Pengaruh Lama Perendaman Dalam Minuman Ringan Berkarbonat Terhadap Kekerasan Resin Komposit Sinar

(1)

PENGARUH LAMA PERENDAMAN

DALAM MINUMAN RINGAN BERKARBONAT

TERHADAP KEKERASAN RESIN KOMPOSIT SINAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

IIYANI H. TARIGAN NIM : 070600061

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2011

Iiyani H. Tarigan

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM MINUMAN RINGAN BERKARBONAT TERHADAP KEKERASAN RESIN KOMPOSIT SINAR

xii + 49 halaman

Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari pada bahan itu sendiri. Kekerasan resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Salah satu minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah minuman ringan berkarbonat. Minuman ringan berkarbonat ini memiliki beberapa keburukan terhadap bahan restorasi sewarna gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat terhadap kekerasan resin komposit sinar.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain penelitian post test only control group. Sampel resin komposit pada penelitian ini berbentuk tablet dengan tebal 2 mm dan diameter 5 mm. Jumlah total sampel sebanyak 40 buah, yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, perendaman selama 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Setiap kelompok


(3)

sampel dilakukan pengujian kekerasan dengan Vickers Hardness Test, kemudian hasil pengujian akan dianalisis dengan uji ANOVA satu arah.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 30 menit terhadap kekerasan resin komposit dengan p = 0,130 (p > 0,05) dan terhadap lama perendaman 60 menit dengan p = 0,079 (p > 0,05), namun perendaman selama 90 menit menunjukkan hasil yang bermakna dengan p = 0,006 (p < 0,05)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat (30 dan 60 menit) terhadap kekerasan resin komposit sinar, kecuali pada perendaman selama 90 menit.


(4)

PENGARUH LAMA PERENDAMAN

DALAM MINUMAN RINGAN BERKARBONAT

TERHADAP KEKERASAN RESIN KOMPOSIT SINAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

IIYANI H. TARIGAN NIM : 070600061

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 Juni 2011

Pembimbing: Tanda Tangan

1.Rusfian, drg, M.Kes ……… NIP.195209201982011001

2.Astrid Yudhit, drg, M.Si ……… NIP.197811302005012001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 21 Juni 2011

TIM PENGUJI KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D 2. Rusfian, drg., M.Kes 3. Astrid Yudhit, drg, M.Si


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa atas kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat selesai menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta, Ayah (Henry Tarigan, SH, M.Hum), ibu (dr. Dameria Ginting), adik-adik (Rizky Amenta, Abram Lordkhetsa, Elieser Lakines), atas cinta kasih, doa, dukungan baik moril maupun materil yang tak henti-hentinya kepada penulis. Serta secara khusus penulis juga berterimakasih kepada Christo Billy Simanjuntak atas segala cinta kasih, doa, dan dukungannya yang begitu besar bagi penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes. selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Rusfian, drg, M.Kes. dan Astrid Yudhit, drg, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi dan meluangkan waktu dalam membimbing serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.


(8)

5. Prof. Dr. Ir. Syoni Soepriyanto, M.Sc. selaku manager Laboratorium Metalurgi Fisika dan Keramik Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB dan Fajar Firdaus selaku instruktur laboratorium yang telah memberi izin, bantuan, dan bimbingan yang begitu besar dalam penelitian.

6. Drs. Abdul Jalil A.A., M.Kes. selalu Pembantu Dekan I FKM-USU yang telah meluangkan waktu membantu penulis dalam analisa statistik.

7. Sahabat-Sahabat terbaik penulis, Jesica, Soli, Isfa, Ester, Kak Ina, Kak Eunike, Dewi, Epifeni, Maria, Ruth. Sahabat FKG UNPAD, Joy Andrey, Kenyar Nindita, Desy Sitio (ITB) yang telah membantu menemukan tempat dan alat penelitian. Teman-Teman Seperjuangan IMTKG, Dayuni, Suci, Resty, Lisa, Richard tetap semangat. Serta seluruh teman-teman angkatan 2007, terus berkarya.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini dan mohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, 21 Juni 2011 Penulis,

(Iiyani Henyda Tarigan) NIM. 070600061


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………

HALAMAN PERSETUJUAN………. HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 3

1.3 Tujuan Penelitian……….. 3

1.4 Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit……… 5

2.1.1 Komponen Resin Komposit………..…….. 6

2.1.1.1 Matriks Resin………..………. 6

2.1.1.2 Partikel Bahan Pengisi……….………… 7

2.1.1.3 Bahan Coupling………... 7

2.1.1.4 Fotoinisiator dan Aktivator….………..…... 8

2.1.1.5 Penghambat (inhibitor)…….………... 9

2.1.1.6 Modifier Optik……….……….…… 9


(10)

2.1.2.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Partikel...… 10

2.1.2.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas.... 11

2.1.2.3 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi.. 12

2.1.3 Polimerisasi Resin Komposit Sinar……….. 12

2.1.4 Teknik Penyinaran Resin Komposit Sinar………..…….….... 14

2.1.5 Sifat Resin Komposit……..………...……... 15

2.1.5.1 Penyerapan air dan Kelarutan.…….………...…... 15

2.1.5.2 Kekerasan………...………... 15

2.2 Vickers Hardness Test………....……... 16

2.3 Minuman Ringan Berkarbonat……….……….. 18

2.3.1 Komposisi……….…...….. 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……….….. 20

3.1 Rancangan Penelitian………... 20

3.2 Desain Penelitian……….….... 20

3.3 Tempat Penelitian……… 20

3.4 Sampel dan Besar sampel……….... 20

3.4.1 Sampel……….………... 20

3.4.2 Besar Sampel…..………... 20

3.5 Variabel Penelitian………... 21

3.5.1 Variabel Bebas………..………... 21

3.5.2 Variabel Terikat………..………….... 21

3.5.3 Variabel Terkendali……….……….………….. 21

3.6 Alur Penelitian………. 22


(11)

3.8 Alat dan Bahan Penelitian……… 23

3.8.1 Alat Penelitian……..………... 23

3.8.2 Bahan Penelitian..……… 27

3.9 Prosedur Penelitian………... 28

3.9.1 Pembuatan master cast……… 28

3.9.2 Pembuatan Sampel…..……….... 29

3.9.3 Perendaman dan Pengujian Sampel…………..………..… 30

3.10 Analisis Data………..……….... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN……….. 33

4.1 Hasil Penelitian………. 33

4.2 Analisis Penelitian……… 34

BAB 5 PEMBAHASAN……… 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 40

6.1 Kesimpulan………..……. 40

6.2 Saran……….… 40

DAFTAR PUSTAKA………. 42


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi komposit berbahan resin……….. 11

2. Sifat Bahan Restorasi Resin Komposit……….. 16

3. Bahan Penelitian... 28

4 Nilai kekerasan permukaan resin komposit pada setiap

perlakuan (VHN)……….. 33

5. Hasil uji statistik perubahan kekerasan resin komposit tanpa

perendaman (0 menit), perendaman 30, 60, dan 90 menit dalam


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikatan Matriks Resin Bis-GMA, TEGDMA, dan UEDMA……… 6

