Duduk Perkara atau Permasalahan Hukum Pertimbangan atau Dasar Hukum dan Prosedur Penetapan Wali

31 dianggap mampu bertanggung jawab sepenuhnya kepada pemohon atau dengan kata lain calon suami pemohon telah dianggap mampu menafkahi pemohon karena telah memiliki penghasilan sebesar Rp. 1.500.000,- setiap bulannya. Antara pemohon dan calon suami pemohon juga telah memenuhi syarat-syarat untuk menikah baik menurut aturan hukum yang berlaku maupun menurut agama dan antara keduanya tidak terdapat larangan-larangan untuk melangsungkan pernikahan baik menurut ketentuan Hukum Islam maupun perundang-undangan yang berlaku.

2. Duduk Perkara atau Permasalahan Hukum

Pemohon anak kandung dari Bp. Senen Prapto Wiyono yang bertempat tinggal di Ds. Joho RT.01 RW.02, Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo hendak melangsungkan pernikahan dengan Suparjo putra Bp. Ngadiman yang bertempat tinggal di Ds. Joho RT.01 RW.02, Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dalam surat permohonannya pemohon menerangkan bahwa pemohon dan calon suami pemohon telah sedemikian erat dan sulit dipisahkan, karena telah berlangsung selama 10 tahun dan telah siap untuk menjadi suami istri dengan melaksanakan perkawinan. Pemohon telah melakukan pendekatan dan memohon kepada ayah kandung pemohon sebagai wali nikah untuk menerima pinangan dan selanjutnya menikahkan pemohon dengan calon suami pemohon. Walaupun calon suami pemohon telah meminang pemohon 3 kali, namun ayah kandung pemohon menolak dengan alasan pesan dari kakek dan 32 neneknya, pemohon tidak boleh menikah dengan tetangga dekat dan letaknya ke arah selatan lurus. Pemohon berpendapat bahwa penolakan ayah pemohon tersebut tidak berdasarkan hukum. Berdasarkan semua uraian tersebut di atas, maka pemohon memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo berkenan menetapkan hal-hal sebagai berikut. a. Mengabulkan permohonan pemohon; b. Menetapkan, wali nikah pemohon adalah adhal; c. Menetapkan biaya perkara menurut hukum; d. Memberi putusan yang seadil-adilnya. Dalam persidangan pemohon hadir bersama calon suami dan dua orang saksi sedangkan ayah kandung pemohon sebagai calon wali nikah pemohon tidak hadir. Ketidakkehadiran ayah kandung pemohon tidak pula mengirim wakilkuasanya yang sah dan tidak ternyata disebabkan oleh suatu halangan yang sah.

