaksanakan kegiatan Studi Lapangan di Cangkuang, Sukabumi
dengan judul laporan Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Mananase dan IAA. Penulis juga
berkesempatan melakukan Praktik Lapangan di Balai Budidaya Ikan Hias, Depok dari bulan JuniAgustus 2010 dengan judul Pemeliharaan Ikan Arwana di Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Depok.

vii


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. viii
PENDAHULUAN ......................................................................................................................
Latar Belakang ................................................................................................................
Tujuan .............................................................................................................................

1
1
1

BAHAN DAN METODE ..........................................................................................................
Waktu dan Tempat ..........................................................................................................
Bahan dan Alat ...............................................................................................................
Metode ............................................................................................................................
Tahap Persiapan ........................................................................................................
Pemeliharaan Imago di dalam Kubah ........................................................................

Identifikasi Jenis Kelamin Imago ..............................................................................
Siklus Hidup ..............................................................................................................
Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan Imago .....................................................
Faktor Abiotik ...........................................................................................................
Model Penangkaran ...................................................................................................

1
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3

HASIL ........................................................................................................................................
Siklus hidup ..............................................................................................................

Harapan Hidup ..........................................................................................................
Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan Imago .....................................................
Perbanyakan Turunan ................................................................................................
Faktor Abiotik ...........................................................................................................

3
3
4
5
6
6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................

7

SIMPULAN ...............................................................................................................................

8


SARAN ......................................................................................................................................

8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................

8

LAMPIRAN ............................................................................................................................... 10

viii

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6

7

Waktu hidup P P. memnon ......................................................................................................
Waktu siklus hidup F1 (n = 8) .................................................................................................
Waktu siklus hidup F2 (n = 5) .................................................................................................
Jumlah individu yang berhasil hidup dari fase telur hingga imago .........................................
Tabel kehidupan P. memnon ...................................................................................................
Rasio seks total ........................................................................................................................
Rasio seks per minggu .............................................................................................................

3
3
3
4
4
5
5

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Identifikasi jenis kelamin imago berdasarkan morfologi sayap imago
P. memnon ..............................................................................................................................
2 Kurva ketahanan hidup P. memnon .........................................................................................
3 Mortalitas dan kegagalan pada fase hidup kupu-kupu ............................................................
4 Kemunculan imago P ..............................................................................................................
5 Kemunculan imago F1 .............................................................................................................
6 Kemunculan imago F2 ..............................................................................................................

2
4
5
6
6
6

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kopulasi imago parental ........................................................................................................
Kopulasi imago filial 1 ..........................................................................................................
Kopulasi imago filial 2 ..........................................................................................................
Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 1) ..............................
Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 2) ..............................
Uji t waktu rata-rata kedua siklus dengan (P < 0.01) dan (P < 0.05) .....................................
Faktor abiotik di laboratorium PPSHB bulan Oktober-Desember 2011 ...............................
Faktor abiotik di kubah bulan Oktober-Desember 2011 .......................................................
Kubah di plaza IPB ...............................................................................................................

11
11
11
12
12
13
14
16
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
Darmaga mempunyai area yang luas (267 ha)
dengan didukung oleh vegetasi yang
beranekaragam. Berdasarkan hasil penelitian
Saputro (2007), kupu-kupu di kawasan
kampus IPB sebanyak 77 spesies yang
termasuk dalam empat famili. Anggota
keempat famili tersebut adalah 9 spesies
famili Papilionidae, 13 spesies famili Pieridae,
45 spesies Nymphalidae, dan 10 spesies famili
Lycaenidae. Ditemukan juga beberapa spesies
endemik di Indonesia yang termasuk famili
Nymphalidae, yaitu Ypthimo horsfieldi,
Doleschallia polibete, dan Cynitia iapis.
Dua kubah di plaza IPB, merupakan
peluang yang baik untuk dimanfaatkan
sebagai taman kupu-kupu. Sebagai sebuah
institusi akademis, sudah selayaknya IPB
dapat memberikan informasi biologi tentang
kupu-kupu yang mempunyai daya tarik seperti
Papilio memnon, Graphium agamemnon,
Graphium doson, Pachliopta aristolochiae,
dan Troides helena.
Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh
habitatnya. Tanaman pakan untuk larva pada
beberapa jenis kupu-kupu umumnya sangat
spesifik. Jika akan mengusahakan taman
kupu-kupu, tanaman pakan harus ada di
tempat tersebut. Pakan larva P. memnon
berupa tanaman jeruk (Citrus spp.) (Dewi
2003; Rahman 2003). Nutrisi pada pakan
mempengaruhi lama waktu imago dan
fekunditas (Shobana et al. 2010).
Tanaman sumber nektar untuk imago juga
perlu dipersiapkan. Tanaman sumber nektar
untuk
imago,
yaitu
bunga
pagoda
(Clerodendron paniculatum), soka (Ixora sp.),
kembang merak (Caesalpinia pulcherrima),
lolipop merah (Justicia carnea), dan jengger
ayam (Celosia cristata) (Gusnenti 2010;
Nurjannah 2010; Tresnawati 2010). Nektar
tanaman memberikan nutrisi yang baik bagi
kehidupan imago Lepidoptera. Nektar
tanaman berisi kandungan karbohidrat dan
asam amino. Karbohidrat dapat meningkatkan
lama waktu hidup imago betina dibandingkan
yang hanya diberikan air (Bauerfeind &
Fischer 2005). Asam amino pada nektar
meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan
(Mevi-Schütz & Erhardt 2005).
Ekoturisme berarti melindungi kelestarian
alam dan pendidikan lingkungan. Ektoturisme
memiliki manfaat untuk konservasi dan
pembangunan (ekonomi dan infrastruktur)
(Ross & Wall 1999). Semakin menurunnya