2. Ikatan kimia methacryloxypropyltrimethoxysilane……….. 8

3. Ikatan Coupling agent yang mengikat matriks dan filler………….. 8

4. Tahap Polimerisasi Resin Komposit………. 14

5. a. Alat uji Kekerasan Vickers Hardness Test ……….. 17

b. Vickers Hardness Diamond indentatiton……… 17

6. a. Light Curing……….. 24

b. Mould Stainless Steel………. 24

7. a. Instrumen Plastis………. 25

b. Vickers Hardness Test……… 25

8. a. Stopwatch……… 25

b. pH indikator……… 25

9. a. Pinset……… 26

b. Kertas Penyerap Air……… 26

10. a. Celophan Strip………. 26

b. Sarung tangan dan masker….……….. 26

11. a. Wadah………...……… 27

b. Bejana Ukur……….. 27

12. a. Resin Komposit 3M Espe Z250……… 28


(14)

13. Master cast………... 28

14. a. Peletakan Celophan Strip………... 30

14. b. Resin Komposit dalam Mould………. 30

15. a. Penyinaran Resin Komposit………. 30

b. Sampel Resin Komposit………... 30

16. a. Pengeringan Sampel………. 32

b. Penandaan bagian bawah sampel.………. 32

17. a. Pengukuran pH Coca-cola ……… 32

b. Perendaman Sampel……….. 32

18. Skematik lima titik penjejasan………... 32

19. Gambaran titik Hasil Pengujian dengan Vickers Hardness Test…….. 32

20. Grafik nilai rata-rata kekerasan resin komposit sinar dan lama Perendaman……… 32


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka konsep

2. Hasil Uji kekerasan Lima Titik Resin Komposit 3. Analisa Data One way Anova


(16)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2011

Iiyani H. Tarigan

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM MINUMAN RINGAN BERKARBONAT TERHADAP KEKERASAN RESIN KOMPOSIT SINAR

xii + 49 halaman

Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari pada bahan itu sendiri. Kekerasan resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Salah satu minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah minuman ringan berkarbonat. Minuman ringan berkarbonat ini memiliki beberapa keburukan terhadap bahan restorasi sewarna gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat terhadap kekerasan resin komposit sinar.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain penelitian post test only control group. Sampel resin komposit pada penelitian ini berbentuk tablet dengan tebal 2 mm dan diameter 5 mm. Jumlah total sampel sebanyak 40 buah, yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, perendaman selama 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Setiap kelompok


(17)

sampel dilakukan pengujian kekerasan dengan Vickers Hardness Test, kemudian hasil pengujian akan dianalisis dengan uji ANOVA satu arah.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 30 menit terhadap kekerasan resin komposit dengan p = 0,130 (p > 0,05) dan terhadap lama perendaman 60 menit dengan p = 0,079 (p > 0,05), namun perendaman selama 90 menit menunjukkan hasil yang bermakna dengan p = 0,006 (p < 0,05)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat (30 dan 60 menit) terhadap kekerasan resin komposit sinar, kecuali pada perendaman selama 90 menit.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin komposit pertama kali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1962 dan pada awal 1970-an, resin komposit secara nyata menggantikan resin tanpa bahan pengisi sebagai bahan restorasi gigi. Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari pada bahan itu sendiri.Resin komposit memiliki kelebihan dibandingkan bahan restorasi lain, yaitu lebih estetis, mudah dimanipulasi, dan memiliki biokompabilitas yang tinggi.1,2

Resin komposit memiliki beberapa sifat fisik dan mekanik. Sifat fisiknya antara lain polymerization shrinkage, konduktivitas termal, penyerapan air, dan kelarutan. Sifat mekaniknya antara lain kekuatan fleksural, modulus elastisitas, kekasaran permukaan, dan kekerasan.1-3

Kekerasan merupakan salah satu sifat penting bahan restorasi, dimana kekerasan adalah ketahanan suatu bahan dalam menahan indentasi. Kekerasan dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui kemampuan suatu bahan dalam menahan daya abrasif. Sifat ini penting karena berpengaruh terhadap tindakan pemolesan dan goresan pada saat mengunyah atau menggosok gigi.1-3

Kekerasan resin komposit sinar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya seperti sifat fisik resin komposit seperti penyerapan air dan kelarutan. Kekerasan dipengaruhi pula oleh proses polimerisasi, termasuk jarak penyinaran, tebal bahan,


(19)

lama penyinaran, dan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh pasien.2,4-9 Variasi lama penyinaran resin komposit berkisar antara 20 hingga 60 detik dengan ketebalan 2,0-2,5 mm agar sinar dapat menembus masuk sampai lapisan yang paling bawah. Ujung alat sinar harus diletakkan sedekat mungkin dengan tumpatan tanpa menyentuhnya.1-4,7-9

Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap kekerasan permukaan resin komposit adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Resin komposit memiliki sifat fisik berupa penyerapan air dan kelarutan yang akan meningkat bila polimerisasi tidak terjadi dengan optimal.10-2 Penyerapan air tersebut dapat berasal dari minuman yang dikonsumsi oleh pasien sehari-hari yang secara langsung berkontak ataupun merendam gigi. Salah satu minuman yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah minuman ringan. Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan berkarbonat (carbonated soft drink) dan minuman ringan tanpa karbonat.13

Minuman ringan berkarbonat atau di Indonesia dikenal dengan nama soft

drink telah menjadi minuman yang populer. Namun, minuman ringan berkarbonat ini

memiliki beberapa keburukan terhadap bahan restorasi gigi. Mckenzie, dkk. (2004) melakukan penelitian dan menemukan penurunan kekerasan permukaan pada bahan restorasi sewarna gigi setelah perendaman dalam Coca-cola.11 Yanikoglu, dkk. (2009) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa terdapat penurunan kekerasan permukaan resin komposit setelah perendaman dalam Coca-cola selama 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan, hingga setahun.10 Hal ini juga telah diteliti oleh berbagai peneliti terdahulu dan didapatkan hasil yang sama, dimana Coca-cola


(20)

memiliki pengaruh terhadap kekerasan resin komposit akibat pH-nya yang sangat rendah serta pengaruh berbagai bahan kimia yang terkandung di dalamnya.10-13

Oleh karena kekerasan sangat diperlukan oleh resin komposit sinar sebagai bahan tumpatan, maka dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan terhadap kekerasan bahan restorasi resin komposit sinar.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat terhadap kekerasan resin komposit sinar.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat (30, 60, 90 menit) terhadap kekerasan resin komposit sinar.

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat terhadap kekerasan resin komposit sinar.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dan dokter gigi mengenai bahan restorasi resin komposit sinar.

2. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi dan masyarakat mengenai pengaruh minuman ringan berkarbonat terhadap bahan tambalan (restorasi) gigi.


