Studi Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Nutrien Onggok Fermentasi (Cassabio)

STUDI LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS
NUTRIEN ONGGOK FERMENTASI (CASSABIO)

WIDYA ALFIDA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Lama
Penyimpanan terhadap Kualitas Nutrien Onggok Fermentasi (Cassabio) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Widya Alfida
NIM D24090010

ABSTRAK
WIDYA ALFIDA. Studi Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Nutrien Onggok
Fermentasi (Cassabio). Dibimbing oleh AHMAD DAROBIN LUBIS dan
ANURAGA JAYANEGARA.
Onggok dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif tetapi harus dilakukan
proses pengolahan dahulu yaitu melalui teknologi fermentasi. Produk fermentasi
ini disebut cassabio. Cassabio yang diproduksi dalam skala besar tidak akan
langsung diberikan pada ternak, tetapi terjadi penyimpanan dahulu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi lama penyimpanan terhadap kualitas nutrien
onggok fermentasi (cassabio). Penyimpanan cassabio menggunakan kantong
plastik, dilakukan selama 3 bulan pada suhu dan kelembaban ruangan. Perlakuan
yang digunakan yaitu waktu penyimpanan (0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu)
dengan 4 ulangan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap.
Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu penyimpanan selama 12 minggu sangat
signifikan menurunkan BK dan BETN cassabio. Kadar lemak kasar selama
periode penyimpanan meningkat secara signifikan hingga minggu ke-6 dan

menurun setelahnya. Waktu penyimpanan juga memberikan pengaruh yang
signifikan pada protein kasar dengan membentuk garis linear dan peningkatan
kadar serat kasar, sedangkan waktu penyimpanan tidak mempengaruhi kadar abu
dan pH cassabio.
Kata kunci: cassabio, kualitas, penyimpanan

ABSTRACT
WIDYA ALFIDA. Storage Study on Nutrient Quality of Cassava Pulp
Fermentation (Cassabio). Supervised by AHMAD DAROBIN LUBIS and
ANURAGA JAYANEGARA.
Cassava pulp can be used for animal feed as an alternative feed source, but
it must be processed first prior to use such as through fermentation
technology. The fermented product is called cassabio. Cassabio that is produced in
a big scale will not be directly fed to the livestock, but it has to be storage first for
some time. This study was aimed to determine the effect of storage time on the
quality of cassabio. Cassabio storage was done in plastic bags, conducted over 3
months under room temperature and humidity. The treatment used was storage
time (0, 2, 4, 6, 8, 10, and 12 weeks) with 4 replications. The design of this study
was based on a completely randomized design. Results showed
that cassabio storage for

12 weeks significantly lowered DM and NFE. Crude
fat content during the storage period significantly increased up to 6 weeks, and
decreased afterwards. Storage period also gave a significant effect on crude
protein to form a linear curve andincreased crude fiber content, while the storage
priod did not affect ash content and pH of cassabio.
Key words : cassabio, quality, storage

STUDI LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS
NUTRIEN ONGGOK FERMENTASI (CASSABIO)

WIDYA ALFIDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Studi Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Nutrien Onggok
Fermentasi (Cassabio)
Nama
: Widya Alfida
NIM
: D24090010

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc
Pembimbing I

Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 sampai
dengan Januari 2013 ini ialah penyimpanan, dengan judul Studi Lama
Penyimpanan terhadap Kualitas Nutrien Onggok Fermentasi (Cassabio).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi lama penyimpanan terhadap
kualitas nutrien onggok fermentasi (cassabio). Tujuan jangka panjang dari
penelitian ini yaitu dapat diketahui berapa lama pakan disimpan sehingga pakan
yang diberikan masih layak dikonsumsi ternak.
Penulis menyadari dalam penulisan skipsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat

bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Widya Alfida

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu
Prosedur
Pembuatan Cassabio
Persiapan Ruang Penyimpanan
Proses Penyimpanan
Derajat Keasaman

