Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Di Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara Tahun 2013

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN

DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI (Fe)

DI PUSKESMAS KELING II KABUPATEN JEPARA

TAHUN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Maulida Nur Soraya

NIM: 1110103000049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta shalawat dan salam Kepada Nabi Muhammad SAW., sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini

yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Di Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara Tahun 2013” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Taufik Zain, SpOG (K), selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan petunjuk kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.

4. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia disibukkan untuk memberikan petunjuk, bimbingan, masukan dan arahan, serta memotivasi penulis selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.

5. dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes dan dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed, selaku Dosen Penguji Sidang Skripsi atas kesediaannya menjadi penguji, serta masukan dan saran yang telah diberikan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.


(6)

vi

6. dr. Anjar Ernaning Karuniawati, MM., selaku Kepala Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara yang telah memberi izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.

7. Astanti Hidayah, S.KM, selaku Petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara yang telah membantu mengumpulkan responden, serta selalu membantu penulis baik sebelum, selama dan setelah melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.

8. Isni Kurniawati, S.SiT, selaku Bidan Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara Pemegang Program Kesehtan Ibu yang telah bersedia membantu mengumpulkan responden dan membantu penelitian di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.

9. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

10.Kementrian Agama RI yang memberikan beasiswa kepada penulis sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Bapak, ibu serta kakak dan adik yang tersayang, atas seluruh bantuan dan dorongan yang selalu diberikan baik secara moral, material, maupun spiritual kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.

12.Teman-teman PSPD angkatan 2010 khususnya teman-teman anggota kelompok 17, Septia Wahyuni, Novita Vidi Yanty, Syrojuddin Hadi, dan

Mayla Azkiya, yang telah saling mengingatkan dan mendo’akan, memberi

motivasi dan semangat, serta membantu penulis selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.


(7)

vii

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, serta banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Penulis juga berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi semua pihak, khususnya bagi dunia pendidikan kedokteran di Indonesia.

Ciputat, September 2013


(8)

viii

ABSTRAK

Maulida Nur Soraya. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) di Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara. 2013.

Latar Belakang: Anemia merupakan penyebab utama kematian tidak langsung pada ibu hamil. Keberhasilan program pemberian tablet besi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi anemia sangat dipengaruhi oleh kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet tersebut. Hasil penelitian Vongvichit, dkk. (2003) di Thailand memperlihatkan bahwa 65,6% ibu hamil memiliki kepatuhan rendah, dan penelitian Purbadewi & Ulvie (2013) di Sleman didapatkan bahwa 50% ibu hamil memiliki pengetahuan kurang tentang anemia. Tujuan: untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi. Metode: merupakan penelitian analitik katagorik tidak berpasangan menggunakan desain studi cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling, sebanyak 69 orang. Penilaian tingkat pengetahuan dan kepatuhan menggunakan kuesioner. Hasil:

didapatkan bahwa 40,6% responden berpengetahuan baik dan terdapat 89,9% responden memiliki kepatuhan tinggi. Analisis uji statistik menggunakan uji Fisher didapatkan p-value = 0,247 (p>0,05). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi.

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Anemia, Ibu hamil, Kepatuhan, Tablet Besi

ABSTRACT

Maulida Nur Soraya. Medical Education Study Program. The Association of

Pregnant Women’s Level of Knowledge on Anemia and The Compliance of Iron Tablets Consumption in Public Health Centers of Keling II of Jepara Regency. 2013.

Background: Anemia is one of the indirect causes of death in pregnancy. The achievement of government program for managing anemia by iron tablets administration is influenced mostly by the women’s compliance in consuming the tablets. Research done by Vongvichit, et al. (2003) in Thailand showed that 65,6% women had low compliance, and the other research done by Purbadewi & Ulvie (2013) in Sleman found that 50% pregnant mother had lack of knowledge on anemia. Aim: to identify the association of the pregnant women’s level of knowledge on anemia and the compliance of iron tablets consumption. Methods:

it was a cross sectional design of analytical study with total sampling of 69 samples. Questionnaires was used for data gathering. The statistic test was an unpaired categorical analysis. Result: it showed that 40,6% respondents have good knowledge, and 89,9% respondents have high compliance. Fisher test’s result showed the p-value was 0.247 (p>0,05). Conclusion: There was no significant association for level of knowledge on anemia in pregnant mother with the compliance of consuming iron tablets in women’s pregnancy.

Key word: Level of Knowledge, Anemia, Pregnant Women, Compliance, Iron Tablets


(9)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Beelakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Umum ... 4

1.4.2 Tujuan Khusus ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Anemia dalam Kehamilan ... 6

2.1.1.1Prevalensi Anemia Kehamilan ... 7

2.1.1.2Etiologi dan Klasifikasi Anemia ... 7

2.1.1.3Gejala Anemia ... 9

2.1.1.4Diagnosis Anemia pada Kehamilan ... 9

2.1.1.5Pengaruh Anemia dalam Kehamilan ... 10

2.1.2 Tablet Besi ... 11

2.1.2.1Farmakokinetik ... 11

2.1.2.2Kebutuhan Besi ... 12

2.1.2.3Sumber Besi Alami ... 12

2.1.2.4Indikasi ... 12

2.1.2.5Efek Samping ... 12

2.1.3 Pengetahuan ... 13

2.1.3.1Cara Memperoleh Pengetahuan ... 13

2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 14

2.1.3.3Pengukuran Pengetahuan ... 16

2.1.4 Kepatuhan ... 16

2.1.4.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ... 17

2.1.4.2Pengukuran Kepatuhan ... 19


(10)

x

2.3 Definisi Operasional ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Desain Penelitian ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 22

3.3.3 Jumlah Sampel ... 22

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel ... 23

3.3.5 Kriteria Sampel ... 23

3.3.5.1Kriteria Inklusi ... 23

3.3.5.2Kriteria Eksklusi ... 23

3.4 Cara Kerja Penelitian ... 24

3.5 Managemen Data ... 24

3.5.1 Pengumpulan Data ... 24

3.5.2 Pengolahan Data ... 24

3.5.3 Analisa Data ... 25

3.5.4 Penyajian Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 27

4.2 Hasil Penelitian ... 28

4.2.1 Analisis Univariat ... 28

4.2.1.1Gambaran Karakteristik Responden ... 28

4.2.1.2Gambaran Variabel Penelitian ... 30

4.2.2 Analisis Bivariat ... 30

4.3 Pembahasan ... 32

4.3.1 Tingkat Pengetahuan Responden ... 32

4.3.2 Kepatuhan Responden ... 35

4.3.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) ... 38

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Anemia Berdasarkan Rata-rata Kadar Hemoglobin Normal

pada Ibu Hamil ... 6

Tabel 2.2 Definisi Operasional ... 20

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 21

Tabel 3.2 Contoh Tabel Penyajian Data ... 26

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 28

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 28

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga. . 29

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil ... 30

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) ... 30

Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) ... 31


(12)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konsep ... 19 Bagan 3.1 Cara Kerja Penelitian ... 24


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisi Univariat ... 48

Lampiran 2 Analisis Bivariat ... 53

Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian ... 55

Lampiran 4 Jadwal Penelitian ... 62

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian ... 63

Lampiran 6 Surat Balasan Penelitian ... 64


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tersebar luas yang terkait dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, terutama pada wanita hamil1. Baik di negara maju maupun negara berkembang, sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35%-75% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami anemia2. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, presentase anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 24,5%3. Sedangkan menurut data Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara, sejak tahun 2010 sampai tahun 2012, tiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah kasus anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tersebut. Bahkan dibandingkan dengan tahun 2011, pada tahun 2012 terjadi peningkatan kasus anemia pada ibu hamil hingga 87,5%4.

Sampai saat ini anemia masih merupakan penyebab tidak langsung kematian obstetri ibu yang utama5. Anemia dalam kehamilan dapat memberi dampak kurang baik bagi ibu, baik selama masa kehamilan, persalinan maupun selama masa nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia, seperti Partus lama karena inertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi (baik intrapartum maupun postpartum), merupakan berbagai macam dampak yang dapat ditimbulkan oleh anemia6. Gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak pada janin dapat terjadi akibat keadaan kekurangan besi (Fe) yang dialami oleh ibu hamil. Pada ibu hamil, keadaan kekurangan besi (Fe) ini dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan, dan bahkan kematian ibu dan bayi merupakan resiko yang dihadapi oleh ibu hamil yang mengalami anemia berat3.