(21)

3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu material dan teknologi kedokteran gigi dan untuk penelitian lebih lanjut.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin komposit berkembang sebagai bahan restorasi karena kelebihannya, antara lain: mempunyai sifat estetik yang baik, penghantar panas yang rendah, mudah dimanipulasi, dan tidak larut dalam cairan mulut.1,2

2.1 Resin Komposit

Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari pada bahan itu sendiri.1,2 Resin komposit terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) anorganik dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang disebut coupling agent. Oleh sebab itu, resin komposit dapat didefenisikan pula sebagai material yang tersusun dari matriks organik dan partikel bahan pengisi anorganik yang dihubungkan oleh coupling agent. Selain mengandung tiga komponen utama tersebut, resin komposit juga mengandung pigmen warna agar resin komposit dapat menyerupai warna struktur gigi dan inisiator serta aktivator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan.1-3


(23)

2.1.1 Komponen Resin Komposit 2.1.1.1 Matriks Resin

Resin adalah komponen aktif kimia dalam komposit. Bentuknya adalah monomer cair. Bisfenol-a-glycidyl dimethacrylate (Bis-GMA), trietilen glikol

dimetakrilat (TEGDMA), dan urethane dimethacrylate (UEDMA) adalah matriks

resin yang umum digunakan dalam komposit gigi.1-4

Kegunaan matriks resin ini adalah untuk membentuk ikatan silang polimer yang kuat pada bahan komposit dan mengontrol konsistensi pasta resin komposit. Matriks resin mengandung monomer dengan viskositas tinggi (kental) yaitu Bis-GMA (bisphenol A-glycidyl methacrylate) yang disintesis melalui reaksi antara

bisphenol A dan glycidyl methacrylate oleh Bowen. Monomer dengan viskositas

rendah juga terkandung di dalamnya yaitu TEGDMA dan UEDMA. Matriks resin memiliki kandungan ikatan ganda karbon reaktif yang dapat berpolimerisasi bila terdapat radikal bebas. 1-4 Ikatan matriks resin Bis-GMA, TEGDMA, dan UEDMA dapat dilihat pada Gambar 1.

UEDMA


(24)

2.1.1.2 Partikel Bahan Pengisi (Filler)

Partikel bahan pengisi adalah material anorganik yang ditambahkan pada matriks resin. Partikel bahan pengisi yang benar-benar berikatan dengan matriks akan meningkatkan sifat bahan matriks. Adanya bahan pengisi pada resin komposit membuat matriks resin menjadi sedikit, sehingga pengerutan polimerisasi akan berkurang. Hal ini mengakibatkan sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekerasan, kekuatan tarik, dan modulus elastisiti juga membaik. Partikel pengisi umumnya dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar antara 0,1-100 µ m. Quartz merupakan salah satu bahan yang digunakan secara luas sebagai bahan pengisi.1-3

2.1.1.3 Bahan Coupling

Ikatan antara dua fasa komposit diperoleh dengan bahan coupling. Bahan

coupling adalah bahan interfasial untuk menyatukan matriks resin dan filler, bahan ini

berfungsi untuk mengikat filler ke matriks dan juga sebagai stress absorber yang akan meneruskan tekanan dari matriks ke partikel pengisi.1-3

Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat fisis dan mekanis serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah air masuk sepanjang interfasial bahan pengisi dan resin. Bahan coupling yang sering digunakan adalah silane, seperti γ-metacryloxypropyltrimetoxysilane (Gambar 2). Ikatan yang terbentuk antara silane dengan matriks resin adalah ikatan kovalen yang kuat sedangkan ikatan yang terbentuk antara silane dengan partikel bahan pengisi adalah ikatan siloxane (Si-O-Si) yang lemah (Gambar 3). Peran coupling yang tepat juga amat penting terhadap penampilan resin komposit.1-3


(25)

Gambar 2. Ikatan kimia methacryloxypropyltrimethoxysilane.3

Gambar 3. Ikatan Coupling agent yang mengikat matriks dan filler.3

2.1.1.4 Fotoinisiator dan Aktivator

Fotoinisiator dan aktivator berfungsi untuk menginduksi terjadinya light

curing. Fotoinisiator yang umumnya digunakan adalah camphoroquinone. Inisiator

ini berada di dalam pasta sebesar 0,2 %berat atau kurang.Amina organik yang cocok untuk berinteraksi dengan camphoroquinone adalah dimetilaminoetil metakrilat. Aktivator ini terdapat dalam pasta sebesar 0,15 %berat.1-3


(26)

Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin. Bahan penghambat yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluane dengan konsentrasi 0,01 %berat. 1-3

2.1.1.6 Modifier Optik

Komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Bahan pigmen yang sering ditambahkan terdiri dari oksida logam berbeda seperti titanium dioksid dan aluminium oksid. Bahan tersebut ditambahkan dalam jumlah yang sedikit (0,001-0,007 %berat). 1-3

2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit

Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk mengklasifikasikan resin komposit, diantaranya adalah sistem klasifikasi berdasarkan ukuran partikel filler, viskositas, dan polimerisasinya.1-3

2.1.2.1 Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran partikel filler

a. Resin komposit tradisional

Resin komposit tradisional memiliki ukuran filler relatif besar, sekitar 8-12µ m. Bahan ini mempunyai permukaan yang kasar dan cenderung berubah warna. Kekerasan resin komposit tradisional adalah sebesar 55 Knoop Hardness Number (KHN).1-3

b. Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil

Resin komposit pengisi partikel kecil mempunyai ukuran filler 1-5 µ m. Resin komposit tipe ini mempunyai sifat fisik dan mekanis paling unggul, namun permukaannya tidak sehalus resin komposit berbahan pengisi mikro. Kekerasan


(27)

Knoop resin komposit berbahan pengisi partikel kecil adalah sebesar sebesar 50-60 KHN. 1-3

c. Resin komposit berbahan pengisi mikro

Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04-0,4 µm. Resin komposit tipe ini memiliki permukaan akhir yang halus, namun seringkali terjadi pecah pada tepi tambalan akibat tidak terikatnya bahan pengisi prapolimerisasi. Kekerasan Knoop resin komposit berbahan pengisi mikro adalah sebesar 5-30 KHN.

d. Resin komposit hybrid

Resin komposit hybrid terdiri atas dua jenis partikel pengisi. Kebanyakan terdiri atas silika koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan. Ukuran partikel kaca rata-rata 0,6-1 µm. Sifat fisik dan mekanis sistem ini umumnya berkisar antara resin komposit tradisional dan berbahan pengisi partikel kecil. Resin komposit ini mempunyai kehalusan permukaan dan kekuatan yang baik. Kekerasan Knoop resin komposit hybrid adalah sebesar sebesar 50-60 KHN.1-3

Klasifikasi resin komposit berdasarkan rata-rata ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 1.


