Pengaruh Lama Penyimpanan Urea Di Bulk Storage Terhadap Kadar Ammoniak Bebas Pada PT. Pupuk Iskandar Muda

(1)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN UREA DI

BULK STORAGE

TERHADAP KADAR AMMONIAK BEBAS PADA PT. PUPUK

ISKANDAR MUDA

TUGAS AKHIR

DELVI AGUSTIA

082409007

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

DELVI AGUSTIA

082409007

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH LAMA PENYIMPANAN UREA DI BULK STORAGE TERHADAP KADAR

AMMONIAK BEBAS PADA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : DELVI AGUSTIA

Nomor Induk Mahasiswa : 082409007

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Mei 2011

Diketahui oleh

Program Studi D3 Kimia Pembimbing

Ketua

Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si Drs.Firman Sebayang,MS

NIP. 195512181987012001 NIP. 195607261985031001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN UREA DI

BULK STORAGE

TERHADAP KADAR AMMONIAK BEBAS PADA PT. PUPUK

ISKANDAR MUDA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2011

DELVI AGUSTIA 082409007


(5)

PENGHARGAAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala Puji dan Syukur penulis sampaikan keharibaan Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan serta umur panjang kepada penulis, serta Shalawat beriring salam penulis hanturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PENGARUH

LAMA PENYIMPANAN UREA DI BULK STORAGE TERHADAP KADAR

AMMONIAK BEBAS PADA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA sebagai salah satu

syarat untuk meraih gelar ahli madya pada program D3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini kurang sempurna, karena keterbatasan penulis, baik dari segi isi maupun penyusunan kata, namun penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca tugas akhir ini khususnya serta bagi lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan segala kritik dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.

Selama penulisan tugas akhir ini Penulis mendapatkan bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Ayahanda, Ibunda, kakak, abang, adik dan Keluarga besar Daulay tercinta yang telah memberikan motivasi moral, mental spiritual dan material.

2. Bapak Drs.Firman Sebayang, M.S., selaku dosen pembimbing yang telah memberi masukan dan petunjuk pada saya selama menyelesaikan karya ilmiah ini

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS., ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst,M.Si selaku Ketua Jurusan D3 Kimia FMIPA,

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs.Mashudianto, MM., selaku Direktur Utama PT. Pupuk Iskandar Muda. 6. Ir Masridar, selaku Kepala Biro Sumber Daya Manusia PT. Pupuk Iskandar Muda 7. Bapak Yurzinal selaku Kepala Bagian Diklat Biro Sumber Daya Manusia PT.

Pupuk Iskandar Muda.

8. Bapak Zainal Amidi, sebagai Kepala Bagian Laboratorium, Biro Perencanaan dan Pengawasan Proses.

9. Bapak Muhammad Nur,ST selaku pembimbing materi dan Bapak Husni Yusuf selaku pembimbing redaksi pada pelaksanaan PKL yang sangat banyak memberi bantuan dan dukungan kepada penulis .


(6)

12.Teman-teman seperjuangan Kimia Industri angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan baik moril, materil maupun fisik, khususnya untuk Arnella Putri, Annona C.Ayu, Nur Aprida,P, Novia Zuhairi, Rahmi Sasmitha, Supiyani.

13.Anak-anak The Chopy’s yang slalu berdiri tegak disamping penulis dengan slalu memberi bantuan baik materil, moril maupun fisik.

14. Seluruh sahabat penulis dimana pun berada.

Akhirnya atas segala bantuan, dorongan dan keikhlasan dari semua pihak dalam menyelesaikan karya ilimiah ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang mendalam. Penulis memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka diberikan balasan yang setimpal, Amin yaa rabbal’alamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Mei 2011


(7)

ABSTRAK

Ammoniak bebas merupakan ammoniak yang tidak bereaksi sempurna dengan karbondioksida pada saat proses pembuatan urea di unit sintesa. Ammoniak bebas tidak berikatan langsung dengan urea tetapi melekat pada butirannya. Ammoniak bebas akan bersifat racun bagi tanaman pada konsentrasi tertentu. Karenanya kandungan Ammoniak Bebas dalam butiran urea memiliki acuan mutu Standar Nasional Indonesia ( SNI-2801-1992) dan Internasional Standar Organitation (ISO) yaitu ,150 ppm. Dari hasil penelitian saya di PT. Pupuk Iskandar Muda diperoleh kadar rata rata ammoniak bebas yaitu 100,905 ppm yang masih sesuai dengan acuan mutu SNI.


(8)

INFLUENCE STORAGE TIME OF UREA IN BULK STORAGE

ON LEVELS OF FREE AMMONIA IN PT. PUPUK ISKANDAR

MUDA

ABSTRACT

Free ammonia is the ammonia that is not perfect react with carbon dioxide during the process of manufacture of urea in the synthesis unit. Free ammonia is not bonded directly to urea but attached to the grain. Free ammonia would be toxic to plants at certain concentrations. Therefore the content of free ammonia in the urea granules have a reference quality Indonesian National Standard (SNI-2801-1992) and Organitation International Standards (ISO), ie, 150 ppm. From the results of my research at PT. Iskandar Muda fertilizer obtained the average levels of free ammonia that is 100.905 ppm are still in line with benchmark quality standards.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN iv

PENGHARGAAN v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Urea 4

2.2 Pembuatan dan Sifat-sifat Urea 4

2.3 Bentuk-bentuk Urea 7

2.4 Pengaruh Ammonia terhadap tanaman 10

2.5 Syarat Mutu Standart Pupuk Urea 12

2.6 Analisa titrimetri 13

2.7 Metode-metode analisis kadar ammoniak 14

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat 17

3.2 Bahan-bahan 17


(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 18

4.1.1 Data Pengamatan 18

4.2 Perhitungan 18

4.2.1 Menghitung Free Ammoniak dalam Sampel urea 19 4.3 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 22

5.2 Saran 22


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 13


(12)

