Proses Ratifikasi UNCAC oleh Pemerintah Indonesia

42

3.1.1 Proses Ratifikasi UNCAC oleh Pemerintah Indonesia

Pada tahap penandatanganan UNCAC United Nations Convention Againts Corruption pada tanggal 9 sampai dengan 11 Desember 2003 di Merida Meksiko, Menteri Kehakiman dan HAM RI yang diberikan mandat full powers oleh presiden untuk menandatangani UNCAC berhalangan datang. Sehingga Indonesia belum menandatangani UNCAC pada momentum yang tepat. UNCAC seharusnya ditandatangani oleh presiden bukan level menteri, sehingga memberikan kesan bahwa top leader Indonesia mendukung penanganan korupsi secara global dan memperlihatkan keseriusan pemberantasan korupsi di tingkat nasional. Momentum yang baik ini tidak dimanfaatkan oleh Presiden Megawati pada waktu itu dan lebih memilih untuk diwakili oleh pejabat setingkat menteri, bukan wakil presidennya. Berbeda halnya dengan Austria, Hungaria, Yordania, Nigeria, Peru, dan Filipina, yang mengutus wakil presidennya masing-masing. Tidak ada penjelasan resmi yang disampaikan mengenai ketidakhadiran Menteri Kehakiman dan HAM RI di Merida, Meksiko, yang pada waktu itu dijabat oleh Yusril Ihzal Mahendra. Baru pada tanggal 18 Desember 2003, Menteri Yusril telah membubuhkan tanda tangannya di markas besar PBB di New York. 55 Setelah itu Indonesia meratifikasi konvensi tersebut pada tanggal 18 April 2006 yang disahkan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2006 tentang Pengesahan UNCAC United Nations Convention Againts Corruption . Dengan ratifikasi tersebut, UNCAC mempunyai kekuatan pemberlakuan Entry into Force bagi Indonesia sebagai negara peserta ratifikasi Konvesi tersebut. Ratifikasi UNCAC oleh pemerintah Indonesia juga mempunyai implikasi timbulnya kewajiban yang mengikat bagi bangsa Indonesia untuk melaksanakan isi dari KAK 2003. 55 Penandatanganan di New York berdasarkan Pasal 67 UNCAC. http:www.suarakarya-online.comnews.html?id=167205 43

3.1.2 UU No.7 Tahun 2006 tentang Pengesahan UNCAC