(28)

Tabel 1. KLASIFIKASI KOMPOSIT BERBAHAN RESIN1 Klasifikasi Komposit berbahan resin

Kategori Rata-rata ukuran partikel (µ m) Komposit tradisional 8-12

Komposit berbahan pengisi partikel kecil 1-5 Komposit berbahan pengisi mikro 0,04-0,4 Komposit hybrid 0,6-1,0

2.1.2.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas

Resin komposit berdasarkan viskositas atau persentase muatan filler-nya terdiri atas: 1-3

a. Resin komposit packable

Resin komposit packable dikenal juga sebagai resin komposit condensable. Resin ini mengandung muatan filler sebanyak 66-70 %volume. Komposisi filler yang tinggi menyebabkan peningkatan viskositas resin komposit sehingga resin komposit

packable menjadi kental dan sulit mengisi celah kavitas yang kecil. Akan tetapi,

dengan semakin besarnya komposisi filler, bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi. 1-3

b. Resin komposit flowable

Resin komposit flowable mempunyai muatan filler berkisar antara 42-53 %volume. Komposisi filler yang rendah dan kemampuan flow yang lebih tinggi membuat resin ini memiliki viskositas yang lebih rendah sehingga dapat dengan mudah mengisi atau menutup kavitas kecil. 1-3


(29)

2.1.2.3 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi

Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi atau aktivasinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar.1-4

a. Resin komposit diaktivasi kimia

Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator

benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi aktivator tertiary amine. Jika kedua

bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai. 1-4

b. Resin komposit diaktivasi oleh sinar

Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul fotoinisiator dan aktivator amine terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka kedua komponen tersebut tidak akan bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan panjang gelombang yang tepat (460-485 nm) dapat merangsang fotoinisiator bereaksi dengan amine dan membentuk radikal bebas yang memulai proses polimerisasi.1-4

2.1.3 Polimerisasi Resin Komposit Sinar

Polimerisasi resin komposit sinar saat ini dapat dilakukan dengan empat jenis sumber sinar, antara lain: lampu Quartz Tungsten Halogen (QTH), Light Emiting

Diode (LED), lampu argon ion laser, dan lampu plasma.5,6 Sumber polimerisasi yang paling banyak digunakan adalah halogen (QTH) dan LED dikarenakan biaya alat


(30)

yang murah, mudah didapatkan, dan spektrum emisi yang memungkinkan terjadi polimerisasi dikenal oleh hampir semua resin komposit.Dalam penelitiannya, Uhl, dkk. (2005) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada Knoop

Hardness antara polimerisasi dengan halogen light curing unit dan LED light curing

unit.5-9

Tahapan polimerisasi resin komposit sinar terdiri atas tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi.Pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator camphoroquinone. Camphoroquinone yang telah teraktivasi akan menarik molekul hidrogen yang terdapat pada ikatan rangkap karbon amina organik. Amina organik yang telah kehilangan molekulnya akan menjadi radikal bebas yang mengaktifkan polimerisasi. Radikal bebas adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki elektron bebas. Pada tahap inisiasi, akan terjadi kombinasi radikal bebas dengan monomer untuk menciptakan rantai awal. Tahap kedua adalah tahap propagasi. Pada tahap ini terjadi penambahan monomer terus menerus yang mendorong terbentuknya rantai polimer. Tahap terakhir adalah tahap terminasi, dimana telah terbentuk molekul yang stabil (Gambar 4).1-5,12


(31)

Gambar 4. Tahap polimerisasi resin komposit.3

2.1.4 Teknik Penyinaran Resin Komposit Sinar

Mendapatkan polimerisasi yang adekuat merupakan hal yang diharapkan selama manipulasi bahan resin komposit. Sebab, polimerisasi yang adekuat menghasilkan resin komposit dengan sifat fisik dan kimia yang optimal. Polimerisasi resin komposit sinar sangat dipengaruhi oleh teknik penyinaran seperti, intensitas sinar, jarak penyinaran, ketebalan bahan, dan lama penyinaran. Polimerisasi optimal didapatkan jika intensitas sinar minimum yang digunakan adalah 300 mw/cm2 dengan panjang gelombang sinar 400-515 nanometer. Ketebalan bahan resin komposit sinar yang baik berkisar antara 2,0 - 2,5 mm agar sinar dapat menembus lapisan yang paling bawah. Ujung alat sinar harus diletakkan sedekat mungkin tanpa menyentuh resin komposit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dispersi cahaya light curing


(32)

tidak adekuat (kurang) akan menyebabkan mengerasnya lapisan luar saja dan menghasilkan lapisan yang tidak matang atau lunak di bagian dasar. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa penyinaran optimal adalah 40 detik untuk ketebalan bahan 2mm.5-9,13

2.1.5 Sifat Resin Komposit

Resin komposit memiliki sifat fisik dan kimia. Sifat fisiknya antara lain

polymerization shrinkage, sifat termal, penyerapan air, dan kelarutan. Sifat

mekanisnya antara lain flexural strength, elastic modulus, dan hardness (kekerasan).1-4

2.1.5.1 Penyerapan air dan Kelarutan

Kemampuan resin komposit dalam menyerap air tergantung pada matriks resin dan komposisi filler. Sifat penyerapan air ini akan mempengaruhi sifat fisik dan sifat mekanis resin komposit seperti hardness dan wear resistance. Polimerisasi yang adekuat menghasilkan stabilitas dan kualitas antara silane dan coupling agent dan meminimalisasi lepasnya ikatan matriks dan filler sehingga menurunkan resiko penyerapan air oleh resin komposit.1-4,11-15

2.1.5.2 Kekerasan

Kekerasan (hardness) adalah ketahan suatu bahan dalam menahan indentasi. Resin komposit memiliki kekerasan permukaan sebesar 22-80 KHN ataupun 38-72 VHN dimana lebih rendah dibandingkan email (343 KHN) dan amalgam (110 KHN). Kekerasan resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor selama manipulasi ataupun faktor setelah manipulasi (saat digunakan di dalam


(33)

rongga mulut). Salah satu faktor setelah manipulasi yang dapat mempengaruhi kekerasan resin komposit adalah minuman yang dikonsumsi oleh pasien.1-4,11-15

Sifat resin komposit berdasarkan ukuran partikel resin komposit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. SIFAT BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT 1

Sifat Jenis Bahan Komposit

AkriliktanpaTradisional Berbahanpengisi Partikel Hibrid pengisi mikro kecil

Bahan pengisi anorganik

%volume 0 60-65 20-55 65-77 60-65 %berat 0 70-80 35-60 80-90 75-80 Kekuatan kompresi

(MPa) 70 250-300 250-350 350-400 300-350 Kekuatan Tarik (MPa) 24 50-65 30-50 75-90 70-90 Modulus elastic (GPa) 2,4 8-15 3-6 15-20 7-12 Koefisien ekspansi

Termal (10-5/0C) 92,8 25-35 50-60 19-26 30-40 Penyerapan air (mg/cm2) 1,7 0,5-0,7 1,4-1,7 0,5-0,6 0,5-0,7

Nilai Kekerasan Knoop 15 55 5-30 50-60 50-60

2.2 Vickers Hardness Test

Uji kekerasan merupakan uji untuk mengetahui kekerasan permukaan suatu material. Uji kekerasan dengan teknik Vickers adalah uji kekerasan material yang dihitung dari pemberian beban oleh berlian berbentuk piramida dengan puncak sudut 136o. Permukaan akan terkena tekanan tertentu untuk jangka waktu tertentu melalui piramida berbentuk berlian tersebut. Diagonal lekuk yang dihasilkan diukur di bawah mikroskop (Gambar 5).1-3