populasi kupu-kupu di alam akibat dari
penangkapan yang berlebihan dan kerusakan
habitat maka salah satu solusi alternatif adalah
penangkaran kupu-kupu di habitat semi alami.
Kedua kubah di plaza IPB berpotensi dijadikan taman kupu-kupu sehingga ekoturisme di
dalam kampus menjadi lebih lengkap karena
bersifat ekoedutourisme. Namun, hal ini perlu
ditindak lanjuti dengan penelitian mengenai
cara pengelolaan dan pengaturan pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab
tantangan tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan memelihara dan
mengembangbiakkan kupu-kupu jenis P.
memnon dalam rangka persiapan dan
pengelolaaan taman kupu-kupu di plaza IPB.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli
2011 hingga Agustus 2012 di laboratorium
Pusat Penelitian Studi Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi (PPSHB) dan kubah plaza
Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah pupa P. memnon. Selain itu,
dipersiapkan juga tanaman jeruk, pagoda,
soka, kembang merak, lolipop merah, jengger
ayam, pupuk, dan alkohol 70%. Alat yang
digunakan adalah cawan Petri, stoples,
kandang pupa, termohigrometer, light meter,
kertas label, jaring penangkap serangga,
kamera digital, dan mikroskop stereo.
Metode
Tahap Persiapan
Kubah tempat penangkaran imago
direnovasi. Renovasi berupa perbaikan
bagian-bagian kawat parabola yang berlubang,
pintu, kunci dan pemasangan paranet. Setelah
itu, dilakukan penanaman dan penataan
tanaman sebagai pelindung, sumber nektar,
dan pakan. Persiapan kupu-kupu dimulai
dengan pembelian pupa P. memnon sebanyak
masing-masing 10 buah. Pupa didapatkan dari
Taman Kupu-kupu Cihanjuang. Kemudian,
sampel dipelihara di laboratorium. Telur
dipelihara dalam stoples dengan cara tangkai
daun yang terdapat telur ditancapkan pada
spons basah. Telur ditunggu dan diamati
hingga menetas menjadi larva. Larva dipelihara dalam cawan Petri. Setiap satu cawan

2

Petri hanya diisi 1 ekor larva. Setiap hari
dilakukan penggantian pakan dan pembersihan kotoran. Ketika larva mencapai instar
akhir, larva dipindahkan ke dalam stoples.
Setelah larva berubah menjadi pupa, pupa
dipindahkan ke dalam kandang pupa. Pupa P.
memnon diikatkan pada kayu dengan benang.
Setelah pupa menjadi imago (eklosi), dilakukan identifikasi jenis kelamin kupu-kupu
(sexing). Lalu, imago dilepaskan di dalam
kubah.

kulit pada larva, perubahan larva menjadi
pupa, pupa menjadi imago, hingga imago
tersebut mati. Pengamatan siklus hidup ini
dilakukan selama 2 generasi. Waktu rata-rata
kedua siklus hidup diuji menggunakan uji t
dengan (P < 0.01) dan (P < 0.05).

Pemeliharaan Imago di dalam Kubah
Pemeliharaan imago di dalam kubah
berupa perawatan tanaman dan pengendalian
predator secara berkelanjutan. Perawatan
tanaman berupa penyiraman, pemangkasan,
pembersihan gulma, dan pemberian pupuk.
Pengendalian predator berupa penangkapan
laba-laba, kadal, dan cicak. Pengamatan dan
pemeliharaan imago dilakukan sampai imago
kawin. Telur yang diletakkan imago pada
daun tanaman inang dihitung dan diambil
untuk dipelihara di laboratorium. Hanya 30
telur yang diamati dan dipelihara. Lalu, telur
dirawat hingga terjadi eklosi imago.

% =

Identifikasi Jenis Kelamin Imago
Identifikasi dilakukan dengan pengamatan
bagian ujung ventral abdomen. Pada imago
jantan terdapat lubang di bagian ujung ventral
abdomen sedangkan ujungnya betina tertutup
(Gusnenti 2010). Karakteristik lain yaitu
sayap pada imago P. memnon betina berwarna
hitam dan putih serta sedikit corak merah pada
bagian atas sayap depan. Sayap imago P.
memnon jantan berwarna hitam dengan garis
abu-abu (Gambar 1) (Ni 2005; Syaputra
2011).

B

Harapan Hidup
Jumlah individu yang berhasil hidup dari
fase telur hingga imago dihitung dan dicatat.
Nilai persentasi dihitung dengan rumus




x 100% .

