PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN P2KP

BAB III PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN P2KP

A. SEJARAH Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah Standart kelayakan dan mata pencaharian yang tidak menentu. Program penanggulangan kemiskinan yang dimulai sejak pelita pertama sudah menjangkau seluruh pelosok tanah air. Upaya itu telah menghasilkan perkembangan yang positif namun demikian, krisis moneter dan ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 telah mengecilkan arti berbagai pencapaian pembangunan tersebut. Krisis tersebut pada satu sisi telah menimbulkan lonjakan pengangguran dan dengan cepat meningkatkan kemiskinan dipedesaan dan perkotaan karena itu, krisis juga telah menyadarkan kita bahwa pendekatan yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan perlu dikoreksi atau diperkaya dengan upaya untuk mengokohkan keberdayaan institusi komunitas agar pada masa berikutnya upaya penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan untuk dapat hidup dan berkembang dimasa depan, khususnya bagi masyarakat miskin diperkotaan. Program tersebut diperlukan untuk mendukung lebih lanjut program penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan seperti IDT Inpres Desa tertinggal atau baru berjalan seperti PPK Program Pengembangan Kecamatan yang sasarannya di pedesaan. Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Pekerjaan Umum, telah melakukan berbagai upaya penanganan masalah kemiskinan di perkotaan. Salah satu diantaranya ialah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP yang dilaksanakan sejak tahun 1999. Pada awalnya dilaksanakan dalam rangka penanggulangan kemiskinan sebagai akibat krisis ekonomi tahun 1997–1998 dan kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi. Program yang dilaksanakan diperkotaan ini menganut pendekatan pemberdayaan empowermen sebagai suatu syarat menuju pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. Kegiatan ini tidak hanya bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat dimasa mendatang. Pendekatan P2KP dilandasi oleh kesadaran bahwa akar masalah kemiskinan dan kekurangberhasilan dalam pembangunan adalah akibat kondisi masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan tercermin dalam sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai–nilai kemanusiaan dan prinsip–prinsip kemasyarakatan serta prinsip pembangunan berkelanjutan. Pemahaman terhadap akar penyebab masalah kemiskinan tersebut menyadarkan kita bahwa pendekatan dan cara penanggulangan kemiskinan yang bersifat parsial, sektoral dan charity mengakibatkan salah sasaran, menciptakan benih–benih fragmentasi sosial, dan melemahkan modal sosial masyarakat gotong royong, musyawarah, keswadayaan dan lain-lain. Melemahnya modal sosial pada gilirannya mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara mandiri, bersama dan berkelanjutan. Pengertian P2KP sendiri adalah program pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar kedepannya masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. 48 Pendekatan pemberdayaan dalam P2KP dilaksanakan melalui penguatan kelembagaan masyarakat sebagai embrio atau pondasi bagi terbentuknya kelembagaan lokal yang dapat menjadi lembaga perantara untuk dapat menjangkau lembaga formal. Untuk itu diperlukan partisipasi serta peran aktif pemerintah dalam pelaksanaan P2KP untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi upaya pemberdayaan masyarakat miskin. Dari hasil pelaksanaanya, tampak perkembangan yang positif, khususnya dalam terwujudnya kelembagaan masyarakat lokal mandiri, yakni Badan Keswadayaan Masyarakat BKM. Badan ini dipercaya sebagai pengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM dan sebagai pemeduli terhadap kemiskinan 48 Tim Persiapan P2KP Pusat, Pedoman Umum Manual Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP , cet ke 2. Jakarta:Sekretariat P2KP Pusat, 1999, h. 24. di komunitasnya. Membangun kelembagaan masyarakat yang mengakar perlu dilakukan, agar setelah masa program P2KP berakhir, upaya penanggulangan kemiskinan di perkotaan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat. Meskipun