(34)

(A) (B) Gambar 5. (A) Vickers Hardness Test

(B) Vickers Hardness Diamond Indentation

Kekerasan permukaan hasil identasi dengan Vickers Hardness Test dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan rumus:27 F = Beban (kgf)

d = Rata-rata panjang diagonal dari d1 and d2 (mm) HV = Vickers Hardness


(35)

2.3 Minuman Ringan Berkarbonat

Resin komposit setelah penambalan akan berkontak dengan makanan dan minuman di dalam rongga mulut. Makanan dan minuman ini akan mempengaruhi kekerasan resin komposit, dikarenakan resin komposit memiliki sifat penyerapan air dan kelarutan.1-4,9-11 Salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat adalah minuman ringan. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan/ atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan berkarbonat (carbonated soft

drink) dan minuman ringan tidak berkarbonat. Contoh minuman ringan yang tidak

berkarbonat adalah teh botol, jus buah dan sebagainya.10-13,16,17 Minuman ringan berkarbonat adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam air minum. Pada saat larut dalam air, CO2 memberikan rasa asam dan

menurunkan pH.10-13

2.3.1. Komposisi Minuman Ringan Berkarbonat

Minuman ringan berkarbonat mengandung bermacam-macam bahan dan zat kimia. Air berkarbonat merupakan kandungan terbesar di dalam minuman ringan berkarbonat. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih, tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup dalam air, alkalinitasnya <50 ppm, total padatan terlarut <500 ppm, dan kandungan logam besi dan mangan <0.1 ppm. Sederet proses diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, antara lain: klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir,


(36)

penyaringan dengan karbon aktif, dan demineralisasi. Karbondioksida yang digunakan juga harus semurni mungkin dan tidak berbau.16

Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi dalam dua kategori yaitu natural (nutritive) dan sintetik (non nutritive). Contoh bahan pemanis natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung, dengan kadar fruktosa tinggi, dan dekstrosa. Bahan pemanis sintetik (non nutritive), satu-satunya yang direkomendasikan oleh FDA (Food & Drugs Administration

Standard, Amerika Serikat) adalah sakarin.9-11,13,16,17

Pemberi asam (acidulants) ditambahkan dalam minuman ringan dengan tujuan untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam sirup/minuman. Acidulant yang digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat dimakan (edible/food

grade) seperti asam fosfat dan asam sitrat. Asam fosfat merupakan suatu pelarut kuat

yang sering menyebabkan terjadinya demineralisasi dan penurunan kekerasan pada enamel dan dentin gigi.9-11,16,17

Pewarna juga ditambahkan untuk meningkatkan daya tarik minuman. Pewarna dapat berupa natural, semi sintetik, dan sintetik. Pewarna natural, misalnya dari buah anggur, strawberry, cherry, dan lain-lain. Semi sintetik, misalnya: pewarna karamel (yang kerap digunakan dalam minuman Coca-cola).9-11,16


(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Desain Penelitian

Post test only control group.

3.3 Tempat Penelitian

Laboratorium Metalurgi Fisika dan Keramik, Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB).

3.4 Sampel dan Besar sampel 3.4.1 Sampel

Resin komposit tipe hybrid merek 3M Espe FiltekTM Z250 (mengandung filler sebanyak 60 %volume) yang berbentuk tablet (tebal 2 mm dan diameter 5 mm).12

3.4.2 Besar Sampel

Mempergunakan rumus Frederer: (t-1) (r-1) ≥ 15

t = jumlah perlakuan r = besar sampel (4-1) (r-1) ≥ 15 r ≥ 6


(38)

Minimal besar sampel tiap perlakuan adalah 6 sampel, dalam penelitian ini diambil besar sampel 10 buah untuk setiap perlakuan.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas:

Lama perendaman resin komposit dalam Coca-cola (0, 30, 60, 90 menit).

3.5.2 Variabel Terikat

Kekerasan permukaan resin komposit. 3.5.3 Variabel Terkendali

1. Ukuran resin komposit (tebal 2 mm, diameter 5 mm).12 2. Lama penyinaran resin komposit (40 detik).2,7-9

3. Jarak penyinaran (2 mm).2,8,9 4. pH coca-cola (2,5)


(39)

3.6 Alur Penelitian

Sampel Resin Komposit (diameter 5 mm dan tebal 2mm)

Disinar selama 40 detik

Analisa Data (statistik)

Uji Kekerasan (Vickers Hardness Test) Tanpa perendaman/

kontrol (n=10 buah)

Direndam dalam Coca-cola selama

30 menit (n=10 buah) Direndam dalam Coca-cola selama

60 menit (n=10 buah) Direndam dalam Coca-cola selama

90 menit (n=10 buah)


(40)

3.7 Defenisi Operasional

1. Sampel adalah resin komposit sinar tipe hybrid berbentuk tabung dengan tebal 2 mm dan diameter 5 mm.

2. Minuman ringan berkarbonat adalah minuman yang beredar di pasaran yang diperoleh dari proses mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam air minum.

3. Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan dalam menahan indentasi, dihitung dari ukuran kekerasan yang dihasilkan dari pemberian beban oleh berlian berbentuk piramida pada Vickers Hardness Test.

4. pH indikator adalah alat berupa kertas yang merupakan senyawa untuk membedakan larutan asam, basa, atau netral secara visual dengan petunjuk warna. pH yang dapat diukur berkisar 0 – 14.

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat penelitian:

1. Light curing unit halogen merek SLC-III, DenTech China.

2. Mould (diameter 5 mm dan tebal 2mm) terbuat dari stainless steel. 3. Instrumen plastis

4. Vickers Hardness Test merek LECO M400H1, Akashi Corporation, Jepang 5. Stop watch

6. pH indikator merek Macherey-Nagel (MN), Jerman. 7. Pinset


(41)

9. Sarung tangan dan masker 10. Glass slides (tebal 1 mm) 11. Celophan Strip

12. Kotak plastik tempat spesimen atau tempat merendam resin komposit 13. Bejana Ukur

(a) (b)


(42)

(a) (b) Gambar 7. (a) Instrument Plastis (b) Vickers Hardness Test

(a) (b) Gambar 8. (a) Stopwatch (b) pH indikator


(43)

(a) (b) Gambar 9. (a) Pinset (b) Kertas Penyerap air

(a) (b) Gambar 10. (a) Celophan Strip (b) Sarung tangan dan masker


(44)

(a) (b) Gambar 11. (a) Wadah (b) Bejana Ukur

3.8.2 Bahan penelitian

Tabel 3. BAHAN PENELITIAN

No Bahan Komposisi Batch No. Kadaluarsa

1. Resin Komposit hybrid merek 3M ESPE Filtek Z250, St.Paul, MN, USA

60 %filler (silica/

Zirconia) 0,01-3,5 µm,

GMA, UDMA, Bis-EMA.