Organoleptik
Analisis Kualitas Nutrien Cassabio selama Penyimpanan
Perlakuan
Rancangan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Ruang Penyimpanan
Organoleptik
Analisis Kualitas Nutrien Cassabio selama Penyimpanan
Kadar Bahan Kering
Kadar Abu
Kadar Protein Kasar
Kadar Lemak Kasar
Kadar Serat Kasar
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Derajat Keasaman
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

vi
vi
vi
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
4
5
5

6
6
7
8
9
9
10
10
11
12
13
13
13
14
14
16
18
18

DAFTAR TABEL

1 Kisaran suhu dan kelembaban lokasi ruang penyimpanan
2 Pengaruh penyimpanan terhadap nutrien dan derajat keasaman (pH)
cassabio selama periode penyimpanan

6
8

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Proses penyimpanan cassabio
Bentuk dan warna cassaabio selama penyimpanan
Hubungan kadar bahan kering cassabio terhadap lama penyimpanan
Hubungan kadar protein kasar cassabio terhadap lama penyimpanan

Hubungan kadar lemak kasar cassabio terhadap lama penyimpanan
Hubungan kadar serat kasar cassabio terhadap lama penyimpanan
Hubungan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen casssabio terhadap
lama penyimpanan

3
7
9
10
11
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam kadar bahan kering
2 Uji lanjut kadar bahan kering
3 Sidik ragam kadar abu
4 Sidik ragam kadar protein kasar
5 Uji lanjut kadar protein kasar
6 Sidik ragam kadar lemak kasar
7 Uji lanjut kadar lemak kasar
8 Sidik ragam kadar serat kasar
9 Uji lanjut kadar serat kasar
10 Sidik ragam bahan ekstrak tanpa nitrogen
11 Uji lanjut bahan ekstrak tanpa nitrogen
12 Sidik ragam derajat keasaman
13 Uji lanjut derajat keasaman

16
16
16
16
16
16
16
16
17
17
17
17
17

PENDAHULUAN
Pakan merupakan faktor terpenting dan biaya variabel terbesar dalam suatu
usaha peternakan. Kebutuhan pakan ternak terus meningkat dan seringkali tidak di
imbangi dengan ketersediaan bahan baku pakan lokal, sehingga impor merupakan
salah satu jalan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dalam negeri. Indonesia
mempunyai bahan baku limbah industri pertanian dalam jumlah yang cukup besar
tetapi belum termanfaatkan secara optimal misalnya limbah industri pembuatan
tapioka yang berbahan dasar singkong. Singkong mempunyai ketersediaan yang
cukup tinggi di Indonesia dan merupakan salah satu dari lima negara terbesar di
dunia penghasil singkong dengan produksi sebesar 67% singkong dunia.
Indonesia dapat memproduksi singkong sebanyak 24 juta ton pertahun (BPS
2011).
Singkong umumnya digunakan sebagai bahan baku industri makanan seperti
makanan tradisional yaitu getuk, timus, keripik, gemblong dan berbagai jenis
makanan lain yang memerlukan proses lebih lanjut. Dalam industri makanan,
pengolahan singkong dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi
singkong (tape atau peuyeum), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung
singkong atau tepung tapioka. Proses pembuatan tepung tapioka menghasilkan
limbah berupa onggok dalam jumlah yang cukup besar yaitu 10% sampai 15%
dari singkong segar yang diolah (Sriroth et al. 2000).
Produksi onggok yang cukup besar dapat menjadi polutan di sekitar pabrik
apabila tidak dimanfaatkan karena itu perlu dilakukan pengolahan agar onggok
tidak menjadi masalah bagi lingkungan. Menjadikan onggok sebagai pakan
alternatif merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini, akan
tetapi untuk menjadikannya sebagai pakan alternatif perlu terlebih dahulu
dilakukan pengolahan lebih lanjut karena penggunaan onggok sebagai pakan
ternak dihadapkan pada beberapa kendala, salah satunya yaitu rendahnya nilai gizi
pada onggok (khususnya protein). Karena itu, diperlukan teknik pengolahan yang
dapat meningkatkan kandungan nutrien onggok. Teknik pengolahan yang tepat
untuk menjadikan onggok sebagai pakan alternatif yaitu dengan teknologi
fermentasi.
Teknologi fermentasi onggok bertujuan untuk meningkatkan kandungan
nutrien dari onggok, sehingga dapat menjadi pakan alternatif yang berkualitas.
Onggok dapat dijadikan sebagai media fermentasi karena onggok merupakan
bahan yang kaya akan karbohidrat, tetapi onggok memerlukan bahan tambahan
untuk menunjang pertumbuhan kapang. Penggunaan onggok yang dicampurkan
dengan urea, zeolit dan difermentasikan dengan kapang Aspergillus niger dapat
meningkatkan protein kasar maupun protein murni serta dapat menurunkan
kandungan serat kasar yang tinggi dari onggok (Lubis 1996). Pitriyatin (2010)
kemudian menambah amonium sulfat untuk menambahkan sulfur ke dalam
onggok-urea-zeolit yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat
meningkatkan kandungan protein dan memperbaiki komposisi asam amino karena
menjadi sumber sulfur bagi asam amino metionin dan sistin.
Produk fermentasi onggok-urea-zeolit yang difermentasi oleh Aspergillus
niger tersebut diberi nama cassabio. Cassabio yang diproduksi secara besar dalam
satu waktu tidak akan langsung diberikan pada ternak namun terjadi penyimpanan