demikian, evaluasi pelaksanaan P2KP maupun kajian refleksi kritis yang dilakukan secara intensif serta masukan–masukan dari berbagai pihak selama ini, disadari bahwa masih terdapat berbagai hal yang belum diakomodasi dalam konsep dan strategi pelaksanaan P2KP yang ada saat ini, sehingga memerlukan penyempurnaan–penyempurnaan lebih lanjut. Penyempurnaan tersebut ditekankan pada keyakinan dasar P2KP bahwa persoalan kemiskinan sebenarnya hanya dapat ditanggulangi oleh masyarakat sendiri yang mampu bersinergi dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Sehingga cukup jelas bahwa faktor kapasitas dan kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah menempati posisi yang sangat strategis dalam penyiapan kemandirian dan keberlanjutan upaya–upaya penanggulangan kemiskinan maupun pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman. Guna mendukung peningkatan kapasitas dan kesiapan masyarakat tersebut, strategi pelaksanaan P2KP dititikberatkan pada proses pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat serta pemerintah daerah agar mampu melakukan proses transformasi sosial dari masyarakat miskintidak berdaya menjadi masyarakat berdaya, dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri dan akhirnya dari masyarakat mandiri mampu menuju masyarakat madani civil society . Terwujudnya tatanan masyarakat madani inilah yang menjadi pondasi yang kokoh bagi terjaminnya kemandirian dan berkelanjutan upaya–upaya masyarakat, yang selain mampu menanggulangi masalah kemiskinan di wilayahnya secara efektif, juga mampu membangun kondisi lingkungan permukiaman di wilayahnya yang lebih baik, pro poor, sehat, dan lestari. 49 B. VISI, MISI, dan STRUKTUR ORGANISASI Mengingat bahwa Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP adalah landasan dan pemicu tumbuhnya gerakan pembangunan berkelanjutan dalam penanggulangan kemiskinan di perkotaan maka diperlukan rumusan visi dan misi yang jelas sehingga dapat dipakai sebagai acuan perilaku dan arahan bagi semua pelaku P2KP maupun bagi pihak stakeholders dalam mengembangkan program – program kemiskinan di wilayahnya. Visi adalah suatu gambaran kondisi masa depan yang lebih dan ideal, tetapi dapat dicapai oleh suatu organisasi atau program. Visi harus dapat menggambarkan perbaikan kondisi sekarang, membangkitkan harapan dan kebanggaan organisasi, kelompok dan bahkan orang–perorang. Visi P2KP dimaknai sebagai suatu keinginan mencapai kondisi masyarakat kota yang tertib dan sejahtera melalui upaya penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat secara berkelanjutan melalui penguatan institusi lokal, bantuan dana bergulir dan fasilitas pendampingan. Visi P2KP adalah mewujudkan masyarakat madani melalui peningkatan kemandirian, partisipasi masyarakat 49 Bulu Pedoman P2KP-3. Oktober 2005. h. 1. untuk mengatasi persoalan kemiskinan secara berkelanjutan dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan meningkatkan kesempatan kerja. Di lain pihak misi merupakan pernyataan tentang organisasi yang diwujudkan dalam produk atau pelayanan, misalnya memberi robot pada suatu organisasi atau program, apakah tujuan itu sudah mencakup hal yang luhur dan memiliki wawasan yang luas dan mendalam, disinilah misi menjembatani program dengan kondisi dari depan yang diupayakan untuk diproyeksikan. Misi P2KP adalah pemberdayaan dan membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan senergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif melalui pendekatan kesadaran sosial, pendapatan dan pemeliharaan lingkungan. 