1370A3 2013-09

2 Minuman ringan

berkarbonat merek Coca-Cola Reguler, Coca-cola Company

Air berkarbonasi, gula, konsentrat Coca-cola, caramel

MDN 2B14: 20


(45)

Gambar 12. (a) Resin Komposit 3M Espe Z250 (b) Coca-cola Reguler

3.9 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:

3.9.1 Pembuatan Master Cast

Pembuatan master cast dengan mould berukuran tebal 2 mm dan diameter 5 mm dari stainless steel dengan jumlah mould 10 buah (Gambar 13).


(46)

5 m m

3.9.2 Pembuatan Sampel

1. Resin komposit sinar diambil dengan menggunakan instrument plastis dan diletakkan pada mould berukuran diameter 5 mm dan tebal 2 mm yang telah dialasi dengan celophan strip dengan tujuan agar didapatkan bagian dasar yang rata dan tidak lengket dengan mould. Resin komposit dipadatkan lalu bagian atasnya diratakan dengan celophan strip lalu dengan glass slides (tebal 1mm) agar permukaan atas rata dan isi nya semakin padat.1,2,17

2. Resin komposit disinar selama 40 detik dengan menggunakan light curing

unit halogen.

3. Keluarkan cetakan dari mould. Tandai bagian bawah sampel dengan spidol. 4. Diperoleh sampel resin komposit sinar.


(47)

(a) (b)

Gambar 14. (a) Peletakan Celophan Strip (b) Resin Komposit dalam Mould

Gambar 15. (a) Penyinaran Resin Komposit (b) Sampel Resin Komposit diameter 5 mm, tebal 2 mm sebanyak 40 sampel

3.9.3 Perendaman dan Pengujian Sampel

1. Sampel dari setiap kelompok diambil dengan menggunakan pinset dan dimasukkan ke dalam wadah yang berisi coca-coca (50 ml) yang telah diukur pH-nya menggunakan pH indikator. Setiap wadah diberi kertas label, untuk menandai sampel dari kelompok kontrol, kelompok perendaman 30 menit, 60 menit, dan 90 menit.


(48)

2. Setiap wadah ditutup dan stopwatch dinyalakan untuk menandai waktu 30, 60, dan 90 menit.

3. Sampel kontrol diuji menggunakan alat uji kekerasan Vickers Hardness

Test dengan load 100 gf selama 15 detik.12,18,19

4. Sampel yang telah direndam sesuai waktunya, diambil satu per satu dari wadah menggunakan pinset dan dikeringkan di atas kertas penyerap air selama 1 menit lalu perhatikan bagian yang tidak disinar atau bagian yang telah ditandai dengan spidol. Penandaan ini dilakukan untuk mencegah kesalahan pengujian, dimana permukaan sampel yang diuji adalah permukaan yang menghadap sinar ataupun yang tidak memiliki tanda spidol. Setelah itu, sampel diuji menggunakan alat uji kekerasan Vickers Hardness Test dengan load 100 gf selama 15 detik.

5. Setiap sampel diuji kekerasan sebanyak 5 titik pengukuran, dengan letak titik pengukuran berada pada kiri atas, kiri bawah, kanan atas, kanan bawah, dan pusat sampel. Jarak masing-masing titik pengukuran lebih besar dari 1mm.


(49)

(a) (b)

Gambar 16 (a) Penandaan bagian bawah sampel. (b) Pengukuran pH

(a) (b)

Gambar 17. (a) Perendaman sampel (b) Pengeringan Sampel.

(a) (b)

Gambar 18. (a) Skematik lima titik penjejasan (b) Gambaran titik Hasil Pengujian dengan Vickers Hardness Test.


(50)

3.10 Analisis Data

Data akan dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (p < 0,05).20


(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap kelompok perlakuan dan setiap sampel mengalami 5 titik pengukuran. Nilai kekerasan permukaan resin komposit setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. NILAI KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT PADA SETIAP PERLAKUAN (VHN)

Kekerasan (VHN)

No. Tanpa Perendaman

Sampel Perendaman

0 (menit) 30 menit 60 menit 90 menit

1 28.00 24.00 18.60 21.80

2

26.60 24.70 27.06 24.80

3

27.80 24.40 24.30 25.70

4

25.00 24.70 23.10 21.00

5

20.10 24.10 25.10 21.70

6

25.00 22.40 23.00 19.60

7

22.10 23.90 22.60 22.00

8

25.40 22.72 22.60 29.10

9

27.40 24.46 26.00 20.20

10

24.60 22.66 23.00 18.20

Rerata ± SD


(52)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (p < 0,05) dengan Post Hock LSD. Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. HASIL UJI STATISTIK PERUBAHAN KEKERASAN RESIN KOMPOSIT TANPA PERENDAMAN (0 MENIT), PERENDAMAN

30, 60, DAN 90 MENIT DALAM MINUMAN RINGAN BERKARBONAT

Waktu (menit)

N Mean SD Mean Difference P

0 10 25.400 ± 2.126

30 10 23.804 ± .8807 1.596 .130

60 10 23.536 ± 2.319 1.864 .079

90 10 22.410 ± 3.246 2.990* .006

Keterangan: * Terdapat Perbedaan yang bermakna (p < 0,05)

Berdasarkan data hasil penelitian ini (Tabel 5), didapatkan nilai rata-rata kekerasan resin komposit, yaitu 25,400 ± 2,126 VHN pada kelompok tanpa perendaman (kontrol), 23,804 ± 0,880 VHN pada perendaman 30 menit, 23,560 ± 2,319 VHN pada perendaman 60 menit, dan 22,410 ± 3,246 VHN pada perendaman 90 menit. Dari data tersebut didapatkan pula nilai kekerasan terkecil terdapat pada kelompok perendaman 90 menit sebesar 22,410 VHN dan nilai kekerasan terbesar terdapat pada kelompok perendaman 30 menit sebesar 23,560 VHN.

Hasil Uji statistik menggunakan ANOVA satu arah dengan Post Hoc LSD didapatkan rata-rata perubahan kekerasan resin komposit antara kontrol dan perendaman selama 30 menit adalah sebesar 1,596. Rata-rata perubahan kekerasan


(53)

resin komposit antara kontrol dan perendaman selama 60 menit adalah sebesar 1,864. Rata-rata perubahan kekerasan resin komposit antara kontrol dan perendaman selama 90 menit adalah sebesar 2,990. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan kekerasan antara resin komposit tanpa perendaman dengan resin komposit yang telah direndam selama 30, 60, dan 90 menit. Namun perubahan yang bermakna hanya terdapat pada kelompok sampel perendaman 90 menit (p < 0,05).

Nilai rata-rata kekerasan permukaan resin komposit dan waktu perendaman juga dapat dilihat melalui grafik 1.