Kemudian, dibuat tabel kehidupan dan kurva
kelangsungan hidup (Barbault 1981). Nilai nx,
lx, dx, qx, Lx, dan ex dihtung dengan rumus
sebagai berikut:
∑ individu F1 + ∑ individu F2
2
n" x 100
dx = l" − l("&')
lx =
n#
dx
l" + l("&')
qx =
Lx =
lx
2

nx =

"-

Tx = , Lx
"-#

ex =

Tx
lx

x: fase atau kelas umur
nx: rata-rata jumlah individu yang hidup pada
fase tersebut
lx: jumlah individu yang hidup pada masingmasing interval waktu (densitas awal
cohort dibuat 100)
dx: jumlah yang mati pada usia antara x ke
x+1
q: proporsi kematian pada fase tersebut
Lx: jumlah individu yang hidup antara fase
tersebut dengan fase berikutnya
Tx: jumlah total individu yang hidup mulai
fase tersebut hingga individu punah
ex: harapan hidup pada awal interval umur
tersebut
F1: filial atau turunan 1
F2: filial atau turunan 2

J

Gambar 1 Identifikasi jenis kelamin imago
berdasarkan morfologi sayap
imago P. memnon (Keterangan:
B: betina dan J: Jantan).
Siklus Hidup
Waktu yang dibutuhkan tiap fase diamati
dari fase telur hingga imago yaitu dari
peletakkan telur hingga menetas, pergantian

Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan
Imago
Identifikasi jenis kelamin imago dilakukan
dengan pengamatan morfologi. Lalu dicatat
jenis kelamin, tanggal eklosi, dan rasio seks.
0
Rasio seks dihitung dengan rumus R = .
1
M: jumlah jantan dan F: jumlah betina
Rasio seks total dihitung dari awal individu
pertama eklosi hingga individu akhir eklosi.
Dihitung juga rasio seks per minggu.

3

Faktor Abiotik
Pengukuran
faktor
abiotik
berupa
pengukuran suhu, kelembapan, dan intensitas
cahaya. Pengukuran ini dilakukan di
laboratorium dan kubah pada pukul 09.00;
12.00; dan 16.00 WIB. Suhu dan kelembapan
diukur dengan termohigrometer. Intensitas
cahaya diukur dengan light meter.
Model Penangkaran
Model penangkaran yang dilakukan untuk
taman kupu-kupu di kubah IPB adalah
kombinasi antara kehidupan di dalam kubah
dan pengembangbiakan tahapan hidup di
laboratorium. Foto kubah di Plaza IPB
disajikan pada Lampiran 9.

HASIL
Siklus hidup
Jumlah imago parental (P) P. memnon
adalah 8 ekor terdiri atas 4 ekor jantan dan 4
ekor betina. Waktu hidup imago P paling lama
adalah 22 hari. Waktu hidup imago paling
singkat adalah 1 hari (Tabel 1).
Tabel 1 Waktu hidup P P. memnon
Tanggal
eklosi

Jenis
kelamin

Kondisi
imago

Lama
hidup
(hari)
25 Okt 2011
Betina 1
Cacat
7
26 Okt 2011
Betina 2
Cacat
6
Jantan 1
Baik
1
Jantan 2
Baik
1
27 Okt 2011
Jantan 3
Baik
19
Betina 3
Baik
22
Betina 4
Baik
20
28 Okt 2012
Jantan 4
Baik
3
Keterangan: 2 pupa gagal menjadi imago
karena terkena serangan mikroorganisme
(pupa berwarna hitam).

Rata-rata waktu satu siklus hidup F1 P.
memnon adalah 50.63±17.92 hari. Kisaran
lamanya hari yang diperlukan untuk satu
siklus hidup P. memnon adalah 30-80 hari.
(Tabel 2). Fase paling singkat adalah prepupa
dengan waktu rata-rata 1.13±0.35 hari. Fase
paling lama adalah larva dengan waktu total
rata-rata 27.39±9.12 hari (Tabel 2 dan
Lampiran 4).

Tabel 2 Waktu siklus hidup F1 (n = 8)
Fase

Rata-rata (hari)

Kisaran
(hari)*
3-10

Telur
5.25± 2.38
Larva (L)
L. instar 1
4.00± 1.51
2- 6
L. instar 2
4.63± 1.69
3- 8
L. instar 3
2.63± 0.74
2- 4
L. instar 4
3.38± 1.19
2- 6
L. instar 5
12.75± 3.99
6-17
Prepupa
1.13± 0.35
1- 2
Pupa
12.00± 1.31
10-14
Imago
4.88± 4.76
1-13
Imago betina
5.40± 6.07
2- 6
(n = 5)
Imago jantan
4.00± 2.00
1-13
(n = 3)
Total (telur50.63±17.92
30-80
imago)
*nilai di dalam tabel merupakan nilai
minimum dan maksimum.
Dibandingkan dengan F1, F2 mengalami
siklus hidup lebih lama. Rata-rata waktu satu
siklus hidup F2 P. memnon adalah
68.00±27.01 hari. Kisaran lamanya hari yang
diperlukan untuk satu siklus hidup Papilio
memnon adalah 40-101 hari. Fase tersingkat
adalah prepupa dengan waktu rata-rata
1.20±0.45 hari. Fase terlama adalah larva
dengan waktu total rata-rata 42.20±22.54 hari
(Tabel 3 dan Lampiran 5).
Tabel 3 Waktu siklus hidup F2 (n = 5)
Fase

