Penentuan kondisi optimum pelapisan kain katun dengan SiO

commit to user 49 hilangnya sisa gugus asetil dari kitosan karena gugus asetil memiliki ikatan yang lebih lemah dan reaktif sehingga mudah putus terlebih dahulu. Termogram TGA pada komposit kitosanAg pada suhu sekitar 300 o C menunjukkan proses hilangnya gugus asetil telah selesai. Sedangkan pada Termogram TGA kitosan proses hilangnya gugus asetil masih terus berlangsung. Lepasnya gugus asetil pada komposit kitosanAg lebih cepat daripada pada kitosan. Hal ini dimungkinkan karena hilangnya ikatan hidrogen pada komposit kitosanAg, sehingga keteraturannya menjadi lebih acak dan gugus asetil lebih cepat lepas. Hilangnya gugus asetil dari kitosan merupakan reaksi endotermis, ditunjukkan munculnya puncak ke bawah termogram DTA. Suhu antara sekitar 360 – 610 o C kurva miring III kemungkinan menunjukkan proses degradasi dan dekomposisi rantai kitosan, maupun komposit kitosanAg berdasarkan termogram DTA proses degradasi dan dekomposisi rantai kitosan merupakan reaksi eksotermis Gary, 1986. Suhu di atas 610 o C kurva miring IV terbentuk garis horizontal pada termogram TGA kitosan yang menunjukkan habis terdekomposisi menjadi komponen penyusunnya. Adanya sisa logam Ag dalam kitosan menyebabkan komposit kitosanAg tidak habis terdegradasi hingga mendekati persen berat yaitu 0 karena titik leleh Ag lebih besar dari 700 o C.