2
terlebih dahulu didalam gudang penyimpanan untuk dilakukan penyetokan pada
saat pakan dibutuhkan. Penyimpanan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk
terutama pengaruh internal bahan, faktor eksternal serta jangka waktu. Selain itu,
penyimpanan akan berpengaruh terhadap kualitas fisik dan kimia cassabio,
pengaruh tersebut belum diketahui karena belum ada penelitiannya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi lama penyimpanan terhadap kualitas nutrien
onggok fermentasi (cassabio).

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah onggok yang berasal dari
pabrik pengolahan singkong yang berada di daerah Cibinong, urea, zeolit,
amonium sulfat, inokulum Aspergillus niger, aquades, dan alkohol 70%.

Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah autoclave, karung plastik,
timbangan digital, drigen, terpal, plastik, gunting, Thermo-Hygrometer, pH meter
dan peralatan untuk analisis proksimat (kadar bahan kering, abu, protein kasar,
lemak kasar, dan serat kasar).

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2012 sampai Januari 2013.
Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian
Pembuatan Cassabio
Langkah-langkah dalam pembuatan cassabio, antara lain:
Pembuatan Starter
Pembuatan starter menggunakan media onggok yang diletakan pada cawan
petri sebanyak 20 g dan disterilisasi menggunakan autoclave. Selanjutnya kapang
hasil perbanyakan di dalam tabung reaksi diberikan aquades sebanyak 18 ml dan
dicampurkan pada media starter sampai rata yang dilakukan dalam keadaan steril
di atas api bunsen. Setelah itu diinkubasi pada suhu kamar selama empat hari.
Kemudian dimasukan kedalam oven 60 oC selama tiga hari. Setelah kering starter
dimasukan ke dalam plastik dan disimpan di dalam lemari es.