3. Pertimbangan atau Dasar Hukum dan Prosedur Penetapan Wali

Pengganti Karena Wali AdhalEnggan Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 20 Februari 2012 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Sukoharjo Nomor: 0042Pdt.P2010PA.Skh tanggal 20 Februari 2012, telah mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut. a. Bahwa pemohon bermaksud akan melangsungkan pernikahan dengan calon suami pemohon, umur 34 tahun, pekerjaan dagang, bertempat 33 kediaman di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dan keduanya siap menjadi suami istri. b. Bahwa yang berhak menjadi wali dalam pernikahan pemohon adalah ayah kandung pemohon bernama Senen Prapto Wiyono, yang bertempat kediaman di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. c. Bahwa calon suami pemohon telah meminang Pemohon 3 kali, namun wali nikah pemohon tetap menolak dengan alasan pesan dari kakek dan nenek, pemohon tidak boleh menikah dengan tetangga dekat dan pemohon tidak boleh menikah dengan calon suami yang letaknya ke arah selatan lurus. d. Bahwa pemohon telah berusaha keras melakukan pendekatan kepada wali pemohon agar menerima pinangan calon suami pemohon, tetapi wali pemohon tetap pada pendiriannya tidak memberi ijin dan menolak menikahkan; e. Bahwa pemohon mengajukan pemberitahuan hendak menikah dihadapan Pegawai Pencatat Nikah pada KUA Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, tetapi ditolak dengan surat penolakan Nomor: Kk.11.11.0797II2012. f. Bahwa berdasarkan surat penolakan dari KUA Kecamatan Mojolaban tersebut, pemohon tetap bertekad bulat untuk melangsungkan pernikahan dengan calon suami pemohon, karena pemohon telah siap untuk menjadi seorang istri demikian juga calon suami pemohon siap menjadi seorang suami, tidak ada larangan untuk menikah menurut 34 Hukum Islam maupun peraturan perundang-undangan, maka selayaknya jika pernikahan ini dilaksanakan. Berdasarkan alasan- alasan tersebut, pemohon mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo untuk menetapkan sebagai berikut. - Mengabulkan permohonan pemohon; - Menetapkan wali nikah pemohon adalah adhal; - Menetapkan biaya perkara menurut hukum; Bahwa pemeriksaan perkara dimulai dengan membacakan surat permohonan pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh pemohon. Bahwa wali pemohon maupun wakilkuasanya tidak hadir dalam persidangan, meskipun Pengadilan Agama telah memanggil dengan resmi, sah dan patut. Bahwa tidak ternyata ketidakhadiran wali pemohon disebabkan oleh suatu halangan yang sah. Bahwa di depan sidang, pemohon telah mengajukan alat bukti berupa Surat Penolakan pernikahan dari KUA Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Nomor: Kk.11.11.0797II2012 Tanda P.7. Pemohon juga menghadirkan calon suami dan saksi-saksi dengan kesaksiannya sebagai berikut. Saksi kesatu, telah memberikan keterangan di bawah sumpah sebagai berikut. a. Bahwa Saksi kenal dengan Pemohon dan orang tua Pemohon karena masih adahubungan keluarga dengan Pemohon; b. Bahwa saksi tahu Pemohon mau menikah dengan Suparjo; 35 c. Bahwa ia telah mencintai Pemohon dan pernah melamar Pemohon kepada ayah kandung Pemohon secara langsung sebanyak 3 kali, namun belum merestui rencana pernikahan dirinya dengan Pemohon alasannya karena adanya pesan dari kakek Pemohon bahwa Pemohon tidak boleh menikah dengan tetangga sekampung; d. Bahwa antara Pemohon dengan calon suaminya sudah saling mencintai bahkan sudah melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami istri bahkan Pemohon sudah hamil 3 bulan; e. Bahwa antara dirinya dengan Pemohon, tidak ada hubungan keluarga atau semenda atau sesusuan yang dapat menghalangi dilangsungkan- nya pernikahan dirinya dengan Pemohon; Saksi kedua, telah memberikan keterangan di bawah sumpah sebagai berikut. a. Bahwa Saksi kenal dengan Pemohon dan orang tua Pemohon, karena