Rerata O 1.22b
0.93a 0.96a Keterangan : Angka diikuti notasi huruf dan pada baris atau kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT.
Serapan hara kalium pada perlakuan sistem tanam PTT modifikasi budidaya lokal dan Budidaya lokal tidak berbeda nyata namun nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem tanam PTT. Serapan hara kalium pada perlakuan bokasi dan jerami segar tidak berbeda
nyata dan aplikasi abu jerami memiliki serapan hara kalium lebih tinggi dibandingkan dengan bokasi jerami dan jerami segar.
3. Pertumbuhan Tanaman Jumlah Anakan
Data hasil pengamatan jumlah anakan tanaman umur 24 HST dan 52 HST serta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Hasil uji beda
rerata diperoleh bahwa perlakuan sistem tanam P dan pemberian jerami O berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman umur 24 HST Tabel 11.
Tabel 11. Rerata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Umur 24 HST pada Perlakuan Sistem Tanam dan Bentuk Jerami yang Berbeda
Sistem Tanam Bentuk jerami
Rerata P Abu
Jerami Bokasi
PTT modifikasi budidaya lokal
15.17 10.58
17.54 14.43ab
Universitas Sumatera Utara
PTT 12.83
10.71 11.88
11.81a Budidaya Lokal
17.17 17.00
18.83 17.67b
Rerata O 15.06b
12.76a 16.08b
Keterangan: Angka diikuti notasi huruf pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT.
Dari Tabel 11 terlihat bahwa jumlah anakan per rumpun tanaman umur 24 HST pada perlakuan sistem tanam PTT modifikasi budidaya lokal tidak berbeda
nyata dengan sistem tanam Budidaya lokal dan memiliki jumlah anakan tanaman lebih banyak dibandingkan jumlah anakan pada sistem PTT
Jumlah anakan per rumpun tanaman akibat perlakuan bokasi tidak berbeda nyata dengan abu jerami, dan memiliki jumlah anakan tanaman nyata lebih
banyak dibandingkan jumlah anakan pada perlakuan jerami segar. Tabel 12. Rerata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Umur 52 HST pada
Interaksi Perlakuan Sistem Tanam dan Bentuk Jerami yang Berbeda
Sistem Tanam Bentuk jerami
Abu Jerami Bokasi Rerata P
PTT modifikasi budidaya lokal
38.08de 31.58cd
38.00de 35.89
PTT 21.79ab
19.50a 28.96c
23.42
Budidaya Lokal 38.25de
40.04e 35.21cde
37.83 Rerata O
32.71 30.38
34.06 Keterangan : Angka diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT.
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 12 terlihat bahwa uji beda rerata perlakuan sistem tanam P berinteraksi dengan pemberian jerami O nyata terhadap jumlah anakan tanaman
52 HST. Aplikasi jerami pada sistem tanam budidaya lokal tidak berbeda nyata dengan pemberian jerami pada sistem tanam PTT modifikasi budidaya lokal serta
memiliki jumlah anakan nyata lebih banyak dibandingkan pemberian jerami pada sistem tanam PTT, kecuali aplikasi bokasi pada sistem tanam PTT.
Klorofil unit.
Hasil pengamatan kandungan klorofil tanaman umur 28 dan 55 HST dan analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Berdasarkan uji beda
rerata diperoleh bahwa perlakuan sistem tanam P dan bentuk jerami O berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah unit klorofil tanaman umur 28 HST dan
berpengaruh nyata pada umur 55 HST Tabel 13. Tabel 13. Rerata Unit Klorofil Daun Tanaman Umur 28 dan 55 HST pada
Perlakuan Sistem Tanam dan Bentuk Jerami yang Berbeda
Sistem Tanam Bentuk jerami
Rerata P
Abu Jerami
Bokasi 28 HST
PTT modifikasi budidaya lokal 26.60
30.13 25.82
27.52 PTT
27.33 30.96
24.27 27.52
Budidaya Lokal 28.56
31.28 33.00
30.95 Rerata O
27.50 30.79
27.69 55 HST
PTT modifikasi budidaya 42.89
36.92 43.50
41.10b
Universitas Sumatera Utara
lokal
PTT 46.29
44.38 50.24
46.97c
Budidaya Lokal 37.66
35.70 40.71
38.02a Rerata O
42.28ab 39.00a 44.82b
Keterangan : Angka diikuti notasi huruf dan pada baris atau kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT.