(15)

2

Anemia salah satunya dapat disebabkan kerena defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi inilah yang sering terjadi pada ibu hamil. Apabila ibu hamil dapat memenuhi kebutuhannya akan zat besi, risiko timbulnya anemia defisiensi zat besi dapat dicegah. Kebutuhan zat besi ibu hamil mengalami peningkatan hingga 1070 mg. Peningkatan kebutuhan zat besi ini dapat menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi mengalami defisiensi besi. Suplementasi besi dilakukan sebagai upaya pemenuhan zat besi dari makanan yang masih kurang7.

Pemerintah telah mengupayakan kesehatan ibu hamil yang diwujudkan dalam pemberian palayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan (K4). Pelayanan antenatal diupayakan diantaranya agar dapat memenuhi standar pemberian tablet tambah darah (tablet Besi) minimal 90 tablet selama kehamilan, serta pelayanan tes laboratorium sederhana minimal tes hemoglobin darah (Hb). Namun, analisis cakupan K4 dengan pemberian tablet besi (Fe) sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar8. Pada tahun 2011 khususnya di Kabupaten Jepara, cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil adalah sebesar 97,17%, sedangkan cakupan ibu hamil yang mendapat Besi adalah sebesar 90,32%9. Padahal salah satu kriteria K4 adalah ibu hamil tersebut mendapatkan tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet yang diindikasikan dengan besarnya cakupan Besi. Oleh karena itu seharusnya cakupan Besi lebih besar atau sama dengan cakupan K4. Namun yang terjadi sebaliknya, cakupan ibu hamil yang mendapat Besi lebih rendah dibandingkan dengan cakupan K48.

Studi yang dilakukan oleh Muhilal, dkk memperlihatkan bahwa suplementasi besi dapat menurunkan prevalensi anemia pada wanita hamil sekitar 20% sampai 25%10. Sedangkan Werner Schultink, dkk., dalam studi diantara wanita hamil di jakarta yang dilakukan terhadap program suplementasi besi berpendapat bahwa terdapat rendahnya kepatuhan para ibu hamil dalam program suplementasi tersebut sehingga menyebabkan kegagalan dalam menurunkan prevalensi anemia11. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, presentase ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet besi (Fe) masih 19,3%12.


(16)

Selain penyediaan tablet besi (Fe) dan sistem distribusinya, salah satu faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam keberhasilan program suplementasi besi adalah kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe). Meskipun didapatkan hasil bahwa cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet besi (Fe) cukup baik, namun jika tidak dikonsumsi oleh ibu hamil maka efek yang diharapkan pun tidak akan tercapai8. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vongvichit, dkk. di Thailand pada tahun 2003, didapatkan hasil bahwa 65,6% ibu hamil memiliki kepatuhan yang rendah dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe)13.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku kesehatan14. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik sehingga diharapakan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian dapat berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil15.

Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi merupakan salah satu contoh perilaku kesehatan yang dilakukan ibu hamil. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Vongvichit, dkk. di Thailand, mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) adalah pengetahuan ibu hamil tentang anemia13. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Fuady & Bangun pada tahun 2013 di daerah Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan tentang anemia yang baik adalah sebesar 56,6%, terdapat 25,3% ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang cukup, dan 18,1% ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan yang rendah16.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Budiarni di Semarang, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)7. Fuady & Bangun dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe)16.


(17)

4

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe), khususnya di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe)?

1.3Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe)

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe) di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.

2) Untuk mengetahui gambaran kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe) di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara. 3) Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia

pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe) di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.


(18)

1.5Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan di bangku perkuliahan.

2) Bagi Responden

Dapat menjadi masukan bagi ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan tentang anemia dan meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe). 3) Bagi Instansi Kesehatan

Dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas Keling II tentang gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dan gambaran kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe), serta masukan

untuk meningkatkan upaya-upaya promotif tentang pentingnya

mengkonsumsi tablet Besi (Fe) selama kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia.

4) Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memperkaya ilmu dan memambah wawasan pembaca mengenai gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dan gambaran kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe).


(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Anemia dalam Kehamilan

Anemia merupakan suatu kondisi dimana berkurangnya jumlah sel darah merah, kualitas hemoglobin, dan volume hematokrit dibawah nilai normal per 100 ml darah17. Ketika seseorang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/100ml dalam darahnya, maka dia dikatakan menderita anemia. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana kadar hemoglobin ibu hamil kurang dari 11 g/dl pada trimester I dan III, atau pada trimester II kadar hemoglobinnya kurang dari 10,5 g/dl. Selama masa kehamilan, terjadi perubahan-perubahn dalam darah dan sumsun tulang serta kebutuhan zat-zat makanan pun bertambah, oleh karena itu anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan6.

Tabel 2.1 Kriteria Anemia Berdasarkan Rata-rata Kadar Hemoglibin Normal pada Ibu Hamil

Usia Kehamilan Hb Normal

(g/dl)

Anemia jika Hb kurang dari: (g/dl)

Trimester I: 0-12 minggu 11,0 – 14,0 11,0 (Ht 33%)

Trimester II: 13-28 minggu 10,5 – 14,0 10,5 (Ht 31%)

Trimester III: 29 minggu-melahirkan 11,0 – 14,0 11,0 (Ht 33%)

Sumber: WHO, Clinical Use of Blood18

Selama masa kehamilan, darah akan bertambah banyak. Bertambahnya darah sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya antara 32-36 minggu usia kehamilan. Perbandingan pertambahan komponen darah yaitu plasma 30%, sel darah 18%, dan Hemoglobin 19%. Namun volume plasma yang bertambah banyak tidak sebanding dengan pertambahan dari sel-sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah ini merupakan penyesuaian fisiologis dalam kehamilan yang bermanfaat bagi ibu hamil6.


(20)

Pengenceran darah tersebut akan meringankan beban jantung, karena ketika dalam masa kehamilan jantung harus bekerja lebih berat. Akibat hidremia (bertambah banyaknya darah dalam kehamilan) ini cardiac output akan meningkat. Kerja jantung yang lebih ringan karena viskositas darah yang rendah ini akan menyebabkan resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak meningkat. Selain itu, pengenceran darah ini akan meminimalisir banyaknya unsur besi yang hilang pada perdarahan waktu persalinan jika dibandingkan dengan ketika darah masih tetap kental6.

2.1.1.1Prevalensi Anemia Kehamilan

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa anemia mempengaruhi kehidupan sekitar 2 miliar orang di dunia, atau sekitar sepertiga dari total populasi. Dibandingkan dengan daerah lain di dunia, Asia Selatan dan Tenggara memiliki rata-rata prevalensi anemia yang tertinggi, yaitu masing-masing 56% dan 44,7%13. Di Indonesia, berdasarkan hasil survei diperkirakan bahwa prevalensi anemia gizi pada ibu hamil adalah antara 50% dan 70%11.

2.1.1.2Etiologi dan Klasifikasi Anemia

Anemia dapat disebabkan karena hilangnya sel darah merah yang meningkat, misalnya akibat perdarahan karena trauma atau operasi, infeksi parasit, penyakit inflamasi. Penurunan produksi normal sel darah merah akibat defisiensi besi, vitamin B12, folat, malnutrisi, malabsorpsi, infeksi HIV, serta

penyakit kronis juga dapat menyebabkan anemia18.

Anemia terbagi dalam bermacam-macam jenis. Pembagian anemia dalam kehamilan yang didasarkan atas penelitian di Jakarta antara lain yaitu anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik6.

1) Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang diakibat kekurangan besi. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan besi19. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang mengadung unsur besi, adanya gangguan resorpsi, gangguan penggunaan,


(21)

8

maupun karena perdarahan sehingga besi banyak yang keluar dari tubuh. Jika selama kehamilan asupan besi tidak ditambah maka akan mudah terjadi anemia defisiensi besi, sebab keperluan besi akan bertambah terutama dalam trimester terakhir. Apalagi didaerah katulistiwa ini besi banyak yang keluar melalui keringat, oleh karena itu anjuran asupan besi perhari di Indonesia untuk wanita tidak hami adalah 12 mg, 17 mg untuk wanita hamil dan wanita menyusui. Ciri khas anemia defisiensi besi yang berat yaitu mikrositosis dan hiprokomasia. Sedangkan ciri lainya yaitu kadar besi serum yang rendah, daya ikat besi serum yang tinggi, protoporfirin eritrosit yang tinggi, serta tidak ditemukan homosiderin dalam sumsum tulang6.

2) Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik dalam kahamilan jarang sekali disebabkan karena defisiensi vitamin B12, kebanyakan disebabkan oleh defisieni asam folik.

Frekuensi anemia jenis ini terbilang cukup tinggi di daerah Asia dibandingkan dengan di daerah Eropa maupun Amerika Serikat, karena anemia megaloblastik ini berhubungan erat dengan defisiensi makanan. Diagnosis anemia megaloblastik ditegakkan apabila ditemukan megaloblast atau promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang6.

3) Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik dalam kehamilan disebabkan karena kurang mampunya sumsum tulang dalam membuat sel-sel darah baru. Penyebab pasti dari kondisi anemia hipoplastik ini sampai sekarang belum diketahui, namun diperkirakan karena sepsis, sinar roentgen racun atau obat-obatan. Pada kondisi ini, darah tepi memperlihatkan gambaran normositer dan normokrom, serta tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folik atau vitamin B126.

4) Anemia hemolitik

Proses penghancuran sel darah merah yang berlangsung lebih cepat daripada pembuatanya dapat menyebabkan anemia hemolitik. Tanda-tanda yang


(22)

biasanya ditemukan yaitu hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan sterkobilin lebih banyak dalam feses6.

2.1.1.3Gejala Anemia

Pucat merupakan salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia. Keadaan ini biasanya disebabkan karena berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin serta vasokontriksi, untuk memaksimalkan pasokan O2

ke organ-organ vital. Bantalan kuku, telapak tangan, serta membran mukosa mulut dan konjungtiva meupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat jika dibandingkan dengan warna kulit. Jika lipatan tangan tidak lagi tampak berwarna merah muda, kadar hemoglobin biasanya kurang dari 8 g/dl17.

Pada anemia defisiensi besi biasanya dijumpai gejala cepat lelah, nafsu makan berkurang, berdebar-debar, serta takikardi18. Keadaan cepat lelah, serta nafas pendek ketika melakukan aktifitas jasmani merupakan manifestasi dari berkurangnya distribusi O2. Takikardia mencerminkan beban kerja dan curah

jantung yang meningkat. Pada anemia yang berat dapat terjadi gagal jantung kongestif akibat otot jantung yang anostik sehingga tidak dapat beradaptasi terhadap kerja jantung yang meningkat. Selain itu, pada anemia defisiensi besi yang berat juga dapat timbul gejala-gejala mual, anoreksia, konstipasi atau diare, dan stomatitis17.

2.1.1.4Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan anamnesis. Pada anamnesis akan didapatkan keluhan yang dapat mendukung diagnosis anemia, seperti keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah yang lebih hebat pada kehamilan20.

Pemeriksaan darah selama kehamilan minimal dilakukan dua kali, yaitu pada trimester I dan trimester III. Pemeriksaan kadar Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan menggunakan alat sahli tersebut, kadar Hb dapat digolongkan menjadi 4, yaitu tidak anemia (Hb >11


(23)

10

g/dl), anemia ringan (Hb 9-10 g/dl), anemia sedang (Hb 7-8 g/dl), dan anemia berat (Hb <7 g/dl)20.

2.1.1.5Pengaruh Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan dapat memberi pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik selama dalam masa kehamilan, saat persalinan maupun dalam masa nifas. Dalam masa kehamilan, pengaruh yang ditimbulkan oleh anemia antara lain yaitu persalinan prematur, abortus, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, resiko dekompensasi kordis, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, serta ketuban pecah dini20.

Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh anemia saat persalinan yaitu gangguan his (kekuatan mengejan), serta kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar. Pada kala kedua juga dapat berlangsung lama sehingga dapat melahkan dan sering memerlukan tindakan operasi. Kala ketiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri. Pada masa nifas, dampak yang ditimbulkan oleh anemia antara lain terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan postpartum, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae dan puerperium, pengeluaran ASI berkurang, serta dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan20.

Dengan adanya anemia yang dialami oleh ibu, kemampuan metabolisme tubuh janin akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Dampak anemia pada janin antara lain abortus, kematian intrauteri, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mengalami infeksi sampai kematian perinatal, serta intelegensia rendah20.


(24)

2.1.2 Tablet Besi

Penanggulangan masalah anemia gizi besi di Indonesia masih terfokus pada pemberian tablet tambah darah (tablet besi)8. Pemberian tablet zat besi merupakan salah satu palayanan/asuhan standar minimal yang diberikan pada kunjungan antenatal. Tablet besi biasanya diberikan minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan, yang diberikan pada trimester III. Tiap tablet mengandung fero sulfat (FeSO4) 300 mg (zat besi 60 mg)21.

2.1.2.1Farmakokinetik

Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejunum proksimal. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Di dalam sel mukosa, setelah diabsorpsi ion ferro akan diubah menjadi ion ferri. Kemudian ion ferri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi ferritin dan disimpan dalam mukosa usus22. Pada individu normal tanpa defisiensi besi (Fe) jumlah Fe yang diabsorpsi 5-10% atau sekitar 0,5-1 mg/hari. Absorpsi meningkat bila cadangan rendah atau kebutuhan Fe meningkat. Absorpsi meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita menstruasi, dan pada wanita hamil dapat meningkat menjadi 3-4 mg/hari22.

Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin, untuk kemudian akan diangkut keberbagai jaringan terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Selain transferin, sel-sel retikulum juga dapat mengangkut Fe untuk keperluan eritropoesis. Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe akan mengikat protein (apoferitin) dan membentuk feritin. Fe terutama disimpan pada sel mukosa usus halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa, dan sumsum tulang). Setelah pemberian per oral, Fe terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang22.

Jumlah Fe yang diekskresikan tiap hari sedikit sekali., biasanya sekitar 0,5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yang terkelupas, selain itu juga mealui keringat, urin feses, serta kuku, dan rambut yang dipotong. Pada wanita usia subur dengan siklus haid 28


(25)

12

hari, jumlah Fe yang diekskresikan sehubungan dengan haid diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg sehari22.

2.1.2.2Kebutuhan Besi

Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada wanita) dan jumlah darah dalam badan (dalam hal ini Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan. Dalam keadaan normal, wanita memerlukan 12 mg sehari guna memenuhi ambilan sebesar 1,2 mg sehari. Sedangkan pada wanita hamil dan meyusui diperlukan tambahan asupan untuk mengantisipasi peningkatan absorpsi besi yang bisa mencapai 5 mg sehari22.

2.1.2.3Sumber Besi Alami

Besi dalam daging berada dalam bentuk hem, yang mudah diserap, sedangkan besi non-hem dalam tumbuhan tidak mdah diserap23. Makanan yang mengandung besi dalam kadar tinggi (> 5 mg/100 g) adalah hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang, kacang-kacangan dan buah-buahan kering tertentu. Makanan yang mengandung besi dalam jumlah sedang (1-5 mg/100 g) yaitu daging, ikan, unggas, sayuran yang berwarna hijau, dan biji-bijian. Sedangkan susu atau produknya, dan sayuran yang kurang hijau mengandung besi dalam jumlah rendah (< 1 mg/100 g)22.

2.1.2.4Indikasi

Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi besi. Penggunaan diluar indikasi, cenderung menyebabkan penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi besi paling sering disebabkan oleh kehilangan darah atau karena kebutuhan yang meningkat seperti yang terjadi pada ibu hamil22.

2.1.2.5Efek Samping

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung,


(26)

konstipasi, diare, dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan pemberian obat setelah makan. Kemungkinan juga dapat menyebabkan timbulnya feses yang berwarna hitam22.

Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa. Intoksikasi akut dapat terjadi setelah menelan sediaan Fe sebanyak 1 g. Kelainan utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis. Gejala yang timbul biasanya berupa mual, muntah, diare, hematemesis, serta feses berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna, syok dan ahirnya kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian. Gejala intoksikasi tersebut dapat timbul dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam meminum obat22.

2.1.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah melakukan proses penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indera pandengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar didapatkan melalui indera pendengaran dan indera penglihatan14.