Rata-rata (hari)

Kisaran
(hari)*
5- 7

Telur
5.80± 0.84
Larva (L)
L. instar 1
4.00± 1.22
3- 6
L. instar 2
4.80± 3.56
2- 10
L. instar 3
7.20± 4.44
4- 15
L. instar 4
8.20± 4.15
2- 12
L. instar 5
18.00± 9.17
7- 25
Prepupa
1.20± 0.45
1- 2
Pupa
13.80± 0.84
13- 15
Imago
5.00± 2.35
3- 9
Imago betina
3.50± 0.71
3- 4
(n = 2)
Imago jantan
6.00± 2.65
4- 9
(n = 3)
Total (telur68.00±27.01
40-101
imago)
*nilai di dalam tabel merupakan nilai
minimum dan maksimum.

4

Rata-rata waktu siklus hidup F1 dan F2
diuji dengan uji nilai tengah. Uji ini dapat
menentukan perbedaan waktu yang terjadi
antara dua generasi sama atau berbeda. Hasil
uji menunjukkan bahwa rata-rata waktu hidup
total (telur hingga imago) F1 dan F2 tidak
berbeda nyata pada taraf uji (P < 0.01). Pada
taraf uji (P < 0.05) rata-rata waktu hidup total
F1 dan F2 tidak berbeda nyata kecuali fase
pupa (Lampiran 6).

Jumlah individu yang berhasil hidup
mengalami penurunan setiap fasenya. Angka
kematian meningkat dari fase larva instar 5
hingga imago betina. Kurva ketahanan hidup
ini disajikan pada Gambar 2. Foto mortalitas
dan kegagalan fase hidup kupu-kupu disajikan
pada Gambar 3.

Tabel 4 Jumlah individu yang berhasil hidup dari fase telur hingga imago
Fase
Telur
Larva (L)
L. instar 1
L. instar 2
L. instar 3
L. instar 4
L. instar 5
Prepupa
Pupa
Imago
Imago betina
Imago jantan

F1
30
30
29
29
29
27
23
19
8
5
3

Jumlah individu
%
F2
30
100.00
96.67
100.00
100.00
93.10
85.18
82.61
42.10

Rata-rata jumlah individu
(nx)
30

%

30
23
19
17
17
10
8
5
2
3

100.00
76.67
82.61
89.47
100.00
58.82
80.00
62.50

30
26
24
23
22
16.5
13.5
6.5
3.5
3

Tabel 5 Tabel kehidupan P. memnon
nx
30

lx
100.00

dx
0.00

qx
0.00

Lx
100.00

Tx
578.36

ex
5.78

log lx
2

30
26
24
23
22
16.5
13.5
3.5
0

100.00
86.67
80.00
76.67
73.33
55.00
45.00
11.67
0

13.33
6.67
3.33
3.34
18.33
10.00
33.33
11.67

0.13
0.08
0.04
0.04
0.25
0.18
0.74
1.00

93.34
83.34
78.34
75.00
64.16
50.00
28.34
5.84
0

478.36
385.02
301.68
223.34
148.34
84.18
34.18
5.84
0

4.78
4.44
3.77
2.91
2.02
1.53
0.76
0.50
0

2
1.94
1.90
1.88
1.86
1.74
1.65
1.07
0

100.00
2
1,5

I. betina

Pupa

Prepupa

L. ins 5

L. ins 4

L. ins 3

L. ins 2

L. ins 1

1
Telur

Harapan Hidup
Pada F1 kegagalan terbanyak terjadi ketika
perubahan fase pupa menjadi imago
sedangkan pada F2 kegagalan terbanyak
terjadi ketika perubahan larva instar 1 menjadi
larva instar 2. Rata-rata jumlah individu
dengan kegagalan terbanyak terjadi pada
perubahan fase pupa menjadi imago (Tabel 4).
Mortalitas tertinggi terjadi pada fase pupa
sebesar 0.74 atau 74%. Sedangkan mortalitas
atau kegagalan terendah terjadi pada fase telur
sebesar 0.00 atau 0%. Kelangsungan hidup
imago betina adalah 11.67% (Tabel 5).

log lx

x
Telur
Larva (L)
L. instar 1
L. instar 2
L. instar 3
L. instar 4
L. instar 5
Prepupa
Pupa
Imago betina
Sisa
Total

x
log lx
Gambar 2 Kurva ketahanan hidup P. memnon
(ins: instar dan I: imago).