3
Fermentasi Bahan
Bahan-bahan fermentasi yaitu 2.5% zeolit, 3% urea, 0.2% Aspergillus niger
dan 1.5% amonium sulfat, onggok steril serta aquades disiapkan kemudian semua
bahan dicampurkan sampai homogen. Setelah itu dimasukan sebanyak 200 g ke
dalam plastik yang telah diberi lubang-lubang kecil dan diinkubasi selama 6 hari
dengan mengukur kadar air bahan setelah fermentasi selama 6 hari dan setelah
proses pengeringan selama 3 hari.
Persiapan Ruang Penyimpanan
Ruangan penyimpanan dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian
dilakukan pemasangan alat pengukur kelembaban dan suhu ruangan yaitu
Thermo-Hygrometer.
Proses Penyimpanan
Penyimpanan cassabio menggunakan media karung plastik yang disimpan
pada suhu ruang. Cassabio yang telah dihaluskan dimasukan ke dalam 28 karung
plastik yang telah dijahit bagian pinggirnya masing-masing sebanyak 200 g,
kemudian bagian atas karung plastik dijahit kembali menggunakan mesin secara
rapi. Karung yang telah dijahit disusun di ruang penyimpanan selama 3 bulan
kemudian setiap hari dilakukan pencatatan suhu dan kelembaban ruangan
penyimpanan. Setiap 2 minggu sekali dilakukan pengambilan sampel untuk uji
proksimat, derajat keasaman (pH) dan organoleptik.

Gambar 1 Proses penyimpanan cassabio
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini, antara lain:
Derajat Keasaman Bahan / pH (Acidity)
Sampel dituangkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan aquades dengan
perbandingan 1:10. Alat pengukur pH (pH meter) yang sudah dikalibrasi pada pH
4 dan 7 dicelupkan kedalam sampel dan dibiarkan ± 20 menit kemudian
didapatkan angka pada pH meter yang menunjukkan besarnya pH sampel
(Apriyantono et al. 2000).
Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan 5 panelis yang sama
secara tidak terlatih pada minggu ke-0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Penilaian
organoleptik ini dilakukan dengan mengamati intensitas warna, aroma, dan tekstur
yang dihasilkan pada setiap perlakuan lama penyimpanan.

4
Analisis Kualitas Nutrien Cassabio Selama Penyimpanan
Kualitas nutrien cassabio pada berbagai penyimpanan dievaluasi dengan
menggunakan analisis proksimat yaitu bahan kering, abu (ash), protein kasar,
lemak kasar, serat kasar, dan BETN sesuai dengan AOAC (1999).
Analisa Kadar Bahan Kering
Penentuan kadar air bahan dilakukan dengan menggunakan oven 105 oC.
Cawan porselin yang telah dikeringkan dalam oven 105 oC didinginkan di dalam
eksikator selama 30 menit untuk kemudian ditimbang (A). Sampel yang
digunakan sekitar 3 g (B) beserta cawan dimasukan ke dalam oven 105 oC sampai
bobot tetap kemudian didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang (C). Dari
analisis kadar air akan diperoleh kadar bahan kering yaitu dengan cara:
(

- )

Kadar air (%) =
Bahan Kering = (100 - Kadar air)%
Analisa Kadar Abu
Abu adalah bagian dari sisa pembakaran dalam tanur dengan temperatur
400-600 oC. Penentuan kadar abu dilakukan dengan cara cawan porselin yang
telah dikeringkan dalam oven 105 oC didinginkan di dalam eksikator selama 30
menit kemudian ditimbang (X). Sampel ditimbang sekitar 3 g (Y) kemudian
dimasukan ke dalam cawan porselin, lalu pijarkan dahulu sampai tidak berasap,
setelah itu cawan porselen berisi sampel dimasukan dalam tanur suhu 600 oC.
Setelah keseluruhan abu menjadi putih kemudian sampel diangkat, dan dinginkan
dalam eksikator selama 30 menit selanjutnya ditimbang (Z). Perhitungan kadar
abu sebagai berikut:
Kadar abu (%) =

( - )