saksi adalah Paman Pemohon dan juga sebagai tetangga Pemohon; b. Bahwa saksi telah mengetahui Pemohon telah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki bernama Suparjo bersatatus jejaka dan sudah melakukan hubungan kelamin dan Pemohon sudah hamil 3 bulan, dan berniat untuk meresmikan hubungan keduanya ke jenjang pernikahan; c. Bahwa ia telah mencintai Pemohon dan pernah melamar Pemohon kepada ayah kandung Pemohon secara langsung sebanyak 3 kali, namun belum merestui rencana pernikahan dirinya dengan Pemohon alasannya karena adanya pesandari kakek Pemohon bahwa Pemohon tidak boleh menikah dengan tetangga sekampung; 36 d. Bahwa, calon suami sudah bekerja sebagai pedagang batu bata dengan berpenghasilan Rp 1.500.000,- satu juta lima ratus ribu rupiah setiap bulannya; e. Bahwa antara Pemohon dengan calon suaminya tersebut tidak ada hubungan keluarga, sesusuan, semenda, atau hubungan lain yang dapat menghalangi dilangsungkannya pernikahan; Bahwa perkara ini perkara permohonan penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah disebabkan wali adhal, termasuk dalam bidang perkawinan antara orang-orang yang beragama Islam, sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 49 huruf a vide penjelasan Pasal 49 huruf a angka 5 dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pengadilan Agama Sukoharjo secara absolut berwenang untuk mengadili perkara ini. Hal ini sesuai dengan bukti-bukti sebagai berikut. a. Surat bukti P.1, ternyata Pemohon bertempat tinggal di wilayah hukum Pengadilan Agama Sukoharjo, maka Pengadilan Agama Sukoharjo secara relatif berwenang untuk memeriksa perkara ini; b. Bukti P.3, P.4, P.5, bahwa Pemohon adalah anak kandung dari, SENEN PRAPTO WIYONO c. Bukti P.7, ternyata Pemohon yang akan melangsungkan pernikahan dengan calon suaminya bernama Rusiyanto yang berstatus duda bukti P.4, telah ditolak oleh Pegawai Pencatat Pernikahan Kantor urusan Agama Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo dengan alasan wali 37 Pemohon bernama SENENPRAPTO WIYONO enggan adhal untuk menikahkan kedua calon mempelai; d. Bukti P.2, P.6 dan P.8, bahwa calon suami bernama SUPARJO bertempat tinggal di Joho, Mojolaban, bersatus jejaka anak kandung dari Ngadiman; Berdasarkan Pasal 2 ayat 3 Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 1987, Pengadilan Agama dalam memeriksa dan menetapkan adhalnya wali dengana cara singkat yaitu permohonan Pemohon dengan menghadirkan wali Pemohon, sementara itu wali Pemohon tersebut tidak hadir menghadap di persidangan, maka ketidakhadirannya merupakan indikator keengganan wali Pemohon tersebut; Adapun prosedur ataupun proses perkara penetapan wali adhal di Pengadilan Agama Sukoharjo melalui beberapa tahap sebagai berikut. a. Meja 1 1 Menerima surat gugatan dan salinannya; 2 Menaksir panjar biaya 3 Membuat SKUM Surat Kuasa Untuk Membayar b. Kasir 1 Menerima uang panjar dan membukukannya; 2 Menandatangani SKUM; 3 Memberi nomor pada SKUM dan tanda lunas. c. Meja II 1 Mendaftar permohonan dalam register; 38 2 Memberi nomor perkara pada surat permohonan sesuai nomor SKUM; 3 Menyerahkan kembali kepada pemohon satu helai surat permohonan; 4 Mengatur berkas perkara dan menyerahkan kepada Ketua melalui wakil panitera dan panitera. d. Ketua Pengadilan Agama 1 Mempelajari berkas; 2 Membuat PMH Penetapan Majelis Hakim; e. Panitera 1 Menunjuk panitera sidang; 2 Menyerahkan berkas kepada majelis. f. Majelis Hakim 1 Membuat PHS Penetapan Hari Sidang dan perintah memanggil para pihak oleh juru sita; 2 Menyidangkan perkara; 3 Memberitahukan kepada Meja II dan Kasir yang berkaitan dengan tugas mereka. 