20,5 21 21,5 22 22,5 23 23,5 24 24,5 25 25,5 Rerata Kekerasan (VHN)

0 30 60 90

Lama Perendaman ( menit )

0 30 60 90


(54)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini (Tabel 5) menunjukkan bahwa terdapat penurunan kekerasan antara resin komposit tanpa perendaman dengan resin komposit yang telah direndam selama 30, 60, dan 90 menit. Namun perubahan yang bermakna hanya terdapat pada kelompok sampel perendaman 90 menit (p < 0,05).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Yanikoglu N, dkk. (2009) yang menyatakan bahwa terdapat penurunan kekerasan resin komposit yang signifikan setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat (Coca-Cola) selama 24 jam. Mckenzie M.A., dkk. (2004) meneliti dan menemukan terjadinya penurunan kekerasan resin komposit yang signifikan setelah perendaman di dalam Coca-cola selama 1 hari, 1 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kedua penelitian tersebut menemukan adanya kaitan yang erat antara penurunan kekerasan dan lamanya waktu perendaman, dimana kekerasan resin komposit akan semakin berkurang seiring makin lamanya perendaman. Dan dari penelitian ini, ditemukan bahwa perendaman resin komposit selama 90 menit dalam minuman ringan berkarbonat menyebabkan terjadinya penurunan kekerasan yang signifikan.10,11

Terjadinya penurunan kekerasan resin komposit dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah karena penyerapan air oleh resin komposit, proses hidrolisis, penurunan pH, serta dampak erosif dari asam yang terkandung di dalam minuman ringan berkarbonat.11-13


(55)

Penyerapan air oleh resin komposit dapat terjadi dikarenakan matriks resin bersifat hidrofilik sehingga matriks mampu menyerap air (water sorption). Lebih lanjutnya lagi akan terjadi peristiwa hidrolisis yang dapat merusak ikatan antara

silane dan filler, merusak ikatan filler dan matriks, bahkan hidrolisis juga dapat

mengakibatkan degradasi antar filler.21 Hidrolisis ini juga merusak radikal ester yang ditemukan di dalam monomer dimethacrylate seperti Bis-GMA, Bis-EDMA, UDMA, dan TEGDMA (Penelitian ini menggunakan resin komposit yang mengandung matriks resin jenis Bis-GMa, Bis-EDMA, dan UDMA).21-22

Penurunan kekerasan resin komposit akibat perendaman dalam Coca-cola dapat pula terjadi dikarenakan Coca-cola mengandung berbagai asam, seperti asam fosfat dan asam sitrat. Asam-asam ini ditambahkan ke dalam minuman ringan dengan tujuan untuk memberikan sensasi rasa asam yang tajam dan berbeda. Akibat dari penambahan asam-asam ini, larutan memiliki pH yang rendah. Rendahnya pH larutan menyebabkan terganggunya integritas permukaan resin komposit dan menurunkan integritas permukaan resin komposit. Hal ini akan berdampak pada penurunan kekerasan resin komposit.9,10,23,24 Karena minuman ringan memiliki pH yang rendah, pH coca-cola pada penelitian ini 2,5, maka terdapat banyak ion H+ di dalamnya. Ion-ion H+ yang berasal dari asam fosfat dan asam sitrat ini akan berdifusi ke dalam matriks dan berikatan dengan ion negatif di dalam matriks. Ion-ion H+ menyebabkan adanya ion yang bebas terdorong keluar dan terlepas dari ikatan matriks. Terurainya ion-ion dari matriks menyebabkan ikatan kimia tidak stabil dan pada akhirnya matriks juga terurai dan larut.9,10


(56)

Hengtrakool C., dkk. (2011) meneliti dan menemukan bahwa Resin Komposit Filtek Z250 mengalami penurunan kekerasan setelah direndam dalam asam alami seperti jus mangga dan jus nenas yang juga memiliki pH yang rendah, pH jus mangga sebesar 2,56 dan pH jus nenas sebesar 3,68 (pH Coca-cola yang digunakan pada penelitian ini adalah 2,5).25

Valinoti, dkk (2008) meneliti dan menemukan bahwa resin komposit berbagai merek (termasuk Z250 ESPE) mengalami penurunan kekerasan akibat efek pH yang rendah (asam).23

Mckenzie, M.A., dkk (2003) juga menyebutkan bahwa terjadinya penurunan kekerasan resin komposit oleh minuman ringan berkarbonat sangatlah kompleks. Tidak hanya disebabkan oleh paparan dari pH yang rendah ataupun karena sifat erosif dari phosporic acid, tapi disebabkan oleh komposisi keseluruhan dari beragam zat yang terkandung di dalam minuman ringan.11


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit tanpa perendaman (kontrol) adalah 25,400 VHN.

2. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 30 menit adalah 23,804 VHN dan terdapat perubahan kekerasan dibandingkan kontrol sebesar 1,596.

3. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 60 menit adalah 23,536 VHN dan terdapat perubahan kekerasan dibandingkan kontrol sebesar 1,864.

4. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 90 menit adalah 22,410 VHN dan terdapat perubahan kekerasan dibandingkan kontrol sebesar 2,990.

5. Tidak ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 30 dan 60 menit terhadap kekerasan resin komposit sinar, kecuali pada perendaman selama 90 menit.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.


(58)

2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 10th ed. Alih Bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC, 2004; 54-61;228-49.

2. Powers, JM. Dental materials properties and manipulation. 9th ed. Missouri: Mosby Inc, 2008; 32-34;69-92.

3. Powers, JM, Sakaguchi RL. Craig’s restorative dental material. 12th ed. London: Mosby Inc, 2006;190-207.

4. Susanto AA. Pengaruh ketebalan dan lamanya penyinaran terhadap

kekerasan permukaan resin komposit sinar. Dental J. 2005;38(1):32-5.

5. Mowafy OE, Badrawy WE, Lewis DW, Shokati B, Soliman O, Jaffer K, dkk.

Efficacy of halogen photopolymerization units in private dental offices. J Can

Dent Assoc 2005;71(8):587.

6. Ceballos L, Fuentes MV, Tafalla H, Martinez A, Flores J, Rodriguez. Curing

Effectiveness of resin composites at different exposure times using LED and

halogen units. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2009;14(1):51-6.

7. Kramer N, Ulrich, L, Garcia-Godoy F, Frankenberger R. Light curing of

resin-based composites in the LED era. American J Dental 2008;

21(3):135-42.

8. Alpoz AR, Ertugrul F, Cogulu D, Topaloglu A, Tanoglu M, Kaya E. Effect of

light curing method and exposure time on mechanical properties of resin


(60)

9. Aguiar FHB, Andrade KRM, Lima DAL, Ambrosano GMB, Lovadino JR.

Influence of light curing and sampel thickness on microhardness of a

composite resin. Clinical, Cosmetic Investigation Dentistry 2009;1:21-5.

10.Yanikoglu N, Duymus ZY, Yilmaz B. Effect of different solution on the

surface hardness of resin materials. Dental Mater J 2009; 28(3): 344-51.

11.Mckenzie MA, Linden RWA, Nicholson JW. The effect of coca-cola and fruit

juices on the surface hardness of glass-ionomer and compomers. J Oral

Rehabilitation 2004; 31: 1046-52.

