5
2.2 Perkembangan Olahraga Memanah Di Jepang 2.2.1 Periode Prasejarah
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa penduduk Jepang awalnya mengenal budaya pemburu-pengumpul makanan sebagai pertahanan hidup mereka disebut
Jomon. Ketika zaman Jomon Jepang dulu menggunakan peralatan primitive, di zaman ini pula sudah di kenal pembuatan alat-alat dari batu dan besi sebagai alat
berburu, seperti busur. Masyarakat zaman ini yang bergantung pada penggunaan busur. Tetapi kemungkinan bahwa mereka menggunakan busur untuk melindungi
diri mereka ketika ada musuh menyerang.
Pada waktu itu busur adalah alat yang paling canggih yang awalnya di miliki oleh pria Jepang. Dan pada zaman jomon, tempat tinggal mereka di daratan
tinggi. Rumahnya didirikan dengan cara menggali tanah dan di tengah-tengahnya dibuat tiang penyangga atap. Atap yang terbuat dari rerumputan yang di sebut
dengan tate ana shiki jukyo. Mereka tinggal dalam kelompok kecil dan hidup dari hasil berburu serta menangkap ikan.
2.2.2 Periode Kuno
Seiring dengan zaman, Jepang mulai mengadopsi panahan bukan hanya sebagai berburu tetapi sebagai ritual mereka pada saat upacara-upacara
kebudayaan mereka dan juga sebagai alat perang mereka. Kemudian periode ini Jepang didominasi oleh budaya Yayoi, zaman Yayoi ditandai dengan lahirnya
masyarakat petani yang dibawa dari budaya Cina. Akibat adanya teknologi pertanian, maka di zaman ini sudah dikenal peralatan pertanian dari logam.
Dengan di kenalnya kebudayaan pertanian, akibatnya terjadi perubahan pola
6 kehidupan masyarakat. Pada masyarakat hidup di Jomon yang hidup
berkelompok-kelompok kecil kini masyarakat tidak lagi bisa hidup berkelompok karena akan mengalami kesulitan memenuhi nafkah, sementara pertanian dapat
menjamin pendapatan yang tetap sehingga memungkinkan masyarakatnya untuk tinggal bersama dengan jumlah kelompok besar yang bersifat kotong royong. Hal
mengakibatkan semakin berkembangnya strata social dalam masyarakat dengan perkembangan ini melahirkan adanaya orang kaya dan oranag miskin, orang
berkuasa dan orang tidak berkuasa.
Pada zaman yayoi ini sudah ditemuakan pemerintah pusat di Jepang yang di sebut Yamato Chotei, dan rajanya di sebut dengan Tenno. Akan tetapi seiring
waktu masa pemerintahannya telah berkhir ia meninggal dunia dan kekuasaannya di gantikan oleh anaknya Nakatomi Nokamatari. Pada perkembangan periode ini
busur sebagai alat berburu kini menjadi sistem politik, jelas terlihat bahwa para penduduk desa yang bertani kini di paksa untuk menghabiskan waktu untuk
bekerja, seperti bertani dan memancing untuk mengumpulkan upeti upaya membantu ekonomi negara mereka. Hal ini jelas menggambarkan bahwa bahkan
dalam tahap awal pengembangan negara Jepang adalah dari busur, hingga sampai digunakan sebagai simbol otoritas dan kesatuan politik.
2.2.3 Periode Feodal
pada tahun 1180-1185 penggunaan busur meningkat secara dramatis menjadi sebagai ajang alat perang yang semakin banyak menciptakan prajurit-
prajurit hebat. Dan sampai terjadinya perang Gempei anatara Minamoto no Yoritomo dan nasu no Yoichi. Ada banyak cerita waktu itu yang menceritakan
7 tentang eksploitasi pemanah prajurit menyangkut Minamoto no Tametomo dan
nasu no Yoichi yang membuat terjadinya pertikaian antara dua keluarga tersebut. Minamoto no Tametomo dikatakan sebagai orang yang sangat besar dan kuat
dengan adanya panah yang hebat dan bagus ia mampu mengalahkan prajurit Nasu no Yoichi.
Pada 1192 Minamoto no Yoritomo ini ia berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya sehingga ia menguasai seluruh negeri dari Markas besar di
Kamakura dan mempengaruhi seluruh masyarakat Jepang saat itu. Pada saat itu Yoritomo mulai memulai latihan memanah ketat untuk prajurit dan menambah
prajurit baru untuk di latih, hingga sampai di ajarkannya prajurit pemanah berkuda untuk persiapan berperang ketika musuh menyerang. Dari signifikasi ini membu
ktikan bahwa pengembangan panahan Jepang yang semakin meluas di Jepang.
2.2.4 Periode Transisi
Dari zaman yang semakin berubah masyarakat umum Jepang menambah praktek memanah dengan jumlah yang semakin meningkat. Menurut beberapa
sumber, Morikawa Kozan pendiri modern Yamato Ryu, pertama kali menciptakan kata kyudo, pada saat itu kyujutsu di ubah menjadi kata Kyudo seni panahan
Jepang. Era Meiji 1868-1912 melihat Jepang memulai program modernisasi
dengan semakin pekanya masyarakat Jepang pada seni memanah. Dengan menambahkan di sekolah-sekolah tradisional berlatih memanah dan dan
mengajarkan meode-metode baru. Dari abad ke abad yang sudah berlalu, seorang Honda Toshizane instruktur kyudo di Universitas Kekaisaran Tokyo, menciptakan
8 metode gaya cepat penembakan kepada murid-murid agar menjadi prajurit yang
tangguh di kemudian hari. Tentu saja, sekolah-sekolah tradisional mendukung metode baru. Dan pada saat itu, ajaran-ajarannya menyebar di luar sistem sekolah.
Honda Toshizane diakui sebagai salah satu master kyudo paling berpengaruh dari zaman modern. Beberapa orang mengatakan bahwa ia tidak hanya bertanggung
jawab untuk mengubah arah panahan Jepang tetapi juga untuk memastikan kelangsungan hidup masyarakat Jepang.
2.2.5 Periode Modern
Sejarah seni pahanan Jepang terus menjadi subjek pembahasan, sekarang pada zaman ini penggunaan busur telah berubah fungsi, tidak lagi di gunakan
sebagai alat pertempulan akan tetapi, sebagai seni olahraga. Masyarakat Jepang mendapat julukan dari berbagi penjuruh sebagai negara modern di bidang
olahraga. Oleh karena itu masyarakat Jepang banyak mendirikan sekolah-sekolah untuk belajar mengetahui tentang seni memanah dengan tujuan berbagai macam,
seperti di ajarkan sebagi militer, sebagi untuk upacara-apacara tertentu, sebagai atlet dunia dan ada juga hanya sebagi hobbi semata, baik pria maupun kaum
wanita. Tidak hanya sekolah pada zaman ini masyarakat Jepang juga banyak mendirikan sebuah Dojo tempat berlatih memanah sebagai tempat latihan
mereka. Dan bahkan beberapa dari murid-murid ini menciptakan clup-clup berlatih, karena mereka antusias ingin ikut di ajang perlombaan seni olahraga
memanah, bahkan tingkat internasional hingga pada saat ini.
9
2.3 Peralatan Dan Aksesoris memanah