30
Resa Sindi Harja, 2014 Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan
dengan tumbuhan kajian antropolinguistik Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
akan diberikan kepada 100 responden. Penulis mengambil 100 responden karena mengacu pada teori Hendry 2010. Hendry 2010 menyebutkan bahwa dalam
pemilihan survey dibutuhkan responden minimal 100. Responden merupakan orang-orang yang sengaja melaporkan perilaku dan
pemikiran mereka sendiri Kuswarno, 2008: 64. Responden tersebut meliputi penutur bahasa Indonesia saat ini yang masih duduk di bangku sekolah menengah
atas negeri di Kota Bandung. Pemilihan responden tersebut berdasarkan pada pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya mengenai peribahasa yang sudah tidak diajarkan secara eksplisit sehingga penulis menilai siswa-siswi sekolah menengah atas tidak tahu
secara jelas mengenai peribahasa. Selain itu, pemilihan siswa-siswi sekolah menengah atas sebagai responden karena usia siswa-siswi tersebut termasuk usia
‘matang’ dan remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Darajat 1990: 23 bahwa remaja merupakan masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa yang
mengalami perkembangan fisik dan psikisnya, serta cara berpikir. Cara berpikir itulah yang akan memengaruhi remaja dalam berbahasa. Alasan lain yang lebih
menguatkan penulis untuk memilih anak-anak sekolah menengah atas sebagai reponden adalah kemunculan tulisan Rahardjo 2011 mengenai anaknya yang
duduk di kelas dua SMA yang menyatakan bahwa menggunakan peribahasa itu identik dengan bermain drama.
F. Teknik Pengumpulan Data
Cresweel mengemukakan tiga teknik utama dalam pengumpulan data studi etnografi komunikasi, yaitu partisipan observer, wawancara, dan telaah atau
analisis dokumen Kuswarno, 2008: 47-48. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan telaah atau analisis dokumen dan
wawancara untuk mengumpulkan data primer dan penyebaran format pertanyaan kepada responden untuk mengumpulkan data sekunder.
31
Resa Sindi Harja, 2014 Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan
dengan tumbuhan kajian antropolinguistik Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Bentuk lain dari analisis dokumen ini adalah content analysis and semiotic analysis
. Kuswarno 2008: 60 mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan content analysis
dalam penelitian etnografi komunikasi adalah upaya-upaya menginterpretasikan makna dari teks, selain mengadakan perhitungan terhadap
kode dan kategori-kategori yang khusus. Lalu, yang dimaksud dengan semiotic analysis
adalah upaya untuk menangkap makna dari kata. Tidak semua dokumen dapat menjadi bahan analisis, dokumen yang
dimaksud haruslah dokumen yang dapat mengungkapkan bagaimana subjek penulisan mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan dan situasi
yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut dalam hubungannya dengan orang-orang di sekelilingnya
dengan tindakan-tindakannya itu Kuswarno, 2008: 59. Selanjutnya, teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam. Teknik ini sama dengan teknik wawancara tidak berstruktur. Oleh sebab itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber tidak
memiliki alternatif respon yang ditentukan sebelumnya Kuswarno, 2008: 54. Untuk mengumpulkan data sekunder, penulis akan menyebarkan lembaran
format pertanyaan dengan teknik simple random sampling pengambilan sampel secara acak sederhana Fraenkel dan Wallen: 1990. Sesuai dengan batasan
masalah, penulis mengambil populasi dari sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung. Dari 27 sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung, penulis akan
mengundi sekolah tersebut berdasarkan rayon. Selanjutnya, penulis akan mendapatkan empat nama sekolah menengah atas negeri dan mengampil 25
siswa-siswi dari masing-masing sekolah tersebut sehingga berjumlah 100 responden.
Penulis menggunakan teknik simple random sampling tersebut karena penulis menganggap bahwa populasi siswa-siswa sekolah menengah atas atau
sederajat itu homogen. Pernyataan penulis tersebut dilatarbelakangi oleh tidak masuknya peribahasa bahasa Indonesia sebagai kurikulum saat ini. Oleh sebab itu,
penulis menganggap bahwa pada umumnya siswa-siswi sekolah menengah atas