itu sendiri. Hal ini menunjukkan sesuatu yang telah dilakukan dan ditunjukkan oleh warga belajar sebelum terjadinya proses belajar yang diperlukan untuk menunjang
terjadinya pembelajaran yang maksimal. Selain itu menurut Thorndike dalam Slameto, 2003:114 bahwa kesiapan belajar adalah prasyarat untuk belajar
berikutnya. Selanjutnya Nurkancana 1986:221 menyatakan bahwa kesiapan belajar dapat diartikan sebagai sejumlah tingkat perkembangan yang harus dicapai oleh
seseorang untuk dapat menerima suatu pelajaran baru. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar adalah keadaan yang ditunjukkan oleh
warga belajar untuk mendukung tercapainya proses belajar yang baik dan optimal. Ada beberapa hal yang akan ditunjukkan oleh seseorang ketika memiliki kesiapan
belajar, seperti yang disampaikan oleh Nasution 2000:179 bahwa kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi kegiatan belajar itu sendiri. Tanpa kesiapan atau kesediaan ini,
proses belajar tidak akan terjadi. Kondisi belajar itu terdiri atas perhatian, motivasi, dan perkembangan kesiapan.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar memiliki tiga indikator yaitu perhatian, motivasi, dan perkembangan kesiapan. Ketiga aspek
inilah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
2.1.1 Perhatian Belajar
Slameto 2003:105 menyatakan, “perhatian adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari
lingkungannya”. Perhatian memiliki peranan penting karena dalam kegiatan pembelajaran tidak akan optimal tanpa adanya perhatian, bahkan tidak mungkin
terjadi belajar tanpa adanya perhatian. Menurut Darso 2011:13 perhatian belajar adalah kondisi jiwa yang terfokus pada objek pembelajaran. Sama halnya menurut
Hakim 2001:16 bahwa perhatian adalah daya konsentrasi yang merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan segenap panca indera kesatu
objek didalam suatu aktifitas tertentu
.
Dalam proses pembelajaran, perhatian dapat
membuat warga belajar mengarahkan konsentrasinya pada tugas yang akan diberikan, melihat masalah-masalah yang harus dipecahkan, serta memilih dan memberikan
fokus pada masalah yang harus diselesaikan. Orang yang memiliki perhatian terhadap suatu objek, maka konsentrasinya telah diarahkan penuh terhadap objek tersebut
Slameto, 2003:106. Dalam belajar, orang yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai bahan pelajaran Djamarah, 2002:15.
Selanjutnya Suryabrata 1985:16 menyatakan bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. Sejalan dengan pengertian yang telah
dikemukakan oleh Suryabrata di atas. Team Didadik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya 1984:24 mengartikan perhatian sebagai suatu keadaan sikap dalam
kesadaran yang dipusatkan dan diarahkan pada objek tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, perhatian dapat diartikan sebagai kondisi jiwa
yang terfokuskan pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga mampu menunjang warga belajar untuk memberikan respon positif dalam kegiatan
pembelajaran. Ketika warga belajar mampu memiliki perhatian dalam kegiatan pembelajaran, maka kemungkinan besar hasil belajar yang diperoleh oleh warga
belajar tersebut akan baik atau maksimal. Begitupula sebaliknya jika warga belajar tidak memiliki perhatian dalam proses pembelajaran maka kemungkinan besar warga
belajar tersebut akan memperoleh hasil belajar yang tidak baik atau tidak maksimal. Menurut Gazali dalam Slameto, 1995:56
, “keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek bendahal atau sekumpulan objek
”. Jika warga belajar tidak memiliki perhatian maka akan timbul rasa bosan, malas,
capek, hingga perasaan yang tidak senang pada belajar. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, maka warga belajar harus memiliki tingkat perhatian yang baik
terhadap materi pembelajaran yang sedang berlangsung.
2.1.2 Motivasi Belajar