ABSTRAK

Ammoniak bebas merupakan ammoniak yang tidak bereaksi sempurna dengan karbondioksida pada saat proses pembuatan urea di unit sintesa. Ammoniak bebas tidak berikatan langsung dengan urea tetapi melekat pada butirannya. Ammoniak bebas akan bersifat racun bagi tanaman pada konsentrasi tertentu. Karenanya kandungan Ammoniak Bebas dalam butiran urea memiliki acuan mutu Standar Nasional Indonesia ( SNI-2801-1992) dan Internasional Standar Organitation (ISO) yaitu ,150 ppm. Dari hasil penelitian saya di PT. Pupuk Iskandar Muda diperoleh kadar rata rata ammoniak bebas yaitu 100,905 ppm yang masih sesuai dengan acuan mutu SNI.


(13)

INFLUENCE STORAGE TIME OF UREA IN BULK STORAGE

ON LEVELS OF FREE AMMONIA IN PT. PUPUK ISKANDAR

MUDA

ABSTRACT

Free ammonia is the ammonia that is not perfect react with carbon dioxide during the process of manufacture of urea in the synthesis unit. Free ammonia is not bonded directly to urea but attached to the grain. Free ammonia would be toxic to plants at certain concentrations. Therefore the content of free ammonia in the urea granules have a reference quality Indonesian National Standard (SNI-2801-1992) and Organitation International Standards (ISO), ie, 150 ppm. From the results of my research at PT. Iskandar Muda fertilizer obtained the average levels of free ammonia that is 100.905 ppm are still in line with benchmark quality standards.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Urea merupakan salah satu bentuk penggunaan nitrogen sebagai pupuk. Urea dibentuk dari NH3 dan CO2 pada suhu dan tekanan tertentu, namun pada suhu yang lebih tinggi dari titik leburnya (titik lebur urea 132,70C ) akan terbentuk biuret dan melepaskan ammoniak bebas. Ammoniak bebas merupakan ammoniak yang tidak bereaksi sempurna dengan karbondioksida pada saat proses pembuatan urea di unit sintesa.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

2NH3 + CO2 NH2COONH4

NH2COONH4 NH2CONH2 + NH3

( ammoniak bebas )

Ammoniak bebas tidak berikatan langsung dengan urea tetapi melekat pada butirannya . Ammoniak bebas yang terbentuk ini merupakan suatu pengotor (pada urea dan pupuk campuran ) yang bersifat racun bagi tanaman pada konsentrasi tertentu. Karenanya kandungan Ammoniak Bebas dalam butiran urea memiliki acuan mutu Standar Nasional Indonesia ( SNI-2801-1992) dan Internasional Standar Organitation (ISO) yaitu ,150 ppm. (Jones,U.S,1982)

Seperti diketahui bahwa pemberian pupuk urea ini tergantung kepada respon tanaman dan waktu kapan pupuk ini diberikan sehubungan dengan perkembangan


(15)

tanaman. Oleh karena itu sebaiknya pupuk urea ini tidak diberikan sekaligus atau berlebihan tetapi diberikan secara bertingkat menurut pertumbuhan tanaman. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa bila pupuk ini diberikan berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan tunas tanaman terhambat karena kelebihan unsur N, dan hal ini berhubungan erat dengan adanya ammoniak bebas pada pupuk tersebut.

Sebagai uji kualitatif adanya ammoniak bebas ini , pada pupuk urea yang mengandung urea ditambahkan larutan HCL 0,02 N, mixed indikator (metil red dan metil blue) dititrasi menggunakan alat titrasi digital hingga akan terbentuk warna violet kehijauan. (Anonymous,1973)

1.2 Permasalahan

Bagaimana mengetahui pengaruh lamanya penyimpanan urea di Bulk Storage terhadap kadar ammoniak bebas pada PT. Pupuk Iskandar Muda.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan urea di Bulk Storage terhadap kadar ammoniak bebas yang diproduksi oleh PT. Pupuk Iskandar Muda.

2. Untuk mengetahui apakah kadar ammoniak bebas yang terkandung di dalam pupuk urea PT.Iskandar Muda memenuhi syarat standart mutu.

1.4 Manfaat


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urea

Urea merupakan persenyawaan organik, tidak bermuatan listrik, titik leleh sebesar 132,70C, panas leleh ± 60 kal/gram, titik didih dalam air 115 0C, berbentuk butiran berwarna putih, rumus kimia CO(NH2)2 secara kimiawi maupun fisiologis urea merupakan pupuk netral, tidak menyebabkan tanah menjadi asam, dan urea juga bersifat higroskopis. (Sumaryo, 1983)

Urea pertama kali ditemukan oleh Roulle di tahun 1773 didalam urine. Kemudian pada tahun 1823 Provost dan Dumas mengatakan bahwa urea dikeluarkan dari ginjal yang berasal dari dalam hati. Penemuan-penemuan ini diikuti oleh Wohler tahun 1823 dengan mensintesis urea dari ammoniak dan asam sianida.

Kemudian pada tahun 1870 Bassarow memproduksi urea dengan memanaskan ammonium karbamat ( NH4COONH4) yang merupakan sintesis urea pertama kali dilakukan secara dehidrasi yang merupakan dasar dari pembuatan proses pembuatan urea secara industry atau komersil. Pabrik urea yang pertama kali berdiri di Jerman tahun 1920 oleh I.G. Faber berdasarkan cara pembuatan yang dilakukan Bassarow.