Analisa Kadar Protein Kasar
Penentuan kadar protein kasar dengan cara sampel ditimbang sekitar 0.3 g
(X) selanjutnya dimasukkan ke labu destruksi dan ditambah katalis secukupnya
serta 20 ml H2SO4 pekat. Campuran dipanaskan sampai larutan bewarna hijau
kekuningan di dalam ruangan asam. Setelah itu didinginkan dan dimasukkan
dalam labu penyulingan untuk diencerkan dengan 300 ml air dan ditambah batu
didih serta 100 ml NaOH 40%. Labu penyulingan dipasang diatas alat
penyulingan hingga 2/3 cairan dalam labu penyulingan menguap yang ditangkap
10 ml H2SO4 0.1 N dalam labu erlenmeyer. Kemudian hasil penyulingan dalam
labu Erlenmeyer dititrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N sampai bewarna biru
kehijauan. Setelah itu volume NaOH dihitung (Z) dan dibandingkan dengan titrasi
blanko (Y). Perhitungan kadar protein kasar sebagai berikut:
Kadar protein kasar =

( - )

X 100%

Analisa Kadar Lemak Kasar
Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ektraksi soxhlet dikeringkan
dalam oven. Kemudian didinginkan dalam esikator dan ditimbang hingga bobot
tetap. Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan dibungkus dengan kertas saring yang
dialasi kapas. Kertas saring yang berisi sampel disumbat dengan kapas lalu

5
dimasukan ke dalam alat ekstrasi soxhlet, kemudian dipasang alat kondensor di
atasnya dan labu lemak dibawahnya. Selanjutnya diekstrak dengan pelarut
petroleum eter secukupnya sesuai dengan ukuran yang digunakan. Selama
minimum 5 jam dilakukan refluks sampai pelarut yang turun kembali ke labu
lemak berwarna jernih. Kemudian pelarut yang terdapat di dalam labu lemak
diekstraksi dan ditampung untuk selanjutnya dipanaskan dalam oven pada suhu
105 oC, setelah itu didinginkan dalam eksikator hingga bobot tetap dan dilakukan
penimbangan. Perhitungan kadar lemak kasar sebagai berikut:
X 100%

Kadar lemak kasar =

Analisa Kadar Serat Kasar
Sampel ditimbang sekitar 0.5 g (X) dan 50 ml H2SO4 0.3 N dimasukkan
dalam gelas piala 500 ml, lalu dipanaskan selama 30 menit (dari mendidih).
Kemudian tambahkan 25 ml NaOH 1.5 N dan dididihkan kembali. Setelah
dididihkan selama 30 menit cairan disaring dengan kertas saring (A)
menggunakan corong Buchner dan dibilas dengan 50 ml air panas hingga netral,
dicuci dengan 50 ml H2SO4, bilas kembali dengan 50 ml air panas hingga netral
dan disiram 25 ml Aceton. Keringkan kertas saring beserta isinya dengan
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC, angkat dan dinginkan dalam eksikator
kemudian ditimbang (Y), setelah itu pijarkan dalam tanur sampai putih dan
didinginkan kembali serta ditimbang (Z). Perhitungan kadar serat kasar sebagai
berikut:
Kadar serat kasar =

( -

- )

Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (BETN)
Setelah didapatkan hasil analisa proksimat yaitu berupa kadar air, kadar abu,
kadar protein kasar, kadar lemak kasar dan kadar serat kasar akan didapatkan
perhitungan untuk mengetahui kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Perhitungan untuk memperoleh BETN yaitu:
BETN = 100% - (Air + Abu + Protein Kasar + Lemak Kasar + Serat
Kasar)%
Perlakuan Penyimpanan
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
P1 : Penyimpanan minggu ke-0
P2 : Penyimpanan minggu ke-2
P3 : Penyimpanan minggu ke-4
P4 : Penyimpanan minggu ke-6
P5 : Penyimpanan minggu ke-8
P6 : Penyimpanan minggu ke-10
P7 : Penyimpanan minggu ke-12
Rancangan dan Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan faktor perlakuan waktu penyimpanan (0, 2, 4, 6, 8, 10,