Dari Tabel 13 terlihat bahwa perlakuan sistem tanam PTT berbeda nyata dengan PTT modifikasi budidaya lokal dan Budidaya lokal. Sistem tanam PTT
modifikasi budidaya lokal berbeda nyata dengan Budidaya lokal dalam meningkatkan kandungan klorofil daun tanaman pada umur 55 HST. Kandungan
klorofil daun tanaman tertinggi terdapat pada sistem tanam PTT. Perlakuan bokasi dan abu jerami tidak berbeda nyata namun kandungan
klorofil daun tanaman umur 55 HST pada perlakuan bokasi nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan jerami segar.
Bobot Kering Akar g
Hasil pengamatan bobot kering akar tanaman padi pada 60 HST serta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 25. Dari hasil uji beda rerata
terlihat bahwa perlakuan sistem tanam P berpengaruh nyata dan pemberian bentuk jerami O berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar tanaman
umur 60 HST. Tabel 14. Tabel 14. Rerata Bobot Kering Akar per Rumpun Tanaman Umur 60 HST pada
Perlakuan Sistem Tanam dan Bentuk Jerami yang Berbeda
Universitas Sumatera Utara
Sistem Tanam Bentuk jerami
Rerata P Abu
Jerami Bokasi
------------------------------g---------------------------- PTT modifikasi budidaya
lokal 20.55
17.92 19.35
19.28b
PTT 15.73
9.44 8.24
11.14a Budidaya Lokal
29.25 19.69
14.40 21.11b
Rerata O 21.84
15.69 14.00
Keterangan : Angka diikuti notasi huruf dan pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT.
Dari Tabel 14 terlihat bahwa bobot kering akar pada perlakuan sistem tanam PTT modifikasi budidaya lokal dan budidaya lokal tidak berbeda nyata, namun nyata
lebih tinggi dibandingkan bobot kering akar pada perlakuan sistem tanam PTT.
Anakan Produktif pada umur 105 HST batang Hasil pengamatan anakan produktif tanaman umur 105 HST dan analisis
sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 26. Dari hasil uji beda rerata terdapat interaksi perlakuan sistem tanam P dengan pemberian jenis jerami O sangat
nyata meningkatkan jumlah anakan produktif tanaman Tabel 15. Tabel 15. Rerata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Umur 105 HST pada
Interaksi Perlakuan Sistem Tanam dan Bentuk Jerami yang Berbeda
Sistem Tanam Bentuk jerami
Rerata P
Abu Jerami Bokasi
------------------------------g-------------------------
Universitas Sumatera Utara
PTTmodifikasi budidaya lokal 10.35abc
9.36a 10.49b-e 17.07
PTT 17.09g
14.10f 16.91g
16.03 Budidaya Lokal
9.91ab 10.37a-d 10.35abc
10.21 Rerata O
12.45 11.28
12.58 Keterangan : Angka diikuti notasi huruf dan pada baris atau kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT.
Dari tabel 15 terlihat bahwa jumlah anakan produktif tanaman pada sistem tanam PTT modifikasi budidaya lokal dengan pemberian jerami tidak berbeda
nyata dengan pemberian jerami pada sistem budidaya lokal. Jumlah anakan produktif pada aplikasi jerami dengan sistem tanam PTT nyata lebih tinggi
dibandingkan perlakuan modifikasi budidaya lokal dan budidaya lokal. Selanjutnya pada sistem tanam PTT jumlah anakan produktif akibat
perlakuan abu jerami tidak berbeda nyata dengan bokasi jerami namun jumlah anakan produktif pada aplikasi abu jerami dan bokasi jerami nyata lebih tinggi
dibandingkan jumlah anakan produktif pada aplikasi jerami segar.
4. Hasil Tanaman Produksi Gabah Kering per Plot kg