12.Wongkhantee S, Patanapiradej V, Maneenut C, Tantbirojn. Effect of acidic

food and drinks on surface hardness of enamel, dentine, and tooth-coloured

filling materials. J Dentistry 2005; 20:1-7.

13.Jensdottir T, Holbrook P, Nauntofte B, Buchwald C, Bardow A. Immediate

erosive potential of cola drinks and orange juices. J Den Res 2006; 85(3):

226-30.

14.Garcia AH, Lozano MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Composite

resin a review of the materials and clinical indications. Medicina Oral S.L.

2006; 215-80.

15.Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kajian terhadap minuman ringan. 2005.

(diunduh 22 Des

2010).

16.International Organization For Standardization Organisation (ISO).


(61)

17.Dahlan H. Pengaruh variasi beban indentor microhardness tester terhadap

akurasi data uji kekerasan material. Urania 2000;23-24;51-2.

18.Prasetyo EA. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan

gigi. Dental J. 2005; 38(2):60-3.

19.Dahlan MS. Seri statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi IV. Jakarta: Arkans, 2004:90-100.

20.Martos J, Osinaga PWR, Oliveira E, Castro LAS. Hydrolitic degradation of

composite resin: effects on the microhadrness. Material Research

2003;6(4):599-604.

21.Ferrance JL. Hygroscopic and hydrolytic effects in dental polymer networks. Dental Materials 2006; 22:211-22.

22.Valinoti AC, Neves BG, Silva EM, Maia LC. Surface degradation of

composite resins by acidic medicines and pH-cycling. J App Oral Sci

2008;16(4):257-65.

23.Maganur PDC. Evaluation of microleakage and surface texture of resin

modified GIC and flowable composite immersed in soft drink and fresh juice-

an in vitro study. Dissertation. Bapuji Dental College and Hospital. India.

2006.

24.Hengtrakool C, Kukiattrakoon B, Kedjarune-Leghgal U. Effect of naturally

acidic agent on microhardness and surface micromorphology of restorative


(62)

Lampiran 1

Kerangka Konsep Penelitian


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit tanpa perendaman (kontrol) adalah 25,400 VHN.

2. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 30 menit adalah 23,804 VHN dan terdapat perubahan kekerasan dibandingkan kontrol sebesar 1,596.

3. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 60 menit adalah 23,536 VHN dan terdapat perubahan kekerasan dibandingkan kontrol sebesar 1,864.

4. Nilai rata-rata kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 90 menit adalah 22,410 VHN dan terdapat perubahan kekerasan dibandingkan kontrol sebesar 2,990.

5. Tidak ada pengaruh lama perendaman dalam minuman ringan berkarbonat selama 30 dan 60 menit terhadap kekerasan resin komposit sinar, kecuali pada perendaman selama 90 menit.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.


(2)

2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekerasan resin komposit setelah perendaman dalam minuman ringan berkarbonat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 10th ed. Alih Bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC, 2004; 54-61;228-49.

2. Powers, JM. Dental materials properties and manipulation. 9th ed. Missouri: Mosby Inc, 2008; 32-34;69-92.

3. Powers, JM, Sakaguchi RL. Craig’s restorative dental material. 12th ed. London: Mosby Inc, 2006;190-207.

4. Susanto AA. Pengaruh ketebalan dan lamanya penyinaran terhadap kekerasan permukaan resin komposit sinar. Dental J. 2005;38(1):32-5.

5. Mowafy OE, Badrawy WE, Lewis DW, Shokati B, Soliman O, Jaffer K, dkk. Efficacy of halogen photopolymerization units in private dental offices. J Can Dent Assoc 2005;71(8):587.

6. Ceballos L, Fuentes MV, Tafalla H, Martinez A, Flores J, Rodriguez. Curing Effectiveness of resin composites at different exposure times using LED and halogen units. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2009;14(1):51-6.

7. Kramer N, Ulrich, L, Garcia-Godoy F, Frankenberger R. Light curing of resin-based composites in the LED era. American J Dental 2008; 21(3):135-42.

8. Alpoz AR, Ertugrul F, Cogulu D, Topaloglu A, Tanoglu M, Kaya E. Effect of light curing method and exposure time on mechanical properties of resin based dental material. European J Dental 2008; 2:37-42.


(4)

9. Aguiar FHB, Andrade KRM, Lima DAL, Ambrosano GMB, Lovadino JR. Influence of light curing and sampel thickness on microhardness of a composite resin. Clinical, Cosmetic Investigation Dentistry 2009;1:21-5. 10.Yanikoglu N, Duymus ZY, Yilmaz B. Effect of different solution on the

surface hardness of resin materials. Dental Mater J 2009; 28(3): 344-51. 11.Mckenzie MA, Linden RWA, Nicholson JW. The effect of coca-cola and fruit

juices on the surface hardness of glass-ionomer and compomers. J Oral Rehabilitation 2004; 31: 1046-52.

12.Wongkhantee S, Patanapiradej V, Maneenut C, Tantbirojn. Effect of acidic food and drinks on surface hardness of enamel, dentine, and tooth-coloured filling materials. J Dentistry 2005; 20:1-7.

13.Jensdottir T, Holbrook P, Nauntofte B, Buchwald C, Bardow A. Immediate erosive potential of cola drinks and orange juices. J Den Res 2006; 85(3): 226-30.

14.Garcia AH, Lozano MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Composite resin a review of the materials and clinical indications. Medicina Oral S.L. 2006; 215-80.

15.Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kajian terhadap minuman ringan. 2005.

(diunduh 22 Des

2010).

16.International Organization For Standardization Organisation (ISO). Dentistry-resin based filling material-ISO 4049. 1998.


(5)

17.Dahlan H. Pengaruh variasi beban indentor microhardness tester terhadap akurasi data uji kekerasan material. Urania 2000;23-24;51-2.

18.Prasetyo EA. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan gigi. Dental J. 2005; 38(2):60-3.

19.Dahlan MS. Seri statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi IV. Jakarta: Arkans, 2004:90-100.

20.Martos J, Osinaga PWR, Oliveira E, Castro LAS. Hydrolitic degradation of composite resin: effects on the microhadrness. Material Research 2003;6(4):599-604.

21.Ferrance JL. Hygroscopic and hydrolytic effects in dental polymer networks. Dental Materials 2006; 22:211-22.

22.Valinoti AC, Neves BG, Silva EM, Maia LC. Surface degradation of composite resins by acidic medicines and pH-cycling. J App Oral Sci 2008;16(4):257-65.

23.Maganur PDC. Evaluation of microleakage and surface texture of resin modified GIC and flowable composite immersed in soft drink and fresh juice- an in vitro study. Dissertation. Bapuji Dental College and Hospital. India. 2006.

24.Hengtrakool C, Kukiattrakoon B, Kedjarune-Leghgal U. Effect of naturally acidic agent on microhardness and surface micromorphology of restorative materials. Euoropean Journal of Dentistry 2011;5:89-100.


(6)

Lampiran 1

Kerangka Konsep Penelitian