6
dan 12 minggu) dengan 4 ulangan. Model matematik dari rancangan percobaan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Xij = µ + τi + εij
Keterangan :
Xij
: Variabel respon karena pengaruh penyimpanan ke-i dan ulangan ke-j
µ
: Rataan umum
τi
: Pengaruh faktor lama penyimpanan ke-i
ε ij
: Galat percobaan pada penyimpanan ke-i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA).
Apabila berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal
(Steel dan Torrie 1993) menggunakan program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Ruang Penyimpanan
Bahan baku pakan umumnya tidak digunakan secara langsung tetapi
dilakukan penyimpanan sebelum diolah menjadi ransum ternak. Penyimpanan
sendiri bertujuan untuk menjaga serta mempertahankan mutu komoditi yang
disimpan dengan cara menghindari, mengurangi ataupun menghilangkan berbagai
faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut
(Soesarsono 1988).
Suhu dan kelembaban ruangan merupakan salah satu bentuk perubahan fisik
yang dapat menyebabkan kerusakan selama penyimpanan bahan baku pakan.
Waktu pengamatan suhu dan kelembaban relatif selama penelitian yaitu pagi,
siang, dan sore pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.00 WIB. Kisaran suhu
dan kelembaban lokasi ruang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kisaran suhu dan kelembaban lokasi ruang penyimpanan
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
Rataan

Suhu (oC)
Minimum
Maksimum
27.7
28
26
27.5
26.4
28
26.6
28
26.4
27.8
26.5
28.1
26.9
28.2
26.64±0.54
27.94±0.23

Kelembaban (%)
Minimum
Maksimum
70
73
72
79
71
79
75
82
77
83
77
83
78
81
74.29±3.25
80±3.51

P1= penyimpanan minggu ke-0, P2= penyimpanan minggu ke-2, P3=penyimpanan minggu ke-4, P4=
penyimpanan minggu ke-6, P5= penyimpanan minggu ke-8, P6=penyimpanan minggu ke-10, P7=
penyimpanan minggu ke-12

7
Tabel 1 menunjukan bahwa suhu ruangan penyimpanan berkisar dari 26 oC
sampai 28.2 oC, sedangkan kelembaban ruangan penyimpanan berkisar dari 70%
sampai 83%. Kisaran suhu dan kelembaban yang terdapat pada penelitian ini
diduga karena kondisi hujan dan panas yang tidak menentu setiap harinya. Rataan
suhu minimum ruangan penyimpanan selama 12 minggu yaitu 26.64 oC
sedangkan suhu maksimum yaitu 27.94 oC. Rataan kelembaban minimum ruangan
penyimpanan selama 12 minggu penelitian yaitu 74.29 % sedangkan untuk
kelembaban maksimum yaitu 80 %. Menurut Imdad dan Nawangsih (1995)
kisaran suhu ruang penyimpanan yang baik untuk kadar air bahan yang aman
adalah 25 oC sampai 27 oC sedangkan kelembabannya yaitu 70% sampai 75%.
Hal ini menunjukan bahwa ruangan penyimpanan ini mempunyai kelembaban
yang tinggi, sehingga dapat menurunkan kualitas dari bahan baku yang disimpan,
dari segi fisik maupun kualitas nutrien pakan. Selain itu kelembaban ruangan
penyimpanan ini memungkinkan pertumbuhan kembali spora dari kapang
Aspergillus niger yang digunakan pada saat fermentasi onggok, dikarenakan
kisaran kelembaban ruangan penyimpanan ini merupakan kelembaban ideal bagi
pertumbuhan kapang. Kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme perusak. Selain itu, kelembapan yang tinggi dapat
mengakibatkan penyerapan uap air dari udara yang dapat membuat bahan menjadi
lembab sehingga kadar air bahan menjadi meningkat (Syamfitri 2012).
Organoleptik
Pengujian organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini digunakan hanya
sebagai parameter pendukung untuk melihat pengaruh penyimpanan pada sifat
fisik cassabio yaitu berdasarkan aroma, warna, dan tekstur. Pengujian dilakukan
oleh 5 panelis yang sama secara tidak terlatih. Pada penelitian ini didapatkan hasil
waktu penyimpanan memberikan pengaruh pada tekstur, warna, dan aroma.
Hasil uji organoleptik pada pengamatan tekstur menunjukan tekstur
cassabio cenderung kasar selama 12 minggu penyimpanan, hal ini dikarenakan
terdapatnya gumpalan-gumpalan yang terbentuk pada produk cassabio.
Gumpalan-gumpalan yang terbentuk diduga karena pertumbuhan mikroba
kontaminan yang dapat merusak bahan, dikarenakan kadar air bahan yang
terkandung selama penyimpanan melebihi 14%. Hasil tersebut didukung dengan
pernyataan Pasaribu et al. (2001) jika kadar air substrat tidak melebihi 14%, tidak
akan ditumbuhi mikroorganisme yang dapat merusak substrat.
Selama periode penyimpanan didapatkan aroma cassabio menunjukan
aroma khas produk fermentasi yang tidak terlalu kuat atau cenderung lemah,
sedangkan warna substrat yang berubah menjadi agak kecoklatan dikarenakan
mikroorganisme yang digunakan pada proses fermentasi ini adalah Aspergillus
niger yang mempunyai konidia berwarna cokelat hitam (Fardiaz 1989).