50 Serta mampu mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan. Fungsi P2KP adalah memfasilitasi masyarakat serta pemerintah daerah untuk mampu menangani akar penyebab kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam hal ini, P2KP meyakini bahwa pendekatan untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakat. 50 Konsultan Manajemen Wilayah KMW P2KP Satuan Wilayah Kerja SWK III, Konsep untuk UPK Diktat Pelatihan Pengembangan Unit Pengelola Keuangan UPK, Bandung : LPPM UNINUS, 2001, h. 1. P2KP bertujuan mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui hal- hal berikut : a. Penyediaan dana pinjaman untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembukaan lapangan kerja baru, b. Penyediaan dana hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menunjang butir a di atas, c. Peningkatan kemampuan perorangan dan keluarga miskin melalui upaya bersama berlandaskan kemitraan, yang mampu menumbuhkan usaha-usaha baru yang bersifat produktif dengan berbasis pada usaha kelompok, d. Penyiapan, pengembangan, dan kemampuan kelembagaan masyarakat dalam melaksankan program pembangunan, e. Pencegahan menurunnya kualitas lingkungan, melalui upaya perbaikan prasarana dan sarana lingkungan. 51 Azas P2KP Dalam penyelengaraan P2KP, semua pihak terkait harus menjunjung tinggi dan berpedoman pada azas-azas sebagai berikut : a. Keadilan b. Kejujuran c. Kesetaraan kaum laki-laki dan perempuan d. Kemitraan 51 Tim Persiapan P2KP Pusat, Pedoman Manual Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP , cet ke-2., hal 2. e. Kesederhanaan. 52 Prinsip P2KP Setiap pihak yang terkait dan terlibat dalam pelaksanaan P2KP harus pula bertindak dengan mengingat prinsip-prinsip berikut : a. Demokrasi b. Partisipasi c. Transparansi d. Akuntabilitas e. Desentralisasi. 53 Pada dasarnya Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan adalah Program Pemerintah Indonesia dalam rangka penanggulangan kemiskinan masyarakat di perkotaan. Untuk menyelenggarakan program tersebut, maka ditunjuk Departemen Pekerjaan Umum yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan berbagai instansi di tingkat pusat maupun daerah. Struktur organisasi program menggambarkan pola penanganan program secara menyeluruh dari pusat sampai dengan daerah yang akan dijelaskan berikut ini : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bappenas menetapkan Surat Keputusan Tentang Tim Pengarah dan Tim Pelaksana inter Departemen Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP. 52 Konsultan Manajemen Wilayah KMW P2KP Satuan Wilayah Kerja SWK III, Konsep untuk UPK Diktat Pelatihan Pengembangan Unit Pengelola Keuangan UPK, h. 2. 53 Konsultan Manajemen Wilayah KMW P2KP Satuan Wilayah Kerja SWK III, Konsep untuk UPK Diktat Pelatihan Pengembangan Unit Pengelola Keuangan UPK, h. 2. Tim Pengarah P2KP diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil Menengah, serta wakilnya adalah Deputi VI Menko Kesra dan Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen PU. Tim pengarah beranggotakan unsur–unsur seperti dari Bappenas, Kantor Menko Kesra, Departemen PU, Depdagri, Departemen Keuangan, Kantor Koperasi dan UKM, Deperindag, Biro Pusat Statistik dan Komite Penanggulangan Kemiskinan KPK Nasional. Tim Pengarah Inter Departemen akan didukung Tim Pelaksana Inter Departemen, yang diketuai oleh Direktur Penanggulangan Kemiskinan Bappenas serta Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Ditjen Cipta Karya Departemen PU selaku wakil ketua. Secara operasional, tim pengarah dan tim pelaksana inter Departemen akan dibantu oleh Kelompok Kerja P2KP Nasional Pokja P2KP Nasional yang beranggotakan eselon III dari departemen– departemen terkait. Departemen Pekerjaan Umum PU adalah lembaga penyelenggara Program Executing agency P2KP ini. Oleh sebab itu, Departemen PU melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bertanggungjawab terhadap keseluruhan penyelenggaraan Program P2KP. Sebagai lembaga penyelenggara Program P2KP, Departemen PU di bawah arahan Tim Pengarah dan Tim Pelaksanaan Inter Departemen. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU membentuk Satuan Kerja Sementara Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan SKS P2KP, yang dipimpin oleh seorang Kepala yang membawahi beberapa staf. Kepala SKS P2KP, dibantu juga Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja P2KP, mendapat mandat penuh serta bertanggungjawab langsung kepada Dirjen Cipta Karya Departemen PU dalam melaksanakan tugas–tugas keproyekan P2KP. Satker Sementara SKS P2KP akan dibantu oleh konsultan advisory advisory consultant yang bertanggungjawab mengawalmenjaga substansi konsep P2KP dan menyusun pedoman–pedoman P2KP, baik pedoman umum, pedoman teknis maupun pedoman pelaku