4 Memutus perkara g. Meja III 1 Menerima berkas dari majelis hakim; 2 Memberitahukan isi penetapan kepada pihak yang tidak hadir lewat juru sita; 39 3 Menyerahkan salinan kepada pemohon dan pihak-pihak terkait; 4 Menyerahkan berkas yang telah dijahit kepada Panitera Muda Hukum. h. Panitera Muda Hukum 1 Mendata perkara; 2 Melaporkan perkara; 3 Mengarsipkan berkas perkara. Proses persidangan melalui beberapa tahap yaitu: a. Pemanggilan pihak-pihak, yaitu pemohon dan wali Panggilan maupun pemanggilan menurut hukum acara perdata ialah menyampaikan secara resmi official dan patut properly kepada pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara di pengadilan, agar memenuhi dan melaksanakan hal-hal yang diminta dan diperintahkan majelis hakim atau pengadilan. 1 Menurut Pasal 388 dan Pasal 390 ayat 1 HIR, yang berfungsi melakukan panggilan adalah juru sita. Hanya yang dilakukan jurusita panggilan dianggap resmi dan sah. Kewenangan juru sita ini berdasarkan Pasal 121 ayat 1 HIR diperolehnya lewat perintah ketua majelis hakim yang dituangkan pada penetapan hari sidang atau penetapan pemberitahuan. Adapun aturan pemanggilan pihak-pihak berperkara sebagai berikut. 1 Jika panggilan pertama untuk sidang pertama kepada penggugat atau pemohon dilakukan dengan patut tetapi ia atau kuasa sahnya 1 Irfan, 2012, Hukum Acara Perdata, dalam http:irfanrz.blogspot.co.id201210hukum-acara- perdata.html diunduh 20 Oktober 2015 40 tidak hadir, maka sebelum perkaranya diputuskan atau digugurkan, ia dapat dipanggil untuk kedua kalinya. Pasal 124, 126 HIRPasal 148,150 RBg. 2 Jika panggilan pertama untuk sidang pertama kepada tergugat atau termohon dalam perkara contentiosa sudah dilakukan dengan patut, ia atau kuasa sahnya tidak hadir maka sebelum perkaranya di putus dengan verstek, ia dapat dipanggil untuk kedua kalinya. Pasal 124, 126 HIRPasal 148,150 RBg 3 Apabila tergugat atau termohon lebih dari seorang sedangkan pada panggilan pertama untuk sidang pertama, ada yang hadir dan ada yang tidak hadir maka sidang wajib ditunda. Kepada yang belum hadir dipanggil kembali untuk kedua kalinya sedangkan kepada yang telah hadir cukup diberitahukan langsung. Setelah panggilan kedua ini, perkara akan diperiksa. Tidak perduli apakah hadir semua ataukah hadir sebagian. Pasal 127 HIRPasal 151 RBg 4 Panggilan terhadap tergugat atau termohon yang berada diluar negeri dilakukan melalui Perwakilan Republik Indonesia. 5 Tergugat atau termohon yang sudah dipanggil pertama untuk sidang pertama dengan patut, ia atau kuasa sahnya tidak hadir tetapi ia mengajukan eksepsi perlawanan, baik eksepsi relatif maupun eksepsi absolut, Pangadilan Agama wajib mengadili terlebih dahulu akan eksepsi tersebut. Jika ternyata bahwa eksepsi tersebut tidak beralasan maka Pengadilan Agama sebelum 41 memutus verstek, masih dapat untuk melakukan panggilan kedua kalinya. Pasal 125 HIRPasal 149 RBg 6 Jika tergugat atau termohon tidak diketahui tempat tinggalnya, sedangkan perkara itu bukan tentang gugatan cerai, maka pangilan kepada yang tidak diketahui tempat tinggalnya tersebut dilakukan dengan cara menempelkan panggilan pada Papan Pengumuman Pengadilan Agama, dengan tenggang waktu antara panggilan dan sidang adalah 30 hari. 7 Jika pihak yang dipanggil itu sudah meninggal dunia maka panggilan disampaikan kepada ahli warisnya, tetapi jika ahli warisnya tidak dikenal maka disampaikan melalui LurahKepala Desa tempat tinggal terakhir si mayit. Pasal 390Pasal 719 RBg 8 Jika petugas yang memanggil sudah beertemu dengan pihak yang dipanggil tetapi ia membangkang tidak mau menerima atau tidak mau menandatangani relas panggilan maka oleh petugas tersebut dibuat catatan pada relas panggilan bahwa ia sudah bertemu tetapi pihak yang dipanggil tidak mau menerimatidak mau menandatangani relas panggilan. Tanggal catatan tersebut sama dengan tanggal panggilan telah disampaikan. b. Usaha perdamaian Dalam proses persidangan perkara perdata, sebelum dilaksanakannya pemeriksaan pokok gugatan oleh majelis hakim, pertama-tama hakim wajib mendamaikan para pihak yang berperkara. 42 Menurut Pasal 130 HIR Herziene Indonesisch Reglement, jika pada hari sidang yang telah ditentukan kedua belah pihak hadir, pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba mendamaikan mereka. Jika perdamaian tercapai maka perdamaian itu dibuat dalam sebuah akta surat, dimana kedua belah pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang dibuat. Akta tersebut berkekuatan hukum sama seperti putusan pengadilan biasa. 2 Peraturan Mahkamah Agung PERMA Nomor 2 Tahun 2003 sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari Pasal 130 HIR secara tegas mengintegrasikan proses mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan. Pasal 12 ayat 2 menjelaskan bahwa pengadilan baru diperbolehkan memeriksa perkara melalui hukum acara perdata biasa apabila proses mediasi gagal menghasilkan kesepakatan. Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa di pengadilan yang dilakukan melalui perundingan diantara pihak-pihak yang berperkara. Perundingan itu dibantu oleh mediator yang berkedudukan sebagai pihak ketiga netral dan berfungsi untuk membantu para pihak dalam mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa yang sebaik- baiknya dan saling menguntungkan. Mediator dapat berasal dari mediator pengadilan maupun mediator luar pengadilan yang memenuhi syarat memiliki sertifikat mediator. Seperti hakim bukan pemeriksa 2 Antok, 2013, Proses Perdamaian dalam Peradilan, dalam http:antokyudi78.blogspot.co.id 201304proses-perdamaian-dalam-peradilan.htmldiunduh 20 Oktober 2015 43 perkara, advokat, profesi yang menguasai sengketa pokok dan hakim majelis pemeriksa perkara. Mediasi dapat diselenggarakan di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama atau ditempat lain yang disepakati oleh para pihak. Mediator hakim tidak boleh menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan. Penyelenggaraan mediasi di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama tidak dikenakan biaya. [Pasal 20 Perma No. 1 Tahun 2008]. Para pihak dengan bantuan mediator besertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan kesepakatan perdamaian tersebut ke pengadilan yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan. Pengajuan gugatannya harus disertai atau dilampiri dengan kesepakatan perdamaian dan dokumen-dokumen yang membuktikan ada hubungan hukum para pihak dengan objek sengketa. Hakim di hadapan para pihak hanya akan menguatkan kesepakatan perdamaian dalam bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1 Sesuai kehendak para pihak; 2 Tidak bertentangan dengan hukum; 3 Tidak merugikan pihak ketiga; 4 Dapat dieksekusi. 44 5 Dengan iktikad baik. [Pasal 23 Perma No. 1 Tahun 2008] c. Pembacaan surat permohonan Jika dalam pemanggilan wali tidak hadir dan atau usaha perdamaian kedua pihak oleh majelis hakim tidak berhasil, maka persidangan dilanjutkan dengan pembacaan surat permohonan pemohon oleh hakim. d. Pemeriksaan persidangan Permohonan wali adhal termasuk perkara voluntair. Proses perkara voluntair berbeda dengan perkara contentious, yaitu: 1 Proses pemeriksaan bersifat ex-parte atau sepihak. Proses ex-parte bersifat sederhana, yakni hanya mendengarkan keterangan Pemohon atau kuasanya sehubungan dengan permohonan, memeriksa bukti surat atau saksi yang diajukan pemohon dan tidak ada replik, duplik, dan kesimpulan; 2 Pemeriksaan sidang hanya keterangan dan bukti Pemohon, tidak berlangsung secara contradictoir atau optegenspraak, artinya dalam pemeriksaan tidak ada hambatan pihak lain; 3 Tidak diterapkan seluruh asas persidangan, misalnya asas mendengarkan kedua belah pihak atau asas memberi kesempatan yang sama. Pemeriksaan adhalnya wali di persidangan dengan acara singkat dan dilakukan secara terbuka untuk umum. Pembuktian adhalnya wali dilakukan dengan wali memberi keterangan dan harus dipertimbangkan 45 oleh hakim dengan mengutamakan kepentingan Pemohon. Apabila wali yang enggan menikahkan tersebut mempunyai alasan-alasan yang kuat menurut hukum perkawinan, maka permohonan Pemohon akan ditolak. Sekiranya perkawinan tetap dilangsungkan, maka ijabnya tidak sah atau batil. Hakim bertugas untuk membuktikan benar tidaknya peristiwa atau fakta yang diajukan para pihak dengan pembuktian. Pembuktian merupakan cara untuk menunjukkan kejelasan perkara kepada hakim oleh kedua belah pihak yang beperkara. Pembuktian dalam hukum perdata adalah membenarkan hubungan hukum dalam proses perdata, yaitu apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat. Hal ini berarti bahwa hakim menarik kesimpulan bahwa apa yang dikemukakan penggugat sebagai hubungan hukum antara penggugat dan tergugat adalah benar. 3 Pembuktian dalam arti luas adalah memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah. Pasal 163 Reglemen Indonesia menentukan bahwa barang siapa mengaku mempunyai hak atau memajukan peristiwa untuk menguatkan pengakuan haknya atau untuk membantah haknya orang lain, maka orang itu harus membuktikan benar adanya hak atau peristiwa itu. Dalam sistem Reglemen Indonesia, hakim dalam mengambil keputusan terikat di dalam cara mencapai keputusannya yang hanya berdasar alat-alat bukti yang sah 3 Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Liberty, hlm.137 46 sehingga dengan demikian hakim dapat mengambil keputusan. Pasal 1866 KUHPerdata menyebutkan alat-alat bukti terdiri atas: bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan, dan sumpah. Hakim mengkualifikasikan fakta yang telah terbukti itu dengan menilai peristiwa yang telah dibuktikan untuk kemudian dituangkan dalam pertimbangan hakim. Hakim kemudian menetapkan hukumnya yang dituangkan dalam amar putusan. e. Pembacaan hasil penetapan majelis hakim Berdasarkan alasan dan berbagai Pasal yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan wali adhal dijadikan oleh Majelis Hakim sebagai pertimbangan hukum dan juga mendengarkan keterangan saksi-saksi dari kedua belah pihak dan bukti-bukti yang ada, maka majelis hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut: 1 Mengabulkan Permohonan Pemohon; 2 Menetapkan wali nikah Pemohon adalah wali adhal; 3 Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara yang hingga kini diperhitungkan sebesar Rp. 316.000,- tiga ratus enam belas ribu rupiah. Penetapan pembebanan biaya perkara kepada Pemohon oleh Majelis Hakim berdasarkan pada keterangan Pasal 89 ayat 1 UU No.7 Tahun 1989 jo. UU No.3 tahun 2006 bahwa semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Pemohon. 47

B. Akibat Hukum dari Penetapan Wali AdhalEnggan

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Sengketawali Adhal Dan Kaitannya Dengan Keabsahan Perkawinan (Studi Terhadap Penetapan No. 215/PDT.P/2011/P.A.Jakarta Selatan)

0 77 123

Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

10 140 156

Aspek Hukum Perkawinan Antar Agama Menurut Perspektif Undang- Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 85 104

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

3 123 72

Tinjauan Terhadap Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 4 Tahun 2005 tentang Aborsi Menurut Hukum Islam

0 52 119

Aspek Hukum Sita Marital Terhadap Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kuhperdata) Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

0 63 163

Persintuhan Hukum Perkawinan Adat Minangkabau Dengan Hukum Perkawinan Islam Dikaitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

2 32 140

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Dan Asas Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam 1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 - Pelaksanaa

0 0 42

Aspek Hukum Perkawinan Antar Agama Menurut Perspektif Undang- Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 0 10