P1

P2

P3

8

P4

P5

P6

P7
Gambar 2 Bentuk dan warna cassabio selama penyimpanan
Analisis Kualitas Nutrien Cassabio Selama Penyimpanan
Analisis kualitas nutrien cassabio yang dilakukan selama periode
penyimpanan pada kelembaban dan suhu ruang bertujuan untuk mengevaluasi
lama penyimpanan terhadap perubahan kualitas bahan kering, abu, protein kasar,
serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, dan derajat keasaman (pH) selama 12
minggu penyimpanan.
Tabel 2 Pengaruh penyimpanan terhadap nutrien dan derajat keasaman (pH)
cassabio selama periode penyimpanan
Peubah
P1

P2

P3

Perlakuan
P4

Signifikan
P5

P6

P7

Proksimat
(%)
BK
Abu
PK
SK
LK
BETN
pH

91.9±2.0 85.2±0.2 85.1±0.3 84.1±0.2 84.6±1.2 84.2±0.3 86±2.1
6.1±1.0 4.6±0.0 4.7±0.1 6.3±1.6 4.4±0.5 4.5±0.4 5.9±1.1
4.8±0.7 3.9±0.8 6.8±0.1 4.3±0.1 6.4±0.6 5.6±0.6 6.2±0.2
1.3±0.4 5.9±0.6 5.3±0.5 3.1±0.1 5.3±1.3 4.1±0.8 4.3±0.4
0.4±0.1 0.3±0.1 1.3±0.1 1.8±0.4 1.5±0.4 1.6±0.3 0.4±0.2
87.5±1.2 85.3±1.1 82±0.6 84.6±1.9 82.3±1.5 84.2±0.7 83.1±1.1
6.4±0.0

5.9±0.1

6.2±0.1 6.0±0.0

6.1±0.0

6.6±0.1

Kuadratik*
NS
Linear**
Kuadratik**
Kuadratik*
Kuadratik*

6.2±0.1 NS

BK= bahan kering, PK= protein kasar, SK= serat kasar, LK= lemak kasar, BETN= bahan ekstrak
tanpa nitrogen; P1= penyimpanan minggu ke-0, P2= penyimpanan minggu ke-2, P3=penyimpanan
minggu ke-4, P4= penyimpanan minggu ke-6, P5= penyimpanan minggu ke-8, P6=penyimpanan
minggu ke-10, P7= penyimpanan minggu ke-12; NS= non signifikan (P>0.05), *(P