(Considine,1970)

Urea merupakan padatan butiran atau prill yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi antara ammonia (NH3) dengan karbondioksida (CO2). Pupuk ini mengandung nitrogen minimal 46% diantara semua pupuk padatan. Pupuk nitrogen ini digunakan


(17)

untuk pertumbuhan batang dan daun. Urea mudah larut dalam air dan tidak mempunyai residu garam sesudah pemakaian untuk tanaman. (Austin, 1996)

2.2 Pembuatan dan Sifat-sifat Urea

Urea diperoleh dari reaksi eksotermis antara ammonia dan CO2 yang menghasilkan karbamat, selanjutnya ammonia karbamat diuraikan dengan reaksi endotermis menjadi urea dan air.

Reaksi yang terjadi adalah :

2NH3 + CO2 NH2COONH4

NH2COONH4 NH2CONH2 + NH3

Reaksi antar CO2 dan NH3 menjadi urea berlangsung secara bolak balik dan sangat dipengaruhi oleh tekanan, temperatur, komposisi dan waktu reaksi. Perubahan ammonium karbamat menjadi urea dalam fase cair, sehingga dibutuhkan temperature dan tekanan yang tinggi. Dalam reactor, reaksi akan berlangsung selama 25 menit yang dibutuhkan residence time (waktu tinggal).

(Standart Operation Procedure Unit Urea PT.PIM) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan urea, antara lain:

a.Temperatur

Perubahan temperatur akan mengakibatkan bergesernya tetapan kesetimbangan reaksi. Naiknya temperatur akan mengakibatkan reaksi bergeser ke arah kiri (endothermis) atau menurunkan konversi pembentukan urea. Disamping itu, kenaikan


(18)

Bila temperatur reaktor turun, maka konversi ammonium karbamat menjadi urea akan berkurang sehingga memberi beban lebih berat pada seksi-seksi berikutnya. Jika temperatur turun sampai 1500C akan menyebabkan timbulnya ammonium karbamat menempel pada reaktor. Sebaliknya, bila temperatur melebihi 2000C maka laju korosi dari Titanium Lining akan meningkat dan tekanan kesetimbangan di dalam reaktor dari campuran reaksi akan melampaui tekanan yang dibutuhkan. Di samping itu, hasil dari reaksi samping yang besar akan menyebabkan turunnya konversi pembentukan urea. Jadi laju reaksi yang baik pada suhu 180-2000C dalam waktu 20-60 menit atau pada suhu rendah dengan ammonia berlebih.

b. Tekanan

Tekanan yang digunakan adalah 200 kg/cm2G. Pemilihan tekanan operasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa konversi ammonium karbamat menjadi urea hanya terjadi pada fase cair dan fase cair dapat dipertahankan dengan tekanan operasi yang tinggi. Pada suhu tetap konversi naik dengan naiknya tekanan hingga titik kritis, dimana pada titik ini reaktan berada pada fase cair. Untuk perbandingan NH3 dan CO2 yang stokiometris suhu 1500C dan tekanan 100 atm memberikan keadaan yang hampir optimum tetapi pada suhu ini reaksi berjalan lambat. Pada suhu 190 – 2200C, tekanan yang digunakan berkisar antara 140 – 250 atm.


(19)

Perbandingan mol NH3 : CO2 optimum adalah 4 : 1. dengan nilai itu diharapkan reaksi pertama dapat berjalan cepat sekaligus mencegah terjadinya pembentukan biuret.

d. Kandungan Air dan Oksigen

Adanya air akan mempengaruhi reaksi terutama reaksi kedua yaitu peruraian karbamat menjadi urea dan air sehingga dapat mengurai konversi karbamat menjadi urea. Pada umumnya, proses didesain untuk meminimalkan jumlah air yang direcycle ke reaktor. Adanya sedikit oksigen akan mengurangi korosi. Sebagai hasil reaksi di atas maka komponen yang keluar reaktor adalah urea, biuret , ammonium karbamat, kelebihan ammonia dan air. (Sauchelli,V,1960)

Pupuk urea adalah pupuk yang paling banyak digunakan di Indonesia. Bila pupuk urea ditambahkan kedalam tanah yang lembab, maka urea mngalami hidrolisis dan berubah menjadi ammonium karbonat. Maka sebelum hidrolisis terjadi, urea bersifat mobil seperi nitrat dan ada kemungkinan tercuci kebawah zona perakaran.

Kejadian ini dimungkinkan terutama jika curah hujan tinggi dan strukur tanah yang lemah. Disamping itu perlu diperhatikan sifat urea yang dapat berubah menjadi nitrat ini, karena hal ini memperbesar turunnya efisiensi urea. Untuk mengurangi sifat sifat yang merugikan dari urea diusahakan membungkus butiran urea dendan SCU (Sulfur Coated Urea ). (Madjid,M, 2010)


(20)

2. Mudah larut dalam air dan alcohol 3. Sedikit larut dalam eter

4. Berat molekulnya 60,06 5. Titik lebur 132,70C

6. Kandungan nitrogen (material murni) mengandung 46,6%

7. Pada temperatur kamar tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. 8. Bentuk kristal tetragonal.

9. Indeks bias 1,484.

(Corominas,L.F, 1986) 2.3 Bentuk-bentuk Urea

Ada beberapa bentuk pada urea. Bentuk ysng pertama dikenal dengan nama urea prill (urea curah). Kekurangan urea bentuk prill ini adalah mudah menguap dan mudah larut sehingga unusur hara yang terkandung cepat menghilang. Untuk mengurangi kekurangan urea bentuk curah ini, urea kemudian dibuat dalam bentuk bola-bola, kotak-kotak dan tablet. Sehingga lebih sukar larut.

