Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

21 pengetahuan bagi manusia lain yang berbeda budaya. Dalam Forecast Tourism : 2020 vision, World Tourism Organization WTO memprediksi bahwa cultural tourism akan menjadi salah satu dari lima segmen pariwisata di masa depan. 2. Nature Tourism jenis ini dipandang sebagai segala macam aktivitas yang berhubungan dengan alam. Dua macam aktivitas dalam tourism ini yaitu bersifat pasif dimana kegiatan utamanya dapat berupa melihat-lihat pemandangan alam, kehidupan liar, menikmati pantai dan lain-lain. Aktivitas yang lebih aktif seperti bersepeda, mountain trekking, scuba- diving, dan masih banyak lagi. 3. Adventure Tourism jenis ini bersifat personal, dalam tourism ini terdapat penggabungan antara culture dan nature, namun ditambahkan dengan sisi chalange. Penelitian ini dimulai dengan satu keyakinan bahwa, tujuan akhir dari pemasaran kota city marketing dan city branding adalah untuk meningkatkan taraf hidup warga kota, perkembangan pemikiran dan pemahaman dari city marketing dan city branding serta perbaikan komponennya yang membawa hasil aktual dan nyata dari keseluruhan strategi pemasaran dan perencanaan sehingga memiliki efek pengaruh yang positif kepada kehidupan warga Kabupaten Banyuwangi.

2.9 Penelitian Terdahulu

Michail Kavaratzis 2008, dalam penelitiannya yang berjudul “From City Marketing to City Branding An Interdisiplinary Analysis with Reference to Amsterdam, Budapest and Athens”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan proses yang dilibatkan dan atribut penting dalam memformulasikan bauran city marketing dan management city branding di Amsterdam, Budapest dan Athena. 22 Ade Erma Setyowati 2009, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor dalam City Marketing Mix yang Mempengaruhi Reputasi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tujuan Wisata MICE”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar dan menyusun profil segmen pasar wisata MICE di Yogyakarta dan faktor-faktor dalam model City Marketing Mix yang mempengaruhi reputasi Yogyakarta berdasarkan konsep “City Marketing”. Analisis yang digunakan adalah analisis cluster untuk merumuskan jumlah segmen dan profil masing-masing segmen serta analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor dalam city marketing mix yang mempengaruhi reputasi Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 segmen pasar yang berasal dari kota-kota metropolitan di Jawa yang masing-masing segmen memiliki profil yang khas. Temuan lain adalah variabel product secara umum bertanda negatif namun pada responden yang ke Yogyakarta untuk tujuan liburan dan untuk meeting; responden yang mengapreasiasi wisata alam, kuliner dan belanja; serta responden pengguna media massa bertanda positif tapi tetap tidak signifikan. Perilaku variabel-variabel lain adalah sebagai berikut: variabel price secara umum bertanda positif dan signifikan; variabel place secara umum bertanda positif dan signifikan; variabel promotion bertanda positif dan signifikan; dan variabel people bertanda positif namun tidak signifikan. Widya Mayang Purnamasari 2012 dalam penelitiannya “Analisis Internal Branding Kota Wisata Batu Studi pada masyarakat Kota Wisata Batu”. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji lebih dalam mengenai 1 Bagaimana proses pelaksanaan Internal branding di Kota Wisata Batu 2 Bagaimana evaluasi program Internal branding di Kota Wisata Batu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, Peneliti menggunakan triangulasi sumber karena dalam penelitian, penulis melakukan wawancara langsung dengan divisi SDM Dinas Pariwisata Kota Wisata Batu, serta peneliti mengumpulkan data langsung dari tempat penelititan. Setelah melakukan wawancara, hasil wawancara tersebut kemudian di cocokkan dengan hasil wawancara dengan informan lain dan observasi yang ditemukan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu telah mencoba melakukan Proses pelaksanaan internal branding diawali dengan sosialisasi program-program pariwisata dan pelatihan kepada masyarakat Batu untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi para wisatawan. Kesimpulan selanjutnya Internal branding Kota Wisata Batu belum berhasil, terlihat dari masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran melayani wisatawan dengan baik. Mereka tidak ramah dan masih memasang harga merata ke seluruh masyarakat. Ratu Yulya Chaerani 2011, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh City Branding terhadap City Image Studi pencitraan Kota Solo : The Spirit of Java. Peneliti ingin Mengetahui perwujudan city branding Kota Solo dalam dimensi presence, potential, place, pulse, people, dan prerequisite, serta mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku penduduk Kota Solo dan wisatawan tentang city branding Solo, dan mengetahui bagaimana pengaruh city branding terhadap city image. Metode penelitian dalam riset ini adalah kuantitatif dengan menggunakan uji regresi sederhana yang diawali dengan analisis univariat untuk statistik deskriptif dan kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat pearson correlations. Hasil penelitian menunjukkan 1 Analisis city branding yang dilakukan melalui dimensi presence, potential, place, pulse, people, dan prerequisite menunjukkan bahwa Kota Surakarta memiliki aspek potential dan people yang paling menonjol, namun Kota Solo lemah dalam dimensi place. 2 Pengukuran terhadap variabel city image yang diukur melalui dimensi kognitif, afektif, dan konatif menunjukkan branding kota telah merubah aspek afektif, dimana mayoritas responden terbanyak menunjukkan bahwa penerimaan terhadap slogan pariwisata cukup baik. Namun, city branding Kota Solo belum bisa memotivasi untuk mengunjungi Kota Solo hingga merekomendasikan Solo sebagai destinasi wisata maupun tempat tinggal. 3 Penduduk dan wisatawan tidak memiliki preferensi khusus terhadap Kota Surakarta hanya karena city branding yang baik, adanya event kebudayaan yang dilaksanakan secara rutin, dan kemudahan akses pemenuhan kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas responden memiliki pencitraan 24 khusus terhadap Solo karena adanya faktor-faktor diluar city branding. Potensi, event dan fasilitas yang dimiliki oleh Kota Solo bukan faktor pendorong utama yang memotivasi seseorang untuk pergi ke Solo. Ikatan emosional seperti Solo adalah Kota kelahiran, dan adanya keluarga yang bermukim di Solo menjadi dorongan utama yang menyebabkan adanya preferensi pemilihan Solo sebagai destinasi wisata maupun tempat tinggal. 25

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan memahami inti dari pengalaman individu atau kelompok yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu. Permasalahan dalam studi ini adalah peneliti memaparkan suatu pengalaman unik dan khas yang dialami individu atau sekelompok individu yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu dan arti yang diperoleh dari pengalaman tersebut berdasarkan sudut pandang subyek Heriansyah, 2009. Sedangkan Menurut Sugiyono 2013: 1, penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi gabungan, analisa data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam hal ini yang diteliti adalah fenomena penerapan city branding dalam meningkatkan image sebuah wilayah.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Keseluruhan penelitian ini dilaksanakan di Banyuwangi, dengan waktu pelaksanaan dimulai bulan Maret 2014 dan berakhir di bulan September 2014.

3.3 Kelompok Sosial dan Informan

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dalam Sugiyono, 2013:50 dinamakan ”social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat place, pelaku actors, dan aktivitas activity yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial atau obyek penelitian saat ini peneliti akan mengamati secara mendalam aktivitas activity city branding, orang – orang actors yang terlibat di dalamnya, yang ada di Banyuwangi place, lihat gambar 3.1: