67
Darwis, 2014 Proses pengembangan kurikulum pelatihan pengawas sekolah untuk meningkatkan
kompetensi supervisi akademik Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
melaksanakan supervisi akademik. Persamaan itu mengarah pada nilai-nilai yang harus diperhatikan ketika proses supervisi akademik dilakukan, di antaranya bahwa
supervisi akademik harus dilakukan secara berencana, sistematis, obyektif, berkesinambungan, hangat, akrab, mendorong kreativitas, saling berbagi, bekerja
sama atau berkolaborasi dan terdokumentasikan dengan lengkap. Hal ini senada dengan prinsip supervisi yang baik yang dinyatakan oleh Sergiovanni dan Starratt
1983:8: “supervisi yang baik adalah supervisi yang 1 mengembangkan proses
pemecahan masalah yang dinamis dalam mempelajari, memperbaiki, dan mengevaluasi proses dan produknya; 2 kreatif, tidak preskriptif, dilaksanakan
dengan tertib, direncanakan secara kooperatif, dan dilakukan dalam rangkaian aktivitas; dan 3 profesional dan melakukan penilaian dengan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan.” Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
supervisi akademik oleh pengawas sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip harmonis dalam hubungan kemanusian, berkesinambungan dalam program,
demokratis dalam pemecahan masalah, integral dengan tujuan, komprehensif dalam aspek, konstruktif dalam solusi, obyektif dalam penilaian.
e. Pendekatan Supervisi Akademik
Pendekatan supervisi akademik berkaitan dengan bagaimana perilaku seseorang supervisor ketika berhadapan dengan guru yang sedang disupervisi atau
ketika memberi bantuan dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam melaksakan tugas pokoknya. Pendekatan supervisi akademik harus
mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Sahertian 2008:44 mengingatkan bahwa dalam kontek supervisi modern pendekatan yang digunakan
dalam menerapkan supervisi akademik didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Sedangkan dalam konteks mempertimbangkan kondisi guru yang disupervisi,
Glickman 1981:17 dalam Sahertian 2008:46, menyatakan bahwa ada tiga pendekatan`dalam supervisi akademik yakni: pendekatan direktif, pendekatan
kolaboratif dan pendekatan non-direktif. Ketiga pendekatan tersebut secara rinci
68
Darwis, 2014 Proses pengembangan kurikulum pelatihan pengawas sekolah untuk meningkatkan
kompetensi supervisi akademik Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dijelaskan sebagai berikut: Pertama adalah pendekatan langsung atau direktif. Pendekatan ini dicirikan
dengan perilaku dan tindakan supervisor yang memberikan arahan langsung. Dasar pedekatan direktif ini adalah terhadap psikologi behaviorisme, yaitu bahwa segala
perbuatan berasal dari refleks atau respon terhadap stimulus. Pendekatan ini lebih cocok diberikan kepada guru yang memiliki kompetensi yang terbatas, maka perlu
diberi instruksi dan motivasi agar mau melakukan perbaikan dan perubahan. Supervisor dapat menggunakan penguatan reinforcement, atau bahkan hukuman
punishment. Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan cara: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolok ukur, dan
menguatkan. Kedua adalah pendekatan tidak langsung atau non-direktif. Pendekatan
supervisi ini dicirikan dengan perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi mendengarkan dan mengapresiasi terlebih dahulu
secara komprehensif apa yang dikemukakan oleh guru-guru. Pendekatan non- direktif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik yang sangat menghargai
orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang akan dibina begitu dihormati, maka supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan yang
dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya, kemudian supervisor mencoba mendengarkan untuk memahami apa yang dialami oleh para guru.
Sedangkan yang ketiga adalah pendekatan kolaboratif. Pendekatan ini memadukan cara-cara yang dilakukan dalam pendekatan direktif dan non-direktif
menjadi cara pendekatan baru. Dengan pendekatan ini supervisor dan guru yang disupervisi bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan
kriteria, dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif
beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas pribadi.
f. Model Supervisi Akademik