5

a

b

c

d

Gambar 3 Mortalitas dan kegagalan pada fase hidup kupu-kupu: a. larva P. memnon mati; b.
Prepupa yang gagal menjadi pupa; c. pembukaan pupa yang gagal menjadi imago; d.
imago mati diserang predator.
Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan
Imago
Rasio seks total dengan jumlah jantan
lebih banyak dibandingkan betina ketika F2.
Sebaliknya, jumlah betina lebih banyak
daripada jantan ketika F1 (Tabel 5). Rasio seks
per minggu dengan jumlah betina lebih
banyak daripada jantan terjadi pada 15-21
Desember 2011 dan 22-28 Februari 2012. Ada
jantan atau betina yang tidak memiliki
pasangan kawin selama periode seminggu
pada F1 dan F2. Tidak ada imago yang eklosi
pada periode 8 sampai 14 Februari 2012 dan
Tabel 5 Rasio seks total
P
F1
F2

Rasio
R = 4/4
R = 3/5
R = 3/2

15 sampai 21 Februari 2012 (Tabel 6). Terjadi
perbedaan waktu kemunculan imago jantan
dan betina. Pada P, kemunculan imago
diawali oleh imago betina hingga pertengahan
periode sedangkan imago jantan pada
pertengahan hingga akhir periode (Gambar 4).
Pada F1, kemunculan imago jantan pada awal
dan pertengahan periode. Imago betina
muncul pada pertengahan dan akhir (Gambar
5).

Tabel 6 Rasio seks per minggu
P
F1

F2

Periode eklosi
22-28 Oktober 2011
1-7 Desember 2011
8-14 Desember 2011
15-21 Desember 2011
22-28 Desember 2011
1-7 Februari 2012
22-28 Februari 2012
29 Februari-6 Maret 2012

Rasio
R = 4⁄4
R = 1⁄0
R = 1⁄0
R = 1⁄2
R = 0⁄3
R = 1⁄0
R = 1⁄2
R = 1⁄0

Pada F2 kemunculan imago jantan pada
awal dan akhir periode. Imago betina muncul
pada akhir periode (Gambar 6).

3,5
3

Jumlah imago (ekor)

Jumlah imago (ekor)

6

2,5
2
1,5
1
0,5
0
25
26
27
28
Oktober 2011 (hari ke-)
Jantan
Betina
Gambar 4 Kemunculan imago P.

3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1
25
29
Februari 2012 (hari ke-)
Jantan Betina
Gambar 6 Kemunculan imago F2.

Jumlah imago (ekor)

2,5
2
1,5
1
0,5
0
7

14

18
21
22
Desember 2011 (hari ke-)
Jantan
Betina

23

25

Gambar 5 Kemunculan imago F1.
Perbanyakan Turunan
Dari empat pasangan induk awal, kopulasi
terjadi pada dua pasangan imago betina
dengan satu jantan yang sama. Ketiga ekor
imago ini eklosi pada hari yang sama. Kedua
imago betina ini menghasilkan total sebanyak
200 telur (Lampiran 1). Pada F1, hanya ada
satu pasangan kawin dengan perbedaan waktu
eklosi imago selama satu hari. Satu imago
betina ini menghasilkan 80 telur (Lampiran 2).
Tidak terjadi perkawinan pada imago F2
hingga imago tersebut mati (Lampiran 3).
Faktor Abiotik
Telur sampai pupa P. memnon terdapat
pada ruangan dengan kisaran suhu 27-30 oC,
kelembapan 63-83%, dan intensitas cahaya
30-317 lux ketika pagi hari. Suhu siang hari
sekitar 28-33 oC, kelembapan 56-81%, dan
intensitas cahaya 64-401 lux. Suhu sore hari
berkisar 28-31 oC, kelembapan 63-90%, dan
intensitas cahaya 7-278 lux (Lampiran 7). Jika

kelembapan tinggi dan intensitas cahaya
rendah, dilakukan penambahan intensitas
lampu berkisar 100-200 lux. Pengukuran
faktor abiotik di kubah dilakukan pada dua
titik yaitu bagian kanan dan kiri kubah. Imago
hidup di kubah dengan kisaran suhu 27-31
o
C, kelembapan 65-88%, dan intensitas
cahaya 207-10 090 lux di bagian kiri kubah
saat pagi hari. Bagian kanan kubah dengan
kisaran suhu 28-31 oC, kelembapan 66-89%,
dan intensitas cahaya 267-8 530 lux. Suhu
28-34 oC, kelembapan 57-91%, dan intensitas
cahaya 1 766-19 990 lux pada siang hari di
bagian kiri. Suhu 20-34 oC, kelembapan 5791%, intensitas cahaya 1 968-19 990 lux di
bagian kanan. Suhu 28-32 oC, kelembapan
65-92%, dan intensitas cahaya 16-14 660 lux
di bagian kiri ketika sore hari. Bagian kanan
kubah dengan kisaran suhu 28-32 oC, kelembapan 64-91%, dan intensitas cahaya 7-15
080 lux (Lampiran 8).

7

PEMBAHASAN
Kupu-kupu P. memnon berhasil hidup
selama pemeliharaan di kubah. Waktu tiap
stadia P. memnon bervariasi dalam satu siklus
hidup. Waktu tercepat terjadi pada stadia
prepupa. Waktu terlama terjadi pada stadia
larva. Hal ini terjadi karena stadia larva
mengalami beberapa kali ganti kulit. Lama
siklus hidup kupu-kupu pohon jeruk dari
stadia telur sampai pupa adalah 41-54 hari
(Dewi 2003) sedangkan penelitian Rouly
(2001) adalah 31-38 hari. Siklus hidup P.
memnon di penangkaran adalah selama 73
hari (Rahman 2003). Rata-rata lama siklus
hidup F1 P. memnon pada penelitian ini adalah
50.63±17.92 hari dengan kisaran hidup 30-80
hari. Rata-rata lama siklus hidup F2 P.
memnon adalah 68.00±27.01 hari dengan
kisaran hidup 40-101 hari. Rata-rata waktu
hidup F1 dan F2 dari telur hingga imago tidak
berbeda nyata pada taraf uji (P < 0.01)
sedangkan fase pupa berbeda nyata pada taraf
uji (P < 0.05). Adanya perbedaan lama siklus
hidup dengan beberapa penelitian lain diduga
karena jumlah pakan yang dikonsumsi dan
kondisi lingkungan yang berbeda.
Kurva ketahanan hidup P. memnon pada
penelitian ini bertipe I. Kurva ini menunjukkan angka kematian rendah pada permulaan
dan meningkat pada kohort yang lebih dewasa
(Barbault 1981; Campbell et al. 2004). Selama pemeliharaan di laboratorium dan kubah
terjadi kematian atau kegagalan dari fase larva
hingga imago. Kematian pada larva dimulai
dengan kurang aktif makan hingga hilangnya
nafsu makan pada larva. Kemudian, muncul
cairan berwarna hitam di sekitar tubuh larva.
Semakin lama, tubuh larva menjadi lunak dan
hitam. Hal ini diduga karena perubahan suhu
dan kelembapan yang fluktuatif, pakan, dan
kebersihan selama pemeliharaan.
Kegagalan prepupa menjadi pupa diduga
karena stres dan lepasnya prepupa dari serat
sutera yang menyangga tubuh prepupa.
Beberapa pupa sudah terbentuk imago di
dalamnya namun imago tidak keluar dari
pupa. Hal tersebut diduga karena dipengaruhi
pakan dan karena serangan mikroorganisme.
Ciri pupa yang terserang mikroorganisme
adalah perubahan warna pupa menjadi hitam
dan berbau busuk.
Lama hidup imago juga ditentukan oleh
adanya predator dan kandungan nutrisi nektar
bunga dan pakan ketika larva. Cicak dan kadal
pada umumnya memakan seluruh tubuh
imago kecuali sayap atau bagian abdomennya.
Laba-laba umumnya menjerat kupu-kupu

dengan jaringnya dan mengisap cairan bagian
abdomen. Ketersediaan pakan sangat diperlukan dalam pemeliharaan larva secara intensif
di laboratorium sehingga dapat menunjang
taman kupu-kupu. Ketersediaan nektar bunga
juga dibutuhkan untuk memperpanjang umur
imago.
Terjadi perbedaan jumlah telur yang
dihasilkan antara P dengan F P. memnon.
Rata-rata telur yang dihasilkan betina P
berjumlah 100 telur per ekor sedangkan pada
F1 sebanyak 80 telur. Penurunan jumlah telur
yang dihasilkan diduga karena perbedaan
jumlah konsumsi pakan ketika larva, kualitas
nutrisi pakan, dan kompetisi imago dalam
mengisap nektar.
Kopulasi imago terjadi secara alami di
kubah. Faktor penghambat kopulasi imago
adalah rasio seks, sinkronisasi kemunculan
imago, dan kematian imago baik jantan
maupun betina terlebih dahulu. Sinkronisasi
kemunculan imago menentukan perbedaan
umur imago yang dapat ditoleransi untuk
terjadinya perkawinan. Kematian imago
jantan atau betina mempengaruhi rasio seks.
Saran rasio jantan dengan betina adalah 1:2.
Jumlah jantan lebih banyak akan mengakibatkan betina stres, sedangkan jumlah betina
lebih banyak mengakibatkan betina menghasilkan telur infertil (Nurjannah 2010).
Perbedaan waktu ini menyebabkan baik jantan
maupun betina tidak menemukan pasangan
yang cocok (couple) hingga akhir hidupnya.
Hal ini akan menentukan proses penangkaran
selanjutnya. Calabrese et al. (2008) mengemukakan bahwa ketidaksinkronan reproduksi
mengakibatkan
betina
tidak
memiliki
pasangan kawin sehingga terjadi penurunan
kepadatan populasi.
Cuaca memiliki efek pada populasi kupukupu (Roy et al. 2001). Waktu perkembangan
serangga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu, waktu perkembangan lebih cepat
(Régnière et al. 2012). Semakin meningkatnya
suhu, rentang kehidupan kupu-kupu menurun
dan masa bertelur lebih pendek (Karlsson &
Wiklund 2005).
Beberapa hambatan lain yang dialami
selama pemeliharaan adalah banyaknya kawat
parabola kubah yang rusak, kesulitan pencarian sampel di lapangan, predator, dan
ketersediaan pakan untuk larva secara
berkelanjutan. Usaha pengelolaan taman
kupu-kupu
dapat
dilakukan
dengan
pengendalian hambatan tersebut secara
intensif sehingga fungsi ekoedutourisme
taman kupu-kupu dapat terwujud.