2.1.3.1Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, antara lain yaitu:14

1) Cara coba-salah (Trial and error)

Cara ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan ketika kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba menggunakan kemungkinan yang lain. Jika kemungkinan kedua gagal, akan dicoba kemungkinan ketiga, begitu seterusnya sampai tercapai pemecahan suatu masalah14.


(27)

14

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia biasanya diwariskan turun-temurun, dengan kata lain pengetahuan tersebut didapatkan berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenaranya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan penalarannya14.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan14.

4) Melalui jalan pikiran

Manusia mampu menggunakan penalaranya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya14.

5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada masa kini labih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau

lebih popular disebut metodologi penelitian14.

2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain yaitu:24

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku sesorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang


(28)

dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan24.

2) Pekerjaan dan Pendapatan

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga27. Tingkat pengetahuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup juga tergantung dengan hasil pendapatan24.

3) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja24. Menurut Saifudin (2009) ada faktor

resiko yang mendukung tinggnya angka kematian ibu yaitu “4 terlalu” terlalu

muda (< 20 tahun), terlalu tua (> 35 tahun), terlalu banyak anak dan terlalu sering hamil. Untuk faktor risiko terlalu tua dan terlalu muda dapat dijadikan dasar pengelompokan karakteristik berdasarkan ibu hamil21.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal itu dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara itu dan bila gagal orang tidak akan menggunakan cara tersebut. Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non-formal 24.

5) Informasi

Sesorang yang mempunyai informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih banyak pula24.


(29)

16

6) Sosial-budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap, kebiasaan dan kepercayaan dipengaruhi oleh budaya setempat. Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi24.

2.1.3.3Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau respon. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan24.

Menurut Arikunto (2003) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:24

 Baik, jika skor yang dicapai 76-100%

 Cukup, jika skor yang dicapai 56-75%

 Kurang, jika skor yang dicapai < 56%

2.1.4 Kepatuhan

Meskipun kepatuhan sudah dipelajari dari berbagai perspektif yang luas, sampai sekarang tidak ada kesepakatan mengenai definisinya. Istilah kepatuhan pertama kali diperkanalkan dalam bidang kedokteran pada tahun 1976. Sackett dan Haynes kemudian mendefinisikan kepatuhan sebagai “suatu tingkatan perilaku seseorang (melakukan pengobatan, mengikuti rekomendasi diet atau melaksanakan perubahan gaya hidup) yang sesuai dengan anjuran medis atau

kesehatan”. Kepatuhan juga berkenaan dengan hasil dari interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan25.

Perilaku seseorang pada dasarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh


(30)

berbagai faktor lain, diantaranya faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosiobudaya masyarakat, dan sebagainya14.

2.1.4.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, salah satunya yaitu teori WHO (1984). Tim kerja dari WHO meganalisis bahwa perilaku kesehatan seseorang antara lain dipengaruhi oleh:14

1) Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengelaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat14.

2) Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, maupun tokoh masyarakat. Seseorang menerima kepercayaan tersebut berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu14.

3) Orang Penting sebagai Referensi

Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting, maka apa yang dia katakan cenderung untuk dilaksanakan. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group), antara lain kepala adat, kepala desa, alim ulama, tenaga medis, guru, dan sebagainya14.

4) Sumber Daya

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya14.

Lawrence Green (1980) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sedangkan Snehandu B. Kar (1983) mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi


(31)

18

oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidanya dukungan dari masyarakat sekitar, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan indivisu untuk mengambil keputusan, dan situasi yang memungkinkan seseorang berperilaku atau tidak berperilaku14.

Hasil studi literatur yang dilakukan oleh Galloway & McGuire (1994) memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe) antara lain, yaitu:26

a) Pengaruh Tubuh

Faktor-faktor tubuh (efek samping, keterlambatan respon obat, demensia, dll) sering menyebabkan seseorang menjadi tidak patuh26.

b) Dosis dan Bentuk Sediaan

Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi menurun seiring dengan peningkatan jumlah dosis dan ukuran sediaan26.

c) Pemanfaatan Layanan Kesehatan dan Keyakinan Pribadi

Jarak ke klinik, kendala ekonomi (biaya perjalanan), dan kesibukan jam buka klinik dapat mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan. Keyakinan mengenai kesehatan dan pengobatan juga dapat mempengaruhi kepatuhan, misalnya beberapa ibu hamil di Thailand tidak patuh mengkonsumsi tablet besi karena mereka berpikir tablet besi dapat menyebabkan bayi lebih besar sehingga susah dilahirkan26.

d) Hubungan Pasien dengan Tenaga Kesehatan

Kualitas hubungan pasien dengan tenaga kesehatan sangat penting dalam mempengaruhi kepatuhan, meskipun kualitas bukan berarti bahwa pasien diberikan informasi yang lebih. Keterlibatan pasien, kejelasan pesan yang disampaikan, dan bagaimana pesan tersebut disampaikan penting dalam meningkatkan dinamika antara pasien dengan tenaga kesehatan26.

e) Ketersediaan

Hubungan yang baik antara pasien dengan petugas kesehatan tidak akan mempengaruhi kepatuhan jika ketersediaan tablet besi terbatas.


(32)

2.1.4.2Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan melihat kadar, hemoglobin, hematokrit, atau ferritin serum. Kekurangan dari cara pengukuran ini antara lain keakuratan pengukuran langsung dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup, serta dapat diperoleh hasil yang bias karena ketidaknyamanan pasien26.

Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melaui observasi atau pengawasan tablet yang dikonsusmai oleh petugas kesehatan, laporan pasien, perhitungan jumlah tablet yang dikonsumsi, wawancara dengan pasien, penggunakan kalender untuk mengingatkan dan merekam tablet yang dikonsumsi. Diantara beberapa cara tersebut, pelaporan pasien merupakan cara yang paling dapat diandalkan26.

Dalam suatu studi yang telah dilakukan oleh Vongvichit, dkk (2003), kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi diklasifikasikan ke dalam 2 kategori, yaitu kepatuhan tinggi dan kepatuhan rendah. Dikatakan kepatuhan tinggi jika tablet besi dikonsumsi setiap hari atau >3 hari/minggu. Jika ibu hamil hanya mengkonsumsi tablet besi selama <3 hari dalam seminggu maka ibu hamil tersebut termasuk dalam kategori kepatuhan rendah13.

2.2Kerangka Konsep


(33)

20

Keterangan:

: Variabel independen yang di teliti

: Variabel dependen yang di teliti

: Variabel yang berhubungan dengan variabel Independen

: Variabel yang berhubungan dengan variabel dependen

: Variabel perancu yang tidak dikontrol

2.3Definisi Operaional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur

Cara

Pengukuran Hasil Ukur

Skala Ukuran

1. Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui responden mengenai anemia

Kuisioner Wawancara

0.Kurang, jika skor yang dicapai < 56% 1.Cukup, jika

skor yang dicapai 56-75% 2.Baik, jika

skor yang dicapai 76-100%

Ordinal

2. Kepatuhan

Suatu tingkatan perilaku seseorang yang sesuai dengan anjuran medis atau kesehatan

Kuisioner Wawancara

0.Rendah, jika konsumsi tablet besi < 3 hari/minggu 1.Tinggi, jika

konsumsi tablet besi setiap hari atau > 3 hari/minggu


(34)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif katagorik tidak berpasangan dengan rancangan penelitian menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe).

3.2Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Keling II, yaitu Desa Gelang, Desa Tunahan, Desa Kunir, Desa Kaligarang, Desa Keling, dan Desa Bumiharjo, yang dilaksanakan selama Bulan Mei – Juli 2013.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Kegiatan Waktu

1. Pengusulan Judul November 2012

2. Penyusunan Proposal Desember 2012 – April 2013

3. Penyusunan Kuesioner April 2013

4. Pengurusan Izin Penelitian April – Mei 2013

5. Pelaksanaan Penelitian Mei – Juli 2013

6. Pengolahan Data Juni – Agustus 2013

7. Penyusunan BAB IV-V Juli – Agustus 2013

8. Penyusunan Skripsi Agustus – September 2013

9. Ujian Skripsi September 2013

10. Revisi Skripsi September 2013

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

 Populasi target adalah ibu hamil trimester III

 Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Keling II.