C. Penentuan kondisi optimum pelapisan kain katun dengan SiO

2 dan komposit kitosanAg 1. Pelapisan kain katun dengan SiO 2 Kain katun dengan ukuran 12 x 3 cm 2 yang sudah ditimbang beratnya dicelupkan kedalam larutan SiO 2. Larutan SiO 2 dibuat dengan cara melarutkan 0,2 gram SiO 2 dalam NaOH 5 bv dan dipanaskan sampai suhu 80 o C. Ibrahim, 2009. Pencelupan kain dilakukan dengan waktu pencelupan 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit. Kain dicelupkan secara bolak-balik dengan kecepatan celup 8 celupanmenit. Kemudian kain dikeringkan pada suhu 60 o C selama 30 menit dan ditimbang beratnya hingga konstan. Hubungan antara waktu pencelupan dengan berat lapisan SiO 2 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16. commit to user 50 Gambar 16. Hubungan antara waktu pencelupan kain dengan berat lapisan SiO 2 Gambar 16 menunjukkan bahwa semakin lama kain dicelupkan maka semakin besar beratnya, hal itu disebabkan semakin banyaknya SiO 2 yang menempel pada selulosa kain. Kain yang sudah terlapisi oleh SiO 2 dilakukan uji kekakuaanya menggunakan stiffness tester. Hasil uji kekakuan kain disajikan pada Tabel 2 dan menunjukkan bahwa semakin lama waktu celup kain kedalam larutan SiO 2 maka kain semakin kaku. Tabel 2. Hasil uji kekakuan kain terlapisi SiO 2 Waktu menit Berat gr Kekakuan mgcm 0,000 ± 0,000 6,845 ± 0,106 5 0,002 ± 0,001 6,088 ± 0,096 10 0,006 ± 0,001 6,185 ± 0,085 15 0,009 ± 0,000 6,237 ± 0,118 20 0,012 ± 0,001 6,341 ± 0,147 25 0,016 ± 0,000 6,341 ± 0,084 30 0,016 ± 0,000 6,765 ± 0,050 Berdasarkan Gambar 16 dan Tabel 2, waktu yang dianggap paling optimum adalah waktu pencelupan 25 menit dengan berat kain optimum dan kekakuan yang tidak kaku. Penentuan kondisi optimum ini didukung dengan penghitungan secara statistika menggunakan anava satu arah dan uji Duncan yang dapat dilihat di commit to user 51 Lampiran 6. Pada penelitian kali ini SiO 2 berfungsi sebagai pengemban bagi komposit kitosan-Ag dan selulosa kain Li et al., 2007. Oleh karena itu kain dilapisi terlebih dahulu dengan SiO 2 sehingga diharapkan terdapat interaksi antar SiO 2 dengan selulosa kain. Adanya interaksi antara SiO 2 dengan selulosa kain maka diharapkan SiO 2 bisa mengemban komposit kitosanAg sehingga interaksi komposit kitosanAg menjadi lebih kuat. 2. Pelapisan kain katun terlapisi SiO 2 dengan komposit kitosanAg Kain katun terlapisi SiO 2 dicelupkan kedalam variasi larutan komposit 0; 0,05; 0,10; 0,50; 1,00; 1,50 dan 2,00 bv dalam asetat 1 selama 10 menit. Kain dicelupkan secara bolak-balik dengan kecepatan celup 8 celupanmenit kemudian kain dikeringkan pada suhu 60 o C selama 30 menit dan dimantapkan pada suhu 150 o C selama 3 menit. Kain ditimbang beratnya hingga konstan. Hubungan antara konsentrasi komposit kitosanAg dengan berat lapisan komposit kitosanAg seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17. Gambar 17. Hubungan antara konsentrasi komposit kitosanAg dengan berat lapisan komposit kitosanAg Gambar 17 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi komposit kitosanAg, maka semakin banyak komposit kitosanAg yang terikat pada kain yang telah dilapisi SiO 2 . Kain yang sudah terlapisi oleh SiO 2 dan komposit kitosanAg dilakukan uji kekakuaanya menggunakan stiffness tester. Hasil uji kekakuan kain disajikan pada Tabel 4 dan menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi komposit commit to user 52 kitosanAg maka kain semakin kaku. Tabel 3. Hasil Uji Kekakuan Kain terlapisi SiO 2 dan komposit kitosanAg Berat bv Kekakuan mgcm 0.00 6.845 ± 0.003 0.01 4.877 ± 0.003 0.05 4.495 ± 0,001 0.10 4.124 ± 0,000 0.50 24.166 ± 0,003 1.00 57.149 ± 0,001 1.50 86.440 ± 0,003 2.00 105.094 ± 0,001 Berdasarkan Tabel 3, berat kain yang sudah dilapisi SiO 2 dan komposit kitosanAg dan uji kekakuan kain, maka yang dianggap paling optimum adalah pada saat kain terlapisi komposit pada konsentrasi 0.10 bv. Kain yang dilapisi komposit pada konsentrasi diatas 0.50 bv terdapat layer tebal diatasnya. Sehingga pada konsentrasi tersebut kain tidak layak digunakan sebagai sampel untuk diuji aktivitas antibakterinya. Kain yang sudah dilapisi oleh SiO 2 dan komposit kitosanAg dianalisa dengan XRD dan dapat dilihat pada Gambar 18 Gambar 18. Perubahan difraktogram kain yang terlapisi SiO 2 dan terlapisi komposit kitosanAg Pada difraktogram kain yang terlapisi komposit kitosanAg mempunyai puncak difraktogram yang lebih tinggi dibandingkan dengan difraktogram kain yang terlapisi SiO 2, karena dimungkinkan adanya Si yang lepas dari kain. Meskipun demikian adanya komposit kitosanAg pada kain ditunjukkan dengan turunnya commit to user 53 puncak difraktogram kain yang terlapisi komposit kitosanAg jika dibandingkan dengan difraktogram kain. Adanya interaksi antara kain dengan SiO 2 dan kain dengan komposit kitosanAg ditunjukkan pada Gambar 19 – 21. Gambar 19. Tekstur permukaan kain tanpa perlakuan Gambar 20. Tekstur permukaan kain yang dilapisi SiO 2 Gambar 21. Tekstur permukaan kain dilapisi SiO 2 dan komposit kitosanAg 0,1bv Berdasarkan analisis SEM nampak bahwa permukaan serat kain tanpa perlakuan relatif halus dan homogen. Tekstur serat kain setelah dilapisi SiO 2 menjadi kasar dan tidak rata. Hal ini menunjukkan bahwa SiO 2 menempel pada kain. Di sisi lain nampak pula kain yang dilapisi komposit kitosanAg 0,1 bv commit to user 54 permukaannya menjadi lebih kasar dan tidak rata jika dibandingkan dengan kain yang terlapisi SiO 2 . Hal ini menunjukkan bahwa komposit kitosanAg menempel pada kain yang terlapisi SiO 2.

D. Aktivitas kain antibakteri