serta pedoman–pedoman yang memuat konsep–konsep dasar berkaitan pelaksanaan P2KP, misalnya pelatihan, sosialisasi, komunitas belajar, exit strategy, PAKET, dan lain-lain. Untuk pelaksanaan lapangan, SKS P2KP mengontrak Konsultan Manajemen Pusat KMP yang bertindak atas nama SKS P2KP sesuai dan kewenangan yang diberikan SKS P2KP, untuk melakukan manajemen program secara menyeluruh termasuk mengendalikan Konsultan Manajemen Wilayah KMW yang akan bertugas di setiap satuan wilayah kerja SWK. Di tiap SWK, akan ditangani oleh satu KMW yang berkantor di wilayah bersangkutan dan dipimpin oleh seorang Team Leader, yang bertindak sebagai Koordinator SWK dengan dibantu oleh beberapa tenaga ahli. Team leader KMW juga dibantu oleh koordinator kota yang bertanggungjawab untuk menangani kurang lebih 50 kelurahan sasaran atau 5 tim fasilitator. Koordinator kota berkedudukan di kotakabupaten yang ditetapkan KMW sesuai kapasitas kelurahan sasaran dan dapat dibantu oleh beberapa tenaga sub–professional sesuai kebutuhan. Di tingkat kecamatan, pada setiap sekitar 5 hingga 10 kelurahan akan didampingi oleh Tim Fasilitator yang sekurangnya terdiri dari seorang Fasilitator Senior dan 4 Fasilitator. Jumlah anggota tim fasilitator akan disesuaikan untuk lokasi yang jumlah kelurahannya lebih banyak dan lokasi yang dianggap cukup terpencil, sesuai ketetapan Kepala SKS P2KP. Tim Fasilitator ini akan bertanggungjawab langsung ke KMW. Disamping itu di setiap kelurahan, warga masyarakat diharapkan dapat mendorong dan memberikan kesempatan seluas mungkin kepada relawan– relawan, yang nantinya melalui pendampingan dan penguatan kapasitas oleh tim fasilitator, diharapkan mampu membantu masyarakat dalam melaksanakan proses dan kegiatan P2KP secara benar sesuai dengan pedoman P2KP. Relawan–relawan ini adalah orang–orang yang peduli, komitmen dan ingin memberikan konstribusi nyata bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin dan warga rentan atau tertinggal kelompok marjinal yang ada disekitarnya, melalui keterlibatan aktif dan konstruktif dalam pelaksanaan P2KP di wilayahnya. C. PROGRAM-PROGRAM SOSIAL DAN EKONOMI Untuk menanggulangi persoalan kemiskinan struktural maupun yang diakibatkan oleh krisis ekonomi, pemerintah memandang perlu untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin diperkotaan melalui P2KP. Kegiatan ini tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat yang dialami, namun juga bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat dimasa mendatang. Bantuan kepada masyarakat miskin ini diberikan dalam bentuk dana yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang diusulkan masyarakat dan dalam bentuk pendampingan teknik yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan itu. Dana bantuan P2KP merupakan dana hibah dan pinjaman yang disalurkan kepada kelompok-kelompok swadaya masyarakat KSM secara langsung dengan sepengetahuan penanggungjawab operasional kegiatan PJOK yang ditunjuk dan sepengetahuan warga masyarakat setempat melalui kelembagaan masyarakat yang dibentuk. Dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha produktif, pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan serta pengembangan sumber daya masnusia. Dalam arus pendanaan kepala PMU akan bertanggung jawab pada aktivitas tingkat pusat dan PJOK akan bertanggungjawab dalam proses administrasi BLM. PJOK akan mengajukan surat permintaan pembayaran SPP kepada kantor KPKN setempat, yang selanjutnya menerbitkan surat perintah membayar SPM kepada Bank Indonesia setempat. Bank Indonesia akan menyalurkan dana P2KP ke masing–masing rekening BKM di Bank yang ditunjuk BKM. Untuk tata cara pencairan dana, pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia membuka Rekening Khusus RK dalam mata uang Dollar amerika USD. RK adalah atas nama Ditjen. Anggaran Departemen Keuangan. Pencairan dana dari RK mengikuti tata cara Financial Management Reporting FMR. Dana yang dipergunakan untuk modal usaha produktif merupakan dana pinjaman bergulir yang pengelolahannya dilakukan oleh masyarakat melalui suatu wadah yang dibentuk oleh masyarakat. Dibantu oleh Konsultan Managemen Wilayah KMW. Wadah