82
Heni Komalasari, 2014 Pengembangan Model Pembelajaran Tari Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Tunanetra
Dan Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan tim focus discussion untuk menyamakan persepsi tentang model pembelajaran yang akan dikembangkan.
3.8 Teknik analisis data
Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada dua metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif kualitatif, digunakan dalam penelitian awal
untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada, metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba suatu produk. Deskriptif kualitatif digunakan
untuk mendeskripsikan data yang dihasilkan pada observasi dan angket yang dihasilkan pada penelitian awal. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi
proses dan hasil uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan setiap uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi
hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan penyempurnaan Sukmadinata, 2005: 167.Adapun teknik analisis data
kuantitatif menggunakan uji-t two-tailed aplikasi Program SPSS versi 13.0.
240
Heni Komalasari, 2014 Pengembangan Model Pembelajaran Tari Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Tunanetra
Dan Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada Bab IV tentang hasil implementasi model pembelajaran tari yang
mengembangkan kreativitas siswa tunanetra dan tunarungu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Hasil implementasi model pembelajaran tari untuk meningkatkan kreativitas siswa berkebutuhan khusus dengan tahap-tahap uji coba yang dilakukan telah
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa khususnya siswa tunanetra dan tunarungu. Hal tersebut terlihat dari peningkatan
kreativitas siswa dari setiap pertemuan pada 3 tahap uji coba yang dilakukan. Dari segi keberhasilan pembelajaran melalui uji coba model pembelajaran sinektik
menampakan hasil yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang menggambarkan tentang tingkat kreativitas siswa tunanetra dan tunarungu
diperoleh hasil data dari indikator-indikator kreativitas meningkat dengan baik. Kemampuan beranalogi dalam proses kreativitas pada siswa tunanetra dan
tunarungu hampir sama walau cara mengungkapkannya yang sedikit berbeda. Hal tersebut menunjukan kemampuan kognitif siswa dapat terolah dengan baik
melalui pembelajaran tari dengan menggunakan model sinektik. Siswa tunanetra karena belum pernah mengalami menari sedikit lambat dalam merespon stimulus
untuk beranalogi, walaupun selanjutnya mereka mulai terbiasa untuk berekspresi gerak kreatif. Sedangkan pada siswa tunarungu kemampuan beranalogi sangat
tinggi dan lancar walau memiliki keterbatasan dalam mengungkapkannya melalui bahasa, namun dari segi ekspresi gerak mereka lebih cepat untuk merespon secara
kreatif dari setiap stimulus yang diberikan. Hal tersebut menunjukan kemampuan psikomotor dan afeksi dapat berkembang dengan baik. Dari hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan kualitas proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Luar Biasa