(35)

22

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Keling II pada bulan Mei – Juli 2013.

3.3.3 Jumlah Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini, berdasarkan jenis penelitian dapat digunakan rumus berikut:27

Keterangan: 28

Zα = 1,64

Zβ = 0,84

P2 = 0,2 (kepustakaan)

P1 – P2 = selisish minimal proporsi kepatuhan yang dianggap bermakna,

ditetapkan 20% = 0,2

Dengan demikian:

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,2 = 0,8

P1 = P2 + 0,2 = 0,2 + 0,2 = 0,4

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,4 = 0,6

P = (P1 + P2)/2 = (0,4+0,2)/2 = 0,6/2 = 0,3

Q = 1 – P = 1 – 0.3 = 0,7

Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:


(36)

Maka perolehan jumlah sampel yang diperlukan adalah 62 orang. Untuk menjaga kemungkinan adanya drop out (DO), maka jumlah subjek ditambah sebanyak 10%. Jadi total jumlah sampel yang diperlukan adalah 62 + 6,2 = 68 orang.

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Sampling frame diperoleh dari data Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara, jumlah populasi ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas tersebut adalah 74 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Dari total 74 orang tersebut, ternyata 5 orang di antaranya masuk kriteria eksklusi, yaitu 4 orang belum mendapat tablet besi (Fe) dan 1 orang tidak bersedia jadi responden. Dengan demikian keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 69 orang.

3.3.5 Kriteria Sampel 3.3.5.1Kriteria Inklusi

Ibu hamil trimester III yang memperoleh tablet besi dari petugas kesehatan, serta bersedia menjadi responden di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara.

3.3.5.2Kriteria Eksklusi

 Ibu hamil trimester III yang tidak memperoleh tablet besi dari petugas kesehatan


(37)

24

3.4Cara Kerja Penelitian

Bagan 3.1 Cara Kerja Penelitian

3.5Managemen Data 3.5.1 Pengumpulan Data

Data responden akan diambil ketika telah memperoleh persetujuan setelah penjelasan (informed concert) dari responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan media kuisioner.

3.5.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a) Menyunting data (data editing)

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data. Proses editing dilakukan setiap kali selesai memperoleh data dari kuesioner yang telah diisi oleh responden. Bila terdapat kesalahan atau data yang tidak


(38)

lengkap, peneliti akan menemui responden kembali untuk melakukan klarifikasi.

b) Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan, dilakukan untuk memudahkan dalam memasukkan data.

c) Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data yang telah diberikan kode ke dalam program statistik pada software komputer

d) Membersihkan data (data cleaning)

Setelah data dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah.

e) Memberikan nilai data (data scoring)

Penilaian data dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap jawaban yang menyangkut variabel dependen dan variabel independen.

3.5.3 Analisa Data

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan responden. Selain itu, analisis univariat juga digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu, serta gambaran kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet besi di wilayah kerja Puskesmas Keling II.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel dependen dan variabel independen dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS 18.0 For Windows. Pada penelitian ini uji Chi-Square dilakukan untuk menganalisis hubungan variabel dependen (kepatuhan mengkonsumsi tablet besi) dengan variabel independen (tingkat pengetahuan ibu) yang mana kedua variabel tersebut bersifat kategorik. Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p (p-value) dengan tingkat


(39)

26

kemaknaan 0,005. Jika nilai p < 0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Sedangkan jika nilai p > 0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji29.

Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang dapat dilakukan untuk tabel 3x2 adalah penggabungan sel. Setelah dilakukan penggabungan sel, maka akan terbentuk tabel 2x2. Tabel 2x2 yang baru terbentuk kemudian kembali diuji dengan menggunakan uji Chi-Square. Jika uji Chi-Square tersebut tidak memenuhi syarat lagi, maka dapat menggunakan uji Fisher sebagai uji alternatif untuk tabel 2x229.

3.5.4 Penyajian Data

Pada analisis univariat, data disajikan dalam bentuk teks, serta dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.

Pada analisis multivariat, data disajikan dalam bentuk teks, serta dalam bentuk tabel 3 x 2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Contoh Tabel Penyajian Data

Karakteristik

Kepatuhan mengkonsumsi tablet

besi Total

Tinggi Rendah

n % n % n %

Pengetahuan anemia Baik

Cukup Kurang


(40)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Keling II merupakan salah satu puskesmas dari total keseluruhan 20 Puskesmas yang ada di Kabupaten Jepara. Puskesmas yang telah berdiri sejak tahun 1984 ini berlokasi di jalan raya Keling Jepara, Desa Keling Kecamatan Keling Telp. (0291) 579153. Wilayah kerja Puskesmas Keling II dengan luas 3.486.343 Ha, terdiri dari 148 RT dan 35 RW4.

Puskesmas ini memiliki 6 desa binaan, yaitu Desa Gelang, Desa Tunahan, Desa Kunir, Desa Kaligarang, Desa Keling, dan Desa Bumiharjo. Wilayah Puskesmas Keling II berbatasan dengan:4

 Sebelah barat : Puskesmas Kembang

 Sebelah timur : Puskesmas Keling I

 Sebelah selatan : Gunung Muria Kudus

 Sebelah utara : Laut Jawa

Sebanyak 31078 jiwa penduduk menempati wilayah kerja Puskesmas Keling II yang 100% daerahnya adalah daratan. Lima belas ribu lima ratus tiga puluh satu jiwa di antaranya adalah penduduk laki-laki, sementara 15547 jiwa lainya adalah penduduk perempuan4.

Puskesmas Keling II merupakan puskesmas rawat jalan yang buka setiap

hari Senin sampai hari Jum’at, mulai pukul 07.30 WIB. Sebagai Puskesmas rawat

jalan, Puskesmas Keling II mengembangkan 6 (enam) program wajib yaitu: Klinik umum, Klinik Gigi, Klinik KIA, dan KB, Klinik gizi, P2M, Promkes dan Kesling4.


(41)

28

4.2Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1Gambaran Karakteristik Responden

Hasil pengumpulan data yang berasal dari 69 responden sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan, didapatkan gambaran karakteristik responden yang meliputi usia, pekerjaan, pendidikan terakhir dan pendapatan rata-rata keluarga responden.

1) Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia

Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

< 20 Tahun 15 21,7

20 – 35 Tahun 44 63,8

> 35 Tahun 10 14,5

Total 69 100,0

Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa rata-rata usia responden adalah 26 tahun. Usia responden yang termuda adalah 16 tahun, sedangkan usia responden yang tertua adalah 43 tahun. Kebanyakan responden (63,8%) merupakan ibu hamil yang termasuk dalam kelompok usia 20-35 tahun. Sekitar 21,7% responden berusia dibawah 20 tahun, dan 14,5% dari total keseluruhan responden berusia diatas 35 tahun. Dengan demikian, terdapat sekitar 36,2% responden yang termasuk kelompok usia terlalu muda dan terlalu tua, yang merupakan faktor risiko tingginya angka kematian ibu.

2) Pekerjaan Responden

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 59 85,5

Petani 4 5,8

Pedagang 2 2,9

Guru 1 1,4

Karyawati 1 1,4

Buruh 1 1,4

Pembantu Rumah Tangga 1 1,4


(42)

Sebagian besar responden (85,5%) merupakan seorang ibu rumah tangga. Sebanyak 5,8% responden bekerja sebagai petani, dan 2,9% responden adalah seorang pedagang. Pekerjaan lainnya seperti guru, karyawati, buruh, serta pembantu rumah tangga, masing-masing dilakukan oleh 1,4% responden.

3) Pendidikan Terakhir Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tamat SMP 36 52,2

Tamat SMA 13 18,8

Tamat SD 13 18,8

Tidak Tamat SD 5 7,2

Tamat S1 2 2,9

Total 69 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa sekitar setengah dari total responden (52,2%) merupakan tamatan SMP. Sedangkan responden yang menyelesaikan jenjang pendidikan terakhirnya sampai tamat SMA dan tamat SD masing-masing adalah 18,8%. Terdapat 7,2% responden yang tidak tamat SD, dan 2,9% responden telah menyelesaikan pendidikan terakhirnya sampai tingkat universitas (S1).

4) Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan Rata-rata

Pendapatan Rata-rata Jumlah (Orang) Persentase (%)

< Rp. 1.500.000 56 81,2

Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 12 17,4

Rp. 2.500.000 – Rp. 3.500.000 1 1,4

Total 69 100,0

Hampir sebagian besar responden (81,2%) pendapatan rata-rata keluarga per bulannya adalah kurang dari Rp. 1.500.000. Tujuh belas koma empat persen responden memiliki pendapatan rata-rata per bulan antara Rp. 1.500.000 sampai dengan Rp. 2.500.000. Hanya 1,4% responden yang per bulannya memiliki pendapatan rata-rata Rp. 2.500.000 – Rp. 3.500.000.


(43)

30

4.2.1.2Gambaran Variabel Penelitian

1) Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil

Tingkat Pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Baik 28 40,6

Cukup 32 46,4

Kurang 9 13,0

Total 69 100,0

Berdasaran tabel 4.6 diketahui bahwa 46,4% responden yang mempunyai pengetahuan cukup. Sedangkan responden yang pengetahuannya baik ada 40,6%. Tiga belas persen sisanya merupakan responden dengan pengetahuan kurang.

2) Kepatuhan Responden

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe

Kepatuhan Jumlah (Orang) Persentase (%) Tinggi

(4-7 hari/minggu) 62 89,9

Rendah

(0-3 hari/minggu) 7 10,1

Total 69 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan bahwa sebagian besar responden (89,9%) memiliki kepatuhan mengkonsumsi tablet besi yang tinggi.sedangkan hanya terdapat 7 orang responden (10,1%) yang memiliki kepatuhan yang rendah.

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang anemia yang merupakan variabel bebas dengan variabel terikatnya yang berupa kepatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet Fe, dilaukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square untuk menganalisis hubungan di antara dua variabel tersebut adalah sebagai berikut:


(44)

Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe

Pengetahuan Responden

Kepatuhan Responden Total Tinggi Rendah

N % N % N %

Baik 27 43,5 1 14,3 28 40,6

Cukup 28 45,2 4 57,1 32 46,4

Kurang 7 11,3 2 28,6 9 13,0

Jumlah 62 100 7 100 69 100

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 28 responden dengan pengetahuan baik, 27 di antaranya memiliki kepatuhan tinggi dan 1 kepatuhannya rendah. Dua puluh delapan responden dari 32 responden dengan pengetahuan cukup memiliki kepatuhan tinggi, empat reponden lainya memiliki kepatuhan rendah. Sedangkan dari 9 responden dengan pengetahuan rendah, terdapat 7 responden yang memiliki kepatuhan tinggi dan kepatuhan 2 responden yang lain adalah rendah.

Setelah dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, ternyata diperoleh hasil bahwa syarat untuk dapat digunakannya uji Chi-Square pada tabel 3x2 diatas tidak terpenuhi. Hal ini karena terdapat 3 sel (50%) yang memiliki nilai expected < 5, dimana syarat uji Chi-Square adalah maksimal hanya ada 20% sel yang memiliki expected count < 5. Untuk tabel 3x2 tersebut, alternatif uji Chi-Square yang dapat diambil adalah dengan cara penggabungan sel29.

Tabel 4.9 Hasil Penggabungan Sel Tingkat Pengetahuan Responden

Pengetahuan Responden

Kepatuhan Responden Total Tinggi Rendah

N % N % N %

Baik 34 54,8 2 28,6 36 52,2

Kurang 28 45,2 5 71,4 33 47,8

Jumlah 62 100 7 100 69 100

Tabel 2x2 baru yang terbentuk akibat penggabungan sel tersebut, kemudian diuji dengan uji Chi-Square kembali bila syaratnya terpenuhi29. Uji Chi-Square untuk yang kedua kalinya ini juga tidak terpenuhi, karena terdapat 2


(45)

32

sel (50,0%) yang memiliki expected count < 5. Sehingga uji alternatifnya yang dapat digunakan yaitu uji Fisher. Dari uji hipotesis diperoleh hasil X2 = 1,389, p-value = 0,247 (p<0,05). Oleh karena nilai p > 0,05, maka berarti bahwa tingkat pengetahuan responden tentang anemia tidak berhubungan secara bermakna dengan kepatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) di Puskesmas Keling II.

4.3Pembahasan

4.3.1 Tingkat Pengetahuan Responden

Pada hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 28 orang (40,6%) yang termasuk dalam kelompok responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia. Sedangkan 32 orang responden (46,4%) memiliki pengetahuan yang cukup, dan responden yang masuk dalam kelompok pengetahuan kurang ada 9 orang (13,0%).

Hasil tersebut kurang sesuai jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fuady & Bangun (2013) di daerah Sumatera Utara. Pada penelitian mereka diperoleh hasil sebanyak 56,6% responden termasuk kategori pengetahuan tinggi. Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan cukup hanya terdapat 25,3% saja16.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sulistiyowati (2012) di Suarakarta, membagi tingat pengetahuan ibu hamil tentang anemia menjadi 4 kategori, yaitu baik, cukup, kurang baik, dan tidak baik. Hasil Penelitiannya didapatkan sebanyak 62,86% pengetahuan responden adalah cukup, 5,71% responden memiliki pengetahuan yang baik, 17,14% responden yang memiliki pengetahuan tidak baik, dan 14,29% responden termasuk dalam kategori pengetahuan kurang baik30.

Adanya perbedaan hasil penelitian di beberapa daerah yang berbeda tersebut diatas, menandakan bahwa status sosial-ekonomi, budaya, termasuk kepercayaan perihal gizi dan gaya hidup secara keseluruhan cukup berpengaruh31.


(46)

Usia, pendidikan, pendapatan, pengalaman serta sumber informasi, dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sistem sosial budaya masyarakat setempat pun secara tidak langsung akan mengengaruhi pengetahuan seseorang, karena sistem sosial budaya akan mempengaruhi sikap seseorang dalam menerima informasi14.

Banyaknya jumlah responden yang memiliki pengetahuan cukup bahkan baik, kemungkinan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah responden yang termasuk dalam kelompok umur 20-35 tahun. Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik umur responden, terdapat 63,8% responden yang termasuk dalam kelompok umur tersebut. Pada kelompok umur tersebut, penjelasan dan informasi yang disampaikan oleh tenaga medis dan berbagai media masih memungkinkan diterima dan dipahami dengan mudah.

Tingkat pengetahuan seseorang dapat ditunjukkan dari tingkat pendidikan formalnya14. Dari hasil penelitian terlihat bahwa 52,2% responden adalah tamatan SMP. Melihat data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal sebagian besar responden yang cukup tersebut sebanding dengan tingkat pengetahuan responden tentang anemia.

Hasil pendapatan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya14. Semakin tinggi pendapatan seseorang, tingkat pengetahuannya kemungkinan juga semakin tinggi. Melihat bahwa sebanyak 81,2% responden berpenghasilan kurang dari Rp. 1.500.000,- hal ini mungkin pula yang mempengaruhi banyaknya jumlah responden dengan pengetahuan cukup tersebut.

Hasil penelitian diperoleh bahwa 71,6% responden memperloleh informasi tentang anemia dari tenaga medis, sisanya menyatakan bahwa mereka memperoleh informasi dari media, maupun dari cerita atau pengalaman saudara dan tetangga mereka. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yekta Z, dkk, didapatkan kebanyakan ibu hamil menerima informasi tentang anemia dan tablet fe dari tenaga medis dari pada sumber informasi yg lain seperti media, meskipun demikian pengetahuan meraka masih rendah31. Rendahnya kesadaran ibu hamil


(47)

34

dan mungkin adanya anggapan negatif mengenai suplementasi besi di masyarakat merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap sulitnya pengelolaan program penurunan anemia. Oleh karena itu, hendaknya para tenaga medis merubah pemahaman yang salah tersebut, misalnya dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau memberikan konseling kesehatan saat kunjungan antenatal. Dengan demikian diharapkan pengetahuan ibu hamil dapat meningkat sehingga kesadaran mereka juga dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.:

Artinya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu

bermanfaat,” (Q.S. Al-A’laa [87]: 9)

Ketika dilakukan analisis bivariat, ternyata didapatkan hasil bahwa syarat menggunakan uji Chi-Square tidak terpenuhi. Peneliti pun mengambil alternatif berupa menggabungkan sel29, sehingga diperoleh tingkatan pengetahuan hanya dikelompokkan menjadi 2 kategori saja, yaitu pengetahuan baik dan kurang.

Setelah dilakukan uji normalitas terhadap hasil skor dari pengetahuan para responden, diperoleh bahwa data memiliki distribusi yang tidak normal. Oleh karena itu, digunakanlah titik median sebagai ukuran pemusatan data29. Dengan demikian, responden yang memiliki skor kurang dari skor median (22) akan termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan yang termasuk kedalam kategori baik adalah responden yang dapat menjawab dengan benar minimal 22 pertanyaan atau lebih, dari total keseluruhan 30 pertanyaan.

Setelah dibuat kategori baru, ternyata didapatkan hasil sebanyak 36 orang (52,2%) responden memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia. Responden yang termasuk dalam kategori pengetahuan kurang ada 33 0rang (47,8%). Hal ini menggambarkan tingkat pengetahuan tentang anemia pada responden hampir berimbang antara yang baik dengan yang kurang.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden dipengaruhi oleh usia, pendidikan formal serta pendapatan keluarga.


(48)

Semakin matang usia responden dan semakin tinggi pendapatan yang dimilikinya, maka akan semakin banyak pengetahuan yang diperolehnya. Begitu pula, semakin tinggi tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan pun akan semakin tinggi.

4.3.2 Kepatuhan Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kepatuhan dari 62 orang (89.9%) responden adalah tinggi. Sedangkan hanya terdapat 7 orang reponden (10,1%) responden yang memiliki kepatuhan rendah. Dengan demikian, sebagian besar responden cukup patuh mengkonsumsi tablet besi (Fe) setiap hari.

Hasil penelitian juga didapatkan bahwa beberapa alasan responden tidak teratur mengkonsusmsi tablet besi (Fe) setiap hari, antara lain karena malas, bosan, tidak penting, lupa, dan efek dari tablet tersebut seperti mual, muntah, bau, dan tidak enak. Sebanyak 57,4% responden menyatakan alasan mereka tidak teratur mengkonsusmsi tablet besi (Fe) adalah karena tidak tahan dengan efek sampingnya, seperti mual, muntah, serta rasa dan baunya yang tidak enak. Sementara itu, 38,3% responden menyatakan bahwa mereka lupa, malas dan bosan. Sedangkan 4,3% responden berpendapat bahwa tablet besi (Fe) itu tidak penting, sehingga mereka tidak teratur meminumnya. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sering tidak terpenuhinya indikator cakupan pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 100% kemungkinan adalah ibu hamil lupa, merasa malas, bosan, mual, muntah, ketika mengkonsumsi tablet besi (Fe), rasa dan bau tablet besi (Fe) yang tidak enak, serta adanya anggapan bahwa tablet besi (Fe) tidak penting, sehingga mereka tidak teratur meminumnya setiap hari.

Nordeng, dkk. Melaporkan bahwa faktor demografi berhubungan dengan ketidakpatuhan pada program suplementai besi selama kehamilan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yekta Z, dkk, didapatkan hasil kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe) relatif tinggi (87%), dan sedikit yang melaporkan timbulnya efek samping (30.3%)33. Penelitian di Jakarta menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap program suplementasi besi rendah dan dibutuhkan strategi sistem monitoring dan evaluasi yg dapat dipercaya32. Tingginya kepatuhan dan


(49)

36

rendahnya efek samping diperlihatkan pada penelitian Galloway & McGuire (1994)35. Studi yang lain menyatakan hanya 1 dari 3 perempuan yg dilaporkan bahwa mereka mengalami efek samping yg negatif. Berlawanan dgn keyakinan bahwa ibu hamil berhenti minum tablet besi (Fe) sebagian karena efek samping negatif, pada penelitian mereka, efek samping negatif yang mengalami oleh responden tidak memperngaruhi durasi konsumsi tablet besi (Fe)26. Selama percobaan suplementasi besi di 5 negara, hanya sekitar 1 dari 10 ibu hamil yg berhenti mengkonsumsi tablet besi (Fe) karena mengalami efek samping31.

Galloway & McGuire (1994) menyatakan bahwa hubungan antara ibu hamil dengan tenaga medis dapat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsusmsi tablet besi. Perhatian yang diberikan oleh tenaga medis seperti memberi pelayanan dengan tersenyum, menanyakan keadaan keluarga, serta memberi umpan-balik atas kunjungan sebelumnya, dapat meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan sehingga diharapkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi dapat semakin ditingkatkan26. Oleh karena itu, hendaknya para tenaga medis memiliki sifat-sifat berikut:

 Santun

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).

Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S. Al-Baqrah [2]: 263)

 Ramah

Artinya: “Maka karena rahmdkklah engkau berlaku lemah lembut kepada mereka, sekiranya engkau berlaku kasar dan berhati bengis, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu...” (Q.S. Al-Imran [3]: 159)


(50)

Artinya: “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Q.S. Asy-Syuura [42]: 43)

 Tegas

Hadits Rasulullah SAW.: “Abu Sa’ad meriwayatkan bahwa ada seorang

laki-laki mendatangi Nabi SAW. serta berkata: ‘Saudaraku, perutnya sakit’. Nabi bersabda: ‘Minumlah madu!’. Kemudian dia datang lagi serta berkata: ‘Sudah kukerjakan’. Nabi SAW. Bersabda: ‘Benarlah Allah dan berdustalah

perut saudaramu, Minumkanlah madu!’. Maka minumlah dia dan lantas dia sembuh. (H.R. Bukhari)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fuady & Bangun (2013), membagi tingkat kepatuhan responden menjadi 3, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Hasil yang mereka peroleh adalah 53,5% responden kepatuhannya tinggi, 27,3% kepatuhan responden sedang, sebanyak 19,2% responden memilki kepatuhan yang rendah16.

Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Vongvichit, dkk. (2003), hasil penelitian mereka diperoleh sebanyak 65,6% responden kepatuhanya rendah. Dengan kata lain, responden yang memiliki kepatuhan tinggi hanya ada 34,4%. Vongvichit, dkk. (2003) memaparkan bahwa alasan para responden yang tidak patuh tersebut di antaranya adalah lupa, efek samping yang diperoleh, serta keengganan dalam mengkonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup panjang13.

Sumber daya, dalam hal ini mencakup fasilitas maupun pelayanan puskesmas dan tenaga kesehatan seperti bidan-bidan desa berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat14. Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi merupakan perilaku ibu hamil dalam mendukung program suplementasi besi yang dilakukan pemerintah. Ketersediaan tablet besi (Fe) di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara sudah cukup baik sehingga semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas atau bidan-bidan desa dapat memperoleh tablet besi (Fe) secara gratis. Hal inilah yang mungkin


(51)

38

mempengaruhi tingginya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) di wilayah tersebut.

Dari penyataan diatas dapat dikatakan bahwa kepatuhan responden dapat dipengaruhi oleh ketersediaan tablet besi (Fe) yang memadahi. Apabila tablet besi tersedia dengan cukup, maka kemungkinan ibu hamil untuk dapat mengkonsumsi tablet besi (Fe) secara teratur pun cukup tinggi.

4.3.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi Fe

Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 36 responden dengan tingkat pengetahuan baik, dimana 34 orang di antaranya memiliki kepatuhan tinggi dan kepatuhan dari 2 orang sisanya adalah rendah. Sedangkan dari 33 responden yang memiliki pengetahuan kurang, tingkat kepatuhan 28 responden di antaranya adalah tinggi, dan 5 orang responsen lainya memiliki kepatuhan yang rendah.

Yekta Z, dkk. memaparkan bahwa pada penelitian mereka diperoleh hasil kepatuhan lebih tinggi meskipun pengetahuan responden rendah. Hasil dari berbagai macam penelitian memperlihatkan bahwa pengetahuan konsumen tentang anemia rendah31. Literatur yang didapatkan dari beberapa negara mengesankan bahwa alasan terpenting dari kegagalan program suplementasi besi adalah kurangnya ketersediaan tablet besi11, tetapi ketidakpatuhan sebagian ibu hamil bisa karena adanya faktor yg signifikan. Rendahnya kepatuhan merupakan akibat dari keengganan merasakan efek samping ketika mengkonsumsi tablet besi dan kegagalan banyak sistem pelayanan kesehatan primer untuk memotivasi para tenaga medis dan ibu hamil mengenai pentingnya mengkonsumsi iron secara adekuat31.

Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi, uji hipotesis dilakukan menggunakan program SPSS 18.0 for Windows 7. Uji


(52)

Chi-Square yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis ternyata syaratnya tidak terpenuhi, karena terdapat 2 sel (50,0%) yang memiliki expected count < 5. Sehingga digunakanlah uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Dari uji hipotesis diperoleh hasil X2 = 0,846, p-value = 0,247 (p<0,05). Oleh karena nilai p > 0,05, maka Ha ditolah dan Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak berhubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fuady & Bangun (2013). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia terhadap kepatuhan mengkonsumsi tablet besi dengan p = 0,01116.

Penelitian yang dlakukan oleh Vongvichit, dkk. (2003) juga didapatkan bahwa pengetahuan tentang anemia berhubungan secara signifikan terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (p-value = 0,001). Mereka menjelaskan bahwa pengetahuan yang baik tentang anemia merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kesadaran individu dalam mencegah anemia defisiensi besi serta mengikuti anjuran untuk rutin mengkonsumsi tablet besi13.

Hasil penelitian yang berbeda bila dibandingkan dengan 2 penelitian lain sebelumnya ini mungkin bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Galloway & McGuire menyatakan bahwa beberapa alasan yang melatarbelakangi ketidak-patuhan mengkonsusmsi tablet besi diantaranya adalah dukungan program yang tidak mencukupi (kurangnya komitmen politik dan dukungan finansial) serta pelayanan persalinan yang tidak mencukupi (dinamika penyedia-pengguna layanan yang rendah; kurangnya penyampaian, akses, pelatihan dan dorongan dari tenaga medis)26. Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, kepercayaan, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas14. Melihat keadaan sosial masyarakat setempat, kepercayaan yang tinggi terhadap orang-orang yang penting seperti para tenaga medis membuat masyarakat yakin apa yang petugas kesetahan itu benar sehingga mereka patuh melaksanakan apa yang dikatakan oleh tenaga medis tersebut. Hal tersebut inilah


(53)

40

yang mendasari tingginya kepatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) meskipun mungkin pengetahuan mereka tentang anemia cukup atau bahkan kurang.

Dilihat dari ketersediaan tablet besi (Fe) di wilayah kerja Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara yang cukup memadai, hal ini akan memperbesar kemungkinan para ibu hamil untuk semakin rutin mengkonsumsi tablet besi. Meskipun mungkin pengetahuan ibu hamil tentang anemia cukup atau bahkan kurang, apabila tablet besi di wilayah tersebut tersedia dengan cukup, maka kemungkinan ibu hamil untuk dapat mengkonsumsi tablet besi (Fe) secara teratur pun cukup tinggi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Karena latar belakang sosial budaya masyarakat setempat, sebagian besar ibu hamil tetap rutin mengkonsumsi tablet besi tiap hari, meskipun tingkat pengetahuan mereka tentang anemia hanya termasuk dalam kategori cukup. Meskipun demikian, tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu-ibu hamil juga tetap harus ditingkatkan agar mereka selalu waspada terhadap anemia dan segala akibat yang dapat ditimbulkannya, serta diharapkan para ibu hamil semakin rutin mengkonsumsi tablet besi setiap hari. Allah SWT. berfirman:

Artinya: “Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatau, yang kamu belum


(54)

4.4Keterbatasan Penelitian

Peneliti telah berusaha melakukan penelitian seteliti mungkin, serta menjabarkan hasil penelitian baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Namun demikian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan ataupun kelemahan dalam penelitian ini, di antaranya adalah:

1. Dikarenakan belum ada kuesioner yang baku, untuk mengukur variabel bebas yakni tingkat pengetahuan, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti lain yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya oleh peneliti tersebut. Peneliti tidak menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri, karena waktu yang dimiliki oleh peneliti cukup terbatas.

2. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup, responden hanya dapat menjawab benar atau salah, sehingga belum dapat mengukur pengetahuan responden secara mendalam

3. Peneliti tidak mengobservasi kepatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet besi, melainkan hanya mengajukan pertanyaan dengan kuesioner, sehingga kemungkinan timbulnya bias dalam penelitian pun dapat terjadi. 4. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada wilayah

kerja Puskesmas Keling II Jepara, sehingga hasil dari penelitian ini mungkin akan berbeda bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia.


(1)

LAMPIRAN 3 Lembar Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

No. Pertanyaan Jawaban

Benar Salah 14. Hb kurang dari 8 gr/dl merupakan anemia ringan

15. Hb 7 gr/dl merupakan anemia sedang 16. Hb 5 gr/dl merupakan anemia berat

17. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral kalsium

18. Anemia defisiensi besi terjadi karena asupan zat besi dalam makanan kurang

19. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat

20.

Anemia megaloblastik jarang ditemukan pada wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani tinggi

21.

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya

22.

Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru

23.

Kasus anemia hipoplastik dipicu oleh obat atau zat kimia lai, infeksi, radiasi, leukemia, dan gangguan kekebalan tubuh

24. Anemia tidak menyebabkn keguguran

25. Anemia bisa menyebabkan perdarahan saat persalinan 26. Anemia tidak menyebabkan kematian pada janin 27. Anemia bisa menyebabkan cacat bawaan pada janin 28. Anemia berat dapat menyebabkan terjadi payah jantung

29.

Calon pengantin perempuan mengkonsumsi tablet besi (Fe) 1 tablet tiap minggu selama 16 minggu ditambah 1 tablet tiap hari selama haid dapat meningkatkan kadar hemoglobin

30. Peningkatan makanan yang banyak mengandung zat besi dapat mencegah anemia


(2)

LAMPIRAN 3 Lembar Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi

1. Apakah Ibu pernah mendapatkan tablet besi yang diberikan oleh petugas kesehatan?

1. Ya (Jumlah tablet besi yang diterima : ... tablet) 2. Tidak

2. Apakah Ibu mendapatkan penjelasan mengenai aturan minum tablet besi oleh petugas kesehatan?

1. Ya 2. Tidak

3. Bagaimana aturan minum tablet besi dalam sehari? a. 1 tablet setiap hari

b. 2 tablet setiap hari

c. 3 tablet setiap hari

d. Lain-lain, sebutkan ... 4. Apakah petugas kesehatan memberi penjelasan tentang efek samping yang

mungkin dapat timbul ketika mengkonsumsi tablet besi? 1. Ya 2. Tidak

5. Berapa hari dalam seminggu Ibu biasanya mengkonsumsi tablet besi? 1. Setiap hari

2. 4 – 6 hari dalam seminggu 3. 1 – 3 hari dalam seminggu

6. Jelaskan alasan kenapa Anda tidak rutin mengkonsumsi tablet besi yang telah diberikan oleh petugas kesehatan kepada Anda setiap hari?

... ... ... ...


(3)

(4)

LAMPIRAN 5 Surat Izin Penelitian


(5)

LAMPIRAN 6 Surat Balasan Penelitian


(6)

LAMPIRAN 7 Riwayat Penulis

Nama : Maulida Nur Soraya

Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 03 September 1992

Alamat : Jl. Mijen-Welahan no.37, Desa Mijen Rt 01/III, Kec. Mijen, Kab. Demak, Jawa Tengah

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Email : maulidanursoraya@yahoo.co.id

aya.schumaki@gmail.com

No Telepon : 085642695790

Riwayat pendidikan :

 1996-1998 : TK Al-Islam Mijen Demak  1998-2004 : MI Al-Islam Mijen Demak  2004-2007 : MTs Ma’ahid Kudus

 2007-2010 : MA Al-Islam Jamsaren Surakarta  2010-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET BESI DI PUSKESMAS KARANGDOWO, KLATEN

0 2 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Weru.

0 2 13

SKRIPSI Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Weru.

0 5 18

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN KEPATUHAN Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Defisiensi Besi Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi Di Puskesmas Karangdowo Klaten.

0 2 14

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Defisiensi Besi Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi Di Puskesmas Karangdowo Klaten.

0 1 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN K EPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Defisiensi Besi Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi Di Puskesmas Karangdowo Klaten.

0 1 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABLET FE DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE

0 0 8

HUBUNGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II KABUPATEN BANTUL

0 0 15

HUBUNGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS MANTRIJERON YOGYAKARTA

0 0 9

HUBUNGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA

0 0 11