8

SIMPULAN
Kupu-kupu jenis P. memnon cukup
prospektif untuk menjadi jenis andalan dari
taman kupu-kupu di plaza IPB. Penyiapan
tanaman pakan dan bunga sangat diperlukan
sehingga menunjang taman kupu-kupu secara
berkelanjutan. Usaha pengelolaan taman
kupu-kupu dapat dilakukan dengan pengendalian beberapa hambatan internal dan
eksternal yang harus dilakukan secara intensif,
sehingga fungsi ekoedutourisme taman kupukupu dapat terwujud.

SARAN
Jika akan melakukan penelitian serupa,
nilai kisaran faktor abiotik di laboratorium
dikontrol supaya tetap sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan kupu-kupu. Jika IPB akan
mewujudkan taman kupu-kupu di plaza IPB
diperlukan laboratorium khusus di dekat
kubah untuk menunjang taman kupu-kupu.
Renovasi kubah secara menyeluruh sangat
diperlukan. Peran dan komitmen organisasi
kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa
Biologi (HIMABIO) dalam membuat dan
mengelola taman kupu-kupu sangat diperlukan sehingga taman kupu-kupu dapat
terwujud secara berkelanjutan. Pembukaan
taman kupu-kupu untuk publik saat populasi
kupu-kupu sedang meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Barbault R. 1981. Ecologie des populations et
des peuplements. Paris: Masson. hlm 2630.
Bauerfeind SS, Fischer K. 2005. Effects of
adult-derived carbohydrates, amino acids,
and micronutrients on female reproduction
in a fruit-feeding butterfly. J Ins Physiol
5:545-554.
Calabrese JM et al. 2008. Reproductive
asynchrony
in
natural
butterfly
populations and its consequences for
female matelessness. J Anim Ecol 77:746756.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004.
Biologi. Ed ke-5. Manalu W, penerjemah;
Safitri A, editor. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Biology. hlm 337-339.
Dewi R. 2003. Studi teknik penangkaran
kupu-kupu di Wana Wisata Curug
Cilember dan Taman Mini Indonesia
Indah
[skripsi].
Bogor:
Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Gusnenti AD. 2010. Penangkaran kupu
Pachliopta aristolochiae (Papilionidae:
Lepidoptera) di screen house dan
laboratorium [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Karlsson B, Wiklund C. 2005. Butterfly life
history and temperature adaptations; dry
open habitats select for increased
fecundity and longevity. J. Anim Ecol
74:99-104.
Mevi-Schütz J, Erhardt A. 2005. Amino acids
in nectar enhance butterfly fecundity: a
long-awaited link. Am Nat 165: 411-419.
Ni NW. 2005. External Morphology of adult
citrus
butterfly,
Papilio
memnon
(Linnaeus, 1758) and Seasonal Abundance
of the Species. J. Myan. Acad. Arts & Sci
3: 145-152.
Nurjannah ST. 2010. Biologi Troides helena
helena dan Troides helena hephaestus
(Papilionidae) di penangkaran [tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Rahman DF. 2003. Penggunaan model
simulasi pertumbuhan populasi untuk
pengelolaan kupu-kupu ekor walet
(Papilio memnon Linnaeus, 1758) di
penangkaran: studi kasus penangkaran
kupu-kupu di Wana Wisata Curug
Cilember KPH Bogor Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Régnière J, Powell J, Bentz B, Nealis V. 2012.
Effects of temperature on development,
survival and reproduction of insects:
Experimental design, data analysis and
modeling. J. Ins Physiol 58:634-647.
Ross S, Wall G. 1999. Ecotourism: towards
congruence between theory and practice.
Tour Management 20:123-132.
Rouly H. 2001. Studi siklus hidup dan teknik
pemeliharaan kupu-kupu pada pohon jeruk
(Citrus sp.) dalam kandang [skripsi].
Bogor: Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Roy DB, Rothery P, Moss D, Pollard E,
Thomas JA. 2001. Butterfly numbers and
weather: predicting historical trends in
abundance and the future effects of climate
change. J Anim Ecol 70:201-217.
Saputro NA. 2007. Keanekaragaman jenis
kupu-kupu di kampus IPB Darmaga
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.

9

Shobana K, Murugan K, Kumar AN. 2010.
Influence of host plants on feeding,
growth, and reproduction of Papilio
polytes (the common mormon). J Ins
Physiol 56:1065-1070.
Syaputra M. 2011. Pengelolaan penangkaran
kupu-kupu di PT. Ikas Amboina dan Bali
Butterfly Park Tabanan Bali [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Tresnawati E. 2010. Siklus hidup dan
pertumbuhan
kupu-kupu
Graphium
agamemnon L. dan Graphium doson
C&R. (Papilionidae:Lepidoptera) dengan
pakan daun cempaka dan daun sirsak
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.

10

LAMPIRAN

11

Lampiran 1 Kopulasi imago parental
Tanggal
Tanggal
Jantan Betina
kawin
eklosi
25 Okt 2011
0
1
-

Pasangan

Jumlah telur

-

26 Okt 2011

2

1

-

-

27 Okt 2011

1

2

31 Okt
2011

Dua imago
betina
menghasilkan
sebanyak 200
telur

28 Okt 2011

1

0

-

1 ekor
jantan
mengawini
2 ekor
betina (3
ekor ini
eklosi pada
tanggal 27
Okt 2011)
-

Pasangan

Jumlah telur

Keterangan
Betina mati tanggal
1 Nov 2011
Betina mati 1 Nov
2011. Kedua jantan
mati 27 Okt 2011.
Jantan mati tanggal
15 Nov 2011. Betina
1 mati tanggal 18
Nov 2011. Betina 2
mati tanggal 16 Nov
2011

Jantan mati tanggal
31 Okt 2011

Lampiran 2 Kopulasi imago filial 1
Tanggal
eklosi
7 Des 2011

Jantan

Betina

1

0

Tanggal
kawin
-

Keterangan

-

Jantan mati tanggal
9 Des 2011
Imago jantan kawin
Satu imago
14 Des 2011
1
0
16 Des
Imago
dengan imago
betina
2011
betina
betina yang eklosi
menghasilkan
eklosi
di kubah (13 Des
80 telur
tanggal 13
2011). Jantan mati
Des 2011
tanggal 20 Des
di kubah
2011
18 Des 2011
1
1
Jantan mati tanggal
22 Des 2011
sedangkan betina
mati tanggal 19 Des
2011
21 Des 2011
0
1
Betina mati tanggal
22 Des 2011
22 Des 2011
0
1
Betina mati tanggal
23 Des 2011
23 Des 2011
0
1
Betina mati tanggal
3 Jan 2012
25 Des 2011
0
1
Betina mati tanggal
7 Jan 2012
Keterangan: Perkawinan yang terjadi antara hasil laboratorium dengan imago di kubah tetapi
masih berasal dari parental sebelumnya.
Lampiran 3 Kopulasi imago filial 2
Tanggal eklosi
1 Feb 2012
25 Feb 2012

29 Feb 2012

Jantan
1
1

1

Betina
2

Tanggal kawin
-

Pasangan
-

-

-

Keterangan
Jantan mati tanggal 6 Feb 2012
Seekor betina mati tanggal 28
Feb 2012. Seekor jantan dan
betina mati tanggal 29 Feb 2012
Jantan mati tanggal 9 Mar 2012

12

Lampiran 4 Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 1)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

P. memnon 1
P. memnon 2
P. memnon 3
P. memnon 4
P. memnon 5
P. memnon 6
P. memnon 7
P. memnon 8
Rata-rata
Simpangan baku
Waktu minimum
Waktu maksimum

Telur
(hari)
3
7
6
10
4
4
3
5
5.25
2.38
3
10

Instar 1
6
3
3
2
4
3
6
5
4.00
1.51
2
6

Waktu larva (hari)
Instar 2 Instar 3 Instar 4
5
3
4
6
2
3
4
2
3
3
3
3
4
3
3
4
4
6
8
2
3
3
2
2
4.63
2.63
3.38
1.69
0.74
1.19
3
2
2
8
4
6

Instar 5
12
10
17
11
17
12
17
6
12.75
3.99
6
17

Waktu prepupa
(hari)
1
1
1
1
1
1
1
2
1.13
0.35
1
2

Waktu pupa
(hari)
11
12
12
14
13
11
13
10
12.00
1.31
10
14

Waktu kupu-kupu
(hari)
1
6
1
11
13
4
1
2
4.88
4.76
1
13

Total

Jenis kelamin
Betina
Jantan
Betina
Betina
Betina
Jantan
Betina
Jantan

50.63
17.92
30
80

Lampiran 5 Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 2)
Telur

No.

(hari)

Waktu larva (hari)
Instar 1

Instar 2

Instar 3

Instar 4

Instar 5

Waktu prepupa

Waktu pupa

Waktu kupu-kupu

(hari)

(hari)

(hari)

Total

Jenis kelamin

1

P. memnon 1

5

3

2

4

6

9

1

14

5

Jantan

2

P. memnon 2

7

3

2

6

10

24

1

14

3

Betina

3

P. memnon 3

6

4

10

6

2

25

1

13

4

Jantan

4

P. memnon 4

5

4

3

5

12

25

1

13

4

Betina

5

P. memnon 5

6

6

7

15

11

7

2

15

9

Jantan

Rata-rata

5.80

4.00

4.80

7.20

8.20

18.00

1.20

13.80

5.00

68.00

Simpangan baku

0.84

1.22

3.56

4.44

4.15

9.17

0.45

0.84

2.35

27.01

Waktu minimum

5

3

2

4

2

7

1

13

3

40

Waktu maksimum

7

6

10

15

12

25

2

15

9

101

13

Lampiran 6 Uji t waktu rata-rata kedua siklus dengan (P < 0.01) dan (P < 0.05)
Fase
Telur
Larva (L)
L. instar 1
L. instar 2
L. instar 3
L. instar 4
L. instar 5
Prepupa
Pupa
Imago
Imago betina
Imago jantan

t Stat
-0.59819

F1
P(T