dimaksud merupakan kelembagaan masyarakat yang disebut BKM, yang beranggotakan para tokoh masyarakat dan perwakilan KSM, serta warga. Sementara dana untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan merupakan dana hibah yang tidak perlu dikembalikan, Namun masyarakat harus menunjukkan kesanggupan dan tanggungjawab untuk dapat melakukan pemeliharaan serta pengembangan lebih lanjut. Dana hibah ini diprioritaskan kepada jenis–jenis prasarana dan sarana yang dapat memberikan dampak langsung kepada peningkatan dan pendapatan masyarakat. Pembangunan prasarana dan sarana yang dimaksud disni dapat berupa pembangunan yang baru dan perbaikan yang lama. Pengelolahan seluruh kegiatan, baik pengembangan usaha maupun pembangunan sarana dan prasarana, pada prinsipnya dilakukan oleh masyarakat sendiri, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan semuanya dilakukan dengan pendekatan bertumpu pada kelompok. Pendekatan semacam ini menuntut adanya partisipatif aktif masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini sedapat mungkin bersifat padat karya dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat serta memperkuat kelembagaannya. 54 Dalam program sosial maupun ekonomi, P2KP menyediakan dukungan untuk mendanai kegiatan pengembangan atau pemberdayaan masyarakat serta penguatan kapasitas dalam rangka mengedepankan peran pemerintah daerah, termasuk diantaranya adalah penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah KPK-D, mengembangkan Komunitas Belajar Perkotaan 54 Tim Persiapan P2KP Pusat, Pedoman Umum Manual Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP , cet ke-2., h. 2. KBP, dan menumbuh-kembangkan kemitraan sinergis dengan masyarakat, agar mampu bekerja sama secara lebih efektif dalam penanggulangan kemiskinan di wilayah setempat sesuai prinsip dan nilai universal di P2KP. Dana–dana yang didapatkan untuk mendanai kegiatanprogram sosial maupun ekonomi tersebut, berasal dari BLM Bantuan Langsung Masyarakat. Substansi makna dana BLM sesungguhnya merupakan media pembelajaran masyarakat untuk terus membangun kapital sosial dan menumbuhkan nilai–nilai universal kemanusiaan maupun prinsip–prinsip kemasyarakatan sehingga pada gilirannya akan mampu menyelesaikan persoalan sosial, ekonomi dan lingkunganpermukiman mereka. Lebih dari itu, Komponen Dana BLM diadakan juga dengan tujuan membuka akses bagi masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat miskin untuk upaya–upaya penanggulangan kemiskinan. Dana BLM juga merupakan dukungan stimulant P2KP yang dapat digunakan secara fleksibel oleh masyarakat untuk berbagai upaya pembelajaran penanggulangan kemiskinan, sesuai dengan PJM dan Renta Pronangkis Program Penanggulangan Kemiskinan yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat kelurahan setempat. Jenis–jenis kegiatan dapat ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug warga, dengan tetap memperhatikan keselarasan dan keberlanjutan pembangunan aspek tridaya sesuai kebutuhan masyarakat sebagaimana layaknya pembelajaran pada konteks realita. Pada dasarnya dana BLM dapat digunakan secara cukup luwes dengan berpedoman kepada PJM Pronangkis, pembelajaran aspek Tridaya dan kesepakatan serta kearifan warga sehingga hasilnya dapat benar–benar memberikan manfaat berkurangnya kemiskinan di tempat bersangkutan. 55 Lokasi sasaran penerima bantuan dari P2KP difokuskan pada satuan pemukiman. Satuan pemukiman mempunyai makna yang penting mengingat disinilah muncul kebersamaan dan kesepakatan atas dasar kepentingan yang sama. Selain itu, pada satuan - satuan pemukiman terkonsentrasi pula berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan fisik dengan kepranataan sosialnya sendiri. Oleh karenanya, satuan pemukiman perlu dilihat sebagai areal yang memungkinkan adanya integrasi berbagai kegiatan, termasuk integrasi berbagai kegiatan pembanguan sektoral. Satuan hunian dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1. Keberadaan satuan pemukiman tidak terlepas dari fungsi-fungsi sekitarnya serta struktur fisik prasaran dan saran yang merupakan bagian dari sistem struktur yang lebih besar. Oleh karena itu satuan pemukiman perlu memperhatikan berbagai kondisi sosial, ekonomi, fisik maupun fungsional. 