Cara lainnya adalah dengan melapisi urea dengan bahan yang tidak tembus air atau bahan kimia. Pelindung ini diberi lubang lubang kecil sehingga urea dapat larut sedikit. Adapun jenis dari bentuk urea, antara lain;

1. Urea Prill (urea curah)

Urea ini merupakan urea yang berbentuk butiran halus berwarna putih. 2. Urea gelintiran (urea butiran)


(21)

Bentuk nya hamper sama dengan urea curah, hanya ukuran butirannya lebih besar. Dari hasil penelitian, bentuk ini mampu meningkatkan produksi tanaman (padi) 3,4-20,4 % lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan urea curah. 3. Urea bola

Bentuk ini memilki daya respon cukup tinggi terhadap pertumbuhan tanaman, unsure N-nya dapat dilepas secara lambat dan diikat kuat oleh partikal tanah dan kemudian akan diserap oleh akar tanaman.

4. Urea kaplet

Urea kaplet dihasilkan dari proses pemadatan urea curah dan penyempurnaan urea butir. Bentuknya pipih seperti cakram, bersifat rapuh, mudah pecah dan cepat lengket.

5. Urea tablet

Urea tablet juga berbahan dasar urea curah. Dengan proses pengempasan bertekanan tinggi, urea curah berubah bentuk menjadi tablet. (Marsono,S.P,2004)

Urea baik dalam bentuk prill maupun bentuk granular, akan kehilangan unsur Nitrogen itu berkisar 40% melalui penguapan ammonia dan beberapa persen melalui penguapan dalam bentuk N2O dan N2, pencucian (leaching), terikat oleh jasad renik atau mineral tanah (immobilization dan fixation) ketika penebaran pada tanaman.


(22)

menekan kehilangan unsur Nitrogen ialah penebaran merata di sawah, jumlahnya dibagi dan ditebarkan sesuai masa pertumbuhan padi serta diusahakan pupuk terbenam di lapisan tanah yang oxygen (reduction zone).

Pada perusahaan yang bergerak pada bidang industry pupuk dimana adalah hal yang harus diperhatikan, ukuran butiran urea. Standar Nasional untuk butiran urea prill dengan ukuran 1,00 – 3,35 mm minimal 90%. Sedangkan pada butiran urea granural dengan ukuran 2,00 – 4,75 mm minimal 90%.

Dengan tidak terpenuhinya standar diatas, tidak hanya merugikan perusahaan dengan menurunnya harga jual, juga merugikan petani. Utama nya urea prill dimana bentuk urea akan lebih mengaju pada bentuk bubuk yang bila disebarkan petani akan lebih banyak nitrogen yang tidak diserap tanah dengan baik . Sehingga kebutuhan Nitrogen tumbuhan tidak cukup terpenuhi. Karena nya petani lebih memilih urea granular dalam pemupukannya.

Sedangkan pupuk Nitrogen yang termasuk lambat melepaskan kandungan Nitrogennya dan mempunyai masa depan yang baik ialah pupuk Urea yang dilapisi Sulfur dan disebut Sulphur Coated Urea (SCU). Urea yang dijadikan bahan utama ialah Urea granular (urea gelintiran), urea yang berukuran lebih besar dari Urea butiran (Urea Prill). Berat Urea butiran kira-kira 0.0035 gram/butir dan Urea granular ± 0.01g/granular. Ukuran besar butir Urea granular mudah diatur dalam proses produksi, sehingga besar butir dapat disesuaikan dengan keperluan. Flexibilitas ini merupakan salah satu daya tarik dari pembuatan Urea granular.

Urea granular selain berukuran lebih besar, juga lebih keras dan tak mudah menjadi tepung dibanding dengan Urea butir. Sifat-sifat ini sangat menguntungkan


(23)

dalam pengelolaan dan pengangkutan pupuk-pupuk curah. Karena sifat-sifat ini pula maka di Amerika Serikat, Urea granular luas dipakai dalam industri pupuk campuran (bulk blending). Untuk kawasan tropis yang lembab, tentunya keuntungan tersebut masih perlu dibuktikan.

Pengaruh Urea granular terhadap tanaman sama dengan Urea butiran, begitu juga cara penebarannya. Hanya diharapkan manfaatnya akan timbul dari segi penyimpanan dan pemakaian di lapangan. Dengan Urea yang tak membatu, maka penyebaran pupuk di sawah akan lebih merata dari pada pupuk yang membatu atau yang terlalu halus butirannya.

Meskipun demikian, kesimpulan yang diambil dari satu musim percobaan ialah petani cenderung menyenangi Urea granular karena butirannya yang utuh dan tidak membatu seperti Urea butiran yang sering mereka terima.

Untuk masa depan study semacam itu masih perlu diadakan dengan persiapan dan perencanaan yang lebih baik. Percobaan yang berhubungan dengan pemakaian pupuk Urea granular di lapangan banyak dilakukan, terutama membandingkan efisiensi pupuk. Urea yang banyak digunakan ialah Urea Supergranule yaitu Urea granule yang ukuran butirnya lebih besar yang beratnya ± 1 gram perbutir, dan Urea granular yang dilapisi Sulfur (SCU).

Dari percobaan-percobaan yang dilakukan oleh INSFER (International Fertilizer Soil Fertility 8-Fertilizer) dari tahun 1975-1978 di beberapa negara


(24)

tanaman padi, begitu juga penggunaan SCU yang ditebarkan, keduanya menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan pupuk Urea butiran yang disebar seperti biasa dilakukan. Pemakaian Urea Supergranule di tanah sawah yang banyak mengandung pasir (light texture) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan dibanding dengan penggunaan pupuk urea butiran yang disebar merata dan terpisah (split application).

2.4 Pengaruh Ammonia Terhadap Tanaman

Ammonia adalah

berupa memiliki sumbangan penting bagi keberadaa senyawa amonia dalam gas Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan

Amonia umumnya bersifat sebagai asam yang amat 17,03 gr/mol, pada tekanan atmosfir NH3 berbentuk gas dan tidak berwarna, berbau menyengat serta sangat mudah larut dalam air dan eter, NH3 juga bersifat mudah meledak , beracun dan menyebabkan iritasi. (Cotton,R.A,1976)


(25)

Urea yang masih mengandung ammonia dalam keadaan bebas dengan kata lain disebut free ammonia atau NH3-N. Ammonia bebas tersebut merupakan ammonia yang tidak bereaksi sempurna dengan karbondioksida pada saat proses pembuatan urea. Free ammonia tidak berikatan langsung dengan urea tapi melekat dalam butirnya. Kadar ammonia bebas sangat tergantung pada proses produksi urea, jika kandungan ammonia bebas tinggi maka proses reaksi yang berlangsung kurang bagus yaitu banyak ammonia yang tidak beraksi sempurna serta menyebabkan terjadi pencemaran lingkungan terutama terhadap tanaman karena pengaruh gas ammonia yang menguap.(Sumaryo, 1983)

Gejala kekurangan unsur hara nitrogen dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada tanaman seperti daun tanaman berwarna pucat kekuningan , daun tua dan pada tanaman padi berwarna kekuningan dari ujung daun menuju ke tulang daun, dalam kelanjutan lebih parah daun menjadi kering dimulai dari daun bagian bawah terus ke bagian atas, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil dan pertumbuhan buah tidak sempurna.

Sumber unsur nitrogen sebenarnya cukup banyak terdapat di atmosfer, yaitu lebih kurang 79,2% dalam bentuk N2 bebas. Namun demikian unsure N ini baru dapat digunakan oleh tanaman setelah mengalami perubahan bentuk yang terikat dalam bentuk pupuk.


(26)

Setelah bereaksi dengan air pupuk akan melarut, sebagian pupuk akan diserap akar tanaman, sebagian ada terfiksasi menjadi bentuk tidak tersedia untuk tanaman, hilang melalui proses denitrifikasi (pupuk N), tercuci (leaching) tereosi dan serta terjadinya penguapan (volatilisasi). (Simpson,K,1986)

Pemberian pupuk nitrogen sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan jumlah N dalam tanah. Residu N dan sumber N lainnya . Pengendalian pemberian pupuk nitrogen secara berlebihan adalah dengan cara, antara lain:

1. Mengubah penyebaran urea dari kali menjadi 2 kali dengan menurunkan emisi 8,1%

2. Mengurangi dosis dari 250 kg/ha menjasi 200 kg/ha

3. Mengganti sebagian urea dengan pupuk ZA yang bisa menurunkan emisi sebesar 5,2 %. (Sauchelli,V,1960)

2.5 Syarat Mutu Standart Pupuk Urea

Urea akan terserap oleh akar tanaman dalam bentuk ammonia dan nitrat. Di dalam tanah, urea akan dihidrolisis oleh enzim urease menjadi ammonium. Akibat pengaruh pH dalam keadaan asam, ammonium akan membentuk ammonia pada permukaan tanah. Penggunaan pupuk urea saja dalam tataran yang tinggi, akan menyebabkan tanaman tumbuh terlalu subur tapi hasilnya rendah. Kualitas urea sangat ditentukan oleh komposisi yang terkandung dalam pupuk urea tersebut. Zat-zat beracun dan kadar maksimumnya dalam urea yang diizinkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah :


(27)

Tabel 2.1 Syarat mutu standar pupuk urea

No Parameter Kadar

1. Total Nitrogen 46,0% min

2. Kelembaban 0,5 % maks

3. Free Ammonia 150 ppm maks

4. Moisture 0,50% maks

5. Total Fe 1,0 ppm maks

6. Kadar abu 15 ppm maks

Sumber : SNI-02-2801, 1992

Pupuk urea merupakan sumber nitrogen bagi tumbuhan, berguna untuk membuat daun tanaman lebih hijau, mempercepat pertumbuhan dan menambah jumlah anakan tumbuhan , menambah ukuran daun, besar gabah dan memperbaiki mutu gabah , merangsang pembentukan protein biji, dan menyediakan makanan bagi jasad renik tanah yang bekerja mengurai bahan organik dalam tanah.

Ammonia merupakan senyawa yang sangat bermanfaat dan diproduksi secara komersil dalam jumlah yang sangat besar. Salah satu kunci keberhasilan pembuatan amonia oleh Haber-Bosch dalah dengan menggunakan bahan baku hidrogen. Dewasa ini hidrogen diperoleh dengan cara mereaksikan gas alam dengan uap air . Ammonia banyak digunakan dalam industri pupuk, bahan peledak, plastik, detergen dan lain-lain. (Trainess PT. PIM BAG LAB, 1994)

2.6 Analisa Tititrimetri Analisa Titrimetri


(28)

dengan keterangan α molekul analit, A bereaksi dengan t molekul T. Pereaksi T disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan tersebut disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses, disebut standarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang telah ditambahkan ekivalen dengan A sehingga dikatakan bahwa titik ekivalen titran tercapai.

Agar mengetahui bahwa penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan zat kimia yang disebut indikator, yang ditandai terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhit titrasi. (Pudjaatmaka,H, 1986)

Titrasi asam basa merupakan cara yang cepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa senyawa yang bersifat asam dan basa organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu, terutama senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik dapat ditentukan dengan cara titrasi asam-basa dalam pelarut nirair .

Untuk menentukan basa digunakan larutan baku asam kuat, misalnya HCl, sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan baku basa kuat, misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan peralatan ( misalnya potensimeter, spektrofotometer, konduktometer, atau menggunakan metode titrasi digital). (Rivai,H,2006)

2.7 Metode-metode analisis kadar ammoniak


(29)

1.Metode Nessler

Kadar ammonium dapat diukur dengan menggunakan metode Nessler kualitatif dan kuantitatif. Dimana metode nessler kualitatif yaitu dengan cara menggunakan reagen Nessler dan larutan garam Rochelle. Dimana warna sampel dibandingkan dengan warna larutan standart (NH4+) atau larutan stock ammonium. Warna sampel yang paling mendekati warna larutan stock ammonium itulah yang paling tinggi kadar ammoniumnya. Metode Nessler secara kuantitatif yaitu dapat digunakan dengan spektrofotometri. Metode ini menggunakan reagen Nessler dan larutan garam seignette. Kadar ammonium pada kultur diukur setiap hari dengan mengambil 25 ml air sampel kultur, diberi 1-2 tetes pereaksi garam seignette dan 0,5 ml pereaksi Nessler, dikocok, dibiarkan selama 10 menit, kemudian ditera intensitasnya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spectrometer merk spektronik 20 dari Milton Ray Company. Absorbs yang didapat dihubungkan dengan persamaan pada kurva standar ammonium untuk mengetahui konsentrasi ammonium pada sampel air kultur. Prinsip penentuan (NH4+) adalah (NH4+) dengan reagen Nessler akan menjadi warna kuning kecoklatan, dan warna ini dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm. Dapat dihitung dengan deret standart yang telah diketahui kadarnya dan dihitung secara regresi linier.

2.Metode Rochelle


(30)

Dalam metode ini menggunakan metode ion kromatografi dengan kondisi pengukuran untuk ammonium menggunakan kolom Dionex Ion Pac CS, sebagai eluen larutan methyl sulfonic acid 18 mM, detektor Conductivity DX 5000 pada temperatur 400C. Untuk mengetahui unjuk kerja metode ini dilakukan penentuan presisi metode dengan cara mengukur contoh air limbah sebanyak 6 kali pengulangan.

Penanggulangan Kelebihan dan Kekurangan Kadar (NH4+)

Kelebihan kadar ammonium dapat ditanggulangi dengan beberapa cara :

1. Memanfaatkan enceng gondok. Enceng gondok dalam perairan dapat mengurangi kadar ammonium dalam air yaitu dengan cara berdasarkan umur dan lama kontak. Jika berdasarka umur yaitu dengan menggunakan enceng gondok yang tua dan muda dalam air. Tapi jika dengan lama kontak yaitu dengan lama waktu perlakuan yaitu dengan waktu 2 hari, 4 hari, 6 hari. Jadi dapat dilihat bagaimana penyerapan NH4+ selama 2 hari, 4 hari, 6 hari dan pengaruh penyerapan NH4+ terhadap enceng gondok yang tua dan muda.

2. Menggunakan sistem pengolahan dengan cara adsorpsi. Sistem operasi yang dipergunakan adalah batch dan kontinyu. Sedangkan adsorbat (kontaminan) yang dipergunakan adalah limbah artifisial, yaitu larutan ammonium klorida. Pada sistem batch, terdapat empat variabel bebas yang divariasikan, yaitu : pertama, konsentrasi sorbat, terdiri dari 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm. Faktor yang kedua adalah waktu kontak, terdiri dari 2 jam, 4 jam, 6 jam, 24 jam, dan 48 jam. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu perlakuan awal adsorben: dengan pemanasan dan penambahan asam. Faktor terakhir yaitu jenis adsorben yang digunakan: bentonit dan kaolin.


(31)

Sedangkan kekurangan kadar ammonium dapat ditanggulangi dengan cara : Memperbanyak kandungan ammonia dalam air karena ammonia dalam air membentuk ammonium.


(32)

BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat-alat

- Titrasi Digital PT. PIM Mpt Titrino

- Erlemeyer 250 mL Pyrex

- Timbangan analitik Mettler

- Spatula - Batu didih

3.2 Bahan-bahan

- HCl(pa)

- Mixedindikator (metil red dan metil blue) - Urea Prill PT. Pupuk Iskandar Muda - Aquadest

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Ammoniak Bebas dari Urea

- Ditimbang 1-5 gram urea dalam labu erlenmeyer 250 ml. - Dilarutkan dalam 50 ml aquadest

- Ditambahkan 3 tetes indikator MX(metil red and metil blue) - Dititrasi dengan HCl 0,02 N menggunakan alat titrasi digital.

- Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna larutan dari hijau menjadi violet kehijauan.

- Record dari pemakaian HCl 0,02 N atau ppm ammon.iak bebas akan langsung terbaca pada digital display pada titrasi digital


(33)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Pengamatan

Tabel 4.1. Hasil Analisa Ammoniak Bebas Rata-rata dari Urea di PT. PIM dari tanggal 06 Januari sampai 20 Januari 2011.

Tanggal

Pengamatan X(Hari) Y(Ammonia Bebas,ppm)

06 Januari 07 Januari 10 Januari 11 Januari 12 Januari 13 Januari 16 Januari 18 Januari 19 Januari 20 Januari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 108,792 ppm 105,725 ppm 133,976 ppm 102,279 ppm

95,688 ppm 132,250 ppm 120,297 ppm 82,648 ppm 63,853 ppm 63,217 ppm

Rata-rata akhir


(34)

Dimana :

ml titran = mL larutan standar HCL 0.02 N yang terpakai N = Normalitas HCl (0,02 N )

F = Faktor kalibrasi ( 0,9400 ) W = Berat sampel (gram)

4.2.1 Menghitung Free Amoniak dalam Sampel Urea

Free Ammonia1 =

W F N titran

ml × × ×17000

` = gr x 5 17000 9400 , 0 02 , 0 712 ,

1 × ×

= 109,431 ppm Free Ammonia 2 =

W F N titran

ml × × ×17000

= gr 5 17000 9400 , 0 02 , 0 672 ,

1 × × ×

= 108,153 ppm Maka

Free Ammonia rata-rata 1, ppm =

2 153 , 108 431 , 109 +


(35)

4.3 Pembahasan

Penentuan kadar ammoniak bebas yang merupakan pengotor dalam pupuk urea telah dilakukan dengan menggunakan metode titrasi digital. Urea yang digunakan adalah urea dari PT. Pupuk Iskandar Muda di Krueng Geukueh – Lhokseumuawe.


(36)

sampling. Hal ini dikarenakan PT. Pupuk Iskandar Muda tidak berproduksi saat pengambilan sampel dilakukan. Semakin lama urea disimpan diBulk Storage maka semakin banyak ammoniak bebas yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena lamanya penyimpanan pupuk urea di Bulk Storage menyebabkan ammoniak banyak yang tidak terikat dengan CO2, sehingga mempengaruhi peningkatan pembentukan ammoniak bebas. Lamanya penyimpanan pupuk di Bulk Storage juga menyebabkan urea mengeras disebabkan sifat urea yang mudah menyerap air (kelembaban) dan membuat urea mudah pecah dalam pendistribusian nya, sehingga akan mengurangi nilai jual produk.

Penelitian Trainer PT. Pupuk Iskandar Muda di lapangan menyimpulkan bahwa urea yang mengandung kadar ammoniak bebas tinggi merugikan konsumen, utamanya para petani karena ammoniak bebas ini memberi dapat menyebabkan daun tanaman mati, karena ammoniak bebas ini bersifat racun bagi tanaman.

Namun demikian, kadar amoniak bebas rata rata yang diperoleh dari hasil percobaan saya adalah 100,905 ppm. Hasil tersebut masih memenuhi syarat mutu pupuk urea (SNI – 2801 – 1992 ) dan Internasional Standar Organitation ( ISO ), yaitu <150 ppm. Sementara grafik menunjukkan penurunan kadar ammoniak bebas yang semakin rendah diakhir masa penyamplingan, karena penyamplingan tidak menggunakan pupuk sisa yang ada pada Bulk Storage, disebabkan PT PIM telah memulai kembali produksinya dengan mengeluarkan urea prill dari unit PIM 1.


(37)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa tinggi rendah nya kadar ammoniak bebas yang terkandung dalam urea PT.Pupuk Iskandar Muda bergantung pada lamanya penyimpanan urea tersebut di dalam Bulk Storage, semakin lama urea tersebut disimpan di Bulk Storage maka semakin tinggi kadar ammoniak bebasnya.

2. Setelah dilakukan percobaan maka dapat diketahui bahwa kadar ammoniak bebas yang terkandung didalam pupuk urea PT. Pupuk Iskandar Muda telah memenuhi syarat mutu yang telah ditentukan SNI- SNI-2801-1992) dan Internasional Standar Organitation (ISO) yaitu tidak lebih dari 150 ppm.

5.2 Saran

Disarankan agar penyimpanan urea didalam Bulk Storage tidak dalam jangka waktu yang lama karena akan mempengaruhi kadar ammoniak bebas yang terkandung didalam urea tersebut.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1976. An Encyclopedia Of Chemicals and Drugs. Nineth Edition. New York: Merck and Co,Inc.

Austin, J.W. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Considine,D.M. 1984. Encyclopedia Of Chemistry. Fourth Edition. New York: Van Nostran Reinhold Inc.

Corominas,L.F. 1986. Association Of Analitic Chemistry, Determination Of Biuret In Urea and Mixed Fertilizer by Cupric Ion Selective Electrode. Volume 69. No 1. Washington: Mc. Graw Hill.

Cotton,R.A. 1976. Basic Inorganic Chemistry. Third Edition. New York: John Willey and Sons,Inc.

http://moexavier.multiply.com/journal/item/21

Jones,U.S. 1982. Fertilizers and Soil Fertility. Second Edition. Virginia: Reston Publishing Company,Inc.

Madjid,M.B. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Medan: USU Press.

Marsono,P.S. 2004. Pupuk Akar dan Jenis Aplikasinya. Cetakan ketiga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pudjaatmaka,H. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif, Terjemahan dari Quantitative Analysis oleh R.A. Day,JR dan A.L. Underwood. Jakarta: Erlangga.

Rivai,H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Medan: USU Press.

Sauchelli,V. 1960. Chemistry and Technology of Fertilizers. New York: Reinhold Publishing Corporation.

Standart Operation Procedure Unit Urea PT. Pupuk Iskandar Muda.

Sumaryo. 1983. Prosedur Analisa Liquid Ammonia dan Urea. Lhoukseumawe: Laboratorium PT. Pupuk Iskandar Muda.

Simpson,K. 1986. Fertilizers and Manures. New York: Longman Group Limited. Trainer PT.PIM BAG LAB. 1994. Analisis Proses Kontrol dan Kualitas Urea PT


(1)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Pengamatan

Tabel 4.1. Hasil Analisa Ammoniak Bebas Rata-rata dari Urea di PT. PIM dari tanggal 06 Januari sampai 20 Januari 2011.

Tanggal

Pengamatan X(Hari) Y(Ammonia Bebas,ppm) 06 Januari 07 Januari 10 Januari 11 Januari 12 Januari 13 Januari 16 Januari 18 Januari 19 Januari 20 Januari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 108,792 ppm 105,725 ppm 133,976 ppm 102,279 ppm

95,688 ppm 132,250 ppm 120,297 ppm 82,648 ppm 63,853 ppm 63,217 ppm Rata-rata

akhir

100,905 ppm

4.2 Perhitungan Free Ammonia(ppm) =

W F N titran


(2)

Dimana :

ml titran = mL larutan standar HCL 0.02 N yang terpakai N = Normalitas HCl (0,02 N )

F = Faktor kalibrasi ( 0,9400 ) W = Berat sampel (gram)

4.2.1 Menghitung Free Amoniak dalam Sampel Urea

Free Ammonia1 =

W F N titran

ml × × ×17000

` = gr x 5 17000 9400 , 0 02 , 0 712 ,

1 × ×

= 109,431 ppm Free Ammonia 2 =

W F N titran

ml × × ×17000

= gr 5 17000 9400 , 0 02 , 0 672 ,

1 × × ×

= 108,153 ppm Maka

Free Ammonia rata-rata 1, ppm =

2 153 , 108 431 , 109 +


(3)

4.3 Pembahasan

Penentuan kadar ammoniak bebas yang merupakan pengotor dalam pupuk urea telah dilakukan dengan menggunakan metode titrasi digital. Urea yang digunakan adalah urea dari PT. Pupuk Iskandar Muda di Krueng Geukueh – Lhokseumuawe.

Dari grafik 1 menunjukkan bahwa kadar Ammoniak bebas dalam urea prill di Bulk Storage PT. Pupuk Iskandar Muda cukup tinggi diawal pengambilan


(4)

sampling. Hal ini dikarenakan PT. Pupuk Iskandar Muda tidak berproduksi saat pengambilan sampel dilakukan. Semakin lama urea disimpan diBulk Storage maka semakin banyak ammoniak bebas yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena lamanya penyimpanan pupuk urea di Bulk Storage menyebabkan ammoniak banyak yang tidak terikat dengan CO2, sehingga mempengaruhi peningkatan pembentukan ammoniak bebas. Lamanya penyimpanan pupuk di Bulk Storage juga menyebabkan urea mengeras disebabkan sifat urea yang mudah menyerap air (kelembaban) dan membuat urea mudah pecah dalam pendistribusian nya, sehingga akan mengurangi nilai jual produk.

Penelitian Trainer PT. Pupuk Iskandar Muda di lapangan menyimpulkan bahwa urea yang mengandung kadar ammoniak bebas tinggi merugikan konsumen, utamanya para petani karena ammoniak bebas ini memberi dapat menyebabkan daun tanaman mati, karena ammoniak bebas ini bersifat racun bagi tanaman.

Namun demikian, kadar amoniak bebas rata rata yang diperoleh dari hasil percobaan saya adalah 100,905 ppm. Hasil tersebut masih memenuhi syarat mutu pupuk urea (SNI – 2801 – 1992 ) dan Internasional Standar Organitation ( ISO ), yaitu <150 ppm. Sementara grafik menunjukkan penurunan kadar ammoniak bebas yang semakin rendah diakhir masa penyamplingan, karena penyamplingan tidak menggunakan pupuk sisa yang ada pada Bulk Storage, disebabkan PT PIM telah memulai kembali produksinya dengan mengeluarkan urea prill dari unit PIM 1.


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa tinggi rendah nya kadar ammoniak bebas yang terkandung dalam urea PT.Pupuk Iskandar Muda bergantung pada lamanya penyimpanan urea tersebut di dalam Bulk Storage, semakin lama urea tersebut disimpan di Bulk Storage maka semakin tinggi kadar ammoniak bebasnya.

2. Setelah dilakukan percobaan maka dapat diketahui bahwa kadar ammoniak bebas yang terkandung didalam pupuk urea PT. Pupuk Iskandar Muda telah memenuhi syarat mutu yang telah ditentukan SNI- SNI-2801-1992) dan Internasional Standar Organitation (ISO) yaitu tidak lebih dari 150 ppm.

5.2 Saran

Disarankan agar penyimpanan urea didalam Bulk Storage tidak dalam jangka waktu yang lama karena akan mempengaruhi kadar ammoniak bebas yang terkandung didalam urea tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1976. An Encyclopedia Of Chemicals and Drugs. Nineth Edition. New York: Merck and Co,Inc.

Austin, J.W. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Considine,D.M. 1984. Encyclopedia Of Chemistry. Fourth Edition. New York: Van Nostran Reinhold Inc.

Corominas,L.F. 1986. Association Of Analitic Chemistry, Determination Of Biuret In Urea and Mixed Fertilizer by Cupric Ion Selective Electrode. Volume 69. No 1. Washington: Mc. Graw Hill.

Cotton,R.A. 1976. Basic Inorganic Chemistry. Third Edition. New York: John Willey and Sons,Inc.

http://moexavier.multiply.com/journal/item/21

Jones,U.S. 1982. Fertilizers and Soil Fertility. Second Edition. Virginia: Reston Publishing Company,Inc.

Madjid,M.B. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Medan: USU Press.

Marsono,P.S. 2004. Pupuk Akar dan Jenis Aplikasinya. Cetakan ketiga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pudjaatmaka,H. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif, Terjemahan dari Quantitative Analysis oleh R.A. Day,JR dan A.L. Underwood. Jakarta: Erlangga.

Rivai,H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Medan: USU Press.

Sauchelli,V. 1960. Chemistry and Technology of Fertilizers. New York: Reinhold Publishing Corporation.

Standart Operation Procedure Unit Urea PT. Pupuk Iskandar Muda.

Sumaryo. 1983. Prosedur Analisa Liquid Ammonia dan Urea. Lhoukseumawe: Laboratorium PT. Pupuk Iskandar Muda.

Simpson,K. 1986. Fertilizers and Manures. New York: Longman Group Limited. Trainer PT.PIM BAG LAB. 1994. Analisis Proses Kontrol dan Kualitas Urea PT