2. Seluruh kota besar, sedang, kecil dapat dijadikan lokasi sasaran P2KP. Namun untuk tahap pertama, lokasi sasaran P2KP dibatasi dan ditetapkan berdasarkan hasil pengolahan data dan pemetaan kelurahan- kelurahan miskin yang beralokasi di kota. Kegiatan pembangunan prasaranasarana lingkungan yang manfaatnya langsung dinikmati sebagian besar warga kelurahan bersangkutan, seperti 55 Buku Pedoman P2KP-3. hal 40. jembatan, jalan, perbaikan sekolah, fasilitas kesehatan, sanitasi dan lainnya yang telah di identifikasi melalui Pronangkis berbasis pemetaan swadaya. Program ekonomi yang merupakan pinjaman bergulir untuk kegiatan prasarana yang bersifat individual, misalnya perbaikan rumah maupun sarana rumah tangga yang berkaitan dengan lingkungan permukiman dan kegiatan sosial yang bersifat individual, misalnya beasiswa dan pelatihan untuk warga miskin. Pinjaman untuk Kelompok Swadaya Masyarakat KSM yang membutuhkan dana untuk kegiatan yang terkait usaha produktif dari anggota–angotanya, dengan batas maksimal pinjaman pertama kali bagi setiap anggota KSM adalah Rp 500.000,-. Sedangkan batas maksimal pinjaman untuk tahap berikutnya adalah Rp 2.000.000,-. Hal ini dimaksudkan sebagai proses pembelajaran masyarakat sekaligus memperkuat orientasi sasaran P2KP, yakni masyarakat miskin. Oleh karena itu, pada tahap berikutnya diharapkan KSM–KSM dan anggota– anggotanya yang telah meningkatkan kesejahteraannya dimaksud dapat dilayani oleh koperasi atau UPE Unit Pengelola Ekonomi yang difasilitasi BKM dan juga dapat mengakses lembaga keuangan formal di sekitarnya. 56 Diawali dengan program sosial, yang dimana serangkaian kegiatan tahapan pembelajaran masyarakat, dimulai dari belajar membangun kebersamaan pada saat rembug kesiapan masyarakat, belajar mengevaluasi penyebab kemiskinan yang bertumpu pada perilaku dan sikap, belajar merumuskan keinginan secara riil sesuai dengan kondisi obyektif yang ada dan potensi yang dimilikinya, belajar bersinergi dan mengorganisir dalam lembaga yang mengakar 56 Buku Pedoman P2KP-3. hal 41. dan representative, belajar membuat program kemiskinan dan pembangunan diwilayahnya, belajar melakukan kegiatan bersama yang dilandasi perubahan perilaku dan sikap, serta proses–proses belajar lainnya. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam komponen pengembangan masyarakat sosial, antara lain mencakup: 1. Rembug atau Musyawarah Kesepakatan Masyarakat 2. Pengorganisasian Masyarakat 3. Perencanaan Partisipatif Menyusun PJM dan Renta Pronangkis 4. Komunitas Belajar Kelurahan KBK Dalam tingkatan berkelanjutan, peran pemerintah daerah akan dikedepankan untuk dapat membangun kemandirian dalam menanggulangin kemiskinan dan mewujudkan pembangunan keberlanjutan yang berbasis nilai– nilai serta prinsip–prinsip universal. Pemerintah daerah akan didorong peran aktifnya sebagai pelaksana dalam penyelenggaraan lokakarya dan kegiatan P2KP ditingkat daerah serta melakukan peran–peran koordinasi, monitoring dan supervisi. Kegiatanprogram sosial merupakan bantuan santunan untuk fakir miskin, orang jompo, anak yatim piatu dan lain–lainnya, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang termiskin dari masyarakat miskin termasuk dimungkinkan penggunaan untuk beasiswa, perbaikan rumah kumuh, pelayanan kesehatan dan lainnya. Mengingat masyarakat termiskin dari kelompok masyarakat miskin adalah sasaran utama P2KP, maka sebagian dana BLM harus dialokasikan untuk memberikan santunan dan sekaligus membangkitkan kepedulian dan kegiatan amal dari lapisan masyarakat yang lebih beruntung untuk terlibat dalam gerakan amal ini. Dalam program ekonomilingkungan serta sosial, setelah proses pembelajaran di masyarakat menanggulangi kemiskinan dilakukan praktek langsung di lapangan oleh masyarakat sendiri dengan melaksanakan apa yang sudah direncanakan. Maka harapannya adalah dengan adanya dana stimulant BLM. Baik dari Pemerintah pusat, daerah, atau dari chanellingpihak swasta yang saling bekerjasama untuk menanggulangi kemiskinan di daerahnya.

BAB IV PERAN P2KP DAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT